berlangsung antara 5,332 hingga 1,806 juta tahun yang lalu. Fosil yang ditemukan
adalah: bunga karang Fungia sp. dan Favia sp., gigi ikan hiu Isurus sp. pada bekas laut purba;
kura-kura tawarTronix sp. pada bekas sungai atau danau purba; gajah purba Matadon sp.(dari
Bumiayu) yang merajai nusantara sewaktu masih menyatu.
Fosil polen dan spora telah digunakan oleh beberapa peneliti, seperti Ricklefs
(1990) untuk menggambarkan iklim di Jawa selama Pliosen yang lebih sejuk dan
kering dengan savana yang tersebar serta hutan bakau banyak terdapat di bagian
tengah.
Raharjo dkk. (1994) menggunakan fosil polen dan spora untuk menyusun
zonasi Palinologi Pulau Jawa, dimana pada kala Miosen Akhir-Pliosen awal di Jawa
dicirikan dengan zona Stenochlaenidites papuanus yaitu dominasi Stenochlaenidites
papuanus, pemunculan awal Podocarpus imbricatus serta kepunahan Florschuetzia
trilobata.
Pliosen adalah suatu kala dalam skala waktu geologi yang berlangsung
5,332 hingga 1,806 juta tahun yang lalu. Pliosen berasal dari kata Yunani :
(pleion, "lebih") dan (kainos, "baru"), yang berarti kira-kira
kelanjutan dari yang sebelumnya, menunjuk terutama pada moluska
marine modern.
Pada akhir Miosen terjadi suatu regresi yang berlangsung terus selama
Pliosen. Regresi ini menghasilkan lapisan resevoir penting, yang bersifat
paralis/litoral, seperti Formasi Keutapang (Sumatra Utara), Fm. Air Benakat
(Sumatra Selatan), Fm. Ngrayong (Jawa Timur), dan Fm.
Balikpapan/Pulubalang (Kalimantan Timur). Regresi ini pula yang
menyebabkan menyempitnya wilayah lautan di kala Pliosen seperti
terjadinya daratan-daratan di Sulawesi, Papua, Jawa Timur bagian selatan,
serta melebarnya daratan Sunda.
Fenomena regresi laut pada kala itu sangat dipengaruhi oleh kegiatan
tektonik, kegiatan vulkanik, dan variasi eustatik dari muka laut. Aktifitas
vulkanik dan tektonik yang dasyat mengakibatkan terbentuknya urut-urutan
perbukitan dan dataran yang orientasinya sama dengan sumbu pulau,
khususnya pulau Jawa bagian tengah dan timur.
(Oostingh,1938)
Pada Pliosen Awal, laut menjadi semakin dangkal dimana lingkungan
pengendapan berubah menjadi laut dangkal, paludal, dataran delta dan non-
marin yang dicirikan oleh perselingan antara batupasir dan batulempung
dengan sisipan berupa batubara. Tipe pengendapan ini berlangsung hingga
Pliosen Akhir dimana diendapkannya lapisan batupasir tufaan, pumice dan
konglomerat.
Pembentuk pulau Jawa dimulai kala Pliosen awal, yang dimulai dari Jawa
bagian barat kemudian secara progresif bergerak ke arah timur sampai
akhirnya terbentuklah keseluruhan pulau Jawa sampai kala Plestosin.
Pembentukan daratan di pulau Jawa pada awalnya ditandai oleh munculnya
pegunungan selatan Jawa dan kemudian diikuti oleh regresi laut di sebelah
utara yang dicirikan oleh Pegunungan Kapur Utara dan Pegunungan
Kendeng. Francois Semah (1986: 67) memperkirakan bahwa kegiatan
vulkanik di Jawa bagian timur berlangsung sekitar 1,8 atau 1,9 juta tahun
yang lalu.
Pada akhir kala pliosen, daratan Sunda sudah merupakan benua yang besar,
kira-kira 2000 km dari timur ke barat. Dan menggabungkan banyak massa
daratan yang sekarang di Semenanjung Malaka, Sumatera dan Kalimantan.