Disusun oleh :
Redy Setyono, S.ked
Pembimbing :
dr. Zaenal Alim Sp. OG
Persalinan secara sectio caesaria adalah kelahiran bayi melalui abdomen dan
insisi uterus. Hal ini diketahui selama berabad-abad, tetapi hanya pada jaman modern
prosedurnya menjadi relatif lebih aman oleh karenanya persalinan secara caesaria
dilakukan untuk berbagai alasan dan dengan bahaya yang lebih sedikit, namun
bagaimanapun ini dibuat setelah dipertimbangkan cara-cara pervaginam tidak dapat
dilakukan. Kebanyakan alasan untuk melakukan persalinan caesaria adalah posisi
sungsang, distosia dan persalinan caesaria sebelumnya maupun kehamilan dengan
hipertensi.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.1 Pengertian
Kelebihan :
Kekurangan
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis
yang baik
-Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim
(low servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
Penjahitan luka lebih mudah
Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi
uterus ke rongga peritoneum
Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri
uterine pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
II.1.3 Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan
menyebabkan resiko pada ibu atau pun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang
perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal
( Dystasia )
Fetal distress
Plasenta previa
Kalainan letak
Hydrocephalus
Panggul sempit
Problema plasenta
II.1.4 Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit
kembung
2. Perdarahan
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi
terlalu tinggi
Riwayat operasi sesar pada persalinan yang lalu, dimungkinkan untuk persalinan
pervaginam pada kehamilan berikutnya, dengan indikasi :
1. Bekas insisi tunggal yang melintang dan pada bagian servikal bawah uterus.
2. Indikasi untuk prosedur pertama bukan disproporsi
3. Harapan akan kelahiran dan persalinan yang mudah.
B : (Bidan) Selama tindakan rujukan dilakukan, ibu dan atau bayi lahir didampingi
oleh penolonng persalinan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk
menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan BBL untuk dibawa ke fasilitas rujukan
A : (Alat). Bahan-bahan dan perlengkapan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
BBL (tabung suntik, selang IV, dll) harus dibawa bersama ibu ke tempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan
sedang dalam perjalanan.
K : (Keluarga). Ibu dan keluarga harus diberitahu mengenai kondisi terakhir baik
mengenai kondisi ibu dan atau bayinya serta mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk.
Jelaskan pada mereka alasan keperluan dan upaya rujukan tersebut. Suami atau
anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan atau BBL ke tempat rujukan.
S : (Surat). Buat surat pengantar ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan
identifikasi mengenai ibu dan atau BBL, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil
pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang telah diterima ibu dan atau BBL.
Lampirkan partograf hasil persalinan ibu pada saat rujukan.
O : (Obat). Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan.
Obat mungkin diperlukan selama perjalanan.
U : (Uang). Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup
untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu dan BBL tinggal di fasilitas rujukan.
DA : (Doa, darah). Ingatkan pada ibu dan keluarga untuk selalu memanjatkan doa
sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Ajak keluarga/tetangga yang mempunyai
golongan darah yang sama dengan pasien bila kasusnya memerlukan tranfusi darah
II.1.6 Penanganan
Riwayat SC menjdi resiko rupture uteri pada kehamilan selanjunya, namun hal
tersebut dapat dicegah. Pencegahan rupture uteri pada wanita yang pernah mengalami
SC, di beberapa Negara terdapat pendapat bahwa sekali seksio, seterusnya seksio.
Pendirian tersebut tidak dianut di Indonesia. Seorang wanita yang mengalami SC
untuk sebab yang hanya terdapat pada persalinan yang memerlukan pembedahan itu
untuk menyelesaikannya, diperbolehkan untuk melahirkan pervaginampada
persalinan berikutnya. Akan tetapi, ia harus bersalin di rumah sakit supaya diawasi
dengan baik. Kala II tidak boleh berlangsung terlalu lama dan pemberian oksitosin
tidak dibenarkan. Ketentuan bahwa tidak perlu dilakukan SC ulangan pada wanita
yang pernah mengalami SC tidak berlaku untuk SC klasik.
Karena adanya bahaya yang lebih besar akan timbulnya rupture uteri pada riwayat
SC, maka perlu dilakukan SC ulang. Selain itu, ibu hendaknya dirawat 3 minggu
sebelum HPL. Dapat dipertimbangkan untuk melakukan SC sebelum persalinan
dimulai, asal kehamilannya benar-benar lebih dari 37 minggu.
BAB III
KESIMPULAN
Tindakan Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas
kesehatan rujukan atau yang memiliki saran lebih lengkap diharapkan mampu
menyelamatkan jiwa para ibu dan BBL walaupun sebagian besar ibu menjalani
persalinan normal, masih ada sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah
selama proses persalinan.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan
janin dari dalam Rahim.