Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka kami akan
membahas beberapa topik, yaitu:
1. Pengertian belajar dan pembelajaran
2. Teori belajar menurut para ahli yang diterapkan dalam pembelajaran
3. Penerapan teori belajar dan pembelajaran menurut para ahli pada matakuliah
hidrologi
1
BAB II
PEMBAHASAN
B. Pengertian Pembelajaran
Pengajaran dilaksanakan dalam suatu aktivitas yang kita kenal dengan istilah
mengajar. Pengajaran amat dekat dengan pengertian pedagogi. Pedagogi adalah seni
atau ilmu untuk menjadi guru. Istilah ini seringkali memacu kepada strategi
pengajaran atau gaya mengajar. Istilah pedagogi berasal dari bahasa latin paidagogeo,
paid artinya anak, dan ago artinya memimpin, jadi secara harfiah artinya memimpin
anak. William H. Burton, seorang behavioris, dalam Sagala (2009:61) menyatakan
bahwa mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan, dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
2
2.2 Teori Belajar Menurut Para Ahli yang Diterapkan Dalam Pembelajaran
3
1. Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang
sudah ada. Proses ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung
memodifikasi pengalaman atau informasi yang diperolehnya agar bisa masuk ke
dalam skema yang sudah ada sebelumnya.
2. Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau
penggantian skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema
yang sudah ada. Dalam proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru
sama sekali.
Piaget membagi perkembangan kognitif anak ke dalam 4 periode utama yang
berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring pertambahan usia:
1. Periode sensorimotor (usia 02 tahun)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan
anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra). Pada mulanya pengalaman itu
bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada
penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek
yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya
terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut
tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan
dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia
mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya
mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang, dll.
2. Periode praoperasional (usia 27 tahun)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Pada tahap
ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada
pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka
ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra
operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan
panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini
belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara
bersamaan.
4
3. Periode operasional konkrit (usia 711 tahun)
pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan
bantuan benda benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep
kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang
suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif. Anak pada tahap ini
sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik
yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek
fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar
dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
4. Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-
hal yang abstrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak
diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek
atau peristiwa berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu
hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah
memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang
menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi
5
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa
lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti
fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan
kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada
umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri
(self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk
mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi
kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua
(keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan
menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula
dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi
kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan
manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu
yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang
unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori klasik Maslow semakin
dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami koreksi. Penyempurnaan atau
koreksi tersebut terutama diarahkan pada konsep hierarki kebutuhan yang
dikemukakan oleh Maslow. Istilah hierarki dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau
secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga
berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika
konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang
tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan-
sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi;
6
yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman,
demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan
manusia makin mendalam penyempurnaan dan koreksi dirasakan bukan hanya
tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa
usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya,
sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin
menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai
kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki.
Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
- Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di
waktu yang akan datang;
- Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa
bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam
pemuasannya.
- Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai titik jenuh dalam arti
tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu
dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis,
namun telah memberikan dasar dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori
motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.
7
Untuk memahami teori kondisioning klasik secara menyeluruh perlu dipahami
ada dua jenis stimulus dan dua jenis respon. Dua jenis stimulus tersebut adalah :
a) Stimulus yang tidak terkondisi (unconditioned stimulus-UCS), yaitu stimulus
yang secara otomatis menghasilkan respon tanpa didahului dengan pembelajaran
apapun (contoh: makanan).
b) Stimulus terkondisi (conditioned stimulus-CS), yaitu stimulus yang sebelumnya
bersifat netral, akhirnya mendatangkan sebuah respon yang terkondisi setelah
diasosiasikan dengan stimulus tidak terkondisi (contoh : suara bel sebelum makanan
datang).
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-
rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang
diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan
binatang (anjing) karena ia menganggap binatang memiliki kesamaan dengan
manusia. Namun demikian, dengan segala kelebihannya, secara hakiki manusia
berbeda dengan binatang.Ia mengadakan percobaan dengan cara mengadakan operasi
pipi pada seekor anjing.
Sehingga kelihatan kelenjar air liurnya dari luar. Apabila diperlihatkan sesuatu
makanan, maka akan keluarlah air liur anjing tersebut. Kini sebelum makanan
diperlihatkan, maka yang diperlihatkan adalah sinar merah terlebih dahulu, baru
makanan. Dengan sendirinya air liurpun akan keluar pula. Apabila perbuatan yang
demikian dilakukan berulang-ulang, maka pada suatu ketika dengan hanya
memperlihatkan sinar merah saja tanpa makanan maka air liurpun akan keluar pula.
Makanan adalah rangsangan wajar, sedang sinar merah adalah rangsangan
buatan. Ternyata kalau perbuatan yang demikian dilakukan berulang-ulang,
rangsangan buatan ini akan menimbulkan syarat (kondisi) untuk timbulnya air liur
pada anjing tersebut. Peristiwa ini disebut : Refleks Bersyarat atau Conditioned
Respons.
Pavlov berpendapat, bahwa kelenjar-kelenjar yang lain pun dapat dilatih.
Bectrev murid Pavlov menggunakan prinsip-prinsip tersebut dilakukan pada manusia,
yang ternyata ditemukan banyak refleks bersyarat yang timbul tidak disadari manusia.
8
Melalui eksperimen tersebut Pavlov menunjukkan bahwa belajar dapat
mempengaruhi perilaku seseorang.
Faktor lain yang juga penting dalam teori belajar pengkondisian klasik Pavlov
adalah generalisasi,deskriminasi,dan pelemahan.
Generalisasi. Dalam mempelajari respon terhadap stimulus serupa, anjing
akan mengeluarkan air liur begitu mendengar suara-suara yang mirip dengan bel,
contoh suara peluit (karena anjing mengeluarkan air liur ketika bel dipasangkan
dengan makanan). Jadi, generalisasi melibatkan kecenderungan dari stimulus baru
yang serupa dengan stimulus terkondisi asli untuk menghasilkan respon serupa.
Contoh, seorang peserta didik merasa gugup ketika dikritik atas hasil ujian yang jelek
pada mata pelajaran matematika. Ketika mempersiapkan ujian Fisika, peserta didik
tersbut akan merasakan gugup karena kedua pelajaran sama-sama berupa hitungan.
Jadi kegugupan peserta didik tersebut hasil generalisasi dari melakukan ujian mata
pelajaran satu kepada mata pelajaran lain yang mirip.
Deskriminasi. Organisme merespon stimulus tertentu, tetapi tidak terhadap
yang lainnya. Pavlov memberikan makanan kepada anjing hanya setelah bunyi bel,
bukan setelah bunyi yang lain untuk menghasilkan deskriminasi. Contoh, dalam
mengalami ujian dikelas yang berbeda, pesrta didik tidak merasa sama gelisahnya
ketika menghadapi ujian bahasa Indonesia dan sejarah karena keduanya merupakan
subjek yang berbeda.
Pelemahan (extincition). proses melemahnya stimulus yang terkondisi
dengan cara menghilangkan stimulus tak terkondisi. Pavlov membunyikan bel
berulang-ulang, tetapi tidak disertai makanan. Akhirnya, dengan hanya mendengar
bunyi bel, anjing tidak mngeluarkan air liur. Contoh, kritikan guru yang terus
menerus pada hasil ujian yang jelek, membuat peserta didik tidak termotivasi belajar.
Padahal, sebelumnya peserta didik pernah mendapat nilai ujian yang bagus dan
sangat termotivasi belajar.
Dalam bidang pendidikan, teori kondisioning klasik digunakan untuk
mengembangkan sikap yang menguntungkan terhadap peserta didik untuk termotivasi
belajar dan membantu guru untuk melatih kebiasaan positif peserta didik.
9
2.3 Penerapan Teori Belajar dan Pembelajaran Menurut Para Ahli Pada
Matakuliah Hidrologi
A. Matakuliah Hidrologi
Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai
terjadinya, peredarannya dan penyebarannya, sifat-sifatnya serta hubungannya
dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup.
Standar Kompetensi
- Memahami dasar-dasar hidrologi dan aplikasinya dalam bidang teknik sipil.
Deskripsi Kompetensi
- Memahami pengertian hidrologi, presipitasi dan evatranportasi.
- Memahami konsep infiltrasi dan perkolasi.
- Menganalisis unsurr unsur aliran sungai, aliran melalui lubang dan peluap.
- Penerapan statistic dalam hidrologi, air tanagh dan hidrometri.
10
Jadi dalam proses pembelajaran dalam mata kuliah hidrologi ini peserta didik
sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abstrak dan
menggunakan logika. Pendidik hanya menerangkan apa saja dasar-dasar hidrologi
dan penerapannya di bidang teknik sipil, memberi gambaran tentang apa saja yang
akan dilakukan di dunia kerja. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah
mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi.
Sehingga, peserta didik akan melakukan proses belajar dari materi yang disampaikan
oleh pendidik.
Seorang pendidik yang baik tentunya harus dapat memotivasi peserta didik
agar memunyai dorongan yang kuat untuk belajar, berprestasi, tentunya dengan ini
proses pembelajaran akan menjadi baik, berhasil dan tidak ada suatu keterpasaan
terhadap peserta didik, namun peserta didik sendiri yang termotivasi untuk
melakukan proses belajar yang baik demi kepentingan dirinya.
Motivasi dalam mata kuliah hidrologi ini seorang pendidik harus mampu dan
tahu akan tujuan dari mata kuliah ini, sehingga pendidik tahu bagaimana memotivasi
peserta didik dalam mata kuliah ini. Sebagai contoh, negara Indonesia memiliki iklim
tropis yaitu musim penghujan dan kemarau karena dilintasi oleh garis khatulistiwa.
11
Saat musim penghujan, curah hujan yang tinggi seringkali menyebabkan banjir. Perlu
kita ketahui, Indonesia merupakan negara maritim maka perlu seorang yang ahli
dalam bidang pengairan untuk mengatasi masalah ini. Salah satu upaya mengatasi
masalah banjir yaitu dengan mendirikan waduk / bendungan untuk menampung air.
Apabila air dikelola dengan baik maka akan bermanfaat bagi kelangsungan hidup
masyarakat. Dengan demikian, para tenaga kerja di bidang pengairan akan banyak
dibutuhkan mengingat kondisi alam yang ada di Indonesia.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengkokohkan
kepribadian. Mengajar adalah upaya memberikan stimulus, bimbingan, pengarahan,
dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.
3. Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai
terjadinya, peredarannya dan penyebarannya, sifat-sifatnya serta hubungannya
dengan lingkungannya terutama dengan makhluk hidup. Tujuan utama dari
matakuliah hidrologi agar mahasiswa memahami dasar-dasar hidrologi dan
aplikasinya dalam bidang teknik sipil.
3.2 Saran
2. Dari banyaknya teori belajar dan pembelajaran, kita harus memilih teori belajar
dan pembelajaran yang relevan dan cocok terhadap pembelajaran.
3. Penerapan teori belajar para ahli harus disesuaikan dengan kondisi yang ada dalam
proses belajar mengajar di bangku perkuliahan.
13
DAFTAR PUSTAKA
14