Anda di halaman 1dari 5

2.3.

Gangguann Pendengaran pada Lansia

2.3.1. Defenisi

Gangguan pendengaran merupakan masalah serius yang paling sering dihadapi oleh
seseorang karena dapat menimbulkan gangguan dalam berkomunikasi saat bersosialisasi.
Apalagi jika hal ini terjadi tanpa di sadari oleh seseorang, sehingga mereka tetap merasa dalam
keadaan baik-baik saja. Proses penuaan tidak bisa di hindari dan semua orang akan
mengalaminya. Menurut Harold Schuknecht menyatakan, '' Secara harfiah, kita mulai menua
sejak pembuahan dan tidak pernah berhenti sampai kita mati, dalam arti biasa, penuaan di mulai
ketika pertumbuhan berhenti.( Astari NLI, 2014)

Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Penyebab paling umum
adalah bertambahnya usia. Ketika seseorang bertambah usia, sel-sel khusus di telinga mulai
bekerja kurang baik. Gangguan pendengaran seperti ini berlangsung perlahan-lahan dari waktu
ke waktu dan biasanya mempengaruhi kedua telinga. Gangguan pendengaran menyebabkan sulit
untuk berbicara dengan orang lain dan melakukan kegiatan sehari-hari.( US. Preventif services,
2012).

Gangguan pendengaran terjadi ketika berkurangnya sensitivitas untuk mendengar suara


yang normal. Tidak ada definisi secara umum untuk gangguan pendengaran, karena frekuensi
dan intensitas ambang batas bervariasi tergantung pada kriteria referensi yang digunakan.( Spiby
J, 2014)

Klasifikasi gangguan pendengaran menurut WHO sebagai berikut :

Mild/Slight 26-40dB
Moderate 41-60dB
Severe 61-80dB
Profound 81 dB or more

Perubahan patologik pada organ auditori akibat proses degenerasi pada usia lanjut dapat
menyebabkan gangguan pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok geriatri
umumnya tuli sensorineural, namum dapat juga berupa tuli konduktif atau tuli campur.( Suwento
R, 2010)
2.3.2. Jenis

Terdapat 3 jenis gangguan pendengaran :

Gangguan pendengaran konduktif

Merupakan gangguan yang disebabkan karena suara tidak dapat melewati saluran
pendengaran secara normal, yaitu dari luar telinga ke dalam telinga. Gangguan pendengaran
yang terjadi biasanya mild hingga moderate dan bukan merupakan tuli total. Gangguan ini sering
dapat diobati. Gangguan pendengaran ini sering terjadi karena adanya penyumbatan seperti
kotoran telinga, cairan yang disebabkan oleh infeksi telinga, perforasi membrane tympani atau
gangguan tulang pendengaran,

Gangguan pendengaran sensorineural

Merupakan gangguan yang disebabkan oleh rusaknya sel-sel rambut yang sensitif baik di
dalam koklea atau saraf pendengaran, baik secara alami melalui penuaan, atau sebagai akibat
dari cedera,

Gangguan pendengaran campuran

Merupakan suatu keadaan dimana didapatkan kedua jenis gangguan pendengaran pada
waktu yang sama. ( Spiby J, 2014)

Secara alamiah organ pendengaran akan mengalami proses degenerasi. Pada telinga luar
perubahan yang paling jelas adalah berkurangnya elastisitas jaringan daun telinga dan liang
telinga. Kelenjar sebasea mengalami gangguan fungsi sehingga produksinya berkurang, selain itu
juga terjadi penyusutan jaringan lemak yang seharusnya berperan sebagai bantalan di sekitar
liang telinga. Hal tersebut diatas menyebabkan kulit daun telinga maupun liang telinga menjadi
kering dan mudah mengalami trauma. Serumen juga cenderung mengumpul, mengeras, dan
menempel dengan jaringan kulit di liang telinga.(Suwento R, 2010)

Penyebab paling umum dari gangguan pendengaran pada lansia adalah presbikusis atau
hilangnya progresif kemampuan untuk mendengar frekuensi tinggi dengan bertambahnya usia.
Gangguan ini merupakan gangguan jenis sensorineural dimana melibatkan degenerasi sel-sel
Organ Corti. Kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan presbikusis biasanya bertahap,
progresif, dan bilateral. Penyakit ini awalnya mempengaruhi frekuensi yang lebih tinggi sebelum
maju ke frekuensi yang lebih rendah. ( Spiby J, 2014)

Ketika berbicara, suara yang dihasilkan merupakan suara yang memiliki frekuensi tinggi,
sehingga gangguan presbikusis ringan dapat menyebabkan gangguan pada pemahaman
berkomunikasi. Untuk alasan ini, seorang lansia dengan presbikusis biasanya akan mengeluh
pertamakali bahwa mereka tidak dapat memahami apa yang dibicarakan orang lain. Diperkirakan
bahwa 25% dari orang berusia 65-75 dan 70 sampai 80% berusia di atas 75 tahun menderita
presbikusis. (Spiby J, 2014)

Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi, Schuknecht dkk menggolongkan prebikusis


menjadi 4 jenis yaitu, (1) sensorik, (2) neural, (3) metabolic (dtrial presbycusis), (4) mekanik
(cocjlear presbycusis). Menurut penelitian prevalensi terbanyak adalah jenis metabolic (34.6 %).
Sedangkan prevalesi jenis lainnya adalah neural 30.7%, mekanik 22.8% dan sensorik 11.9%.
(Sowento R, 2010)

Jenis Patologi
Lesi terbatas pada koklea. Atrofi organ Corti, jumlah sel-
Sensorik
sel rambut dan sel sel panjang berkurang
Neural Sel-sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang.
Atrofi stria vaskularis. Potensial mikrofonik menurun.
Metabolik Fungsi sel dan keseimbangan bio-kimia/bioelektrik
koklea berkurang.
Terjadi perubahan gerakan mekanik duktus koklearis.
Mekanik Atrofi ligamentum spiralis. Membrane basilaris lebih
kaku.
Table 1. klasifikasi presbikusis (Sowento R,2010)

2.4. Skrining Pendengaran

2.4.1. Defenisi

Skrining merupakan upaya untuk mendeteksi penyakit pada orang yang tidak mengetahui
bahwa mereka memiliki kondisi tersebut. Sekitar 20 sampai 40 persen orang tua yang berusia
lebih dari 50 tahun dan hampir 80 persen orang tua yang berusia lebih dari 80 tahun memiliki
beberapa gangguan pendengaran. Banyak lansia tidak memilih untuk melakukan screening atau
dirawat karena kondisi ini. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah mengalami
gangguan pendengaran karena gangguan pendengaran yang ringan atau gangguan pendengaran
tersebut memburuk dengan sangat lambat. Beberapa lansia mengetahui mereka memiliki
beberapa gangguan pendengaran, tetapi tidak terganggu oleh itu. Yang lain mungkin memiliki
masalah medis lain sehingga mereka tidak menyadari bahwa mereka telah kehilangan
pendengaran. ( US. Preventif services, 2012)

2.4.2. Tujuan

Biaya pelayanan kesehatan meningkat setiap tahunnya di mana-mana. Intervensi dini


bertujuan untuk mengatasi masalah kesehatan sehingga dapat mengurangi pengeluaran untuk
penyakit yang dapat diobati di kemudian hari yang bermanfaat bagi individu dan masyarakat.
Proses skrining bisa sangat relevan di mana orang-orang yang diskrining merupakan mereka
yang tidak mengetahui kondisi mereka dan di mana proses skrining itu sendiri memfasilitasi atau
mengambil tindakan untuk mengatasi kondisi dimana mereka yang terbukti setelah diskrining
mengalami kasus gangguan pendengaran.( Lamb B, Archbold S. 2016)

Dalam kasus gangguan pendengaran, screening dapat membantu dalam deteksi dini pada
orang yang tidak menyadari bahwa pendengaran mereka berubah. Hal ini juga dapat mendeteksi
gangguan pendengaran pada orang yang telah berpikir bahwa pendengaran mereka sudah
terganggu tapi yang tidak memilih untuk berbicara dengan dokter. Salah satu manfaat potensial
mendeteksi kehilangan pendengaran sedini mungkin adalah untuk mencegah gangguan
pendengaran semakin memburuk melalui pengobatan sedini mungkin (US. Preventif services,
2012).

DAFTAR PUSTAKA
United state Preventive Services. 2012. Undrestanding Task Force Recommendation. USA :
Task Forces

Lamb B, Archbold S. 2016. Adul Hearing Screening : Can We Afford to Wait Any Longger?. UK
: The Ear Foundation

Astari NLI. 2014. Uji Diagnostik HHIE-S Versi Indonesia untuk Skrining Gangguan
Pendengaran Usia Lanjut. Denpasar: Universitas Udayana

Suwento R dan Hendarmin H. 2010. Gangguan Pendengaran pada Geriatri. Dalam Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, : Kepala dan Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai
Penerbit FK UI.

Spiby J. 2014. Screening for Hearing Loss in Older Adults. UK : National Screening Comittee

Anda mungkin juga menyukai