Bab I
Bab I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Tumor otak atau glioma adalah sekelompok tumor yang timbul dalam sistem
saraf pusat dan dapat dijumpai beberapa derajat diferensiasi glia. Apabila sel-sel
tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri, disebut tumor otak primer dan bila
berasal dari organ-organ lain, disebut tumor otak metastase.
Sebenarnya, penyebab tumor otak masih belum diketahui tetapi masih ada faktor-
faktor yang perlu ditinjau yaitu :
Herediter
Sindrom herediter seperti von Recklinghausens Disease, tuberous sclerosis,
retinoblastoma, multiple endocrine neoplasma bisa meningkatkan resiko tumor otak.
Gen yang terlibat bisa dibagikan pada dua kelas yaitu tumor suppressorgenes dan
oncogens. Selain itu, sindroma seperti Turcot dapat menimbulkan kecenderungan
genetik untuk glioma tetapi hanya 2%.
Radiasi
Radiasi jenis ionizing radiation bisa menyebabkan tumor otak jenis
neuroepithelial tumors, meningiomas dan nerve sheath tumors. Selain itu, paparan
terhadap sinar X juga dapat meningkatkan risiko tumor otak.
Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan. Kini
telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti nitrosamides dan
nitrosoureas yang bisa menyebabkan tumor sistem saraf pusat.
Virus
Infeksi virus juga dipercayai bisa menyebabkan tumor otak. Contohnya, virus
Epseien-barr.
Gaya Hidup
penelitian telah menunjukkan bahwa makanan seperti makanan yang
diawetkan, daging asap atau acar tampaknya berkorelasi dengan peningkatan risiko
tumor otak. Di samping itu, risiko tumor otak menurun ketika individu makan lebih
banyak buah dan sayuran.
3. Epidemiologi
Berdasarkan data-data dari Central Brain Tumor Registry of the United State
(CBTRUS) dari tahun 2004-2005 dijumpai 23.62 per 100,000 orang- tahun (umur
20+). Kadar mortilitas di Amerika Utara, Western Europe dan Australia dijumpai 4-7
per 100,000 orang per tahun pada pria dan 3-5 per 100,000 orang per tahun pada
wanita. Selain itu telah dilaporkan bahwa meningioma merupakan jenis tumor yang
paling sering dijumpai yaitu 33.4% diikuti dengan glioblastoma yaitu 17.6%.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Histogenik
Yang berikut merupakan klasifikasi tumor otak yang penting dari segi klinis:
5. PATOFISIOLOGI
6. Gejala klinis
Secara umum pasien tumor otak bisa memiliki gejala seperti perubahan perilaku
contohnya, pasien mungkin mudah lelah atau kurang konsentrasi. Selain itu, gejala
hipertensi intracranial seperti sakit kepala, mual, vertigo. Serangan epilepsi juga
sering dijumpai pada pasien tumor otak.
1. Lobus frontal
Menimbulkan gejala perubahan kepribadian seperti depresi.
Menimbulkan masalah psychiatric.
Bila jaras motorik ditekan oleh tumor hemiparese kontra lateral, kejang fokal
dapat timbul. Gejala kejang biasanya ditemukan pada stadium lanjut
Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia.
Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia.
2. Lobus temporal
Dapat menimbulkan gejala hemianopsia.
Gejala neuropsychiatric seperti amnesia, hypergraphia dan Dj vu juga dapat
timbul.
Lesi pada lobus yang dominan bisa menyebabkan aphasia.
3. Lobus parietalis
Akan menimbulkan gangguan sensori dan motor yang kontralateral.
Gejala homonymous hemianopia juga bisa timbul.
Bila ada lesi pada lobus yang dominan gejala disfasia.
Lesi yang tidak dominan bisa menimbulkan geographic agnosia dan dressing
apraxia.
4. Lobus oksipital
Menimbulkan homonymous hemianopia yang kontralateral
Gangguan penglihatan yang berkembang menjadi object agnosia.
5. Tumor di cerebello pontin angle
Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma.
Dapat dibedakan karena gejala awalnya berupa gangguan fungsi pendengaran.
6. Glioma batang otak
Biasanya menimbulkan neuropati cranial dengan gejala-gejala seperti diplopia,
facial weakness dan dysarthria.
7. Tumor di cerebellum
Didapati gangguan berjalan dan gejala tekanan intrakranial yang tinggi seperti
mual, muntah dan nyeri kepala. Hal ini juga disebabkan oleh edema yang
terbentuk.
Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar ke leher dan spasme dari
otot-otot servikal
7. Diagnosa
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan neuroradiologis yang dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi
ada tidaknya kelainan intra kranial, adalah dengan:
1. Rontgen foto (X-ray) kepala lebih banyak sebagai screening test, jika ada
tanda-tanda peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi
perlunya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Angiografi : suatu pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam
pembuluh darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah
(vaskularisasi) otak
3. Computerized Tomography (CT-Scan kepala) dapat memberikan informasi
tentang lokasi tumor tetapi MRI telah menjadi pilihan untuk kebanyakan
karena gambaran jaringan lunak yang lebih jelas (Schober, 2010)
4. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat diagosa yang lebih dini
dan akurat serta lebih defititif. Gambar otak tersebut dihasilkan ketika medan
magnet berinteraksi dengan jaringan pasien itu
8. Penatalaksanaan
9. Prognosis
Prognosa penderita tumor otak didapati bahawa tanpa terapi radiasi, harapan hidup
rata-rata pasien dengan metastase otak adalah 1 bulan. Selain itu, Resectability Tumor,
lokasi tumor, usia pasien, dan histologi tumor adalah penentu utama kelangsungan
hidup. Pasien dengan kejang sekunder ke tumor otak umumnya mengalami kerusakan
neurologis yang jelas selama kursus 6 bulan. Kebanyakan pasien dengan metastase
otak mat i dari perkembangan keganasan utama mereka bukan dari kerusakan otak.