Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Hidup adalah sebuah perjuangan. Tanpa adanya usaha untuk berjuang maka manusia
tidak akan bisa bertahan untuk hidup. Untuk itu manusia haruslah berjuang sekuat tenaga
untuk memenuhi segala kebutuhannya sendiri. Dalam pada itu berjuangmemiliki makna yang
cukup luas. Di dalamnya terkandung nilai-nilai untuk bekerja keras, tekun, ulet dan teliti.
Tanpa adanya unsur-unsur itu apa yang kita harapkan dan cita-citakan belum tentu akan
tercapai. Dengan bekerja keras dan tekun akan muncul sikap optimis dalam diri seseorang
untuk menggapai cita-citanya. Dengan adanya sifat ulet, manusia tidak akan mudah goyah
dan putus asa dalam menerjakan apa yang ia lakukan. Tidak mudah putus semangat apabila
dala melakukan pekerjaannya mengalami hambatan atau bahkan kegagalan.
Dalam melakukan pekerjaan unsur teliti juga tidak boleh lepas dari dirinya. Dengan
sikap teliti maka apabila ada kesalahan atau kekurangan bisa segera di carikan solusinya.
Sehingga sebuah pekerjaaan dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan uraian ini kami
bermaksud untuk membahas bagaimana halnya kerja keras, tekun, ulet dan dan teliti dalam
kehidpan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah yang dimaksud kerja keras, tekun, ulet dan teliti?
2. Bagaimana implementasinya dalam kehidupan?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui tentang kerja keras, tekun, ulet, teliti.
2. Mengetahui implementasi kerja keras, tekun, ulet dan teliti dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kerja Keras, Tekun, Ulet, Dan Teliti


Kerja keras, tekun, ulet, dan teliti merupakan empat sikap terpuji yang perlu dimiliki
oleh setiap orang yang menginginkan kesuksesan dalam hidupnya. Keempat sifat
tersebutharus dilakukan secara integral sebab antara yang satu dengan yang lainnya saling
mendukung. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti adalah kunci dalam mencapai kesuksesan dan
tujuan yang dicita-citakan manusia.
Dengan kerja keras semua pekerjaan bisa cepat selesai. Dan disertai dengan
ketekunan, ulet dan teliti sebuah pekerjaan bisa terselesaikan dengan cepat, rapi dan
maksimal sesuai yang diharapkan. Tanpa adanya sifat-sifat tadi dalam menjalani sebuah
pekerjaan maka manusia akan cepat merasa putus asa dan mudah menyerah. Tidak merasa
puas dan bahkan bisa menjadi orang yang pesimis.
Untuk itu maka manusia dituntut untuk selalu memiliki dan menjaga sifat-sifat
tersebut diatas. Agar dalam menjalani kehidupan dan melakukan pekerjaan tetap menjadi
orang yang selalu optimis dan berpikiran positif. Dengan begitu semua apa yang dicita-
citakan oleh manusia akan terwujud dengan baik.

A. Kerja keras
1) Konsep kerja keras
Kerja berarti berusaha atau berjuang dengan keras berarti sungguh-sungguh. Bekerja
keras adalah bekerja dengan gigih dan sungguh-sungguh untuk mencapai suatu cita-cita.
Bekerja keras tidak mesti banting tulang dengan mengeluarkan tenaga secara fisik, akan
tetapi sikap bekerja keras juga dapat dilakukan dengan berpikir sungguh-sungguh dalam
melaksanakan pekerjaannya. Kerja keras yaitu bekerja dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan atau prestasi kemudian disertai dengan berserah diri (tawakkal) kepada
Allah SWT baik untuk kepentingan dunia dan akhirat. Firman Allah SWT yang artinya
sebagai berikut:

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan. (Al-Qashash 77)
Dengan demikian, sikap kerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu, mencari
rezeki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing.
Pentingnya bekerja keras ini tersirat dalam firman Allah surat al-Jumuah ayat 10
yang artinya:

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah/9 ayat 105 yang artinya:

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang
Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang
telah kamu kerjakan.
Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti
shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di muka bumi ini.
Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus berusaha sesuai
dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah SWT. Orang
yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan, dan menunggu keajaiban
menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta segala isinya
diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh manfaat dari alam ini, manusia
harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk
bekerja keras. Beliau menegaskan bahwa makanan yang paling baik adalah yang berasal dari
hasil keringat sendiri. Sabdanya:


) )
Artinya: Tidak ada makanan yang lebih baik bagi seseorang melebihi makanan yang
berasal dari buah tangannya sendiri. Sesungguhnya Nabi Daud AS makan dari hasil
tangannya sendir.
Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah QS. Al-Insyiqoq ayat6
yang artinya:

Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara sungguh-sungguh)


menuju keredaan Tuhanmu.

Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal itu pula yang telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW sejak kecil hingga akhir hayatnya. Misalnya ketika ia
mengembala biri-biri serta berniaga hingga ke negeri Syam dengan penuh semangat dan
jujur. Begitu pula para sahabat memberikan keteladanan bekerja keras, seperti Abu Bakar,
Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan lainnya. Mereka memiliki
semangat kerja keras yang tinggi baik dalam berusaha maupun berdakwah menegakkan
agama Allah. Harta yang mereka peroleh dari usaha yang kerja keras mereka gunakan untuk
menyantuni fakir miskin dan kepentingan agama Islam. Rasulullah SAW juga memberikan
penghargaan bagi orang yang bekerja keras.
Suatu ketika Nabi bertemu dengan seorang sahabat, Sa'ad al-Anshari yang
memperlihatkan tangannya yang melepuh karena kerja keras. Nabi bertanya, "mengapa
tanganmu hitam, kasar dan melepuh?" Sa'ad menjawab, "tangan ini kupergunakan untuk
mencari nafkah bagi keluargaku." Nabi yang mulia berkata, "ini tangan yang dicintai Allah,"
seraya mencium tangan yang hitam, kasar dan melepuh itu. Bayangkanlah, Nabi yang
tangannya selalu berebut untuk dicium oleh para sahabat, kini mencium tangan yang hitam,
kasar dan melepuh. Agar semangat kerja keras selalu ada dalam diri, maka hendaknya kita
beranggapan akan hidup selamanya.
Namun dalam hal ibadah khusus, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan bahwa
seolah-olah kita akan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu. Hal ini
sesuai dengan pesan Rasulullah SAW:

Artinya: bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah engkau hidup selama-
lamanya; dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah engkau akan mati esok
hari. (H.R. Ibnu Asakir).
Semua manusia yang hidup di dunia ini mempunyai jasmani dan rohani yang
keduanya saling membutuhkan antara satu dan lainnya. Kebutuhan jasmani berupa makanan,
minum, pakaian, dan tempat tinggal. Sedangkan kebutuhan rohani berupa pengtahuan yang
bermanfaat, dan nasihat yang sesuai dengan kebutuhan rohani. Semuanya itu dapat diraih
apabila kita mau berusaha dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi
kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:

"Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka


merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri". (Q.S Ar-Radu: 11)
Rasulullah pernah bersabda amal duniawi yang dilakukan oleh manusia untuk
kepentingan hidupnya dan usaha yang dikerjakan untuk kebutuhan diri sendiri dan keluarga
termasuk ibadah serta sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semua orang
yang bekerja dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya sebagai ibadah asalkan
mereka berpegang pada ketentuan berikut:
a. Harus menyesuaikan semua pekerjaannya dengan aturan agama yang berlaku dalam ajaran
Islam
b. Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulainya dengan niat yang suci dan hati yang
tulus
c. Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.

2) Hikmah Bekerja Keras


Allah SWT memerintahkan supaya kita bekerja keras karena banyak himah dan
manfaatnya, baik bagi orang yang bekera keras maupun terhadap lingkungannya. Di antara
hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan, maupun keterampilan.
2. Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan disiplin.
3. Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota
masyarakat.
4. Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan kesejahteraan.
5. Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
6. Mampu hidup layak.
7. Sukses meraih cita-cita
8. Mendapat pahala dari Allah, karena bekerja keras karena Allah merupakan bagian dari
ibadah.

3. Membiasakan perilaku kerja keras


Untuk dapat memilki sikap kerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih terpuji dan
mulia daripada menerima pemberian orang lain.
2. Islam memuji sikap kerja keras dan mencela meminta-minta (kecuali jika terpaksa).
3. Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharapkan bantuannya.
4. Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia daripada meminta.[1]

B. Tekun
1) Konsep tentang Tekun
Tekun artinya berkeras hati, teguh pada pendirian, rajin, giat, sungguh-sungguh dan
terus-menerus dalam bekerja meskipun mengalami kesulitan, hambatan, dan rintangan. Sifat
tekun ini diwujudkan dalam semangat yang berkesinambungan dan tidak kendur walaupun
banyak rintangan yang menghadang. Sebagai seorang pelajar, harus tekun dalam belajar.
Ketekunan itu bisa diwujudkan dalam bentuk belajar dengan sungguh-sungguh dan terus-
menerus. contohnya belajar setiap malam, bukan belajar hanya ketika dekat waktu ujian.
Begitu juga dalam beribadah, kita harus senantiasa berzikir kepada Allah baik dalam keadaan
sempit maupun ketika lapang. Jika sifat tekun telah menjadi bagian diri kita, maka kita akan
terampil dan mampuni dalam bidang yang kita tekuni. Sebagai seorang mukmin, kita harus
menekuni bidang kita masing-masing. Hal ini tersirat dalam surat al-Isra/17 ayat 84.


Artinya: Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing". Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.
Dengan demikian sifat tekun menjadi salah satu modal untuk mencapai kesuksesan
dalam berbagai bidang sebagaimana yang dicita-citakan. Hal itu pula yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW dalam mensyiarkan agama Islam. Ia melakukan dakwah secara terus-
menerus kepada keluarga dan masyarakat di sekitarnya agar mentauhidkan Allah SWT. Ia
juga melakukan pembinaan yang kontiniu kepada sahabat-sahabatnya untuk mempelajari al-
Quran dan siap berdakwah kepada orang-orang di sekitar mereka dengan cara yang santun
dan baik. Dengan kerja keras dan ketekunan mereka, Islam telah berjaya di jazirah Arab
ketika itu dan menyebar ke berbagai daerah tanpa adanya paksaan.
Semua manusia yang lahir di muka bumi pasti dalam keadaan tidak tahu apa-apa.
Tidak ada satu pun manusia ahir di dunia ini dalam keadaan pandai atau pintar. Dengan
bertambahnya usia dari hari ke hari, minggu dan tahun, akal dapat berfikir sebagaimana
fungsinya yang telah diberikan Allah. Alla berfirman:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui
sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur. (QS. An-Nahl: 78)
Sifat tekun ini dapat pula dilihat dari berbagai kisah orang-orang terdahulu yang
shaleh lagi sukses dalam menjalani kehidupannya. Salah satu di antaranya adalah seorang
ulama kenamaan yang bernama Ibnu Hajar. Awalnya dia adalah seorang anak yang merasa
bodoh. Ia sulit menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu ketika ia melihat batu
kecil yang terletak di tepi sungai. Ia mengamati batu kecil itu berlobang/lekuk. Sementara air
menetas dari atas dan jatuh tepat di lobang batu kecil tersebut. Ia pun sadar ternyata batu
yang keras itu bisa berlobang hanya karena air yang secara terus menerus menetes, walaupun
hanya setetes demi setetes. Kemudian, beliau berpikir, meskipun ia merasa bodoh, tetapi jika
belajar dengan tekun, terus-menerus, niscaya akan menjadi pintar. Akhirnya ia belajar lebih
tekun lagi sehingga ia menjadi ulama terkemuka. Karena ketekunannya dalam belajar
terinspirasi dari batu kecil di tepi sungai itu, maka ia pun diberi nama Ibn Hajar, yang artinya
anak batu.
Masih banyak kisah sukses yang dialami oleh orang-orang ternama akibat
ketekunannya dalam meraih cita-cita. Oleh karena itu, sebagai seorang mukmin, tekunlah
dalam berusaha baik untuk urusan duniawi terutama dalam urusan ukhrawi. Tanpa adanya
usaha yang sungguh-sungguh dan berkesinambungan, maka perubahan ke arah yang lebih
baik akan sulit untuk diraih. Perhatikan dan pahamilah firman Allah di bawah ini:

Artinya: ... Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...(Qs. Ar-Radu/13: 11)

2) Hikmah Tekun
Di antara hikmah tekun adalah sebagai berikut:
a. Menghasilkan apa yang diusahakan
b. Selalu berusaha agar berhasil
c. Melatih diri untuk siap menghadapi berbagai rintangan dan cobaan dalam kehidupan
ini.
d. Membentuk pribadi yang dinamis dan kreatif dalam berkarya.
e. Bersyukur jika usahanya berhasil
f. Memperoleh pahala karena bersikap tekun itu melaksanakan ajaran Islam

C. Ulet
1) Konsep tentang Ulet
Ulet berarti tahan uji, tidak mudah putus asa dan menyerah jika menemui rintangan
dan hambatan yang disertai kemauan kerja keras dalam berusaha mencapai tujuan dan cita-
cita. Meskipun ia gagal dalam suatu urusan, tetapi ia tidak mengeluh, tidak bersedih, dan
tidak pula berputus asa sehingga ia akan tetap berusaha dan mencoba lagi untuk mencapai
yang diinginkannya. Baginya, kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda.
Mengenai berputus asa ini, Allah melarangnya dalam surat Az-Zumar/39 ayat 53:

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka


sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
Jadi, orang yang ulet tidak akan pesimis dalam hidupnya. Ia selalu optimis dalam
mencapai tujuan dan cita-citanya. Meskipun sikap ulet memerlukan sikap yang optimis, tidak
boleh pula optimis yang berlebihan, sebab hal itu dapat menimbulkan kesombongan. Oleh
karena itu, sikap ulet hendaknya diiringi dengan sifat tawakal kepada Allah SWT. Berhasil
tidaknya usaha yang kita lakukan tidak terlepas dari kehendak dan kekuasaan Allah.
Perhatikan pula firman Allah berikut ini.

Artinya: Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya. (Qs. Ali Imran/3: 159) Sikap ulet juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika bekerja
pada Khadijah. Beliau tidak menghiraukan musim panas atau dingin. Dia pantang menyerah,
tidak berputus asa, dan ulet dalam memperdagangkan dagangan majikannya ke berbagai
tempat dan pasar. Tidak hanya di kota Mekkah, tetapi sampai ke luar Mekah, seperti Yaman,
Madinah, Kufah dan Basrah.
Begitu pula dalam berdakwah. Meskipun ia dan para sahabat diteror oleh orang-orang
kafir Quraisy, tetapi ia tidak pernah menyerah dan berputus asa untuk menyampaikan dakwah
kepada mereka sehingga orang-orang yang menentangnya menjadi sahabat yang setia, seperti
Umar bin Khattab, Khalid bin Salid, Abu Sufyan, dan sebagainya.

2) Hikmah Ulet
Di antara hikmah ulet adalah:
a. Memperoleh kesuksesan atas apa yang ia usahakan
b. Optimis dalam bekerja
c. Menumbuhkan semangat untuk selalu berusaha
d. Tidak putus asa meskipun usahanya belum berhasil
e. Mendapat pahala karena bersikap ulet melaksanakan ajaran Islam.
D. Teliti
1) Konsep Tentang Teliti
Teliti adalah cermat atau seksama,[2] berhati-hati, penuh perhitungan dalam berpikir
dan bertindak, serta tidak tergesa-gesa dan tidak ceroboh dalam melaksanakan pekerjaan.
Sikap ketelitian sangat dibutuhkan dalam mencapai hasil yang maksimal. Islam mengajarkan
kepada setiap muslim untuk bersikap teliti dalam setiap pekerjaan. Allah tidak menyukai
makhluknya yang bekerja dengan tergesa-gesa karena bisa menimbulkan kesalahan dan
kegagalan dalam mencapai suatu tujuan. Allah SWT berfirman:


Artinya: Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku
perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab)-Ku. Maka janganlah kamu minta kepada-Ku
mendatangkannya dengan segera. (Qs. Al-Anbiya/21: 37)
Oleh karena itu bekerjalah dengan hati-hati dan jauhilah bekerja yang tergesa-gesa.
Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: Tergesa-gesa itu berasal dari syetan dan berhati-hati dari Allah. (H.R. Tirmidzi).
Sifat teliti juga dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Misalnya ketika menyikapi
perlakuan kasar orang-orang kafir Quraisy terhadap umat Islam yang ada di Mekah,
sementara nabi telah hijrah ke Madinah. Ketika itu para sahabat meminta nabi agar segera
berperang melawan kezaliman kafir Quraisy. Tetapi nabi tidak tergesa-gesa. Untuk beberapa
saat ia menunggu petunjuk dan perintah dari Allah lalu ia bicarakan dengan para sahabatnya
tentang strategi apa yang dilakukan.
Berkat ketelitian dan usaha keras dari nabi dan para sahabat, perang Badar yang tidak
seimbang itu (313 orang tentara Islam melawan 1000 tentara kafir Quraisy) akhirnya
dimenangkan umat Islam. Dengan demikian, berupayalah dengan kerja keras, tekun, ulet, dan
teliti sehingga hasil yang kita peroleh mengalami peningkatan dan akan lebih baik dari hari-
hari sebelumnya.
Pahami dan perhatikanlah sabda Rasulullah SAW berikut ini:


))
Artinya: Barangsiapa amal usahanya lebih baik dari hari kemarin maka orang itu termasuk
yang beruntung; jika amal usahanya sama dengan yang kemarin, maka ia termasuk orang
yang rugi; dan jika amal usahanya lebih buruk dari hari kemarin, maka ia termasuk orang
yang terlaknat. (H.R. al-Hakim).

2) Hikmah Teliti
Di antara hikmah sikap teliti adalah sebagai berikut:
a. Bekerja penuh dengan keyakinan
b. Memperoleh hasil yang memuaskan
c. Menghindari kesalahan dan kekeliriun dalam melakukan pekerjaan
d. Hasil usaha dapat dipertanggungjawabkan secara profesional
e. Memudahkan untuk memperoleh kesuksesan
f. Terhindar dari penyeselan akibat dari kegagalan yang disebabkan ketergesa-gesaan
2.2 Implementasi Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti
Kerja keras tekun, ulet dan teliti saling berhubungan satu sama lain karena suatu
usaha atau tujuan tertentu yang sudah dilakukan dengan kerja keras tanpa adanya ketekunan,
keuletan, dan ketelitian tidak akakn tercapai secara maksimal. Berikut adalah contoh yanng
menunjukkan perilaku kerja keras, tekun, ulet dan teliti.
1. Menyadari bahwa rizki yang diberikan Allah tidak datang dengan tiba-tiba tanpa
usaha.
2. Tidak bersifat malas dan mengeluh terhadap suatu pekerjaan karena akan
mempengaruhi etos kerja yang sudah dibangun.
3. Tidak suka menunda-nunda pekerjaan yang dapat dilakukan dengan tepat.
4. Tidak cepat merasa puas hanya pada suatu pekerjaan yang digeluti.
5. Berusaha peduli terhadap suatu pekerjaan meskipun pekerjaan tersebut tidak disukai.
6. Berusaha mengerjakan segala sesuatu dengan penuh rasa tanggung jawab.
7. Berniat sungguh-sungguh untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
8. Tetap optimis dan tidak mudah putus asa apabila menemukan suatu kegagalan.
9. Melakukan suatu pekerjaan dengan pertimbangan yang matang.
10. Melakukan pekerjaan tidak hanya dengan fisik /tenaga, tetapi juga dengan hati dan
pikiran yang positif.
Setiap orang pasti memiliki kebutuhan. Akan tetapi, kebutuhan yang harus dipenuhi
secara sungguh-sungguh dan bersifat pokok disebut kebutuhan primer. Contohnya adalah
pangan, sandang dan papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, kita harus kerja keras
dengan penuh ketekunan, keuletan dan ketelitian. Tanpa kerja keras, kita tidak mungkin
memperoleh apa yang kita inginkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat an-Najm
ayat 39-41yang artinya:

Dan bahkan manusia hanya memperoleh apa yang diusahakannya, dan


sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi
balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.S. an-Najm/53: 39-41)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh apa yang
diusahakannya. Usaha itulah yang akan dinilai di hadapan Allah swt.
Oleh sebab itu, Allah melarang kita untuk bermalas-malasan, tidak mau berusaha, dan
menggantungkan hidup kepadaa orang lain. Hindarilah sikap mengambil jalan pintas untuk
meraih keberhasilan, seperti korupsi, kolusi dan manipulasi. Sikap ini merupakan sikap yang
tidak terpuji dan merusak budaya bangsa.
Untuk memahami contoh sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti, mari kita perhatikan
cerita berikut ini.
Pak Fauzan tinggal di kompleks perumahan. Ia seorang yang kurang mampu, tetapi ia
pandai mengaji. Pekerjaannya adalah berjualan es keliling. Sejak pagi hingga siang, ia
menjajakan esnya. Sehabis Ashar, ia membantu ustadz mengajar anak-anak TPA di masjid. Ia
melakukan semua pekerjaannya tanpa mengeluh dan menjalaninya dengan senang hati. Ia
meracik bahan-bahan untuk es jualannya dengan teliti. Tidak heran jika es yang dibuatnya
terasa enak. Ia dengan tekun menjajakan es keluar masuk kampong. Karena keuletannya, ia
mampu menjalankan usahanya secara terus-menerus dan usahanya semakin bertambah besar.
Akhirnya, ia mampu menyewa sebuah kios di lokasi yang sangat strategis. Setelah itu,
usahanya bertambah maju. Ia mampu menggaji beberapa orang karyawan. Beberapa tahun
kemudian, ia mampu membeli sebidang tanah dan mendirikan rumah makan. Pak Fauzan
berhasil berkat kerja keras, ketekunan, keuletan dan ketelitiannya.

2.3 Manfaat Kerja Keras, Tekun, Ulet dan Teliti


Sikap kerja keras, tekun, ulet dan teliti akan membawa keberhasilan dalam segala
usaha. Jika hal itu dilaksanakan seorang murid, ia akan memperoleh prestasi yang tinggi. Jika
dilaksanakan seorang karyawan, ia akan memperoleh karier dan jabatan yang baik. Jika
dilaksanakan seorang pemimpin, ia akan menjadi pemimpin yang berhasil dan dicintai
rakyatnya.
Berikut ini adalah ayat al-Quran dan hadis yang menerangkan pentingnya kerja
keras, tekun, ulet dan teliti dalam melaksanakan usaha.
Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (Q.S. al-Insyirah/94:
7-8)
Dan sebuah hadis yang artinya kurang lebih sebagai berikut.
Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya
dan berbuatlah untuk kepentingan akhiratmu seakan-akan kamu mati besok pagi. (H.R. Ibnu
Asyakir).

BERIKUT KISAH SINGKAT MUSLIMAH YANG SUKSES BERKAT KETEKUNAN


DAN KERJA KERASNYA.

khadijah binti khuwailid, muslimah pebisnis


yang sukses

Khadijah Binti Khuwailid lahir pada kira-kira 15 tahun sebelum tahun gajah. Ia berasal dari

kalangan bangsawan Quraisy dan nasabnya sangat terjaga. Ia besar di kalangan keluarga yang

memiliki pencarian hidup sebagai pedagang besar. Maka tak heran jika sejak kecil ia belajar

bagaimana cara berbisnis yang baik dan menguntungkan namun tidak melanggar norma dan etika

bisnis yang lurus.

Khadijah tumbuh menjadi bunga Quraisy yang cantik dan cerdas. Kebaikan budi pekertinya yang

mulia pun terkenal ke seluruh pelosok negeri. Banyak pemuda yang ingin menyunting untuk

menjadikannya pendamping hidup. Tercatat, Atiq bin Ahid dan Abu Halah pernah menikahi

Khadijah. Tetapi setelah suami terakhirnya meninggal dunia pula di tengah perjalanan hidup
pernikahan mereka, Khadijah sempat tidak berminat untuk menikah lagi. Ia memilih

mengkonsentrasikan hidupnya untuk membesarkan dan mengurus anak-anak serta bisnisnya yang

semakin berkembang.

Selain harta peninggalan dari orangtua yang diwarisinya, peninggalan harta dari para suaminya

pun sangat banyak. Karena itulah Khadijah menjadi pebisnis yang sibuk mengelola dan

mengembangkan usaha-usahanya yang sudah meluas hingga keluar negeri Makkah.

Sebagai perempuan yang dikenal terjaga akhlak mulianya, sehingga dijuluki sebagai At-Thahiroh-

wanita yang suci, Khadijah sangat berhati-hati dalam berbisnis. Ia membangun jaringan bisnisnya

dengan modal kepercayaan. Akhlak yang luhur dalam berbisnis ini nyatanya sangat membantunya

dalam mengembangkan relasi kerja.

Selain bersikap baik pada relasi bisnisnya, Khadijah pun peduli pada para pekerjanya. Ia sangat

memperhatikan kesejahteraan mereka. Dalam hal ini Khadijah menerapkan sistem bagi hasil pada

orang-orang yang menjualkan barangnya. Keuntungan yang diperoleh dari hasil berdagangnya

dibagi sesuai andil masing-masing, hingga kedua belah pihak merasa puas dengan sistem ini.

Akhirnya, usaha Khadijah semakin berkembang, dan pekerjanya semakin banyak.

Salah satu karyawan yang bekerja menjualkan barang dagangan Khadijah adalah Muhammad bin

Abdullah. Sejak awal Muhammad sudah dikenal dengan julukan Al-Amin-yang dapat dipercaya,

sehingga ketika ia membawa barang dagangan Khadijah pun ia menjadi salah satu karyawan yang

sangat terpercaya. Setiap kali Muhammad membawa barang dagangan Khadijah ke luar kota, ia

pasti pulang membawa hasil yang memuaskan.

Kemampuan bisnis Muhammad yang bagus, juga ahlaknya yang mulia membuat hati Khadijah

tertarik. Meskipun Khadijah menolak pinangan yang sebelumnya banyak diajukan para petinggi

Quraisy, hatinya tidak bisa menolak keinginan untuk meminang sang Al Amin. Keinginannya ini

pun ia sampaikan pada orang kepercayaannya, Nafisah. Orang kepercayaannya inilah yang

kemudian menjadi penghubung pernikahan Khadijah dengan Muhammad.

Kebahagiaan Khadijah menikah dengan Muhammad semakin lengkap dengan hadirnya putera

puteri yang meramaikan suasana rumah mereka. Muhammad pun menjadi ayah bagi anak-anak,

suami dan partner bisnis yang sempurna bagi kehidupan Khadijah.


Setelah pernikahan dengan Khadijah, Muhammad diangkat menjadi nabi dan rasul penutup. Misi

suci ini membuat Rasulullah SAW banyak meninggalkan rumah untuk berdakwah. Otomastis,

perannya dalam bisnis pun berkurang. Sebagai istri, Khadijah memahami ini dan mengambil alih

seluruh roda perputaran bisnis tersebut, ia tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk

membantu penyebaran islam. Sejarah kemudian mencatatnya sebagai penyokong dana dakwah

terbesar sepanjang zaman. (Jumi/ummahonline)

diambil dari :http://swaramuslim.com/islam/more.php?id=2030_0_4_0_M


BAB III
PENUTUP DAN KESIMPULAN

Dari uraian demikian, kesimpulannya adalah :


1. Kerja keras, tekun, ulet dan teliti merupakan akhlak Terpuji yang seharusnya dimiliki oleh
setiap orang, terutama bagi seorang pelajar dalam prose pendidikan.
2. Akhlak terpuji tersebut tidak hanya butuk pemahaman konsep akan tetapi juga
diimplementasikan atau diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai umat
muslim dalam mencetak prestasi bagi dunia peradaban Islam.
3. Akhlak Terpuji tersebut merupakan refleksi dari bebrapa sifat-sifat atau akhlak terpuji yang
merupakan kepribadian Rasulullah saw. Yang perlu kita teladani.
DAFTAR PUSTAKA

Alfat, dkk. 2003. Aqidah Akhlak. Semarang: PT. Toha Putra


Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Yudistira
Tim Penulis. 2009. Materi Inti dan Soal Jawab Pendidikan Agama Islam. Solo : PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri
Yunsirno. 2010. Keajaiban Belajar. Pontianak: Pustaka Jenius Publishing
MAKALAH PAI

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 10:


1. DINDA YULIA NINGSIH
2. RIAN HERIANDI
3. M. HAIRIL
MAKALAH PAI

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3:


1.UCI OKTARINA
2.M. HAPIZIN
3.WAWAN ARDIMAN
MAKALAH PAI

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 5:


1.DIMAS JUNIARTA
2.HABIB ALI ILYAS
3.SULASTRI MAYANI

Anda mungkin juga menyukai