Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

1.1 Latar belakang masalah

Setiap tahunnya kebutuhan setiap individu akan terus berganti dan bertambah.

Masalah pun juga akan selalu silih berganti mendatangi. Ada beberapa orang yang

melampiaskan sebagian masalahnya dengan malah melakukan penyimpangan sosial,

sebagai bentuk ketidakpuasan kualitas hidupnya. Beberapa orang ingin melupakan

sejenak permasalahan dalam hidupnya, mungkin ingin bahagia untuk sebentar saja.

Fenomena yang ada, kebanyakan orang ingin merasakan kesenangan sesaat dengan

cara menikmati minuman keras. Dalam beberapa penelitian, ada yang mengatakan

bahwa minuman keras mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi manusia.

Jika minuman keras diminum dalam dosis yang sesuai maka akan bermanfaat bagi

tubuh kita, seperti minuman keras jenis wine yang dapat menjadi obat kanker dan

kolestrol.1 Namun fakta yang terjadi, minuman keras menjadi candu bagi sebagian

orang. Mereka merasa setelah meminum minuman keras beban masalah terlupakan

sejenak karena setelah meminum efeknya adalah memabukan. Tanpa mereka sadari

bahwa dampak negatifnya justru lebih banyak jika diminum secara terus menerus.

Bila dikonsumsi berlebihan, minuman beralkohol dapat menimbulkan efek samping

gangguan mental organik (GMO), yaitu gangguan dalam fungsi berfikir, merasakan

dan berperilaku. Timbulnya GMO itu disebabkan reaksi langsung alkohol pada sel-sel

1
Faila Sufi, Dampak Positif dan Negatif Minuman Beralkohol,
http://failasufi.blogspot.com/2012/04/dampak-positif-dan-negatif-minuman.html, blogspot.com, 2012.

1
saraf pusat. Karena sifat adiktif alkohol itu, orang yang meminumnya lamakelamaan

tanpa sadar akan menambah takaran/dosis sampai pada dosis keracunan atau mabuk. 2

Efek samping terlalu banyak minuman beralkohol juga menumpulkan sistem

kekebalan tubuh dan jauh lebih rentan terhadap virus termasuk HIV.3 Mereka yang

sudah ketagihan biasanya mengalami suatu gejala yang disebut sindrom putus

alkohol, yaitu rasa takut diberhentikan minum alkohol. Mereka akan sering gemetar

dan jantung berdebar-debar, cemas, gelisah, murung, dan banyak berhalusinasi. 4

Badan Kesehatan WHO menyatakan lebih dari 3 juta orang meninggal dunia ditahun

2012 karena minuman alkohol.5 Karena itu, pemerintah diseluruh dunia diminta

bertindak untuk mengurangi konsumsi alkohol yang berlebihan. Pakar penyakit

kronis dan kesehatan Mental WHO, Oleg Chestnov mengatakan semua pihak tidak

boleh abai lagi atas masalah ini. Banyak yang harus dilakukan untuk melindungi

penduduk dari dampak konsumsi alkohol. Kata Oleg seperti yang dilansir Australia

Plus. Menurut laporan ini sejumlah negara telah membatasi ketersediaan minuman

keras melalui pengenaan pajak yang tinggi, aturan batas usia, serta aturan pemasaran

sebagaimana yang diatur dalam beberapa peraturan presiden RI dan Peraturan

Menteri Kesehatan RI yang kemudian. Namun hal tersebut tidak menjamin

berkurangnya peminat minuman keras beralkohol.

2
Minuman Beralkohol , http://id.wikipedia.org/wiki/Minuman_beralkohol
3
Ibid.
4
Ibid.
5
JPNN, 3 juta orang meninggal karena minum alkohol,
http://www.jpnn.com/read/2014/05/14/234352/3-Juta-Orang-Meninggal-Karena-Minum-Alkohol-#,
JPNN.com, Jakarta 2014

2
Menurut catatan arkeologik, minuman beralkohol sudah dikenal manusia

sejak 5000 tahun yang lalu. alkohol merupakan penekanan susunan saraf pusat tertua,

dan bersama-sama kafein dan nikotin merupakan zat kimia yang paling banyak

digunakan manusia. Namun, jika dibandingkan kafein dan nikotin, alkohol yang

paling berbahaya.

Di Indonesia dikenal beberapa minuman lokal yang mengandung alkohol

seperti brem, tuak, saguer dan ciu. Bahkan belakangan ini ada bentuk minuman keras

baru yang harganya sangat terjangkau namun tidak berlabel di Indonesia. Peminatnya

pun cukup banyak di Indonesia khusunya. Minuman keras ini merupakan minuman

hasil oplosan alkohol jenis methanol murni yang dicampurkan dengan air dengan

perbandingan 1: 3 yang kemudian ditambahkan rasa dari minuman softdrink jika

peminum menghendaki. Masyarakat menyebutnya minuman keras oplosan. Hal

tersebut sebagaimana pengakuan terdakwa kasus pengedaran minuman keras di

Semarang yang telah diputus oleh Mahkamah Agung dan mempunyai hukum tetap

dalam putusan no. 871 K/Pid.sus/2011. Sudah banyak korban meninggal dunia dan

itu merupakan efek jangka pendek yang terjadi secara langsung setelah

mengkonsumsi minuman keras oplosan. Pelaku pengedaran sekaligus pembuat

minuman keras ilegal itupun juga sudah banyak yang dimintai pertanggungjawaban

pidana, mengingat dampak yang ditimbulkan sampai menghilangkan nyawa orang

lain. Namun, belum ada peraturan yang konkret mengenai pertanggungjawaban

pidana bagi pelaku yang bertindak sebagai penyedia atau penjual bahan dasar

minuman keras oplosan yaitu Alkohol.

3
Belum lama ini banyak korban meninggal dunia akibat mengkonsumsi miras

jenis oplosan. Yang sangat terbaru adalah 7 warga Bekasi yang tewas setelah

mengkonsumsi minuman keras jenis oplosan tersebut.6 Di Mojokerto tercatat saat

Januari 2014 ada 14 orang tewas sekaligus setelah sesaat meminum minuman keras

jenis oplosan tersebut.7 Bahkan sejumlah korban minuman keras juga mengalami

gejala-gejala yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi minuman tersebut seperti

korban tewas di wilayah Depok yang mengigau sebelum meninggal dunia.8

Dengan menelisik satu persatu jenis minuman keras yang baru-baru ini muncul

seperti jenis oplosan, pelaku utama yang dapat disoroti sebagai subjek

pertanggungjawaban penuh atas terjadinya penyalahgunaan peredaran minuman keras

adalah Pembuat dan Penjual/Penyedia bahan dasar minuman keras. Para pembuat

minuman keras oplosan umumnya adalah orang tertentu yang secara khusus

menyediakan jasa meracik minuman keras. Mungkin karena latar belakang

lingkungan dan keahlian tentang bahan kimia tertentu yang menyebabkan beberapa

orang memanfaatkan peluang itu. Dalam membuat minuman keras oplosan, bahan

dasar paling utama yang digunakan pelaku adalah sejenis zat adiktif yaitu alkohol.

Kemudian antara pembuat minuman keras oplosan dan produsen alkohol terjadi

transaksi jual-beli. Seperti yang diakui Terdakwa penjual Alkohol dalam Putusan MA
6
Salmah Muslimah, 7 warga Bekasi jadi korban miras oplosan, 5 Tewas,
http://news.detik.com/read/2014/08/14/140140/2662069/10/7-warga-bekasi-jadi-korban-miras-
oplosan-5-tewas, Detik news, Jakarta, 2014.
7
Nurul Arifin, Korban Tewas Miras Oplosan Di Mojokerto jadi 17 Orang,
http://daerah.sindonews.com/read/824226/23/korban-tewas-miras-oplosan-di-mojokerto-jadi-17-
orang, Sindonews.com, Jawa Timur, 2014.
8
Hasanudin Aco, ed., Korban Miras Oplosan Depok Mengigau sebelum Tewas,
http://www.tribunnews.com/metropolitan/2014/07/30/korban-miras-oplosan-di-depok-mengigau-
sebelum-tewas, Tribunnews.com, Jakarta, 2014.

4
No. 871 K/Pid.sus/2011, transaksi jual-beli terjadi secara terus menerus selama

pelaku pembuat minuman keras oplosan membutuhkan zat tersebut untuk menyuplai

barang dagangannya. Maka kesimpulan sementara yang dapat ditarik adalah sudah

pasti setiap penyedia atau penjual alkohol mengerti maksud konsumennya membeli

zat adiktif berjenis alkohol yang terjadi secara terus menerus. Karena

konsekuensinya setiap penyedia atau penjual alkohol jenis tertentu diharuskan

mengerti manfaat dan tujuan zat tersebut diperdagangkan kepada orang umum

mengingat kandungan pada setiap jenis alkohol yang berbeda-beda kegunanaannya.

Minuman keras mengandung bahan kimia yaitu Alkohol. Setiap minuman

keras mengandung kadar alkohol yang berbeda-beda. Minuman keras seperti bir

mengandung 3-7% alkohol, anggur mengandung 1-14% alkohol, sedangkan gin; rum;

wiski dan brandi mengandung 35% alkohol. 9 Alkohol yang terdapat dalam minuman

keras bersifat adiktif. Artinya dapat menyebabkan ketagihan. Atau kecanduan bagi

pemakainya. Nama kimia Alkohol yang terdapat dalam minuman beralkohol ialah etil

alkohol atau etanol, yang sering juga disebut sebagai grain alcohol sebagai lawan dari

wood alcohol yang sangat toksik dan nama kimianya adalah metil alkohol atau

metanol.10 Dua jenis alkohol tersebut yang biasanya sering digunakan dalam

konsumsi sehari-hari. dalam pembicaraan selanjutnya, yang dimaksud alkohol adalah

minuman keras yang mengandung etil alkohol atau etanol dan metil alkohol atau

metanol.

9
Drs. Lutfi, Ipa Kimia SMP dan MTs, Jilid 2, Esis, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006, h. 55.
10
Satya Joewana, Gangguan Penggunaan zat Narkotika, Alkohol, dan Zat Adiktif lain,
Gramedia, Jakarta, 1989, h. 34.

5
Metanol merupakan monoalkohol suku pertama. Pada suhu kamar, metanol

merupakan zat cair yang tidak berwarna, mudah larut dalam air dan mudah

menguap.11 Metanol adalah zat yang sangat beracun jika terhirup atau tertelan dalam

dosis sedikit menyebabkan buta dan bila banyak akan berakibat kematian. Metanol

jarang terdapat dalam keadaan bebas di alam. Dahulu, metanol dibuat dari distilasi

kering serbuk kayu gergajian dalam sebuah tempat dari besi.12 Karena dibuat dari

serbuk kayu metanol disebut juga spiritus kayu (wood spirit).13 Metanol digunakan

untuk bahan bakar, anti pembekuan dan juga untuk pelarut.14 Metanol juga digunakan

sebagai pelarut untuk membuat polimer dan senyawa organik yang lain seperti ester.15

Metanol dapat dicampurkan dengan bahan bakar bensin sampai kadar 15% tanpa

mengubah konstruksi mesin kendaraan. Metanol merupakan pengganti bahan bakar

yang paling baik bagi kendaraan yang memerlukan kinerja tinggi. Karena campuran

metanol dan bensin menghasilkan bahan bakar yang menghasilkan nilai oktan tinggi

dengan efisiensi pembakaran yang lebih tinggi. 16 Disamping itu, metanol lebih murah

daripada bensin. Metanol merupakan bahan dasar formaldehida (formalin), suatu

senyawa yang digunakan sebagai pengawet mayat atau spesimen biologi. 17 Meskipun

banyak manfaatnya, metanol bersifat toksik (beracun) dan pada umumnya tidak untuk

11
Parning, Horale, dan Tiopan, Kimia SMA kelas XII Semester kedua, Yudhistira Ghalia
Indonesia, Jakarta, 2006, h. 14.
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Ibid.
15
Ismail Marzuki, S.Si., M.Si., Amirullah, S.Si., NS. Fitriana, S.Kep., Kimia Dalam
Keperawatan, Pustaka As Salam, Jakarta, 2010, h. 181.
16
Nana Sutresna, Cerdas Belajar Kimia, Grafindo Media Pratama, Bandung, 2007, h. 201.
17
Ibid.

6
dikonsmsi sebagai minuman. Dalam jumlah sedikit (sekitar 15mL) metanol dapat

menyebabkan kebutaan. Dalam jumlah yang banyak (sekitar 100-200mL) metanol

dapat menyebabkan kematian.18

Berbeda dengan etanol. Etanol daram suhu kamar berupa cairan bening,

mudah menguap, dan berbau khas.19 Dan biasanya jenis alkohol yang digunakan

dalam minuman keras adalah etanol. Etanol merupakan monoalkohol suku kedua

yang pada kehidupan sehari-hari dikenal sebagai alkohol biasa. 20 Etanol biasanya

ditemukan di spiritus dan obat pencuci luka.21 Etanol tidak beracun, tetapi bersifat

memabukan dan menyebabkan kantuk karena menekan aktifitas otak atas.22 Etanol

juga bersifat candu. Orang yang sering meminum alkohol dapat menjadi kecanduan

dan sulit baginya untuk meninggalkan alkohol. Etanol kadang disebut alkohol padi-

padian karena dulu diperoleh dari hasil fermentasi padi-padian.23 Padahal sebenarnya

etanol dapat dihasilkan dari fermentasi semua bahan yang mengandung karbohidrat

seperti anggur, kentang, molase dan padi.24 Etanol berkadar 70% digunakan sebagai

antiseptik, pembersih luka, serta pensteril alat-alat kedokteran dan insudtri. 25 Etanol

berkadar 95%-96% digunakan sebagai pelarut dalam industri parfum, obat-obatan, zat

warna dan kosmetik.26 Dalam peristilahan umum, alkohol biasanya disebut etanol

18
Ibid.
19
Ismail Marzuki, S.Si., M.Si., Amirullah, S.Si., NS. Fitriana, S.Kep., loc.cit.
20
Parning, Horale, dan Tiopan, op.cit., h. 15.
21
Ismail Marzuki, S.Si., M.Si., Amirullah, S.Si., NS. Fitriana, S.Kep.,loc.cit.
22
Ibid, h. 182.
23
Parning, Horale, dan Tiopan, loc.cit.
24
Ibid.
25
Nana Sutresna, loc.cit.
26
Ibid.

7
atau grain alcohol.27 Etanol sangat umum digunakan, dan telah dibuat oleh manusia

selama ribuan tahun. Etanol adalah salah satu obat rekreasi (obat yang digunakan

untuk bersenang-senang) yang paling tua dan paling banyak digunakan di dunia.28

Agar alkohol tidak dikonsumsi, sering dalam alkohol tersebut ditambahkan

zat beracun seperti benzena, metanol dan piridin.29 Alkohol yang diracuni seperti ini

dinamakan terdenaturasi.30

Pada umumnya, pada botol minuman beralkohol, sering dijumpai istilah proof

yang tertulis pada label minuman beralkohol, itu dimaksudkan bahwa kadar alkohol

di dalamnya telah tepat cukup untuk menyebabkan serbuk mesiu terbakar.31 Minuman

beralkohol yang bertuliskan over proof dan ada pula yang bertuliskan under proof. Di

Amerika Serikat, angka Proof adalah dua kali angka presentasi alkohol yang

terkandung di dalamnya. Jadi, 86 Proof wiski mengandung 43% alkohol.32 melalui

proses penyulingan di pabrik, dapat dibuat alkohol dengan presentasi yang lebih

tinggi, bahkan sampai 100%.

Alkohol yang teradapat dalam minuman keras bersiat adiktif, artinya dapat

menyebabkan ketagihan atau kecanduan bagi pemakainya. Begitu juga bagi

kesehatan, alkohol berpengaruh buruk jika dikonsumsi dalam jumlah banyak. Berikut

beberapa bahaya akibat konsumsi alkohol yang berlebihan:33

27
Alkohol, http://id.wikipedia.org/wiki/Alkohol
28
Ibid.
29
Parning, Horale, dan Tiopan, op.cit, h. 16.
30
Ibid.
31
Satya Joewana,loc.cit.
32
Ibid.
33
Drs. Lutfi, loc.cit.

8
a. Alkohol dapat menggangu sistem saraf. Orang yang kebanyakan minum

alkohol tidak peka terhadap keadaan disekitarnya. Bahkan dia tidak sadar

mengatakan apa dan berada dimana. Hal ini disebabkan karena sarafnya tidak

bekerja dengan baik. Alkohol juga mempengaruhi kerja saraf yang

mengendalikan aliran darah ke kulit sehingga menimbulkan warna kemerahan

pada kulit.

b. Dalam konsentrasi tinggi, alkohol dapat mempengaruhi saraf pusat. Hal ini

dapat menyebabkan pernafasan tiba-tiba berhenti. Bila ini terjadi maka dapat

menimbulkan kerusakan otak, dan bahkan menimbulkan kematian.

c. Menyebabkan penyakit jantung, karena terjadi penimbunan lemak dalam

pembuluh darah arteri. Timbunan lemak dapat menghambat aliran darah dan

kerja jantung menjadi lebih berat.

d. Menyebabkan pembuluh darah pada kulit membesar sehingga darah yang

hangat mengalir ke kulit. Akibatnya, tubuh merasa hangat, tetapi pada suhu

udara yang rendah dapat menyebabkan hipotermia. Hipotermia merupakan

suatu kondisi di mana suhu tubuh turun dengan cepat akibat udara dingin.

e. Sel-sel hati akan bekerja lebih keras untuk menghilangkan racun yang ada

pada alkohol. Akibatnya, hati tidak dapat berfungsi dengan baik melawan

racun.

f. Ginjal tidak dapat menyerap cairan dengan baik. Akibatnya, tubuh mengalami

dehidrasi (kekurangan cairan). Kekurangan cairan dalam julmah yang banyak

dapat menyebabkan kematian.

9
g. Menyebabkan kanker lidah dan kerongkongan. Terutama pada pecandu

alkohol dan rokok sekaligus.

h. Pada ibu hamil, alkohol dapat menghambat pembentukan saraf bayi sehingga

bayi mengalami gangguan mental.

i. Alkohol juga dapat menyebabkan iritasi usus. Usus yang mengalami iritasi

tidka dapat menyerap sari-sari makanan dengan baik. Akibatnya, badan

menjadi kurus.

j. Alkohol bersifat depresan, artinya dapat memperlambat kerja alat-alat tubuh

serta sistem saraf pusat.

Selain merugikan diri sendiri, alkohol juga merugikan orang lain. orang yang

mengkonsumsi minuman beralkohol kadang-kadang dapat melakukan tindakan

kriminal dan menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Kesadaran yang menurun akibat

minuman beralkohol (keadaan mabuk) dapat menyebabkan seseorang melakukan

tindakan kriminal tanpa disadarinya misalnya mencuri, merampok, menganiaya atau

bahkan membunuh orang lain. seseorang yang sedang berada dalam pengaruh

minuman beralkohol memiliki kemampuan respon yang rendah. Koordinasi alat

indera dan fungsi alat tubuhnya yang lain juga terganggu. Kecelakaan lalu lintas yang

sering terjadi belakangan ini dilatar belakangi karena pengemudi yang berada dalam

pengaruh minuman beralkohol. Seperti yang baru saja terjadi kecelakaan yang

menewaskan 9 orang pemakai jalan lainnya akibat pengemudi seorang wanita

berinisial AS yang berada dibawah pengaruh minuman beralkohol setelah

10
sebelumnya dia pergi dari sebuah klub malam. 34 Dalam penuturannya, dia merasa

sedang sangat sadar dan tidak merasa ada yang salah dengan kondisi tubuhnya, maka

akhirnya dia memutuskan untuk mengendari mobil saat perjalanan pulang. Lalu

kemudian dia menuturkan bahwa dia tiba-tiba kehilangan kesadaran sehingga pedal

rem yang seharusnya diinjak nahasnya pedal gas yang dia injak. Kemudian terjadilah

kecelakaan yang seketikan menewaskan 8 orang pejalan kaki dan 1 orang pengendara

sepeda motor. Keadaan seseorang seperti itu terkadang tidak menyadari bahwa

kendaraannya melaju terlalu kencang sehingga menabrak kendaraan lain. bisa juga

terjadi seseorang mengemudikan kendaraannya di jalur yang salah atau menerobos

lampu lalu lintas tanpa sadar. Hal-hal seperti ini tentu saja dapat menyebabkan

kecelakaan lalu lintas yang fatal dan dapat menimbulkan korban jiwa.

Mengendarai kendaraan bermotor atau menjalankan mesin setelah minum

alkohol dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain, karena kecermatan

membedakan warna terganggu, misalnya membedakan warna lampu lalu lintas merah

atau hijau yang sedang menyala. Koordinasi motorik juga terganggu oleh alkohol

sehingga keterampilan memegang kemudi, menginjak rem, kopling dan menggerakan

perseneling terganggu. Karena hambatan pada pusat inhibisi oleh alkohol, orang
35
menjadi lebih berani dan nekat. Menurut penelitian di Amerika Serikat terhadap

para narapidana, 80% daripadanya melakukan kejahatan dibawah pengaruh alkohol.

ini disebabkan alkohol mempunyai sifat menekan pusat pengendalian diri yang
34
Bagus Santosa, Kronologis tabrakan maut versi pengacara Afriani,
http://news.okezone.com/read/2012/01/26/338/564254/kronologis-tabrakan-maut-versi-pengacara-
afriani, Jakarta, 2012.
35
Satya Joewana, op.cit, h. 47.

11
terdapat pada korteks serebri pada otak, dengan demikian yang bersangkutan menjadi

lebih berani dan agresif.36 Akhirnya perlu disebutkan disini bahwa alkohol

memperlambat waktu reaksi terhadap rangsang cahaya maupun suara. Oleh karena

bahaya-bahaya tersebut, maka ada ketentuan bagi pengendara kendaraan bermotor

agar pada waktu mengemudi kadar alkohol dalam darah tidak lebih tinggi dari batas

maksimal yang diperbolehkan.

Kedua jenis alkohol tersebut yang selanjutnya diatur dalam peraturan

perundang-undangan dan diawasi peredarannya. Mengingat antara kedua jenis zat

adiktif tersebut yang memiliki kegunaan berbeda dan jika disalahgunakan

mengakibatkan timbulnya korban jiwa. Sebagaimana yang diatur dalam Keputusan

presiden no. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian Minuman

Beralkohol mengenai minuman dengan alkohol jenis tertentu yang peredarannya

diawasi. Hal ini mengandung konsekuensi logis bahwa setiap penyedia atau penjual

alkohol jenis apapun harus memiliki ijin usaha dan memahami bahwa barang yang

diperdagangkan adalah bahan kimia yang tidak sembarangan dapat dijual bebas untuk

kebutuhan konsumtif. Mengingat sebagian besar kegunaan zat alkohol adalah sebagai

bahan kimia untuk kebutuhan industri. Apalagi jika penyedia atau penjual alkohol

tersebut tidak memiliki ijin usaha penjualan zat adiktif, maka sudah pasti

perbuatannya memenuhi unsur melawan hukum. Dan apabila aktifitas perdagangan

terjadi secara terus menerus dalam kaitannya dengan pembuat minuman keras

oplosan, maka seharusnya penyedia atau penjual alkohol juga dapat dimintai

36
Satya Joewana, op.cit, h. 46.

12
pertanggungjawaban pidana jika sampai menimbulkan korban jiwa .dalam beberapa

peraturan Perundang-undangan juga disebutkan jenis-jenis alkohol apa saja yang

dapat diperjual-belikan secara bebas, itu juga yang akan mempengaruhi

pertanggungjawaban pidana penyedia atau penjual yang menyalahgunakannya.

Dalam penelitian ini, penulis akan mengkaji putusan MA yang menjatuhkan

pidana terhadap pelaku penyedia atau penjual bahan dasar minuman keras oplosan

yaitu alkohol jenis methanol dan juga mengumpulkan bahan hukum dari peraturan

perundang-undangan yang ada untuk menghimpun bentuk-bentuk larangan,

pengecualian dan pertanggungjawaban pidana mengenai alkohol jenis apa saja yang

boleh diperdagangkan secara bebas untuk konsumsi.

Berdasarkan uraian di atas,penulis tertarik untuk membuat skripsi berjudul

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENJUAL ALKOHOL JENIS METANOL

SEBAGAI BAHAN DASAR MINUMAN KERAS

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil suatu rumusan masalah sebagai

berikut:

1.2.1 Apakah perbuatan menjual alkohol jenis methanol adalah tindak pidana?

1.2.2 Bagaimana pertanggungjawaban pidana penjual alkohol jenis methanol

menurut peraturan perundang-undangan?

1.3 METODE PENELITIAN :

13
Suatu metode penelitian dapat dipercaya apabila disusun dengan

mempergunakan suatu metode yang tepat. Metode merupakan cara kerja atau tata

kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan

yang bersangkutan. Metode adalah pedoman-pedoman, cara seseorang ilmuwan

mempelajari dan memahami lingkungan-lingkungan yang dihadapi. Dalam penelitian

ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1.3.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian

hukum, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh penjelasan yang sistematis

mengenai aturan hukum, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan cara

melakukan analisis terhadap aturan hukum tersebut.

Dalam penulisan skripsi ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian

normatif, yaitu suatu cara meneliti norma-norm serta kaidah-kaidah hukum dalam

peraturan perundang-undangan yang berlaku (hukum positif), yang berkaitan dengan

topik permasalahan yang sedang diteliti.

1.3.2 Pendekatan permasalahan

Metode pendekatan yang dipakai adalah metode pendekatan undang-undang

(statute approach), pendekatan konsep (conseptual approach) dan pendekatan kasus

(case approach).

14
Dalam metode pendekatan perundang-undangan peneliti perlu memahami

hierarki, dan asas-asas dalam peraturan perundang-undanngan. Menurut pasal 1

angka 2 UU no. 11 tahun 2012, peraturan perundang-undangan adalah peraturan

tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau

ditetapkan oleh lembaga Negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Maka secara singkat dari

pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa yang dimaksud sebagai statute berupa

legislasi dan regulasi. Jika demikian, pendekatan perundang-undangan adalah

pendekatan dengan menggunakan legislasi dan regulasi.37 Dalam hal ini peraturan

perundang-undangan yang akan digunakan antara lain KUHP, UU Pangan, peraturan

Menteri Kesehatan dan beberapa peraturan pemerintah.

Pendekatan konsep (conseptual approach) dilakukan manakala peneliti tidak

beranjak dari aturan hukum yang ada.38 Hal itu dilakukan karena memang belum ada

atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi. Dalam hal ini peneliti

akan mengkaji tentang konsep pertanggungjawaban pidana penjual alkohol jenis

tertentu dalam kaitannya dengan kasus pembuatan minuman keras oplosan.

Peneliti juga akan menggunakan metode pendekatan kasus (case approach)

dengan menganalisis satu putusan Mahkamah Agung yang menjatuhkan pidana

37
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum edisi revisi, Kencana Prenada media Group,

Jakarta, h. 137.
38
Ibid, hlm 177.

15
kepada seorang penjual bahan dasar minuman keras oplosan jenis metahol.

Pendekatan ini meninjau alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk

sampai kepada putusannya.39

1.3.3 Sumber Bahan Hukum

Bahan-bahan hukum yang akan dikumpulkan oleh peneliti adalah peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan isu hukum. Sumber bahan hukum akan

didapatkan peneliti dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan

hukum primer adalah peraturan perundang-undangan yang meliputi:

1. Stb no. 419 tahun 1948 tentang obat keras


2. Undang-undang no. 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana
3. Undang-undang no. 9 tahun 1960 tentang Pokok Kesehatan
4. Undang-undang no. 7 tahun 1963 tentang Farmasi
5. Undang-undang no. 9 tahun 1976 tentang Narkotika
6. Peraturan Menteri Kesehatan no. 329/Menkes/Per/XII/1976 tentang Produksi

dan Peredaran Makanan


7. Peraturan Menteri Kesehatan no. 86/Menkes/Per/IV/1977 tentang minuman

keras
8. Undang-undang no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
9. Undang-undang no. 22 tahun 1997 tentang Narkotika
10. Keputusan Presiden no. 3 tahun 1997 tentang Pengawasan dan Pengendalian

Minuman Beralkohol
11. Peraturan Pemerintah no. 72 tahun 1998 tentang Pengamanan sediaan Farmasi

dan alat kesehatan


12. Keputusan Menteri Kesehatan no. 282/menkes/SK/II/1998 tentang Standart

mutu Produksi minuman Beralkohol

39
Ibid, hlm 158.

16
13. Peraturan pemerintah No. 102 tahun 2000 tentang Standart Nasional

Indonesia
14. Peraturan pemerintah No. 11 tahun 2004 tentang Perdagangan barang-barang

dalam pengawasan
15. Peraturan Pemerintah no. 28 tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi

pangan
16. Peraturan menteri Kesehatan no. 168 tahun 2005 tentang prekusor farmasi
17. Keputusan Menteri Kesehatan no. 189 tahun 2006 tentang Kebijakan obat

Nasional
18. Undang-undang no. 35 tahun 2009 tentang narkotika
19. Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
20. Peraturan Pemerintah no. 44 tahun 2010 tentang Prekusor
21. Peraturan Menteri Kesehatan no. 1148 tahun 2011 tentang Pedagang besar

farmasi
22. Undang-undang no. 18 tahun 2012 tentang Pangan
23. Peraturan Menteri Perdagangan no. 11 tahun 2012 tentang minuman

beralkohol
24. Peraturan Menteri Perindustrian no. 71 tahun 2012 tentang pengendalian dan

pengawasan Industri minuman beralkohol


25. Peraturan Pemerintah no. 40 tahun 2013 tentang pelaksanaan undang-undang

no. 35 tahun 2009


26. Peraturan pemerintah No. 74 tahun 2013 tentang Pengawasan dan

Pengendalian Minuman Beralkohol


27. Peraturan Menteri Kesehatan no. 16 tahun 2013 tentang Industri farmasi

Adapun bahan hukum sekunder yang dikumpulkan:

1. Tertulis :
- buku hukum
- jurnal hukum
- makalah hukum

17
- artikel hukum
- kamus hukum
- skripsi, tesis dan disertasi hukum
2. Tidak tertulis :
pendapat pakar hukum

BAB 2
2.1 KONSEP ALKOHOL JENIS METHANOL DALAM PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN

18
Berbicara mengenai konsep dalam sebuah pasal pada peraturan perundang-

undangan, khususnya dalam ruang lingkup hukum pidana, penafsiran tidak bisa

dihindari dan terbilang penting. Hukum tertulis tidak begitu mudah mengikuti arus

perkembangan zaman dan kemajuan masyarakat sehingga bersifat kaku. Sementara

masyarakat bersifat dinamis, sehingga hukum tertulis terlihat kaku dan belum bisa

menciptakan keadilan bila tanpa dipertimbangkan dengan kedinamisan masyarakat.

Oleh karenanya perlu diadakan penafsiran. Ketika pembuatan hukum, terdapat

beberapa hal yang tidak menjadi perhatian dari pembuat undang-undang. Namun

setelah undang-undnag tersebut dijalankan terdapat eprsoalan terhadap hal yang tidak

diperhatikan tersebut. Hal tersebut tentu menciptakan kekosongan hukum. Seorang

hakim tidak bisa menolak perkara dan harus memutusnya. Hakim dalam memeriksa,

mengadili dan memutus suatu perkara, pertama kali harus menggunakan Hukum

tertulis sebagai dasar putusannnya. Jika dalam hukum tertulis tidak cukup, tidak tepat

dengan permasalahan dalam suatu perkara, maka barulah hakim mencari dan

menemukan sendiri hukumnya dari sumber-sumber hukum yang lain seperti

yurisprudensi, doktrin, traktat, kebiasaan atau hukum tidak tertulis. Undang-undang

Nomor 48 tahun 2009 pasal 10 ayat (1) tentang kekuasaan Kehakiman menentukan:

Bahwa Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili, memutus

suatu perkara yang diajukan dengan dalil hukum tidak ada atau kurang jelas,

melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya

Ketentuan pasal ini memberi makna bahwa hakim sebagai organ utama Pengadilan

dan sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman wajib hukumnya bagi hakim untuk

19
menemukan hukumnya dalam suatu perkara meskipun ketentuan hukumnya tidak ada

atau kurang jelas. Undang-undang Nomor 48 tahun 2009 pasal 5 ayat (1) juga

menjelaskan bahwa:

Hakim dan Hakim Konstitusi wajib menggali, mengikuti dan memahami

nilai-nilai hukum dan rasa keadailan yang hidup dalam masyarakat

Kata menggali biasanya diartikan bahwa hukumnya sudah ada, dalam aturan

perundang-undangan tapi masih samar-samar, sulit untuk diterapkan dalam perkara

konkrit, sehingga untuk menemukan hukumnya harus berusaha mencarinya dengan

menggali nilai-nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. Rumusan ketentuan

hukum pidana sangat banyak, keterangan arti kata dan istilah dalam undang-undang

tidak mungkin mecakup seluruhnya dalam undang-undang. Pembuat undang-undang

menjelaskan tentang istilah hanya pada undang-undang yang akan dibentuk dan

dirasa penting, sesuai dengan maksud undang-undang tersebut. Pembuat undang-

undang menyerahkan penafsiran tersebut terhadap hakim. Sehingga peran hakim

dalam menerapkan hukum ialah menafsirkan undang-undang.

Terkait dengan masalah minuman keras sebagaimana telah disebutkan diatas

adalah masalah yang menyangkut tugas dan wewenang berbagai instansi dan

lembaga, baik departemen maupun non departemen, termasuk lembaga sosial swasta.

Oleh karena itu untuk pengaturan dan pengawasan peredaran mengenai minuman

keras di Indonesia perlu adanya pengkodifikasian mengingat sudah sangat banyak

sekali kasus minuman keras yang mengakibatkan meninggalnya pengkonsumsi.

20
Pengendalian ini juga perlu diterapkan kepada para penjual atau penyedia bahan dasar

minuman keras, yaitu alkohol. seperi kasus yang belakangan ini terjadi, adanya

minuman keras oplosan. Terlihat jika penjual bahan dasarnya pun juga perlu

dikendalikan. Karena semakin banyak produksi minuman keras oplosan, maka

perbandingannya semakin banyak pula penjual alkohol yang ilegal. Hingga ada

putusan Mahkamah Agung yang memidanakan penjual bahan dasar minuman keras

yaitu alkohol. putusan tersebut atas dasar akibat yang ditimbulkan mempunyai

hubungan kausal dengan penyebab meninggalnya beberapa korban minuman keras

oplosan. Putusan Mahkamah Agung tersebut diputus tahun 2011, dimana saat

pemeriksaan perkara di tingkat Pengadilan, Hakim memutuskan memidanakan

penjual bahan dasar minuman keras tersebut. Namun pada tingkat banding, hakim

pengadilan tinggi menyatakan Terpidana tidak bersalah karena menurut pertimbangan

hakim tidak adanya hubungan kausal secara langsung antara sebab terpidana menjual

bahan dasar minuman keras dengan akibat meninggalnya para korban. Dan pada

tingkat Kasasi, akhirnya hakim mahkamah agung membatalkan semua putusan pada

tingkat sebelumnya, dan memutuskan untuk mengadili sendiri dengan beberapa

pertimbangan. Pertimbangan tersebut yang akhirnya menemukan sebuah bentuk

pertanggungjawaban pidana seorang penjual bahan dasar minuman keras, yaitu

alcohol. Maka berikut adalah konsep mengenai alkohol yang ada dalam putusan

tersebut.

2.1.1 KONSEP ALKOHOL DALAM KUHP

21
Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 871/K/Pid.Sus/2011 dakwaan

primer dari penuntut umum mengarah pada pasal 204 KUHP yang berbunyi:

(1) Barangsiapa menjual, menawarkan, menyerahkan atau mebagi-bagikan

barang yang diketahui bahwa membahayakan nyawa atau kesehatan orang,

padahal sifat berbahaya itu tidak diberitahukan, diancam dengan pidana

penjara paling lama lima belas tahun.

(2) Jika perbuatan mengakibatkan matinya orang, yang bersalah dikenakan

pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama waktu tertentu

paling lama dua puluh tahun.

Unsur-unsur obyektif yang ada dalam pasal tersebut adalah yang paling utama adalah

barang yang diketahui bahwa membahayakan nyawa atau kesehatan orang.

Maka terlebih dahulu mencari definisi atau pengertian dari istilah barang.

barang bentuknya bisa berwujud, bisa juga tidak berwujud. Yang berwujud

barangnya dapat dipegang lalu dipindahkan. Kalau tidak berwujud, seperti aliran gas

atau arus listrik, tentu tidak dengan tangan tetapi dengan alat.40

Mengutip pendapat R.Soesilo, mengenai pengertian suatu barang yang

diambil dalam pasal 362 KUHP:41

Sesuatu Barang adalah segala sesuatu yang berwujud termasuk pula binatang

(manusia tidak masuk), misalnya uang, baju, kalung, dsb. Dalam pengertian barang

40
Tim Pengajar Hukum Pidana Fakultas hukum Universitas Airlangga,
BUKU AJAR KEJAHATAN TERHADAP NYAWA DAN HARTA KEKAYAAN, Surabaya,
2005, h. 41.
41
R.soesilo, Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-
komentarnya lengkap pasal demi pasal,Politeia, Bogor, 1995, h. 250.

22
masuk pula daya listrik dan gas, meskipun tidak berwujud, akan tetapi dialirkan

dikawat atau pipa. Barang ini tidak perlu mempunyai harga ekonomis. Oleh karena

itu mengambil beberapa helai rambut wanita (untuk kenang-kenangan) tidak dengan

izin wanita itu, masuk pencurian, meskipun dua helai rambut tidak ada harganya.

Dalam penjelasan tersendiri pada pasal 204 KUHP, mengenai pengertian

barang adalah sebagai berikut:42

elemen yang penting dalam pasal ini adalah bahwa orang itu melakukan perbuatan-

perbuatan tersebut, sedang ia mengetahui bahwa barang-barang itu berbahaya bagi

jiwa atau kesehatan, ia tidak mengatakan (menjelaskan) tentang sifat bahaya dari

barang-barang tersebut. Orang menjual barang yang berbahaya bagi jiwa dan

kesehatan, tetapi dengan mengatakan terus terang pada pembeli tentang sifatnya

berbahaya itu, tidak dikenakan pasal ini. Dalam pengertian barang termasuk

misalnya: minuman, makanan, pun alat-alat tulis, bedak, cat bibir, cat rambut, dsb.

Rumusan pasal ini mengatakan tentang unsur kesengajaannya (dolus). Sementara

unsur kesalahannya (culpa) ada pada rumusan pasal 205 KUHP:

(1) Barangsiapa karena salahnya menyebabkan barang yang berbahaya bagi

jiwa atau kesehatan orang, terjual, diterimakan atau dibagi-bagikan, sedang

sipembeli atau yang memperoleh tidak mengetahui akan sifatnya yang

berbahaya itu, dihukum penjara selama-lamanya Sembilan bulan atau

kurungan selama-lamanya enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp.

4500,-

42
Ibid, h. 163.

23
(2) Kalau ada orang mati lantaran itu, maka sitersalah dihukum penjara selama-

lamamnya satu tahun empat bulan atau kurungan selama-lamanya satu tahun

(3) Barang-barang itu dapat dirampas.

Berikut penjelasan mengenai pengertian barang dalam Pasal 362 KUHP

yang dikutip dari pendapat R. Sugandhi:43

yang dimaksudkan barang ialah semua yang berujud seperti: uang, baju, perhiasan

dan sebagainya termasuk pula binatang, dan benda yang tak berujud seperti aliran

listrik yang disalurkan melalui kawat serta gas yang disalurkan melalui pipa.

Mengenai pendapat R. Sugandhi dalam rumusan Pasal 204 KUHP adalah:44

Barang yang membahayakan bagi jiwa atau kesehatan orang misalkan, makanan,

minuman, alat-alat tulis, bedak, cat bibir, cat rambut dan lain sebagainya yang

mengandung racun.

Dari salah satu pendapat pakar Ilmu Hukum dari Belanda, Koops, mengatakan

konsep barang tunduk pada hukum property (kebendaan).45

Maka kesimpulan yang dapat diambil menurut penulis mengenai konsep

alkohol yang merupakan bahan dasar minuman keras dalam KUHP adalah suatu

barang berwujud, yang memiliki nilai jual, yang memiliki sifat berbahaya bagi

kesehatan manusia jika dikonsumsi.

2.1.2 KONSEP ALKOHOL DALAM UNDANG-UNDANG NO, 36 TAHUN 2009

TENTANG KESEHATAN
43
R. Sugandhi, kitab Undang-undang hukum pidana (KUHP) dengan
penjelasannya, Usaha nasional Offset printing, Surabaya, 1981, h. 376.
44
Ibid, h.223
45
Indonesia cyberlaw, http;//cyberlaw.id/tag/pencurian-data/, 2014

24
Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 871/K/Pid.Sus/2011 dakwaan

ketiga dari penuntut umum mengarah pada pasal 196 Undang-undnag Nomor 36

tahun 2009 yang berbunyi:

Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau mengedarkan sediaan

farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standart

dan/ataupersyaratan keamanan, khasiat atau kemanfaatan, dan mutu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) dan ayat (3) dipidana

dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling

banyak Rp. 1. 000. 000. 000,- (satu miliar rupiah)

Dari rumusan pasal tersebut, ada dua unsur obyek yang dapat dirujuk sebagai konsep

alkohol. Unsur obyektifnya adalah sediaan farmasi dan alat kesehatan. Pengertian

dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai yang tertuang dalam Pasal 1 Undang-undang

Nomor 36 tahun 2009:

(4) Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

Dari pengertian sediaan farmasi, kemudian perlu di ketahui satu persatu apakah itu

obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika. Menurut pasal 1 angka 8 U ndang-

undang Nomor 36 tahun 2009:

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang

digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki system fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk

manusia.

25
dan menurut Pasal 1 angka 9 undang-undang Nomor 36 tahun 2009, pengertian obat

tradisional adalah sebagai berikut:

obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau

campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan

untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku

dimasyarakat.

Sementara dalam Undang-undang Nomor36 tahun 2009 sendiri tidak menjelaskan

mengenai pengertian bahan obat dan kosmetika. Di dalam beberapa kepustakaan

Farmasi,ada beberapa penjelasan mengenai pengertian bahan obat. Bahan obat atau

Bahan baku adalah semua bahan, baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat,

yang berubah maupun yang tidak berubah, yang digunakan dalam perngolahan obat

walaupun tidak semua bahan tersebut masih terdapat di dalam produk ruahan. 46

Produk ruahan merupakan tiap bahan yang telah selelsai diolah dan tinggal

memerlukan pengemasan untuk menjadi obat jadi. Kosmetika dalam Undang-undang

nomor 36 tahun 2009 juga tidak disebutkan pengertiannya. Pada umumnya kosmetika

merupakan alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan untuk kebutuhan perawatan

wanita seperti kecantikan.

46
Raden Sanjoyo, OBAT (biomedik Farmakologi), D3 Rekamedis FMIPA Universitas
Gajah Mada, Jogjakarta, h. 2.

26
Kemudian yang dimaksud dengan unsur obyektif yang kedua yaitu alat

kesehatan dalam rumusan Pasal 196 Undang-undang nomor 36 tahun 2009

sebagaimana yang terdapat dalam pasal 1 adalah:

(5) Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/ atau implant yang

tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan

kesehatan pada manusia, dan/ atau membentuk struktur dan memperbaiki

fungsi tubuh.

Namun dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan ini tidak

memberikan penjelasan mengenai pengertian dari instrumen, asparatus,

mesin dan implant. Berdasarkan fungsinya alat kesehatan dapat digolongkan

menjadi beberapa penggolongan anatara lain fungsinya, sifat pemakaiannya,

kegunaanya, umur peralatan, macam dan bentuknya, serta kepraktisan

penyimpanannya. Berikut ini beberapa macam ala kesehatan dasar:47

1. abocath (jarum infus)

2. infus set/ transet (selang infus)

3. cairan infus

4. stetoskop

5. tensi (tensimeter)

6. Termometer

47
http://idtesis.com/pengertian-alat-kesehatan-dan-penggolongan-
berdasarkan-fungsi-dan-sifat/

27
7. Pinset (jepitan)

8. spuit (suntikan)

Maka setelah mengetahui satu persatu pengertian mengenai macam-macam

sediaan farmasi yang dimaksud dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang

kesehatan, alkohol dapat dikategorikan sebagai sediaan farmasi jenis obat. Karena

sesuai fungsi utamanya, dalam dunia medis alkohol berjenis Metanol merupakan

bahan dasar formaldehida (formalin), suatu senyawa yang digunakan sebagai

pengawet mayat atau spesimen biologi.48 Sementara alkohol berjenis ethanol biasanya

ditemukan di spiritus dan obat pencuci luka.49

2.1.3 KONSEP ALKOHOL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 7 tahun 1996

YANG DIPERBARUHI DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18

TAHUN 2012 TENTANG PANGAN

Dalam putusan Mahkamah Agung Nomor 871/K/Pid.Sus/2011 dakwaan

keempat dari penuntut umum mengarah pada Pasal 21 huruf a jo . Pasal 55 huruf d jo.

Pasal 57 Undang-undang nomor. 7 tahun 1996 tentang Pangan. Rumusan pasal 20

huruf a adalah sebagai berikut :

Setiap orang dilarang mengedarkan:

a. Pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya, atau yang dapat

merugikan dan membahayakan kesehatan atau jiwa manusia;

48
Ibid.
49
Ismail Marzuki, S.Si., M.Si., Amirullah, S.Si., NS. Fitriana, S.Kep.,loc.cit.

28
Dari rumusan pasal tersebut, unsur objektif yang dapat dirujuk sebagai konsep

alkohol, yaitu pangan. Lalu pengertian pangan menurut undang-undang nomor

7 tahun 1996 tentang pangan adalah sebagaimana yang ada pada pasal 1 angka 1:

Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air

baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai

makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan

tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan

dalam proses pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

Selanjutnya kategori pangan dalam rumusan pasal 1 tersebut ada 3 macam antara lain

ada pangan dalam bentuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan

lain yang digunakan dalam proses pengolahan makanan atau minuman.

Menurut Peraturan pasal 1 angka 1 Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 722/MENKES/PER/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan yang pada

awalnya diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

329/MENKES/PER/XII/76 dan disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1168/MENKES/PER/X/1999, memberikan pengertian

bahwa:

1. bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan ingridien khas

makanan, mempunyai, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang

dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi

29
(termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan, penyediaan,

perlakuan, pewadahan, pembungkusan, penyimpanan, atau pengangkutan

makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung

atau tidak langsung) suatu komponan yang mempengaruhi sifat khas

makanan.

Terkait dengan bahan tambahan makanan ini, dikenal juga zat aditif makanan. Zat

aditif makanan memiliki pengertian semua substansi yang tidak biasa dikonsumsi

sebagai makanan itu sendiri dan tidak biasa digunakan sebagai karakteristik bahan

makanan baik itu memiliki kandungan gizi atau tidak yang ditambahkan pada bahan

makanan untuk tujuan teknologi dalam industri, proses produksi, persiapan bahan,

pengemasan, distribusi serta penyimpanan untuk menghasilkan makanan yang sesuai

yang diharapkan sehingga zat aditif tersebut menjadi bagian langsung atau tidak

langsung dari makanan.50 Pada umumnya bahan tambahan makanan dibagi menjadi 2

bagian besar, yaitu:51

- aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan

tujuan tertentu, misalnya untuk menentukan konsistensi, nilai gizi, cita rasa,

mengendalikan keasaman atau kebasaan, memantapkan bentuk rupa dan lain

sebagainya.

- aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah

sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.

50
http://www.indonesian-publichealth.com/2013/08/bahan-tambahan-
makanan.html?fdx_switcher=true
51
Ibid.

30
Kemudian yang dimaksud dengan bahan baku pangan secara harfiah adalah

bahan utama yang digunakan dalam suatu produk.52 Bahan lain yang digunakan

dalam proses pengolahan makanan atau minuman merupakan bahan-bahan lain

yang tidak termasuk bahan tambahan pangan dan bahan baku pangan yang juga

digunakan dalam proses pembuatan makanan atau minuman.

Berdasarkan tujuan pengguanannya dalam pangan, pengelompokan Bahan

Tambahan Pangan yang diizinkan digunakan dalam makanan menurut peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 722/MENKES/PER?IX/88 adalah

sebagai berikut:53

1. Pewarna, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat memperbaiki atau

memberi warna pada makanan/ minuman. Contohnya pewarna sintetit

adalah amaranth, indigotine dan nafthol yellow.

2. Pemasin buatan, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat menyebabkan

rasa manis pada makanan / minuman yang tidak atau hampir tidak

memiliki nilai gizi. Contohnya adalah sakarin, siklamat dan aspartam.

3. Pengawet, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat mencegah atau

menghambat terjadinya fermentasi, pengasaman atau penguraian lain pada

makanan yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba. Contohnya: asam

asetat, asam propionat, dan asam benzoat.

52
http://chirpstory.com/li/38308
53
http://srirahayu.blog.unsoed.ac.id/2011/03/08/hello-world/

31
4. Antioksidan yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat menghambat atau

mencegah proses oksidasi lemak sehingga mencegah terjadinya

ketengikan. Contohnya adalah TBHQ (tertiary butylhydroquinon).

5. Antikempal, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat mencegah

menggumpalnya makanan serbuk, tepung atau bubuk. Contohnya kalium

silikat.

6. Penyedap rasa dan aroma, penguat rasa, yaitu Bahan Tambahan Pangan

yang dapat memberikan, menambah atau mempertegas rasa dan aroma.

Contohnya monosodium glutamate (MSG).

7. Pengatur keasaman (pengasam, penetral dan pendapar), yaitu Bahan

Tambahan Pangan yang dapat mengasamkan, menetralkan dan

mempertahankan derajt asam makanan. Contohnya agar, alginate, lesitin

dan gum.

8. Pemutih dan pematang tepung, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat

mempercepat proses pemutihan atau pematangan tepung sehingga

memperbaiki mutu pemanggangan. Contohnya asam askorbat dan kalium

bromat.

9. Pengemulsi, pemantap dan pengental, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang

dapat membantu terbentuknya dan memantapkan system disperse yang

homogen pada makanan.

32
10. Pengeras yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat memperkeras atau

mencegah lunaknya makanan. Contohnya kalsium sulfat, kalsium klorida

dan kalsium glukonat.

11. Sekuestan, yaitu Bahan Tambahan Pangan yang dapat mengikat ion logam

yang terdapat dalam makanan, sehingga memantapkan aroma, warna dan

tekstur. Contohnya asam fosfat dan EDTA (kalsium dinatrium edetat).

12. Bahan Tambahan Pangan lain yang termasuk Bahan Tambahan Pangan

tapi tidak termasuk golongan di atas. Contohnya enzim, penambah gizi

dan humektan.

Maka konsep alkohol dalam undang-undang pangan adalah termasuk

Pangan berjenis bahan tambahan makanan atau juga bisa bahan lain yang

digunakan dalam proses pembuatan makanan dan minuman yang beracun,

bahkan berbahaya bagi kesehatan manusia.

2.2 PERBUATAN MENJUAL ALKOHOL JENIS METHANOL

SEBAGAI TINDAK PIDANA

Dalam masyarakat banyak tingkah laku manusia baik secara perorangan

maupun secara kelompok, saling berhubungan melakukan interaksi antara satu

dengan lainnya untuk suatu kepentingan. Hubungan yang mereka lakukan beraneka

ragam, dan dapat ditinjau dari berbagai segi, misalnya segi etika, segi agama, segi

sosial-budaya, termasuk pula segi hukum.

33
Ada kemungkinan suatu perbuatan straafbaar tetapi masih strafwaardig.54

Ada suatu perbuatan yang hakikatnya merupakan kejahatan, tetapi tidak disebut oleh

hukum sebagai suatu pelanggaran ketertiban umum dan si pelanggar masih bebas

tidak dihukum. Ini seua merupakan suatu kenyataan, dalam berbagai lapangan

terutama di lapangan perekonomian, perdagangan, perbankan perindustrian dan lain

sebagainya jumlah white collar crime makin besar ditambah organizes crime tidak

bisa dihukum. Hal ini disebabkan oleh karen ahukum belum bisa meliputi semua

kehidupan masyarakat, atau dengan kata lain: hukum belum merumuskan semua

perbuatan yang straawaardig (berbobot hukuman).

Rumusan perbuatan yang dapat dihukum ialah perbuatan yang diancam

hukuman oleh undang-undang yang dinyatakan secara terang. Dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Pidana Indonesia (KUHP) Pasal 1 dinyatakan:

Bahwa suatu perbuatan tidak boleh dihukum selain atas kekuatan aturan

pidana dalam undang-undang yang diadakan sebelum terjadinya perbuatan

itu.

Jadi, suatu perbuatan baru dapat dihukum jika sebelum perbuatan itu terjadi suda ada

ancaman hukuman dalam undang-undang mengenai perbuatan tersebut.

Asas ini baru pada akhir abad ke-18, dimasukkan dalam perundang-undangan,

yang dalam bahasa latin, dinyatakan sebagai berikut: nullum delictum, nulla poena

sine praevia lege poenali, artinya tiiada delik, tiada hukuman tanpa suatu peraturan

54
Martiman Prodjohamidjoyo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana
Indonesia 2, Pranadya Paramita, 1997, Jakarta, h. 9.

34
yang terlebih dahulu menyebut perbuatan yang bersangkutan sebagai suatu delik yang

memuat hukuman yang dapat dijatuhkan atas delik itu.

35

Anda mungkin juga menyukai