Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi


pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran,bentuk, posisi, kadar rata-rata
dan besarnya cadangan serta studi kelayakan dari endapan bahan galian
atau mineral berharga yang telah diketemukan.
Bauksit pertama kali ditemukan pada tahun 1821 oleh geolog bernama
Pierre Berthier pemberian nama sama dengan nama desa Les Baux di selatan
Perancis.
Bauksit (Inggris:bauxite) adalah biji utama aluminium terdiri dari hydrous
aluminium oksida dan aluminium hidroksida yakni dari mineral gibbsite Al
(OH)3, boehmite -ALO (OH), dan diaspore -ALO (OH), bersama-sama
dengan oksida besi goethite dan bijih besi, mineral tanah liat kaolinit dan
sejumlah kecil anatase Tio 2 .
Bauksit merupakan mineral sekunder yang dihasilkan melalui proses
pelapukan (lateritisasi) yang terjadi selama berjuta juta tahun yang lampau
pada batuan beku misalnya granit.
Bauksit merupakan salah satu bahan galian tambang yang saat ini digunakan
dalam berbagai bidang kehidupan, dimana kebutuhan akan Bauksit semakin
besar seiring meningkatnya penggunaan bijih bauksit tersebut dalam
pembangunan. Bijih Bauksit yang merupakan sumber daya alam yang tidak
terbaharukan harus dikelola dengan baik dan semaksimal mungkin, maka dari
itu menyelidiki cadangan bijih Bauksit yang lebih banyak, diperlukan suatu
metode eksplorasi yang lebih akurat dan sesuai, sehingga keterdapatan bijih
bauksit dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Untuk menentukan
estimasi cadangan bijih bauksit diperlukan metode estimasi yang sesuai
dengan kondisi geologi,genesa dan mineralisas

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa hubungan pergerakan lempeng dengan terbentuknya endapan
bauksit ?
2. Bagaimana genesa pembentukan dari bauksit?
3.Bagaimana permodelan pembentukan dari Bauksit?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan hubungan pergerakan lempeng dengan terbntuknya
endapan bauksit.
2. Menjelaskan genesa pembentukan bauksit.
3. Menjelaskan permodelan pembentukan bauksit.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengaruh Tektonik Lempeng

mineral bijih seperi bauksit sebagai hasil proses pelapukan juga


merupakan topik yang sangat menarik untuk dikaji. Karena wilayah Indoesia
mempunyai iklim yang sangat dinamis dengan kondisi geologinya yang
sedemikian kompleks, sehingga pembentukan mineral biji tersebut sangat
berpotensi di Indonesia. Kerak di indonesia tidak stabil sehingga
mempermudah proses laterisasi ( pelapukan ).
Faktor di atas dapat kita kategorikan sebagai faktor eksternal yaitu proses
yng berasal dari luar bumi antarlain termasuk di dalamnya perubahan iklim
dan lain lain.Faktor internal dapat juga menggangu kesetimbangan
lingkungan. Faktor internal yang dimaksud yaitu kegiatan vulkanik, tektonik,
dan keterdapatan sumber daya mineral dan energi.
Proses laterisasi berhubungan erat dengan tektonik lempeng karena
dengan pergerakan lempeng tersebut, dapat mempermudah proses laterisasi
( pelapukan ) batuan bauksit, sehingga biasanya bauksit terbentuk di dekat
kerak yang tidak stabil.
Bauksit laterit dapat terbentuk pada kompleks ophiolit phaneorozoic, banyak
endapan terdapat di area cretaceous hingga miocene yang makin melebar.
Kompleks tersebut biasanya berupa patahan ( fault ) dan kekar ( joint ) dan
dipengaruhi oleh pengangkatan tektonik yang menaikan topografi dan
menurunkan permukaan air tanah, yang mengakibatkan peningkatan aliran
air dan intensitas pelapukan.
Di kedua daerah tersebut, zona pengkayaan ( enrichment ) terdalam
dengan kadar tertinggi umumnya berasosiasi dengan patahan curam dan
shear. Sebaliknya patahan thrust besar yang berasosiasi dengan pengisian
( emplacement ) kompleks ophiolit dan dengan platform olivine yang stabil
cenderung membentuk zona serpentin mylonitik atau batuan ultrafamik
talc-karbonat teralterasi yang bersifat kurang permeabel ( dapat ditembus )
dan dapat membentuk penghalang hidromorfik yang mencegah kosentrasi Al.

2.2 Permodelan

Pada umumnya Bauksit yang terbentuk adalah jenis gibsit yang terbentuk
pada lapisan tanah andosol dan catena, termasuk endapan bauksit residu
hasil pelapukan batuan (insitu). Setiap batuan dasar memiliki karakteristik
bauksit tertentu diantaranya Granodiorit menghasilkan tanah laterit berwarna
merah bata dengan tekstur bauksit agak kasar terdapat mineral kuarsa
berukuran 1-3mm dengan ketebalan lapisan saprolit 7-10m, Diorit kuarsa
membentuk endapan tanah laterit berwarna kuning keorange-an dengan
kondisi batuan/sampel lebih halus dengan mineral yang cenderung lepas
dengan ketebalan lapisan saprolit 4-8m, dan Diorit menghasil kan warna
tanah cenderung coklat hingga coklat gelap dengan tanah laterit berwarna
kuning. Sering ditemukan rembesan air, boulder fresh rock, lempung dan pasir
silikaan pada bagian bawah dengan ketebalan lapisan saprolit relatif lebih
variatif yaitu antara 2-8m

Horizon dibagi menjadi Humus (padat vegetasi), tanah (laterit I, biasanya


ditandai dengan butiran halus dan lepas serta batuan dasar yang ada
dibawahnya), Lapisan ferikrit hitam (iron cap), Ore/saprolit (biji bauksit), dan
batuan dasar
Horison tanah adalah lapisan tanah atau bahan tanah yang kurang lebih
sejajar dengan permukaan tanah yang kurang lebih sejajar dengan
permukaan tanah dan berbeda dengan lapisan disebelh atas ataupun
bawahnya yang secara genetik ada kaitannya. Yang biasanya disebut sebagai
tanah penutup ( OB ) atau lapisan awal yang biasanya berwarna coklat.
Tanah Lateritatau sering disebut juga dengan tanah merah merupakan
tanah yang berwarna merah hingga coklat yang terbentuk pada ligkungan
yang lembab, dingin, dan mugkin genangan-genangan air, Secara spesifik
tanah merah memiliki profil tanah yang dalam,mudah menyerap air memiliki
kandungan bahan organik yang sedang dan pH netral hingga asam dan
banyak mengandung zat besi dan aluminium sehingga baik digunakan
pondasi bangunan karena mudah menyerap air.
Gossan yaitu zona atau lapisan yang terjadi karena pelapukan ( laterisasi)
yang mengakibatkan rongga-rongga kosong yang dapat dimasuki air sehingga
mempercepat proses pelapukan, tetapi pada zona ini hanya sedikit yang
terkandung bauksit laterit dibadingkan pada zona saprolit.
Saprolit yaitu zona dimana mengandung bauksit laterit yang sangat tinggi
kadar aluminiumnya, sehingga penambangan bauksit dilakukan pada zona ini
yang mana ketebalannya berkisar 2-8 m.

Pembentukan ketebalan bauksit ini sangat tergantung kepada morfologi


dimana penebalan pada bagian miring dengan kelerengan 25o, sedangkan
pada lembah dan puncak bukit mengalami penipisan.

2.3 Genesa dan Faktor Pembentukan Endapan Laterit Bauksit

PROSES PEMBENTUKAN DAN GENESA BAUKSIT


Genesa Bijih Bauksit
Alumina dapat bersumnber dari batuan primer (magnetik dan
hidrothermal) maupun dari batuan sekunder (pelapukan dan metamorfosa).
Namun secara luas yang berada di permukaan bumi ini berasal dari batuan
sekunder hasil proses pelapukan dan pelindian.
1. Magnetik
Alumina yang bersumber dari proses magnetik dijumpai dalam bentuk
batuan yang kaya akan kandungan alumina yang disebut dengan
alumina-rick rock. Sebagai contoh adalah mineral anortosite dan
mineral nefelin pada batuan syenit yang mengandung lebih dari
20%Al2O3. Sumber alumina di Rusia yang pontensial dan telah
dilakukan penambangan adalah bersumber dari proses magnetik.
2. Hidrothermal
Alumina produk alterasi hidrothermal dari trasit dan riolit pada
beberapa daerah vulkanik misalnya mineral alunit mengandung sampai
75% Al2O3 dan dapat ditambang sebagai sumber alumina
3. Metamirfosa
Alumina yang bersumber dari proses metamorfosa adalah sumber
alumina yang tidak ekonomis. Saat ini masih dalam penelitian
ekstraksi yang lebih maju. Diharapkan dimas mendatang akan menjadi
alumina yang potensial dan bernilai ekonomis. Sebagai contoh adalah
alumina silikat andalusit, silimanit dan kianit
4. Pelapukan
Alumina yang bersumber dari proses pelapukan, dijumpai sebagai
cebakan residual dan disebut sebagai bauksit. Terbaentuk oleh
pelapukan feldspatik atau batuan yang mengandung nefelin.

KLASIFIKASI BIJIH BAUKIT


A. Berdasarkan genesanya
1. Bauksit pada batuan klastik yang kasar
Jenis ini berasal dari btuan beku yang telah berubah menjadi metamorf
di daerah yang beriklim tropis dan berumur Tersier Awal. Permukaan
daerahnya telah mengalami erosi dan dijumpai bauksit dalam bentuk
boulder. Tekstur pisolitik dan bentuknya menyudut dengan kadar
bauksit tinggi dalam bohmit dengan posisi letaknya sesuai dengan
kemiringan lereng.
2. Bauksit pada terrarosa
Jenis terrarosa banyak terdapat disekitar Mediterranian di Eropa
Selatan yang merupakan fraksi-fraksi kecil dari hasil pelapukan batu
kapur atau dolomite dan sebagian diaspor (Al2O3H2O). Jenis ini
mempunyai ikatan monohidrat, karen itulah endapan jenis terrarosa
mempunyai kadar alumina yang lebih besar dibandingkan endapan
jenis laterit.
3. Bauksit pada batuan sedimen klastik
Dijumpai pada lingkungan pengendapan sungai stadium tua pada
delta. Karena tertransportasi, material rombakan terbawa ke laut.
Sedimen klastk berada di atas ketinggian dasar melapuk mengandung
perlapisan gravel pasir, lempung kaolinit dan kadang lignit membentuk
delta corong. Deposit bauksit jenis ini yang ekonomis dalah berumur
Paleosen.
4. Bauksit pada batuan karbonat
Deposit bauksit pada batu gamping kadarnya tinggi dan berumur
Paleosen. Perkembangannya tidak berada di permukaan tetapi pada
kubah-kubah gamping.
5. Bauksit pada batuan posfat
Al posfat berwarna abu-abu , putih kehijauan dan bersifat porous yang
terisi oleh berbagai material. Lapisan bawahnya mengandung lempung
antara montmorilonit dengan atapulgit. Beberapa lapisan dalam
bentuk Ca-posfat , berstuktur oolitik dan dijumpai pula pseudo-oolitik
fluorapatit. Di bagian atas lapisan ini mengandung Alposfat dengan
mineral krandalit [(Ca Al3H(OH6/(PO4)] yang sangat dominan
dibandingkan dengan augilit [(Al2(OH3)/(PO4)].

B. Berdasarkan Letak Depositnya

Selain kelima jenis deposit bauksit tersebut, maka berdasar


letak depositnya, deposit bauksit dapat dibedakan menjadi empat
tipe,yaitu:
1. Deposit bauksit residual
Diasosiasikan dengan kemiringan lereng yang menengah
sampai hampir datar pada batuan nefelin syenit. Permukaan bauksit
kemiringannya lebih dari 5 dan batasan yang umum adalah 25. Pada
batua nefelin syenit bagian bawah bertekstur granitik. Zona di atasnya
menunjukkan vermikuler, pisolitik dan tekstur konkresi lainnya. Di
bawah zona konkresi adalah zona pelindian dengan dasar fragmen
lempung kaolinit. Walaupun dasar zona pelindian ini melengkung, tidak
dapat menghilangkan tekstur granitis. Kaolinit nefelin syenit dipisahkan
dengan bauksit bertekstur granitis oleh kaolinit yang kompak dan
kasar.
2. Deposit bauksit koluvial
Diselubungi oleh kaolinit,nefelin,syenit. Deposit ini terletak di
bawah lempung dan termasuk swamp bauxite dengan tekstur pisolitik
dan oolitik yang asih terlihat jelas serta berada di daerah lembah. Di
bagian atas deposit, kaollinit terus berkembang, dapat memotong
secar mendatar atau menggantikan matriks yang tebal dari tekstur
pisolitik. Di beberapa tempat, lapisan lignit yang mendatangkan
lempung dapat pula memotong badan bijih bauksit sehingga bauksit
tersebut menjadi alas dari lapisan lignit ini.
3. Deposit bauksit alluvial pada perlapisan
Dapat berupa perlapisan silang siur, dipisahkan dengan gravel yang
bertekstur pisolitik. Bauksit tipe ini halus dan tertutup oleh alur
runtuhan dari tipe deposit bauksit koluvial.
4. Deposit bauksit alluvial pada konglomerat kasar
Deposit tipe ini umumnya menutupi bauksit boulder dengan
konglomerat kasar,
terutama dari lempung karbonat dan pasir.

Laterit bauksit banyak terdapat di daerah tropis yang merupakan hasil


pelapukan dari batuan yang berkomposisi alumina tinggi. Bauksit di daerah
penelitian mengandung komponen utama Al2O3,Fe2O3, SiO2 dan TiO2.
Disamping keempat komponen utama tersebut, terdapat komponen
K,Na,Ca,Mg,P,S dalam jumlah yang sangat kecil.

Faktor yang terlibat dalam mempengaruhi ketebalan lapisan saprolit


diantaranya :
Waktu dan Perubahan Iklim
Batuan berumur Kapur-Holosen dengan rentang waktu 143 juta tahun
dimana batuan beku dipastikan hadir pada saat 25 juta tahun lalu dengan
intensitas lapukan batuan dimulai 10 juta dimana kedudukan pulau
Kalimantan telah stabil. Kalimantan setiap tahunnya memiliki nilai curah hujan
yang tinggi, yaitu sekitar 401-500 mm perbulan dengan temperatur daerah
penelitian diperkirakan 32-40o C, biasanya sangat panas disiang hari dan
dingin dimalam hari. Rentang waktu yang sangat lama dan kondisi
perubahan iklim yang tidak menentu dengan intensitas hujan sangat tinggi
mengakibatkan endapan laterit bauksit dapat terbentuk menyesuaikan jenis
batuan serta rekahan struktur geologi.

Keadaan Lingkungan
Bijih bauksit terjadi di daerah tropis dan subtropis yang dapat
memungkinkan pelapukan yang sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan
yang mempunyai kadar alumunium nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan tidak
atau sedikit mengandung kuarsa (SiO2) bebas atau tidak mengandung sama
sekali. Bentuknya menyerupai cellular atau tanah liat dan kadang-kadang
berstruktur pisolitic. Secara makroskopis bauksit berbentuk amorf. Kekerasan
bauksit berkisar antara 1 3 skala Mohs dan berat jenis berkisar antara 2,5
2,6.

Kondisi kondisi utama yang memungkinkan terjadinya endapan bauksit


secara optimum adalah ;
1. Adanya batuan yang mudah larut dan menghasilkan batuan sisa yang
kaya alumunium
2. Adanya vegetasi dan bakteri yang mempercepat proses pelapukan
3. Porositas batuan yang tinggi, sehingga sirkulasi air berjalan dengan
mudah
4. Adanya pergantian musim (cuaca) hujan dan kemarau (kering)
5. Adanya bahan yang tepat untuk pelarutan
6. Relief (bentuk permukaan) yang relatif rata, yang mana memungkinkan
terjadinya pergerakan air dengan tingkat erosi minimum
7. Waktu yang cukup untuk terjadinya proses pelapukan

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai