Anda di halaman 1dari 17

Standar Penyimpanan Vaksin

Vaksin adalah senyawa antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif danmeningkatkan imunitas
tubuh terhadap suatu penyakit sehingga tubuh dapat segera membuat antibodi yang di kemudian hari dapat
mencegah atau kebal dari penyakit tersebut. Pada tahun 1877 Louis Pasteur membuat suatu vaksin, menggunakan
kuman hidup yang telah dilemahkan. Vaksin ini dimaksudkan untuk vaksinasi cowpok dan smallpox. Pada tahun 1881
mulai dibuat vaksin anthrax, menyusul pembuatan vaksin rabies tahun 1885.

Terkait dengan penyimpanan vaksin, aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin harus didinginkan
pada temperature 2-8 C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT, Hib, Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak
aktif bila beku. Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada
lembar penyuluhan (brosur) informasi produk harus disertakan.

Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan
terhadap perubahan temperatur lingkungan. Pada setiap tahapan rantai dingin maka transportasi vaksin dilakukan
pada temperature 0C sampai 8C. Vaksin polio boleh mencair dan membeku tanpa membahayakan potensi vaksin.
Vaksin DPT, DT, dT, hepatitis-B dan Hib akan rusak bila membeku pada temperature 0 (vaksin hepatitis-B akan
membeku sekitar -0,5C).

Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992, sarana penyimpanan vaksin di setiap tingkat
administrasi berbeda. Di tingkat pusat, sarana penyimpan vaksin adalah kamar dingin/cold room. Ruangan ini seluruh
dindingnya diisolasi untuk menghindarkan panas masuk ke dalam ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu
+2o C sampai +8o C dan suhu -20o C sampai -25o C. Sarana ini dilengkapi dengan generator cadangan untuk
mengatasi putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin dengan suhu -20o C sampai
-25o C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan vaksin menggunakan lemari es dan freezer.

Dasar yang menjadi pertimbangan dalam memilih cold chain antara lain meliputi jumlah sasaran, volume vaksin yang
akan dimuat, sumber energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu sarana penyimpanan, suku cadang dan
anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang pernah dilakukan. Sarana cold chain di tingkat Puskesmas
merupakan sarana penyimpanan vaksin terakhir sebelum mencapai sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran dan
pengambilan vaksin dapat menyebabkan potensi vaksin cepat menurun.

Standar Penempatan Vaksin


Untuk melakukan pemantauan suhu rantai dingin (cold chain) vaksin maka digunakan pemantau suhu.
Pada kamar dingin (cold room) alat pemantau suhu berupa lampu alarm yang akan menyala bila suhu
di dalamnya melampaui suhu yang ditetapkan. Untuk memantau suhu lemari es selain menggunakan
termometer yang terletak pada dinding luar lemari es juga menggunakan termometer yang diletakkan
dalam lemari es.Sementara standar WHO (Users handbook for vaccine, 2002), menjelaskan detail
susunan vaksin dalam lemari es sebagaimana pada gambar disamping :
Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada sasaran maka vaksin harus disimpan
pada suhu tertentu dengan lama penyimpanan yang telah ditentukan di masing-masing tingkatan administrasi.
Untuk menjaga rantai dingin vaksin yang disimpan pada lemari es di Puskesmas, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :

1. Pengaturan dan penataan vaksin di dalam lemari es


2. Pengontrolan suhu lemari es dengan penempatan termometer di dalam lemari di tempat yang
benar dan pencatatan suhu pada kartu suhu atau grafik suhu sebanyak dua kali sehari pada pagi
dan siang hari
3. Pencatatan data vaksin di buku catatan vaksin meliputi tanggal diterima atau dikeluarkan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, jumlah diterima atau dikeluarkan dan jumlah sisa yang ada.
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya antigennya. Beberapa faktor
yang mempengaruhi penyimpanan vaksin adalah antara lain suhu, sinar matahari dan kelembaban. Sedangkan
standard waktu penyimpanan vaksin disetiap tingkatan, menurut users handbook for vaccine cold room or
freezer room, WHO ( 2002), sebagaimana gambar berikut :

Standar Tempat dan Suhu Vaksin


Pada awalnya vaksin yang berasal dari virus hidup seperti polio dan campak, harus disimpan pada suhu di bawah
0oC. Namun berdasarkan penelitian berikutnya, ternyata hanya vaksin polio yang masih memerlukan suhu dibawah
0oC. Sementara vaksin campak dapat disimpan di refrigerator pada suhu 2oC-8oC. Sedangkan vaksin lainnya harus
disimpan pada suhu 2oC-8oC.

Sesuai Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Depkes RI, 2005, vaksin hepatitis B, DPT, TT, dan DT tidak
boleh terpapar pada suhu beku karena vaksin akan rusak akibat meningkatnya konsentrasi zat pengawet yang
merusak antigen. Sementara terkait penyimpanan vaksin, susunannya harus diperhatikan. Karena suhu dingin dari
lemari es/freezer diterima vaksin secara konduksi, maka ketentuan jarak antar kemasan vaksin harus dipenuhi.
Demikian pula letak vaksin menurut jenis antigennya mempunyai urutan tertentu untuk menghindari penurunan
potensi vaksin yang terlalu cepat.

Pada pelaksanaan program imunisasi, salah satu kebijakan yang dipersyaratkan adalah tetap membuka vial atau
ampul baru meskipun sasaran sedikit. Jika pada awalnya indeks pemakaian vaksin menjadi sangat kecil
dibandingkan dengan jumlah dosis per vial/ampul, namun tingkat efisiensi dari pemakaian vaksin ini harus semakin
tinggi. Sementara menurut WHO, prinsip yang dipakai dalam mengambil vaksin untuk pelayanan imunisasi, adalah,
Earliest Expired First Out (EEFO) (dikeluarkan berdasarkan tanggal kadaluarsa yang lebih dulu). Dengan adanya
Vaccine Vial Monitor (VVM) ketentuan EEFO tersebut menjadi pertimbangan kedua. Vaccine Vial Monitor sangat
membantu petugas dalam manajemen vaksin secara cepat dengan melihat perubahan warna pada indikator yang
ada.

Refference, antara lain :


Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Departemen Kesehatan RI. 1992.
Evaluasi Potensi Vaksin dan Pengelolaan Rantai Dingin Program Imunisasi tahun 1997/1998
dan tahun 1998/1999, Departemen Kesehatan RI, 1999
Pedoman Teknis Imunisasi Tingkat Puskesmas, Departemen Kesehatan RI, 2005
Tentang Logistik Penyimpanan Vaksin
Kondisi vaksin yang poten, vaksin dalam kondisi terbaiknya, untuk dapat berfungsi sesuai standar terbaiknya, mutlak
dipersyaratkan menjaga rantai dingin vaksin sesuai standar juga. Sebagaimana kita ketahui, sebagai sebuah produk
biologis, vaksin sangat peka terhadao lingkungan fisik sekitarnya. Konsidi suhu dan keterpaparan cahaya, akan
sangat sensitive terhadap ke-poten-an vaksin.

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai didistribusikan, vaksin harus selalu disimpan pada
suhu yang telah ditetapkan, antara lain:

1. Di Provinsi : 1). Vaksin Polio disimpan pada suhu -150C s/d -250C pada freeze room atau freezer;
2).Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2oC s/d 8oC pada coldroom atau lemari es.
2. Kabupaten/kota: 1).Vaksin polio disimpan pada suhu 150C s/d -250C pada freezer; 2). Vaksin
lainnya disimpan pada suhu +20C s.d. +80C pada coldroom atau lemari es.
3. Puskesmas: 1). Semua vaksin disimpan pada suhu 2 oC s/d 8 oC, pada lemari es; 2). Khusus
vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu ruangan, terlindung dari sinar matahari
langsung.; 3). Penyimpanan pelarut vaksin pada suhu +2 0C s.d. +80C atau pada suhu ruang
terhindar dari sinar matahari langsung. Sehari sebelum digunakan, pelarut disimpan pada suhu
+20C s.d. +80C.

Beberapa ketentuan yang harus selalu diperhatikan dalam pemakaian vaksin secara berurutan adalah paparan
vaksin terhadap panas, masa kadaluwarsa vaksin, waktu pendistribusian/penerimaan serta ketentuan pemakaian
sisa vaksin.

Keterpaparan vaksin terhadap panas

Vaksin yang telah mendapatkan paparan panas lebih banyak (yang dinyatakan dengan perubahan kondisi VVM A ke
kondisi B) harus digunakan terlebih dahulu meskipun masa kadaluwarsanya masih lebih panjang. Vaksin dengan
kondisi VVM C dan D tidak boleh digunakan.

Masa kadaluarsa vaksin


Apabila kondisi VVM vaksin sama, maka digunakan vaksin yang lebih pendek masa kadaluwarsanya (Early Expire
First Out/EEFO)

Waktu penerimaan vaksin (First In First Out/FIFO)


Vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa
vaksin yang diterima lebih awal mempunyai jangka waktu pemakaian yang lebih pendek.

Pemakaian Vaksin Sisa


Vaksin sisa pada pelayanan statis (Puskesmas, Rumah Sakit atau praktek swasta) bisa digunakan pada pelayanan
hari berikutnya. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

1. Disimpan pada suhu +20C s.d. +80C


2. VVM dalam kondisi A atau B
3. Belum kadaluwarsa
4. Tidak terendam air selama penyimpanan
5. Belum melampaui masa pemakaian.
Monitoring vaksin dan logistik
Setiap akhir bulan atasan langsung pengelola vaksin melakukan monitoring administrasi dan fisik vaksin serta logistik
lainnya. Hasil monitoring dicatat pada kartu stok dan dilaporkan secara berjenjang bersamaan dengan laporan
cakupan imunisasi.

Lemari es dan freezer


1. Lemari es adalah tempat menyimpan vaksin BCG, Td, TT, DT, hepatitis B, Campak dan DPT-HB-
Hib, pada suhu yang ditentukan +20C s.d. +80C dapat juga difungsikan untuk membuat kotak
dingin cair (cool pack).
2. Freezer adalah untuk menyimpan vaksin polio pada suhu yang ditentukan antara -15oC s/d -2
5oC atau membuat kotak es beku (cold pack). Sistem Pendinginan:
Sistem Kompresi
Pada sistem pendinginan kompresi, lemari es/freezer menggunakan kompresor sebagai jantung utama untuk
mengalirkan refrigerant (zat pendingin) ke ruang pendingin melalui evaporator, kompresor ini digerakkan oleh listrik
AC 110 volt/220 volt/380 volt atau DC 12 volt/24 volt. Bahan pendingin yang digunakan pada sistem ini adalah
refrigerant type R- 12 atau R134a.

Sistem absorpsi
Pada sistem pendingin absorpsi, lemari es/freezer menggunakan pemanas litrik (heater dengan tegangan 110 volt
AC/220 volt AC/ 12 Volt DC) atau menggunakan nyala api minyak tanah atau menggunakan nyala api dari gas LPG
(Propane/Butane). Panas ini diperlukan untuk menguapkan bahan pendingin berupa amoniak (NH3) agar dapat
berfungsi sebagai pendingin di evaporator.

Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah thermostat. Thermostat berfungsi untuk mengatur suhu
bagian dalam pada lemari es atau freezer. Thermostat banyak sekali tipe dan modelnya, namun hanya 2 (dua) sistem
cara kerjanya.

Bentuk pintu lemari es/freezer:


1. Bentuk buka dari depan (front opening): Lemari es/freezer dengan bentuk pintu buka dari
depan banyak digunakan dalam rumah tangga atau pertokoan, seperti: untuk meyimpan
makanan, minuman, buah-buahan yang sifat penyimpanannya sangat terbatas. Bentuk ini tidak
dianjurkan untuk penyimpanan vaksin.
2. Bentuk buka keatas (top opening): Bentuk top opening pada umumnya adalah freezer yang
biasanya digunakan untuk menyimpan bahan makanan, ice cream, daging atau lemari es untuk
penyimpanan vaksin. Salah satu bentuk lemari es top opening adalah ILR (Ice Lined Refrigerator)
yaitu: freezer yang dimodifikasi menjadi lemari es dengan suhu bagian dalam +2 0C s.d. +80C , hal
ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan volume penyimpanan vaksin pada lemari es.
Modifikasi dilakukan dengan meletakkan kotak dingin cair (cool pack) pada sekeliling bagian dalam
freezer sebagai penahan dingin dan diberi pembatas berupa aluminium atau multiplex atau acrylic
plastic.
Alat pembawa vaksin
1. Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa vaksin. Pada
umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak dingin (cold box) ada 2 macam yaitu
terbuat dari plastik atau kardus dengan insulasi poliuretan.
2. Vaccine carrier adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin dari puskesmas ke posyandu
atau tempat pelayanan imunisasi lainnya yang dapat mempertahankan suhu +2 0C s.d. +80C .
Alat untuk mempertahankan suhu
1. Kotak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastic berbentuk segi empat yang diisi dengan air
yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -15 oC s/d -25 oC selama minimal 24 jam.
2. Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat yang diisi dengan air
kemudian didinginkan dalam lemari es dengan suhu +2oC s/d +8oC selama minimal 24 jam
Referensi: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan
Imunisasi
CARA PENYIMPANAN VAKSIN

admin

Vaksinasi

KlinikVaksinasi.com Vaksin merupakan bahan yang mudah rusak dengan adanya perubahan suhu dan paparan
cahaya. Kerusakannya bersifat irreversible sehingga dapat mengakibatkan hilangnya keampuhan / potensi vaksin.
Untuk menjaga agar vaksin dalam keadaan optimal mulai dari produksi sampai disuntikkan, diperlukan suatu metode
penyimpanan dan transportasi yang baik, disebut dengan cold chain. Cold chain terdiri atas rangkaian penyimpanan
dan transportasi di mana suhu vaksin terus menerus dijaga pada rentang yang optimal.

Karakteristik Vaksin
Secara umum vaksin dibagi menjadi 2 jenis yaitu live attenuated dan inactivated vaccine. Vaksin live attenuated
adalah vaksin hidup yang dilemahkan, contohnya vaksin varicella, zoster, mumps, measles, rubella (MMR), vaksin flu
semprot, vaksin tifoid oral, yellow fever, dan Japanesse B Encephalitis. Vaksin varicella dan zoster harus disimpan di
suhu -15 C s.d. 25 C. Vaksin tifoid oral, flu semprot, Yellow Fever, Japanesse B encephalitis di simpan di suhu 2- 8
C.

Vaksin inaktif berisi keseluruhan atau komponen bakteri/ virus yang tidak aktif. Yang termasuk golongan ini adalah
vaksin tetanus, difteri, pertusis, HPV, vaksin flu trivalen, hepatitis A, hepatitis B, Hemofilus influenza tipe B,
Pneumokokal polisakarida, Meningokokal polisakarida, Tifoid suntik. Jenis vaksin ini umumnya tidak tahan beku
sehingga harus disimpan di kulkas antara suhu 2 C sampai 8 C, TIDAK BOLEH di dalam freezer. Banyak vaksin
inaktif yang menggunakan ajuvan aluminium, yang tidak tahan suhu dingin, jika terjadi pembekuan, partikelnya
menjadi lebih besar dan mudah mengendap.
Perubahan struktur dan morfologi menyebabkan vaksin kehilangan potensinya. Perubahan ini juga menjadi dasar
shake test yang digunakan untuk mengetahui apakah vaksin rusak karena beku. Pada shake test, laju pengendapan
vial yang diperiksa dibandingkan dengan vial kontrol yang dibekukan. Jika laju pengendapan sama atau lebih cepat
daripada kontrol, maka dinyatakan vaksin tersebut sudah rusak karena beku.

Cara shake test :


1. Kocok vial secara kuat selama 30 detik
2. Tempatkan vaksin pada permukaan yang datar
3. Amati sedimentasi apakah terbentuk atau tidak
4. Bandingkan dengan vial beku di sebelah vaksin yang dites.
Selain peka terhadap perubahan suhu, beberapa vaksin juga peka terhadap cahaya. Kerusakan akibat cahaya
seperti halnya akibat suhu, bersifat irreversible dan kumulatif. Vaksin yang peka terhadap cahaya antara lain MMR,
varicella, zoster, HPV, Japanesse Encephalitis, Rabies, Tifoid oral.

Penyimpanan Vaksin
Pemahaman akan karakteristik vaksin sangat diperlukan dalam penyimpanan dan pengiriman vaksin. Beberapa
vaksin dapat bertahan cukup lama pada suhu lebih panas, namun hal tersebut tetap mengurangi masa hidup vaksin
secara signifikan (Expired Date menjadi maju). Efek panas terhadap vaksin bersifat kumulatif dan tidak bisa dinilai
dari tampilan fisik vaksin. Efek dingin terhadap vaksin juga dapat merusak beberapa jenis vaksin contohnya vaksin
Flu, Hepatitis B dan Td (Tetanus- difteri). Paparan suhu beku dapat dideteksi dengan alat khusus (Freeze tag). Jika
Freeze tag terpapar pada suhu < 0 C selama 1 jam, tanda rumput berubah menjadi tanda silang.

Dalam penyimpanan vaksin dibutuhkan unit pendingin yang memiliki kulka (chiller) dan freezer terpisah. Suhu kulkas
dijaga agar selalu berada 2 8 C, sedangkan suhu freezer dijaga 15 C sampai -25 C.
Pendingin hendaknya digunakan untuk menyimpan vaksin. Tidak boleh disatukan dengan makanan, karena akan
berpengaruh pada risiko kontaminasi dan tidak stabilnya suhu karena seringnya dibuka tutup. Sebaiknya vaksin
diletakkan di tengah- tengah bagian dari kulkas, tidak terlalu dekat dengan evaporator untuk mencegah terjadinya
pembekuan, dan bukan di pintu kulkas karena suhu meningkat saat dibuka, juga disediakan ruang kosong 50%
volume kulkas agar udara dapat bersirkulasi. Penataan juga harus memperhatikan tanggal kadaluwarsa vaksin, yang
di paling belakang adalah tanggal kadaluwarsa yang paing jauh. Vaksin yang sudah lewat kadaluwarsanya tidak
boleh digunakan.

Barang barang lain yang dibutuhkan untuk menjaga cold chain :


1. Termometer dan log book adalah hal mutlak untuk memantau suhu kulkas vaksin. Pencatatan dilakukan 2
kali sehari.
2. Ice pack gel yang sudah dibekukan di freezer digunakan saat transport atau penyimpanan. Ice pack yang
tidak beku dan botol berisi air diletakkan di bagian bawah kulkas sebagai buffer cadangan bila kulkas mati.
3. Cool box atau vaccine carrier digunakan jika pendingin mati dalam waktu yang cukup lama.

Vaksin aman dalam kulkas tanpa listrik hingga 2 jam tanpa dibuka- buka, dan juga vaksin bertahan dalam 24 jam
dengan ice pack gel beku dalam cool box.

Cara In Harmony Clinic menyimpan vaksin


Sebagai klinik vaksin yang terpercaya, In Harmony Clinic menjaga betul kualitas vaksinnya. Inilah yang menjadikan
klinik ini memiliki vaksin yang bermutu. Apa yang kami lakukan di balik layar klinik ?
1. Kulkas vaksin ada 2 pintu yaitu freezer yang terpisah dengan chiller, hanya berisi vaksin, tidak dicampur
dengan obat obatan lain atau makanan.
2. Pengaturan vaksin telah mengikuti standar WHO
3. Memiliki Emergency Vaksin. Jika mati listrik, kami memiliki back up storage yang memadai untuk semua
persediaan vaksin kami.
4. Kami memiliki Genset yang bagus untuk mempertahankan asupan listrik ke tempat penyimpanan vaksin.
5. Log book dan suhu dipantau sehari 2 kali dan tidak pernah ditinggal tanpa ada Sumber Daya Manusia yang
menjaga cold chain
6. Semua karyawan, dokter dan cleaning service telah terlatih untuk mempertahankan cold chain mulai dari
terima vaksin, menyimpan dan transport vaksin hingga pemberian ke pasien.
7. Secara berkala, suku dinas kesehatan melakukan pemantauan terhadap cold chain vaksin di klinik kami dan
kami selalu lolos uji.

Pengelolaan Vaksin
Nang ulun tulisakan ini, hanyalah sekedar gasan menambah informasi/
mereview kembali nang kaya apa baiknya pengelolaan vaksin
dipuskesmas. Mudahan berfaedah gasan pian- pian, karena seperti nang
kita ketahui berataan, pengelolaan Vaksin sangatlah Vital untuk menjamin
mutu Vaksin nang akan kita gunakan...so just read and keep it on our
mind...

KERUSAKAN VAKSIN PADA SUHU DI BAWAH 0oC

Hep B, DPT-Hep -0,5 oC Maks Jam


B

DPT, TT, & DT -5 oC s/d Maks 1,5 s/d 2


-10 oC jam

(Thermo Stability of Vaccines, WHO, 1998)

STABILITAS VAKSIN DILUAR RANTAI DINGIN

Kategori +37 oC +25 oC +5 oC


Polio 2 Hari - 225 Hari

DPT 14 Hari 90 Hari 3 Tahun

Hep B & TT 30 Hari 193 Hari 4 Tahun

Campak & BCG 7 Hari 45 Hari 2 Tahun

Hal-Hal yang perlu diperhatikan:

1. Pengaruh Suhu: Dapat menurunkan potensi dan efikasi vaksin, jika


disimpan pada suhu yang tidak sesuai.
2. Pengaruh Sinar Matahari: Usahakan agar vaksin tidak terkena sinar
Matahari langsung, khususnya untuk vaksin BCG.
3. Pengaruh Kelembaban: Apabila kemasannya sudah baik, maka
pengaruh kelembaban sangat kecil, misalnya menggunakan botol
atau ampul yang tertutup kedap.
PENYIMPANAN VAKSIN

1. Cold Room: suhu 2 oC s/d 8 oC untuk vaksin BCG, Campak, DPT, TT,
dan lain-lain.Suhu -20 oC untuk vaksin Polio
2. Pemantauan Suhu secara berkala
3. Pengaturan Stok (Inventory Control)
4. Diterapkan aturan system First In First Out (FIFO System), Expire
Date, dan VVM System
5. Sebagai control pengeluaran digunakan formulir Batch Delivery
Record
6. Pengeluaran barang berdasarkan permintaan pengiriman dan
Kapasitas gudang penerima.
PEMBEKUAN SAAT PENYIMPANAN

1. Kesalahan Pada Perawatan

Thermostat pada lemari es yang tidak berfungsi dengan benar


Thermometer pengukur suhu pada lemari es tidak valid
2. Ketidaktahuan Petugas (Human Error)

Paradigma petugas bahwa lebih dingin akan lebih baik


Sering merubah posisi thermostat
Petugas Baru:
- Ketidaktahuan sifat vaksin
- Ketidaktahuan tata cara penyimpanan vaksin
- Ketidaktahuan packaging vaksin
3. Penyimpanan vaksin yang padat sehingga tidak mempunyai ruang
sirkulasi.

PEMBEKUAN SAAT PENGEPAKAN PADA VAKSIN DTP, TT, DT, dan HB

Terjadi karena tidak mengikuti petunjuk, bahwa Cold Pack HARUS


dikeluarkan dulu dari freezer dan tunggu selama 30 menit sampai 1 jam
baru kemudian masuk ke dalam box vaksin.

Yang terjadi di lapangan:

Dengan alasan karena waktu mendesak, tidak sempat melakukan aturan


yang dianjurkan sehingga cold pack dari freezer langsung masuk ke dalam
box vaksin.

Sehingga aturan penggunaaan Cold Pack untuk Freeze Sensitive Vaccine di


rubah menjadi Cool Pack.

MENCEGAH PEMBEKUAN VAKSIN

1. Lemari Es dengan Buka Atas

Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B,
DTP-HB jauh dari evaporator.
Beri jarak 1- 2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara
Letakkan termometer dan Freeze-Tag di antara kotak vaksin yang
peka pembekuan.
2. Lemari Es Rumah Tangga (Tidak direkomendasikan)

Selalu letakkan vaksin yang peka pembekuan (DTP, TT, DT, Hep B,
DTP-HB) jauh dari evaporator.
Jangan letakkan vaksin di pintu.
Beri jarak 1-2 cm antar kotak vaksin untuk sirkulasi udara.
Letakkan termometer dan freeze tag diantara kotak vaksin yang peka
pembekuan.
Selalu letakkan botol berisi air (cool pack) di bagian bawah lemari
es.
PEMELIHARAAN LEMARI ES/FREEZER
Perawatan Harian
1. Periksa dan catat suhu lemari 3 x sehari pagi, siang, dan sore.
2. Periksa kondisi Freeze-Tag.
3. Hindarkan seringnya buka tutup pada lemari es.
4. Bila suhu sudah stabil antara 2-8 oC pada lemari es atau -15
s/d -25 oC pada freezer. Posisi termostat jangan diubah-ubah
dan agar diberi selotip.
Perawatan Mingguan
1. Periksa kestabilan bunga es pada dinding bagian dalam lemari
es.
2. Bersihkan bagian luar lemari es untuk menghindari karat.
3. Periksa steker listrik pada stop kontak, jangan sampai kendor.
Perawatan Bulanan
1. Bersihkan bagian dalam lemari es.
2. Bersihkan kerapatan karet pintu.
3. Bersihkan engsel pintu, bila perlu diberi pelumas.
4. Bersihkan karet pintu, bila perlu beri bedak.

PENCAIRAN BUNGA ES
Dilakukan apabila ketebalan bunga es mencapai 0,5 cm.
Pindahkan vaksin ke dalam kotak vaksin atau lemari es lain.
Cabut stop kontak lemari es/freezer (jangan mematikan lemari
es/freezer dengan memutar termostat).
Selama pencairan bunga es, pintu lemari es/freezer harus
tetap terbuka.
Biarkan posisi tersebut sampai bunga es mencair semuanya.
Pencairan dapat dipercepat dengan menyiram air hangat ke
dalam lemari es. Jangan menggunakan pisau atau benda tajam
lainnya untuk mencongkel bunga es. Setelah cair, bersihkan
embun/uap air yang menempel pada dinding bagian dalam lemari
es.

Berikut ulun tampaekan perawatan rutin/ bulanan Refrigerator


Vaksin ulun di Puskesmas.
1. Kondisi Refrigerator Vaksin sebelum dilakukan perawatan
bulanan.
2. Langkah awal, siapkan Lemari Es untuk tempat penyimpanan vaksin sementara saat Refrigerator
Vaksin dibersihkan (biasanya proses pembersihan memakan waktu selama 2 hari), jadi lakukanlah
kegiatan ini di akhir bulan (hari sabtu-minggu) saat semua jadwal imunisasi rutin telah selesai, atau
saat jumlah vaksin dalam Refrigator vaksin tinggal sedikit.

3. Kosongkan Refrigerator Vaksin dengan memindahkan Vaksin ke Lemari Es tempat penyimpanan


sementara. Untuk memindahkan, sebaiknya gunakan Vaksin Carrier yang berisi cool pack untuk
menjaga suhu Vaksin tetap stabil saat pemindahan.

4. Atur Vaksin dengan baik di Lemari Es tempat penyimpanan sementara, Pantau suhu Lemari Es
dengan LogTag, Jangan Menyimpan Vaksin di pintu Lemari Es.
5. Usahakan Refrigerator Vaksin tetap dalam keadaan terbuka. Diamkan beberapa saat (bisasanya 3-4
jam) hingga seluruh bunga es mencair. Jangan lupa, pastikan sebelum memulai proses ini Refrigerator
Vaksin sudah dalam keadaan mati.

6. Siapkan Sarung tangan karet(handschooen), wadah penampungan, dan Lap yang mampu menyerap
air. Saat bunga es telah mencair, mulailah membersihkan Refrigerator Vaksin. Keluarkan kemudian
bersihkan satu per satu cool pack, dan pelat alumunium dalam Refrigerator menggunakan Lap.
Keringkan bagian dalam Refrigerator, bersihkan pintu dan karet pintu, engsel dan bagian lain yang
perlu perawatan. Lakukan dengan Hati- hati.

Anda mungkin juga menyukai