LP Nefro
LP Nefro
1) Korteks
Bagian korteks merupakan bagian luar yang berhubungan langsung dengan
kapsul, sedang medula merupakan bagian dalam yang berada di bawah korteks.
2) Medula
Ginjal terbagi menjadi beberapa massa jaringan berbentuk kerucut yang disebut
piramida ginjal, terdapat 12 sampai 18 piramida tiap ginjal. Kolumna dari Bertin
merupakan tonjolan korteks ke dalam medula dan memisahkan medula.Ujung atau
bagian akhir piramida disebut papila yang menyalurkan urine yang terbentuk ke
dalam collecting system dan berhubungan dengan kaliks minor. Beberapa kaliks
minor bergabung membentuk kaliks mayor, dimana kaliks mayor akan bergabung
lagi membentuk pelviks renal yang terletak di atas ureter.
Aliran darah ginjal
Aliran darah ke ginjal berasal dari arteri renal, merupakan arteri tunggal (end artery)
cabang dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang
bermuara ke dalam vena cava inferior.Saluran getah bening (limfe) dari ginjal mengalir ke
kelenjar limfe di hilus renalis selanjutnya ke kelenjar limfe paraaorta.Persyarafan dari ginjal
dilaksanakan oleh sistem otonom, yaitu simpatis dan parasimpatis. Bila diperiksa secara
histologik maka ginjal terdiri dari satuan unit fungsional yang disebut nefron, masing-
masing ginjal terdapat 1 juta sampai 1,25 juta nefron, semua berfungsi sama dan
independen.
Nefron
Tiap nefron terbentuk dari dua komponen utama:Glomerulus dan Kapsula
Bowmans, tempat air dan larutan difiltrasi dari darah dan Tubulus, yang mereabsorpsi
material penting dari filtrat dan memungkinkan bahan-bahan sampah dan material yang
tidak dibutuhkan untuk tetap dalam filtrat (material hasil filtrasi glomerulus) dan mengalir
ke pelvis renalis sebagai urine. Glomerulus terdiri atas sekumpulan kapiler-kapiler yang
mendapat suplai nutrisi dari arteriole afferen dan diperdarahai oleh arteriole afferen.
Glomerulus dikelilingi oleh kapsula bowmans, arteriole efferen mensuplai darah ke kapiler
peritubuler. Cairan filtrat dari kapiler masuk ke kapsula kemudian mengalir ke dalam
sistem tubular, yang terdiri atas empat bagian: tubulus proksimus, ansa henle, tubulus
distalis, tubulus kolegentes.
b. Ureter
Kandung kemih terdiri membrane mukosa jatuh ke dalam lipatan ketika kandung
kemih dalam keadaan kosong
lapisan submukosa
lapisan otot;membentuk bagian yang terbesar dari dinding kandung kemih yang
tebal sebagian darinya membentuk spinkter melingkar ostium uretra
fasia peritorium atau pelvis pada sebelah luar
Gambaran klinis
Kandung kemih dapat mengalami distensi yang berlebihan bila terdapat obstruksi
aliran urin melalui uretra,misalnya laki-laki oleh perbesaran dari kelenjar
prostat.adalah merupakanhal yang mungkin untuk mengalirkan seluruh isi kandung
kemih atau mendapatkan specimen urin melalui stab suprapubic jarum diinsersikan
melalui dinding abdomen langsung kedalam kantong kemih;tidak terdapat bahaya
untuk melakukan fungsi pada peritorium karena hal ini akan mengurangi tekanan pada
bagian atas dari kandung kemih.Sistitis adalah imflamasi kandung kemih urin secara
khusus mungkin dapat terinfeksi apabila terdapat obstruksi terhadap
alirannya.Sitoskopi adalah pemeriksaan bagian anterior dari kandung kemih melalui
sistoskop,sebuah tuba yang diatur dengan Cermin dan cahaya yang melewati
uretra,karena dikemas menjadi tuba yang tipis maka dapat diinsersikan ke dalam
ostium uretrae denganTujuan bahwa urin dari maisng-masing ginjal dapat
dikumpulkan secara terpisah.
d. Uretra
Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan Panjang kira-kira 20 cm dan memanjang
dari kandung kemih ke ujung penis.uretra pada laki-laki mempunyai 3 bagian:
Uretra prostatika;panjang sekitar 3 cm;terletak arah transversal dari kelenjar
prostat;menerima dua buah duktus ejakulatoris dan beberapa duktus yang kecil dari
kelenjar prostat.
Uretra membranosa mempunyai panjang sekitar 2cm;terletak arah transversal
denganDiafragma urogenial,lapisan fibrosa tepat dibawah kelenjar prostat;ditutup oleh
spinkter dari serat-serat otot.Disebut sebagai membranosa karena terdapat membrane yang
tipis.
Uretra spongiosa;mempunyai panjang kira-kira 15cm menjalar melalui korpus
spongiosa dari penis samapi ke ujungnya. Urin didorong; sepanmajng uretra oleh
kontraksi dari kandung kemih .Masuk ke dalam uretra dan dikeluarkan oleh kontraksi
spinkter yang mengitari uretra membranosa.
Gambaran klinis
Ruptur uretra dapat diikuti dengan Astride;bila pasien kemudian mengosongkan
kandung kemig urin memasuki jaringan lunak sekitar ureter.uretritis adalah imflamasi dari
ureter penyebab yang umum adalah gonorea dan infeksi kelamin yang tidak
spesifik.stenosis dari uretra adlah sehunungan denganTerbentuknya jaringan parut setelah
penyembuhan dari rupture atau setelah mendapat serangan gonorea.
Uretra pada wanita merupakan tube yang mempunyai panjang 3 cm dan memanjang
dari kandung kemih kea rah ositilium di antara labia minora kira-kira 2,5 cm disebelah
belakang klitoris.uretra menjalar tepat disebelah depan vagina.
Uretritis merupakan imflamasi dari uretra secara umum berhubungan dengan Gonorea
dan infeksi kelamin yang tidak spesifik.
2. FISIOLOGI GINJAL
a) Filtrasi glomerulus
Merupakan proses penting dalam pembentukan urine. Sewaktu darah mengalir
dari arteriole afferen masuk glomerulus, sejumlah air, elektrolit dan zat terlarut
(seperti kreatinin, urea nitrogen dan glukosa) difiltrasi melewati membran glomerular
masuk kapsul bowmans membentuk filtrat. Substansi dan berat molekul lebih dari
69.000 terlalu besar untuk melewati membran dan merupakan subyek terjadinya
penolakan elektrostasis pada membran kapiler glomerulus (Guyton, 1991), sehingga
substansi seperti protein-albumin, globulin dan SDM normalnya tidak terdapat dalam
filtrat. Adanya tekanan positif memungkinkan terjadinya filtrasi glomerulus.
Tekanan hidrostatik merupakan tekanan utama yang mendukung terjadinya
ultrafiltrasi darah dimana ada tekanan yang melawan filtrasi glomerulus, yaitu
tekanan onkotik plasma dari darah di dalam glomerulus dan tekanan filtrat tubular
dari filtrat di dalam kapsul bowmans.Filtrat glomerulus terjadi apabila tekanan
hidrostatik lebih besar dari tekanan oposisinya (tekanan onkotik plasma dan filtrat
tubular).
Ginjal mempunyai kemampuan autoregulasi untuk mempertahankan atau
mengatur tekanan dan aliran darah ginjal, sehingga memungkinan Glomerular
Filtration Rate (GFR) berjalan relatif konstan dimana otot polos arteriole afferen dan
efferen bertanggung jawab dalam proses ini. Hal ini dapat kita lihat, meskipun tekanan
darah sistemik darah meningkat dan dapat meningkatkan GFR, namun vasodilatasi
dari arteriole afferen akan menurunkan tekanan darah ke ginjal, sehingga GFR
berlangsung konstan. Hal yang sama juga terjadi apabila tekanan darah sistemik
menurun, maka akan terjadi vasokonstriksi arteriole afferen, sehingga tekanan darah
ke ginjal naik, akibatnya filtrasi tetap berlangsung tanpa perubahan yang besar.
Autoregulasi akan terjadi selama tekanan sistolik dipertahankan antara 75 sampai 160
mmHg (Guyton, 1991). Setiap hari sekitar 180 liter terbentuk filtrat dari glomerulus
atau normalnya GFR berkisar 125 ml/menit, dari sejumlah tersebut hanya sekitar 1
sampai 2 liter yang dikeluarkan sebagai urine.
b) Reabsorpsi tubular
Merupakan proses kedua yang juga ikut mempertahankan konsentrasi plasma
normal dan pengeluaran cairan serta solut melalui urine secara tepat. Sewaktu filtrat
mengalir melalui komponen tubular dari nefron, sejumlah air, elektrolit dan solut lain
direabsorpsi oleh tubuh. Reabsorpsi terjadi dari filtrat yang berada dalam lumen
tubular masuk ke dalam kapilar peritubuler atau vasa rekta.Di dalam tubulus
proksimal direabsorpsi sekitar 65 % dari filtrat. Reabsorpsi air : lebih dari 99 % filtrat
air direabsorpsi kembali oleh tubulus ke dalam tubuh. Beberapa proses juga
membantu ginjal dalam mempertahankan keseimbangan cairan antara lain
kemampuan mempertahankan interstisial medula hipertonik dan kemampuan
memproduksi variasi dalam volume urine. Sebagian besar air direabsorpsi dari filtrat
ke dalam plasma saat melewati tubulus proksimal, saat filtrat berada pada pars
desenden air juga direabsorpsi. Pada pars asenden yang berdinding berdinding tipis,
sodium dan klorida secara aktif direabsorpsi, akan tetapi dindingnya tidak permeabel
terhadap air, sehingga cairan jaringan interstisial medula menjadi hipertonik.
Pada saat filtrat melewati tubulus distal reabsorpsi air juga terjadi karena
dindingnya permeabel terhadap air.Dinding membran tubulus distal dapat menjadi
lebih permeabel terhadap air atas pengaruh vasopresin (ADH).ADH meningkatkan
permeabilitas membran terhadap air dan meningkatkan reabsorpsi air.Aldosteron juga
mengubah permeabilitas membran, aldosteron meningkatkan reabsorpsi sodium
dalam tubulus distal; sedangkan reabsorpsi air terjadi sebagai hasil perpindahan
sodium.Reabsorpsi solut : sebagian besar sodium, clorida dan air direabsorpsi
sewaktu di tubulus proksimal dan reabsorpsi yang sama juga terjadi pada tubulus
koligentes dan biasa terjadi atas pengaruh aldosteron. Potassium utamanya
direabsorpsi pada tubulus proksimal dimana 20 % sampai 40 % potassium
direabsorpsi pada pars asenden yang berdinding tebal. Bikarbonat, kalsium dan
phospat utamanya juga direabsorpsi pada tubulus proksimal dan sebagian pada pars
asenden dan tubulus distal.
2. ETIOLOGI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
a. Hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh hiperparatiroidisme, asidosis
tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan vitamin D, susu, dan
alkali.
b. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.
c. Diet tinggi purin dan abnormalitas metabolismr purin (hiperuremia dan gout)
d. Infeksi kronis dengan urea mengandung bakteri (proteus vulgaris).
e. Sumbatan kronis di mana urine tertahan akibat benda asing dalam saluran kemih.
f. Kelebihan absorbsi oksalat pada penyakit inflamasi usus dan reseksi atau ileostomi.
g. Tinggal di daerah yang beriklim panas dan lembab.
14
3. FAKTOR PRESDIPOSISI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
a. Sekitar tiga atau empat pasien dengan batu ginjal adalah laki-laki dengan rentang
usia 20-30 tahun. Banyak batu berpindah dari atas ke bawah (menyebabkan kolik
hebat) dan ditemukan di saluran kemih bawah). Batu secara spontan pada saluran
dapat diantisipasi 80% pada pasien urolitiasis.
b. Batu bisa tertinggal di dalam pelvis ginjal, ureter, atau leher kandung kemih yang
menyebabkan sumbatan, edema, infeksi sekunder, dan berbagai kasus kerusakan
nefron.
c. Orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk kambuh.
4. PATOFISIOLOGI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius.Batu terbentuk
ketika konsentrasi substansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat
meningkat.Batu juga dapat terbentuk ketika difisiensi substrats tertentu.Seperti sitrat
yang secaa normal mencegah kristalisasi dalam urine, serta status cairan
pasien.Infeksi, stasis urine, serta drainase renal yang lambat dan perubahan metabolic
kalsium, hiperparatiroid, malignansi, penyakit granulo matosa (sarkoldosis,
tuberculosis), masukan vitamin D berlebih merupakan penyebab dari hiperkalsemia
dan mendasari pembentukan batu kalsium.
Batu asam urat dapat dijumpai pada penyakit Gout. Batu struvit mengacu pada
batu infeksi, terbentuk dalam urine kaya ammonia alkalin persisten akibat uti
kronik. Batu urinarius dapat terjadi pada inflamasi usus atau ileostomi.Batu sistin
terjadi pada pasien yang mengalami penurunan efek absorbsi sistin (asam ammonia)
turunan.
15
5. PATHWAY UROLITIASIS
Akumulasi anorganik
Nefrolitiasis
eliminasi
terjebak di traktus urinarius Nyeri
urine
Merusak jaringan
Resiko
infeksi
7. KOMPLIKASI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
a. Sumbatan : akibat pecahan batu.
b. Infeksi : akibat diseminasi partikel batu ginjal atau bakteri akibat obstruksi.
c. Kerusakan fungsi ginjal : akibat sumbatan yang lama sebelum pengobatan dan
pengangkatan batu ginjal.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
a. Ultrasonografi
1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi batu
2) Pemeriksaan ini diperlukan pada perempuan hamil dan pasien yang alergi
kontras radiologi
17
3) Dapat diketahui adanya batu radiolusen dan dilatasi sistem kolektikus.
Keterbatasan pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukkan batu ureter,
da tidak dapat membedakan batu kalsifikasi dan batu radiolusen.
b. Pemeriksaan radiografi
Foto abdomen biasa
1) Dapat menunjukkan ukuran, bentuk dan posisi
2) Membedakan batu kalsifikasi
3) Densitas tinggi: kalsium oksalat dan kalsium fosfat
4) Densitas rendah: struvite, sistin, dan campuran keduanya
5) Indikasi dilakukan uji kualitatif sistin pada pasien muda
c. Urogram
1) Dateksi batu radiolusen sebagai defek pengisisan (filling) (batu asam urat,
xantin, 2,8 dihidroksiadenin ammonium urat)
2) Menunjukkan likasi batu dalam sistem kolektikus
3) Menunjukkan kelainan anatonis
d. CT-scan halikal dan kontras
Pemeriksaan labotarurium ritin, sampel dan air kemih. Pemeriksaan Ph, berat
jenis air kemih, sedimen air kemih untuk menentukan hematuri, leukosituria, dan
kristaluria. Pemeriksaan kultur kuman penting untuk adanya infeksi saluran kemih.
Apabila batu keluar, diperlukan pencarian faktor risiko dan mekanisme timbulnya
batu.
Perlu dilakukan :
1) Penampunganair kenih 24 jam (atau waktu tertentu)
2) Pengurangan pH air kemih
3) Penampungan air kenih denagn bahan pengawet 10 mL timol 5% di dalam
isopropanol untuk 2 L atau 15 mL HCL6 N
4) Pemeriksaan serum
5) Mengikuti protokol diet
18
Cara pengumpulan air kemih :
1) Pada hari penampugan air kemih, air kemih dibuang sesudah bangun pagi dan
dicatat waktu penggosongan air kemih
2) Sesudahnya, semua air kemih ditampung ke dalam botol. Diusahakan jangan
ada air kemih yang hilang. Tampungan disimpan dalam tempat dingin
3) Penampungan sampai dengan waktu yang sama dengan sehari sebelumnya
4) Bila pengumpulan lengkap, kemudian dibawa ke laboraturium secepatnya
9. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih secepatnya harus
dikeluarkan agar tidak menimbulkan penyulit yang lebih berat. Indikasi untuk
melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih adalah batu yang telah
menimbulkan : obstruksi, infeksi atau indikasi sosial. Batu dapat dikeluarkan dengan
cara medikamentosa, dipecahkan dengan ESWL, melalui tindakan endourologi,
bedah laparaskopi atau pembedahan terbuka.
Endourologi merupakan tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu
saluran kemih yang terdiri atas memecah batu dan kemudian mengeluarkannya dari
saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih.Alat
tersebut dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan).Sedangkan pemecahnya dapat dilakukan secara mekanik dengan memakai
energi hidraulik, energi gelombang suara atau dengan energi laser.Salah satu tindakan
endourologi adalah PNL (Percutaneus Nephro Litholapaxy).
19
pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius.Batu terbentuk dari traktus urinarius
ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam
urat meningkat.
Nefrolitiasis merujuk pada penyakit batu ginjal.Batu atau kalkuli dibentuk di
dalam ginjal (parenkim ginjal) oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam
urine.Urolitiasis merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan.Sebanyak 60%
kandungan batu ginjal terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium,
dan fosfat atau gelembung asam amino.
Nefrolitiasis adalah Pembentukan deposit mineral yang kebanyakan adalah
kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang lain urid acid dan kristal,
juga membentuk kalkulus (batu ginjal)
2. ETIOLOGI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
Banyak faktor yang sering menjadi predisposisi timbulnya batu :
a. Faktor Endogen
1) Faktor genetik familial pada hiper sistinuria
Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam
amino di membran batas sikat tubuli proksimal.
2) Faktor hiperkalsiuria primer dan hiper oksaluria primer.
b. Faktor eksogen
1) Infeksi
Infeksi oleh bakteri yang memecahkan ureum dan membentuk amonium akan
mengubah pH urium menjadi alkali dan akan mengendapkan garam-garam
fosfat sehinggga akan mempercepat pembentukan batu yang telah ada.
2) Obstruksi dan statis urin
Mempermudah terjadinya infeksi
3) Jenis kelamin
Lebih banyak ditemukan pada laki-laki
20
4) Ras
5) Keturunan
6) Air minum
7) Pekerjaan
8) Makanan
9) Suhu
3. PATOFISIOLOGI
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti
kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk
ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal
mencegah kristalisasi dalam urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju
pembentukan batu mencakup pH urin dan status cairan pasien (batu cenderung terjadi
pada pasien dehidrasi).
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai kekandung kemih dan ukuran
bervariasi dari defosit granuler yang kecil, yang disebut pasir atau kerikil, sampai
batu sebesar kandung kemih yang berwarna oranye. Factor tertentu yang
mempengaruhi pembentukan batu, mencakup infeksi, statis urine, periode
immobilitas. Faktor-faktor yang mencetuskan peningkatan konsentrasi kalsium dalam
darah dan urine, menyebabkan pembentukan batu kalsium (Price, 2006).
21
4. PATHWAY NEFROLITIASIS
Akumulasi anorganik
Nefrolitiasis
eliminasi
terjebak di traktus urinarius Nyeri
urine
Merusak jaringan
Resiko
infeksi
6. KOMPLIKASI
Menurut (Price, 2006), yaitu :
Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi
obstruksi baik sebagian atau total.
Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh :
a. Sempurnanya obstruksi
b. Lamanya obstruksi
c. Lokasi obstruksi
d. Ada tidaknya infeksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara
lain:
23
a. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan
organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat
atau struvita
b. Meningkatkan tekanan intraluminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran
kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
c. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Klinik
1) Jumlah batu yang sebelumnya keluar atau dikeluarkan
2) Derajat kerusakan ginjal
3) Riwayat keluarga
4) Analisa batu
5) Tanda dan gejala penyakit penyebab :
a) Hiperparatiroidisme ; keluhan batu, penyakit tulang, ulkus, pankreatitis.
b) Asidosis Tubuler Renalis ; langkah terhuyung huyung, sakit pada tulang.
c) Sarkoidosis ; limphadenopati, eritemanodosum.
d) Sebab lain : Infeksi traktus urinarius yang berulang kali, penyakit paget,
imobilisasi, kelebihan vitamin-D, pemasukan purin berlebihan, kelebihan
alkali dan penyakit khusus.
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
2) Hematuria
3) Piuria
4) Kristalisasi
5) Bakteriologi
6) Kerangka kerja metabolic
7) Darah
8) Urine
24
9) Analisa batu untuk unsur kimia dan bakteriologi
10) Status batu
c. Pemeriksaan Radiologi
1) Pielografi ( IVP)
2) Pieolgrafi retrograde
3) U S G
4) Tomografi
5) CT- Scan
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
a. Terapik medik dan simtomatik
b. Terapik medik => mengeluarkan batu ginjal atau melarutkan batu
c. Pengobatan Simtomatik = > mengusahakan agar nyeri khususnya koli ginjal yang
terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik selain itu dapat diberikan
minum berlebihan disertai diuretikum bendofluezida 5 10 mg/hr.
d. Terapi mekanik
E S W L = > Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy
e. Terapi pembedahan
Jika tidak tersedia alat litotriptor
9. PENCEGAHAN
Menurut (Smeltzer dan Suzanne, 2001), yaitu :
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang
tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
25
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
a. Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih
harus dikoreksi
b. Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type
batu
26
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT UROLITIASIS
LAPORAN KASUS
Pada bab ini seorang penulis menguraikanlaporan kasus tentangasuhan keperawatan pada
Ny S dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal di Ruang (C)
Rumah Sakit Umum Dr. Soedarso Pontianak yang dilakukan pada tanggal 10 November 2012.
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian keperawatan penulis lakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan
study partisipatif, yang dilakukan pada tanggal 10 november 2012 dengan pengamatan
langsung, wawancara dengan klien, keluarga dan tim kesehatan, pemeriksaan fisik dan
data-data medical record (MR).
1. Identitas Klien
Nama : Ny S
Umur : 41 tn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa /suku : Indonesia/Melayu
Pendidikan : SD
Pekerjaan :Ibu Rumah tangga
Status perkawinan : Sudah kawin
Alamat :Dusun Sui.Belabun lima, Desa Kalimas Baru Kec.
27
2. Riwayat Kesehatan Klien
a. Kesehatan masa lalu
Klien sudah 4 kali di rawat di RS untuk keluhan penyakit yang sama dengan saat
ini (batu ginjal). Klien pertama kali dirawat di RS Agoesjam selama 7 hari yang
dimulai tanggal 10September 2012.Kemudian klien di rujuk ke RS Sudarso dan
masuk tanggal 10 November 2012 dan dirawat 10 hari, klien pulang karna
rencana operasi dibatalkan, masuk ketiga kali pada tanggal 10 Oktober 2012
untuk rencana operasi ke dua dan dirawat selama 3 hari dan rencana operasi
dibatalkan, yang terakhir tanggal 10 November 2012 sampai sekarang. Menurut
klien rencana operasinya batal dengan alasan yang kurang jelas.
b. Riwayat kesehatan Sekarang
1) Keluhan utama/alasan masuk rumah sakit
Klien mengatakan selama kurang lebih 1 bulan sebelum masuk RS dia
mengalami kencing yang bercampur nanah, dan sakit saat mau BAK seperti
rasa terbakar, kemudian klien pergi ke RS Agoesjam ketapang untuk berobat.
Dari hasil foto USG didapat data bahwa klien mengalami penyakit batu
ginjal.Selama di rawat di RS ketapang klien mendapat pengobatan B1, B6, B
complex, dan antasida.Klien di rujuk ke RS soedarso untuk menjalani operasi
pengangkatan batu ginjal.
2) Keluhan Waktu Didata
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 10 november 2012 diperoleh data
subjektif
Dari klien dan keluarga yaitu :
a) Klien mengeluh nyeri pada saat BAK
P : Nyeri saat BAK
Q : seperti terbakar
R : abdomen kuadran kanan bawah
S : 4 (sedang)
T : hilang timbul
28
b) Klien mengatakan BAKnya berwarna putihkeruh dan berbau.
c) Klien mengatakanperutnya terasa penuh, mual, sakit jika makan terlalu
banyak.
d) Klien mengatakan abdomen kuadran kanan bawahsering nyeri pada
malam hariseperti rasa terbakar.
e) klien mengatakan badan nya menjadi kurus selama sakit
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakitseperti
yang dialaminya saat ini (batu ginjal).Klien juga mengatakan didalam
keluarganya tidak ada yang menderita penyakit keturunan seperti DM dan
asma, serta penyakit menular seperti TBC.
4. Struktur keluarga/genogram
Keterangan :
: Perempuan
:Laki-laki
: Klien
: Meninggal
..... :Satu rumah
29
5. Data biologis
a) Pola nutrisi
Sebelum sakit : Klien makan 3x sehari dengan jenisnasi dan lauk pauk.
Menurut klien ia merasa gatal-gatal jika makan udang. Klien tidak
memilih dalam hal makan.
Saat sakit : klien makan 3x sehari dengan menu yang disediakan RS. Klien
mengatakan perutnya terasa penuh, mual dan nyeri saat makan banyak,
sehingga ia hanya menghabiskan setengah porsi makannannya.
b) Pola minum
Sebelum sakit : klien minum air putih kurang lebih 3 L/hari, menurut klien
jika ada acara-acara besar ia sering minum alcohol dengan jenis arak dan
tuak, kopi dan teh.
Saat sakit : Klien minum air putih kurang lebih 3 L/hari tanpa keluhan
c) Pola eliminasi
Sebelum sakit : klien BAK 5-6x/hari dengan warna urinjernih agak
kekuningan, tanpa keluhan, menurut klien kadang ia terbiasa menahan
BAK nya. Klien BAB 1x/hari dengan konsisternal lunak tanpa keluhan.
Saat sakit : klien BAK kurang lebih 10x/hari, warna urin putih keruh
seperti air cucian beras, tidak berbau dan nyeri seperti terbakar saat BAK.
Klien BAB 1x/2hari tanpa keluhan.
d) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : klien tidur siang dari pukul 12.00-14.00, dan malam hari
dari pukul 21.00-06.00. klien tidur dengan menggunakan bantal dan
penerangan cukup. Klien tidak mengalami kesulitan tidur.Klien tidur
kurang lebih 11 jam/hari.
Saat sakit : klien tidur siang dari pukul 12.00-14.00, tidur sore dari pukul
18.00-19.00, dan tidur malam dari pukul 20.00-06.00. klien tidur13
jam/hari
e) Pola kebersihan
30
Sebelum sakit : Klien mandi 2x/hari, gosok gigi dan cuci rambut setiap
kali habis mandi, klien memotong kuku bila panjang.
Saat sakit : klien mandi 2x/hari, gosok gigi dan cuci rambut setiap kali
habis mandi, kuku klien dipotong jika panjang
f) Pola aktifitas
Sebelum sakit : Klien tidak pernah berolahraga. Aktifitas klien sebatas
mengurus rumahdan membantu suaminya berladang.
Saat sakit :Selama di rawat klien tidak pernah berolahraga. Aktifitas klien
hanya berbaring, duduk atau berjalan disekitar ruangan RS.
6. Pemeriksaan Fisik
a. keadaan umum : Lemah
b. kesadaran : Compos mentis
c. Tanda-tanda vital :
TD : 80/60 mmHg LL kiri : 19,5 cm
31
f. Telinga
Bentuk simetris, kebersihan baik, tidak terdapat aliran serumenpada kedua lubang
telinga klien, pendengaran telinga kanan dan kiri baik.
g. Hidung
Bentuk simetris, kebersihan baik, mukosa klien lembab, klien tidak mengalami
polip.
h. Mulut dan faring
Bentuk bibir simetris, bibir tidak kering, mukosa mulut lembab dan berwarna
merah muda, gigi geraham bagian atas sudah di cabut karena berlubang, ovula
tidak mengalami peradangan, faring tidak mengalami peradangan, klien tidak
mengalami sariawan, mulut klien tidak halitosis.
i. Dada
1) Rongga thorax
Bentuk simetris, pergerakan dada regular 18x/menit tidak terdapat retraksi
pada pernafasan klien.
2) Paru-paru
Pengembangan antara paru kanan dan kiri sama, getaran antara paru kanan
dan kiri sama saat dilakukan uji focal femitus, saat di auskultasi terdengar
ronchi basah dan weezing, saat diperkusi terdengar bunyi resonan.
3) Jantung
Terdengar bunyi S1 dan S2, tidak terdengar bunyi gallop dan murmur saat di
auskultasi
4) Payudara
Bentuk simetris tidak terdapat lesi, tidak teraba adanya pembesaran kelenjar
mammae.
j. Abdomen
Kulit abdomen keriput, pada kuadran kanan atas teraba adanya pembesaran dan
nyeri tekan pada hati, tidak terdapat asites, saat diperkusi terdengar bunyi dullness
di kuadran kanan atas. Tidak teraba distensi pada kuadran kiri atas,
32
terdengar bunyi tympani saat diperkusi, tidak teraba adanya pembesaran lympa,
padakuadran kanan bawah terdapat nyeri tekan pada ginjal, tidak terdapat distensi.
Bising usus terdengar 6-7x/menit
k. Punggung
Bentuk simetris, tidak terdapat kiposis, scoliosis dan lordosis pada punggung
klien. Klien mengeluh pinggang bagian belakang sering terasa sakit pada malam
hari .
l. Genetalia dan rectum
Klien mengeluh pruritus pada vagina, kebersihan anal dan vagina baik, klien tidak
mengalami keputihan.
m. Ekstermitas
Atas :Pergerakan baik, tidak terdapat oedem dan lesi pada ekstermitas atas,
lengan kanan terpasang infus RL 20 tts/menit, balutan infus tampak
kotor, tidak terdapat phlebitis pada daerah yang terpasang infus, infus
sudah terpasang selama 4 hari, kulit tidak kering, capillary refill >2
detik.
Bawah : Pergerakan baik,tidak terdapat udem dan lesi pada kedua ekstermitas
bawah, kulit tidak kering.
S S
S S
7. Data Psikologis
a. Status emosi: Klien tampak tenang selama pengkajian, klien tampak kooperatif
dan mau menjawab pertanyaan yang di berikan.
b. Konsep diri
1) Ideal diri : Klien dapat menyebutkan nama dan alamat tempat tinggalnya.
2) Gambaran diri : menurut klien ia menyayangi seluruh anggota tubuhnya.
3) Peran diri : di dalam keluarganya klien berperan sebagai ibu rumat tangga.
33
4) Identitas diri : klien mengatakan orang lain menilai dirinya sebagai seorang
pasien.
5) Harga diri: klien tidak merasa malu dengan penyakit yang dideritanya dan
berharap cepat sembuh.
c. Gaya komunikasi: Komunikasi lancar, kontak mata (+), selama wawancara klien
menggunakan bahasa Indonesia yang kadang di campur dengan bahs daerah
(ketapang)
d. Pola interaksi : Pola interaksi klien hanya sebatas keluarga yang menjaga,
perawat, dan pasien lain yang di rawat di ruangan dengan klien.
e. Pola koping : Klien mengatakan setiap ada permasalahan ia biasanya
menceritakannya dengan keluarga.
8. Data sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
Pendidikan terakhir klien SD dan pekerjaan klien adalah sebagai ibu rumah
tangga dan kadang membantu suaminya di ladang.
b. Hubungan sosial
Menurut klien ia terbiasa berkumpul dengan para tetangganya terutama pada saat
ada acara besar seperti pernikahan atau hari raya.
c. Faktor sosiokultural
d. Klien bersuku bangsa melayu, dan menurut klien tidak ada tindakan medis dan
perawatan yang di terimanya selama di RS yang bertentangan dengan budayanya.
e. Gaya hidup
Menurut klien sebelum sakit ia terbiasa mengkonsumsi alkohol, klien juga kadang
merokok jika berkumpul bersama tetangganya.
9. Pengetahuan tentang penyakit
Menurut klien ia kurang memahami tentang penyakitnya hingga ia sampai biasa
mengalami kencing batu padahal ia sudah cukup banyak minum, klien juga
34
mengatakan ia belum tahu persiapan apa yang dilakukan sebelum operasi selain
bercukur dan di pasang selang kencing.
35
ANALISA DATA
ETIOLOG
DATA SENJANG I PROBLEM
Ds : Trauma Nyeri
- Klien mengeluh nyeri saat BAK jaringan
P : Nyeri saat BAK
Q : seperti terbakar
R : Abdomen kuadran kanan bawah
S : 4 (Sedang)
T : Hilang-timbul
- Klien mengeluh abdomen kuadran kanan bawah terasa
terbakar pada malam hari
- Klien mengeluh pinggang bagian belakang terasa sakit
pada malam hari
Do :
- Klien mengalami nyeri tekan pada abdomen kuadran
kanan bawah, dan ditandai dengan klien mengerang saat
abdomen kuadran kanan bawah dipalpasi
- TTV = TD : 120/80; N : 90 X/m; RR : 25; S : 37oC.
Ds : Anoreksia, Perubahan
- Klien mengeluh perutnya terasa penuh, nyeri dan mual Mual nutrisi kurang
jika makan terlalu banyak dari
- Klien mengatakan badannya menjadi kurus selama sakit kebutuhan
- Klien mengatakan ia hanya menghabiskan setengah porsi tubuh
makanan yang diberikan pihak RS padanya
Do :
- Klien tampak dapat menghabiskan makanannya saat
ditemani
- Hb pada tanggal 10 november 2012 : 9,6 g/dL
- Konjungtiva anemis
- Berat badan sebelum sakit 40 Kg
- Berat badan saat ini 35 Kg
- Lingkar lengan tangan klien : 19,5 cm
-
Ds : Imflamasi, Resiko tinggi
- Klien mengatakan BAK nya berwarna putih keruh dan tindakan infeksi
berbau invasif
- Klien mengeluh nyeri saat BAK
- Klien mengatakan balutan infus belum diganti
Do :
- Hasil leukosit klien pada tanggal 9 november
2012 : 8600/ul.
- Urine klien berwarna putih keruh (seperti air cucian beras)
36
dan tidak berbau
- Klien mendapatkan terapi injeksi cefotaxim 3x1 gram
- Klien terpasang infus RL 20 tts/mnt, balutan infus
klien tampak kotor
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Nyeri akut b/d trauma jaringan.
- Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Anoreksia.
- Resiko tinggi infeksi b/d inflamasi, tindakan invasif
37
C. RENCANA KEPERAWATAN
Perencanaan Rasiona
No Diagnosa Keperawatan l
Tujuan & KH Intervensi
1 Nyeri akut b/d trauma jaringan, Nyeri berkurang - Observasi TTV - Untuk menentukan intervensi
d/d : setelah dilakukan selanjutnya
Ds tindakan 3x24 jam, dg - Kaji ulang karakteristik - Untuk mengetahui karakteristik
- Klien mengeluh nyeri saat BAK KH : nyeri nyeri
Ds
P : Nyeri saat BAK : - Jelaskan penyebab nyeri - Membantu dan meningkatkan
- Klien mengatakan kemampuan koping klien dan
Q : seperti terbakar
nyerinya berkurang dapat menurunkan ansietas
R : Abdomen kuadran kanan
ke skala 3 (ringan)
bawah - Berikan tindakan - Meningkatkan relaksasi,
Do : menurunkan tegangan otot dan
nyaman (pijatan
S : 4 (Sedang)
- klien tidak memperlancar sirkulasi
punggung dan masase
T : Hilang-timbul
mengerang saat
punggung)
- Klien mengeluh abdomen abdomen kuadran - Ajarkan tekhnik relaksasi - Membantu dalam relaksasi otot
kuadran kanan bawah terasa kanan bawah
nafas dalam
terbakar pada malam hari dipalpasi - Tingkatkan pemasukan - Membantu pencegahan batu
- Klien mengeluh pinggang - TTV dalam batas selanjutnya
cairan sedikitnya 3-4
bagian belakang terasa sakit normal
L/hari
pada malam hari - Berikan kompres hangat - Mengurangi tegangan otot dan
Do : dapat menurunkan refleks spasme
pada punggung
- Klien mengalami nyeri tekan
pada abdomen kuadran kanan - Analgesik bekerja memblok
- Berikan terapi meditasi
bawah, dan ditandai dengan reseptor nyeri di SSP
anlgesik sesuai indikasi
klien mengerang saat
abdomen kuadran kanan
bawah dipalpasi
2. Kebutuhan nutrisi - Observasi keadaan - Mengetahui keadaan klien sebagai
Perubahan nutrisi kurang dari terpenuhi, setelah umum klien dasar intervensi selanjutnya
kebutuhan tubuh b/d anoreksia, dilakukan tindakan
mual d/d : 3x24 jam dg KH : - Kaji ulang jumlah - Untuk mengetahui adanya
Ds : Ds : makanan klien perubahan nutrisi yang dialami
38
- Klien mengeluh perutnya - Klien mengatakan ia klien
terasa penuh, nyeri dan mual dapat - Anjurkan klien untuk - Memaksimalkan masukan nutrisi
jika makan terlalu banyak menghabiskan porsi makan porsi sedikit tapi
- Klien mengatakan badannya makanan yang sering
- Berikan makanan yang
menjadi kurus selama sakit diberikan - Untuk meningkatkan pemasukan
- Klien mengatakan ia hanya kepadanya. disukai klien namun nutrisi klien
menghabiskan setengah porsi Do : tidak melanggar kontra
makanan yang diberikan pihak - Berat badan klien indikasi
RS padanya meningkat - Berikan diet makanan
Do : - Hb klien meningkat tinggi karbohidrat - Untuk memperbaiki status nutrisi
klien menjelang operasi
- Klien tampak dapat - Klien dapat rendah protein
menghabiskan makanannya menghabiskan porsi - Timbang berat badan - Untuk mengukur keefektifan
nutrisi adekuat
saat ditemani makanannya setiap hari
- Hb pada tanggal 10 november - Kolaborasi dalam - Untuk mengukur keefektifan
intervensi yang diberikan
2012 : 9,6 g/dL pemeriksaan hasil lab
- Konjungtiva anemis (Hb)
- Berat badan sebelum sakit 40
Kg
- Berat badan saat ini 35 Kg
- Lingkar lengan tangan klien :
19,5 cm
3 Resiko tinggi infeksi b/d Infeksi tidak terjadi, - Monitor TTV - Untuk mengetahui intervensi
inflamasi, tindakan invasif yang setelah dilakukan selanjutnya.
tindakan 3x24 jam, - Lakukan tindakan - Menghindari kemungkinan terjadi
d/d :
dengan KH : perawatan infus dengan infeksi nosokomial.
Ds : Ds : tekhnik steril
- Klien mengatakan BAK nya - klien mengatakan - Observasi urine - Untuk mendeteksi gejala awal
berwarna putih keruh dan balutan infusnya terhadap tanda-tanda infeksi.
berbau sudah diganti. infeksi
Antibioti
- Klien mengeluh nyeri saat Do : - Berikan terapi medikasi - k berkerja membunuh
39
BAK - Hasil lab leukosit antibiotik sesuai dengan kuman penyebab infeksi.
- Klien mengatakan balutan dalam batas normal indikasi
infus belum diganti (5000-10000 /ul) - Kolaborasi dalam - Untuk mendeteksi adanya infeksi
Do : pemeriksaan lab yang mungkin sedang terjadi
- Hasil leukosit klien pada (leukosit)
tanggal 9 november 2012 :
8600/ul.
- Urine klien berwarna putih
keruh (seperti air cucian beras)
dan tidak berbau
- Klien mendapatkan terapi
injeksi cefotaxim 3x1 gram
Klien terpasang infus RL 20
tts/mnt, balutan infus klien
tampak kotor
40
D. CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN
No
Tanggal Tindakan keperawatan dan evaluasi tindakan keperawatan
Dx
1,2, 11/11/2 - Mengkaji TTV klien
3 012 H : - Td : 80/60 mmHg, N : 78x/menit, S : 36,6o c, R : 18x/menit
1 - Mengkaji karakteristik nyeri klien
R : P : Nyeri saat BAK, Q : seperti terbakar, R : Abdomen kuadran kanan
bawah,
S : 4 (Sedang), T : Hilang-timbul
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Urolitiasis merujuk pada adanya kalkuli (batu) dalam urinaria tract, sedangkan
nefrolitiasis menggambarkan bahwa kalkuli terbentuk dalam parenkim ginjal. Nefrolitiasis
merujuk pada penyakit batu ginjal. Batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran kemih dari
ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi ekskresi di dalam urine. Urolitiasis
merujuk pada adanya batu dalam sistem perkemihan. Sebanyak 60% kandungan batu ginjal
terdiri atas kalsium oksalat, asam urat, magnesium, amonium, dan fosfat atau felembung
asam amino.
Penyebab yang akan timbul hiperkalemia dan hiperkalsiuria disebabkan oleh
hiperparatiroidisme, asidosis tubulus ginjal, multiple myeloma, serta kelebihan asupan
vitamin D, susu, dan alkali. Dehidrasi kronis, asupan cairan yang buruk, dan imobilitas.
Adapun faktor predisposisinya orang yang pernah menderita batu ginjal cenderung untuk
kambuh.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien denagna Nefrolitiasis dan
Urolitiasis. Adapun saran-saran adalah sebagi berikut :
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit Nefrolitiasis da
Urolitiasis hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan
tindakan keperawatan.
3. Rumah sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita
Nefrolitiasis da Urolitiasis mendapatkan ruangan dan fasilitas media yang seharusnya
ada sehingga dapat melakukan tndakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan
komplikasi penyakitNefrolitiasis dan Urolitiasis.
Guyton & Hall. 2008. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. EGC:
Jakarta.
Sudoyo, Aru W. 2007. ILMU PENYAKIT DALAM. Departemen ilmu penyakit dalam
FKUI: Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN dengan intervensi
NIC dan kriteria hasil NOC ed.7. EGC: Jakarta.