Pendahuluan
Mulai tahun 2003, Indonesia harus membuka pasar dalam negerinya untuk
produk ASEAN dan tahun 2020 untuk pasar dunia, termasuk untuk perdagangan
hasil-hasil pertanian seperti halnya buah-buahan. Beberapa tahun terakhir ini, di
pasar swalayan bahkan pasar-pasar tradisional buah-buahan impor mulai
menyaingi buah-buahan lokal. Hal ini harus diantipasi dengan meningkatkan
kemampuan memproduksi buah-buahan tropis yang berkualitas tinggi dalam
jumlah yang memadai, agar dapat menggantikan peran atau setidak-tidaknya
mengurangi konsumsi buah impor. Hal ini selain akan meningkatkan kemampuan
bersaing dengan buah impor di pasar domestik dan mencukupi kebutuhan gizi,
juga akan membuka peluang bagi ekspor buah-buahan Indonesia.
Dengan demikian terdapat dua skala usaha yang diusulkan yaitu skala
menengah dengan luas sekitar 50 ha dan skala besar dengan luas 500 ha atau
lebih. Pemenuhan skala usaha ini dapat dilakukan dengan kepemilikan usaha
secara tunggal oleh perusahaan, atau kepemikikan bersama perusahaan besar
dengan plasma petani, atau pengelompokan beberapa petani atau pengusaha
kecil. Bagaimanapun skala usaha ini dipenuhi, yang paling penting adalah
adanya manajemen profesional yang berperan, agar pengendalian mutu dapat
dilakukan. Adanya pengendalian mutu ini akan memperkuat agribisnis buah-
buahan Indonesia, baik pada pasar dalam negeri maupun pasar global.
Mutu
Pengertian Mutu
Mutu atau kualitas adalah kecocokan suatu produk dengan tujuan dari
produksi. Hal ini terkait dengan derajat keterandalan. Mutu merupakan gabungan
dari sifat-sifat atau ciri-ciri yang memberikan nilai kepada setiap komoditi dalam
hal untuk maksud apa komoditi itu akan digunakan. Mutu tidak hanya berada
pada produk, tetapi termasuk pelayanan (seperti isi kemasan sesuai dengan
label, ketepatan waktu pengiriman, dsb.). Secara singkat mutu termasuk semua
hal yang dapat memuaskan pelanggan.
1. Mutu visual atau penampakan, yang meliputi ukuran (dimensi, berat dan
volume), bentuk (rasio antar dimensi, keseragaman, kondisi permukaan),
warna (keseragaman warna, intensitas, gloss), kondisi
umum (kemulusan, ada/tidaknya cacat dan kerusakan).
7. Sifat mutu lainnya, seperti faktor ekonomi (harga), faktor lingkungan, halal,
umur simpan, konsistensi suplai, sampah bekas kemasan.
Manajemen Mutu
1. Kalau pada saat pengujian diketahui bahwa produk yang dihasilkan tidak
memenuhi standar permintaan konsumen, kerugiannya sudah terlanjur
besar. Menjadi sangat mahal menolak produk pada titik akhir dari suatu
siklus.
4. Semua orang yang bekerja pada sistem ini, termasuk para buruh,
bertanggung jawab terhadap manajemen mutu, bukan hanya tanggung
jawab manajer.
6. Semua aktivitas terkait harus tercatat dan dapat diaudit oleh konsumen.
7. Ada proses auditing yang dilakukan secara internal dan oleh konsumen.
Ada beberapa level manajemen kualitas yang dapat diterapkan dalam rantai
perdagangan buah-buahan. Setiap level mempunyai kerumitan, pembiayaan,
dan derajat keterampilan pengelolaan yang berbeda. Level manajemen kualitas
tersebut meliputi Standar Kualitas Manajemen Berdasar HACCP, Perencanaan
HACCP, Program Pemasok yang dapat diterima (Approved Suplier Programs),
Skema Produksi Terjamin (Assured Produce Schema), standar kualitas yang
ditetapkan oleh industri tertentu (supermarket, asosiasi komoditas, dsb.).
c. Residu pestisida
B. Pengelolaan Lahan
1. Perlu dibuat peta lahan
2. Tindakan untuk mencegah erosi
3. Tindakan untuk mengurangan pemadatan tanah
4. Perbaikan struktur tanah, dengan pengolahan minimal, untuk:
a. Memperbaiki sifat fisik tanah
b. Mengurangi mineralisasi dan pencucian nitrogen
c. Mengendalikan gulma dengan metode lain
d. Mengurangi risiko erosi
e. Mengurangi biaya dan input
f. Meningkatkan pemanfaatan flora dan fauna tanah
5. Pembuatan drainase
C. Pemilihan Varietas dan Bibit:
1. Pilih varietas batang bawah yang sesuai. Kalau perlu diskusikan dengan
konsumen. Karena batang bawah sangat mempengaruhi kualitas:
a. Rasa
b. Penampilan fisik
c. Ketahanan simpan
d. Performa agronomis
e. Ketergantungan pada agrokemikalia
2. Pilih varietas yang tahan hama dan penyakit utama
3. Pilih bibit yang:
a. Berasal dari pohon induk yang benar (true to type)
b. Performannya baik
c. Bebas dari hama dan penyakit
d. Memenuhi standar ukuran tertentu (tinggi, jumlah daun,
percabangan dan sebaginya)
4. Bila bibit dibeli, perlu diperhatikan:
a. Garansi dari penjual mengenai kebenaran varietas, kesehatan
bibit, keseragaman, vigor, ketepatan waktu pengiriman. Garansi
ini harus tertulis dan ditandatangani oleh pemasok bibit.
b. Penggunaan pestisida sebelum dikirim (nama pestisida yang
digunakan, dosis, waktu aplikasi) perlu ditanyakan dan dicacat.
c. Catatan hasil pemeriksaan pada saat bibit datang perlu
dibuat. Catatan ini meliputi: kerusakan, vigor, gejala penyakit dan
ada tidaknya hama.
12