Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebuah bangsa bisa menjadi maju dan makmur, bila setiap komponen

bangsa tersebut menyumbangkan kemampuan terbaiknya dan antar komponen itu

saling bekerjasama secara produktif dan sinergis. Sektor ekonomi kelautan

dituntut untuk dapat menghadirkan pertumbuhan ekonomi untuk menyerap tenaga

kerja dan mensejahterakan rakyat. Dengan demikian, permasalahan masih

tingginya angka pengangguran dan kemiskinan serta rendahnya daya saing

ekonomi bangsa akan segera dapat terpecahkan, dan Indonesia yang maju,

sejahtera dan berdaulat pun akan segera terwujud.


Namun, potensi sumberdaya kelautan yang sangat besar dan beragam

hingga kini belum dimanfaatkan secara optimal. Dari sekian banyaknya manfaat

yang dapat diambil dari laut ternyata barulah seper sekian persen dari semua

potensi yang dapat dimanfaatkan. Oleh karena itu, pengembangan bioteknologi

kelautan ini harus terus dilanjutkan.


Mengingat laut Indonesia sangatlah kaya, akan tetapi kebanyakan

masyarakatnya masih belum merasakan kekayaan tersebut, ibarat kata pepatah

seperti ayam yang mati dalam lumbung padi. Hal ini menjadikan tantangan bagi

generasi muda Indonesia untuk terus mengembangkan bioteknologi dari hasil

kelautan demi kemashlahatan seluruh ummat karena sejatinya laut dan biota-biota

di dalamnya merupakan sumber kekuatan baru yang dapat memecahkan

permasalahan-permasalahan yang muncul akibat keterbatasan lahan, mengingat

1
paling tidak dengan memanfaatkan laut tidak akan berbenturan dengan

kepentingan yang paling mendasar dari kebutuhan manusia yakni pemukiman.


Dengan demikian, bioteknologi kelautan akhirnya menjadi cikal bakal

yang memiliki prospek cemerlang demi peningkatan aktivitas perekonomian di

masa depan agar bangsa kita tak lagi acuh dalam memandang laut sebagai sumber

kekuatan pertumbuhan ekonomi baru Indonesia. Untuk itu dalam makalah ini akan

dibahas tentang ruang lingkup dan penerapan bioteknologi dalam bidang kelautan,

beserta beberapa contoh dan mekanismenya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:


1. Apa ruang lingkup bioteknologi dalam bidang kelautan?
2. Apa saja komponen bioteknologi dalam bidang kelautan?
3. Apa saja contoh penerapan bioteknologi dalam bidang kelautan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui ruang lingkup bioteknologi dalam bidang kelautan
2. Untuk mengetahui komponen bioteknologi dalam bidang kelautan
3. Untuk mengetahui contoh penerapan bioteknologi dalam bidang kelautan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ruang Lingkup Bioteknologi Kelautan


Lautan telah menjadi sumber makanan dan sumber daya alami selama

ribuan tahun. Populasi manusia tumbuh, pemanenan ikan dan spesies laut yang

berlebihan dan penurunan kondisi lingkungan yang menyebabkan perikanan

tumbang, yang mana memberikan tekanan pada banyak spesies dan strain sumber

daya laut. Meskipun para ilmuwan telah mempelajari banyak tentang biologi laut,

3
sebagian besar organisme laut khususnya mikroorganisme belum diidentifikasi.

Telah diperkirakan bahwa lebih dari 80% dari organisme bumi hidup diekosistem

perairan (Thiemman dan Palladino, 2013).


Bioteknologi kelautan adalah teknik penggunaan biota laut atau bagian dari

biota laut (seperti sel atau enzim) untuk membuat atau memodifikasi produk,

memperbaiki kualitas genetik atau fenotip tumbuhan dan hewan, dan

mengembangkan (merekayasa) organisme untuk keperluan tertentu, termasuk

perbaikan lingkungan (Lundin and Zilinskas, 1995). Secara garis besar industri

bioteknologi kelautan meliputi 3 kelompok industri, yaitu:


1. Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif (bioactive substances) atau

bahan alami (natural products) dari biota laut sebagai bahan dasar (raw

materials) untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat,

perekat, film, kertas, dan berbagai industri lainnya.


2. Rekayasa genetik (genetic engineering) terhadap spesies tumbuhan atau

hewan untuk menghasilkan jenis tumbuhan atau hewan baru yang

memiliki karakteristik genotip maupun fenotip yang jauh lebih baik

(unggul) ketimbang spesies yang aslinya.


3. Genetik dari mikroorganisme (bakteri), sehingga mampu melumat

(menetralkan) bahan pencemar (pollutants) yang mencemari suatu

lingkungan perairan atau daratan (seperti tumpahan minyak/oil spills),

sehingga lingkungan tersebut menjadi bersih, tidak lagi tercemar. Teknik

pembersihan pencemaran lingkungan semacam ini lazim dinamakan

sebagai bioremediasi (bioremediation).

B. Komponen Bioteknologi Kelautan

4
Di dalam bioteknologi dilakukan rekayasa organisme atau komponen

organisme untuk menghasilkan barang dan jasa yang penting dan menguntungkan

bagi kehidupan manusia. Menurut Nurcahyo (2011:9), bioteknologi tidak lain

adalah suatu proses yang unsur-unsurnya sebagai berikut:


1. Input yaitu bahan kasar (raw material) yang akan diolah seperti; beras,

anggur, susu dan sebagainya.


2. Proses yaitu mekanisme pengolahan yang meliputi; proses penguraian

atau penyusunan oleh agen hayati.


3. Output yaitu produk baik berupa barang atau jasa, seperti; alkohol, enzim,

antibiotika, hormon, dan pengolahan limbah.

Gambar 1. Skema Proses Bioteknologi

Berkaitan dengan bioteknologi dalam bidang kelautan, penjabaran dari

skema proses tersebut ialah:

1. Input : Bahan kasar yang akan diolah atau dikembangkan dalam bidang

bioteknologi kelautan misalkan DNA, Gen, biota laut dan

mikroorganisme.

2. Proses : Mekanisme pengolahan agen hayati yang digunakan atau teknik

pengolaha agen hayati tersebut misalkan bioremediasi, kloning, dan lain-

lain.

5
3. Out put : Berupa barang atau jasa yang dihasilkan melaui teknik

pemanfaatan biota laut misalkan gen hijau.

C. Contoh dan Mekanisme Bioteknologi Kelautan


1. Mikroorganisme dalam Bioremediasi Limbah Minyak pada kilang

Montara Laut Timor.


Kasus meledaknya kilang Montara di Laut Timor, Nusa Tenggara

Timur yang meledak sejak 21 agustus 2009 tumpah dan mencemari laut

Timor mencapai sekitar 107 juta liter atau sekitar 1,8 juta barel minyak

mentah. Hal ini menyebabkan kerugian bagi masyarakat sekitar laut

Timor. Untuk menanggulangi masalah ini, digunakan Metode

Bioremediasi.
Bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi

polutan di lingkungan. Bioremediasi menjadi salah satu pilihan untuk

mengembalikan kondisi lingkungan yang terkontaminasi limbah

hidokarbon minyak bumi. Bioremediasi meminimalisasi kontaminan,

yaitu mengubah senyawa kimia berbahaya menjadi kurang berbahaya

seperti karbondioksida atau beberapa gas lain, senyawa organik, air dan

materi yang dibutuhkan oleh mikroba pendegradasi. Bioremediasi

dilakukan melalui dua metode yaitu biostimulasi dan bioaugmentasi.

Biostimulasi adalah proses yang dilakukan melalui penambahan zat gizi

tertentu yang dibutuhkan oleh mikroorganisme atau menstimulasi kondisi

lingkungan sedemikian rupa agar mikroorganisme tumbuh dan

6
beraktivitas lebih baik, di mana pertumbuhan pengurai hidrokarbon asli

lingkungan tersebut dirangsang dengan cara menambahkan nutrien atau

mengubah habitat. Bioaugmentasi yaitu penambahan atau introduksi satu

jenis atau lebih mikroorganisme baik yang alami maupun yang sudah

mengalami perbaikan sifat, di mana mikroorganisme pengurai

ditambahkan untuk melengkapi populasi mikroba yang telah ada.


Pengolahan limbah minyak secara alami dengan cara mengembangbiakan

mikroba jenis tertentu yang dapat meningkatkan biodegradasi minyak.

Mikroba jenis tertentu tersebut membutuhkan karbon untuk

melangsungkan hidupnya. Sumber karbon yang di butuhkan didapat dari

hidrokarbon itu sendiri. Mikroba menghasilkan biosurfactant yang

digunakan untuk mengatasi berbagai pencemaran lingkungan yang

disebabkan karena pencemaran hidrokarbon. Biosurfactant inilah yang

dipakai untuk biodegradasi minyak.


Metode bioaugmentasi sangat efisien untuk digunakan dalam

menanggulangi limbah minyak dalam skala besar seperti pada kasus

meledaknya kilang montara di laut Timor, karena dalam metode

bioaugmentasi ini mikroba yang dikulturkan diisolasi secara khusus, pada

umumnya dari lingkungan yang sama dan di tumbuhkan dalam jumlah

yang besar dalam suatu reaktor. Mikroba tersebut mampu mendegradasi

komponen komponen dalam hidrokarbon menjadi CO 2 dan air. Mikroba

tersebut akan bertahan hidup dengan mengkonsumsi hidrokarbon sampai

7
polutan tersebut tersubstansi. Agar proses bioaugmentasi berhasil dengan

baik, maka dibutuhkan beberapa kriteria diantaranya :


a. Kemampuan mikroba untuk mencapai kontaminan
b. Keberadaan oksigen untuk metabolisme mikroba, suhu antara 5 45
o
C pH antara 6,5 8,5.
c. Penambahan nutrien.
Selama mikroba dapat mencapai kontaminan, tersedia oksigen serta

suhu dan pH yang sesuai, maka proses remediasi akan berlangsung dengan

sempurna. Bakteri dianggap sebagai salah satu mikroorganisme yang

bertanggung jawab terhadap degradasi hidrokarbon di lingkungan dan

bakteri hidrokarbon oklastik bersifat kosmopolitan, dapat ditemukan di

berbagai jenis lingkungan. Bakteri bakteri tersebut diantaranya :


a) Acinetobacter baumanni

Gambar 2. Bakteri Acinetobacter baumanni

b) Alcaligenes eutrophus

Gambar 3. Bakteri Alcaligenes eutrophus

c) Bacillus sp

Gambar 4. Bakteri Bacillus sp

8
d) Methylococcus sp

Gambar 5. Bakteri Methylococcus sp


e) Pseudomonas diminuta

Gambar 6. Bakteri Pseudomonas diminuta

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keoptimalan bioremediasi

ini sendiri
a. Kehadiran mikroorganisme dengan kemampuan untuk mendegradasi

senyawa target.
b. Kondisi lingkungan yang sesuai untuk reaksi terkatalis enzim dengan

kelembaban dan pH yang mendukung.


c. Nutrien. Mikroorganisme memerlukan nutrisi sebagai sumber karbon,

energi dan keseimbangan metabolisme.


Kelebihan dari bioremediasi diantaranya sebagai berikut:
a. Meminimalisasi terinfeksinya pekerja lapangan
b. Perlindungan kesehatan masyarakat yang berjangka panjang
c. Proses pelaksanaan dapat dilakukan langsung di daerah tersebut

dengan lahan yang sempit sekalipun


d. Menghilangkan zat-zat berbahaya
e. Menggunakan proses yang bersifat alami
f. Mengubah polutan bukan hanya memindahkannya
g. Proses degradasi dapat dilaksanakan dalam jangka waktu yang cepat
h. Relatif lebih ramah lingkungan
i. Metode bioremediasi ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi

pencemaran lingkungan yang menggunakan mikroorganisme sehingga

aman dan tidak merusak lingkungan.

9
j. Biaya penanganan yang relatif lebih murah

2. Industri Farmasi dan Kosmetika

Sebagai bagian dari proses metabolismenya, banyak biota (organisme)

laut mengeluarkan berbagai senyawa bioaktif (bioactive compounds) yang

membantu mereka dari beragam serangan penyakit, hama, dan pemangsa

(predator) untuk bertahan hidup. Atas rahmat Allah swt, banyak senyawa

bioaktif itu yang juga memiliki karakteristik (properties) yang bermanfaat

bagi umat manusia. Bermacam ragam senyawa bioaktif (natural products)

yang diekstraksi (screened) dari berbagai biota laut, memiliki sifat-sifat

antibiotik, anti-tumor, anti-virus, anti-parasit, anti-inflamasi; dan

mengandung senyawa pestisida, imunitas, pertumbuhan, dan penyembuh

luka. Sejak pertengahan 1980-an, semua sifat senyawa bioaktif dari

berbagai biota laut ini telah dimanfaatkan industri farmasi dunia untuk

memproduksi berbagai macam obat-obatan dan kosmetika, yang nilainya

mencapai 60 miliar dolar AS setiap tahunnya. Sejauh ini, baru sekitar 1%

dari seluruh biota laut yang potensial mengandung senyawa bioaktif telah

diekstraksi. Oleh karenanya, peluang pengembangan industri farmasi dan

kosmetika berbasis bioteknologi kelautan masih sangat luar biasa

besarnya. Berikut in adalah uraian singkat mengenai aplikasi bioteknologi

kelautan dalam industri farmasi dan kosmetika.

10
a) Senyawa anti-neoplastik
Senyawa cyclic despipeptides (didemnins) yang berhasil

diisolasi dari jenis tunikata (Trididemnum solidum) dari Karibia

menunjukkan berbagai sifat anti-virus dan anti-neoplastik

(antineoplastic agents), yang dapat mengobati penyakit leukemia.

Sementara itu, senyawa bryostatins yang diekstraksi dari jenis bryozoa

(Bugula nertina) dari Samudera Pasifik bisa digunakan untuk

mengobati penyakit tumor dan leukemia. Jenis lain dari senyawa

bryostatins juga berhasil diisolasi dari ascidian (Aplidium

californicum). Dan, senyawa glycoprotein berhasil diekstraksi dari

jenis abalone (Haliotis discushanni) yang juga bisa megobati tumor.

b) Antibiotik

Beragam jenis bakteri (mikroba) dan organisme makro laut

adalah sumber senyawa antibiotik yang sangat kaya. Salah satu

spesies sea whip (hewan karang), Pterogorgia guadalupensis,

mengandung suatu senyawa bioaktif yang sangat efektif untuk

membunuh bakteri Staphylococcus dan Mycobacterium. Berbagai

jenis sponges, seperti Ircinia variabilis, menghasilkan antibiotik yang

dinamakan varibilin yang ampuh membunuh Staphylococcus. Jenis

sponge lainnya, Acanthella sp, menghasilkan berbagai jenis antibiotik

11
yang secara kolektif disebut kalihinols. Banyak algae mikro

(phytoplankton) laut juga mengandung senyawa bioaktif yang

mempunyai sifat anti-bakteri.

c) Senyawa anti-inflamasi

Banyak biota laut yang menghasilkan senyawa anti-mikroba

juga memproduksi senyawa siklis yang bersifat anti-inflamasi.

Contohnya, satu jenis sponge dari Lautan Pasifik, Luffariella

variabilis, menghasilkan antibiotic yang disebut monoalide yang dapat

menghambat atau membunuh baik Streptomyces maupun

Staphylococcus. Senyawa ini juga sangat ampuh sebagai anti-

inflamasi dan analgesic. Jenis sea whip lainnya, Pseudopterogorgia

elisabethae, menghasilkan senyawa antibiotik dan anti-inflamasi.

Pada akhir 1980-an, ditemukan bahwa hewan karang octocoral dari

perairan laut Palau mengandung senyawa briarein yang ampuh sebagai

obat anti-inflamasi dan anti-virus. Algae hijau-biru, Rivularia firma,

mengandung senyawa brominated cyclic yang ampuh sebagai anti-

inflamasi. Tunikata serta berbagai biota laut lainnya juga mengandung

senyawa didemnins dan tunicholorins yang mempunyai sifat-sifat anti-

virus, anti-fungi, anti-bakteri, atau anti-inflamasi.

12
3. Penanggulangan tumpahan minyak mentah dengan bioremidiasi
bakteri Micro Morr-E3360
Pengembangan teknologi penanggulangan limbah dengan memanfaatkan jasa

organisme atau mikroorganisme laut dilakukan melalui teknik

bioremediasi.

Pemanfaatan teknik bioremediasi merupakan solusi yang lebih aman karena

ramah lingkungan dan hampir tidak menimbulkan efek samping yang

berbahaya bagi lingkungan dan manusia dan lebih mudah dilakukan. Sejak

sepuluh tahun terakhir, teknik bioremediasi ini telah lazim digunakan

dalam membersihkan pencemaran minyak di laut daripada pembersihan

secara kimiawi dengan menaburkan dispersan pada permukaan laut atau

secara mekanis dengan menggunakan oil boom dan oil skimmer.

Pencemar minyak mentah (crude oil) dapat didegradasi oleh mikroba

indigenus di laut. Mikroba tertentu mampu mengunakan hidrokarbon

sebagai sumber karbon dan energi untuk kehidupan mikroba. Pada

prinsipnya, bioremediasi adalah penggunaan mikroorganisme yang telah

dipilih untuk ditumbuhkan pada polutan tertentu untuk menurunkan kadar

polutan tersebut. Enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme

tersebut yang memegang peranan dalam memodifikasi struktur polutan

beracun menjadi tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang tidak

beracun dan tidak berbahaya (Priadie, 2012). Aplikasi bioremedian dapat

dilakukan dengan menggunakan bakteri indigenous dan bakteri komersial.

13
Bakteri indigenous dapat diperoleh dengan melakukan isolasi bakteri dari

tempat yang tercemar, sedangkan bakteri komersial (ataupun enzim) sudah

mudah diperoleh di pasaran berkat perkembangan iptek bioremediasi

(Priadie, 2012), di antaranya adalah Micro Morr-E3360, yang berupa

konsorsium bakteri dalam inokulum (media imobilisasi) terapung di

permukaan air laut sehingga diharapkan dapat merombak tumpahan

minyak dengan efektif.

4. Bioprospeksi Spons, Karang Lunak dan Ascidian Sebagai Anti tumor


Spons dan karang lunak merupakan hewan multiseluler dengan tubuh lunak

(soft bodied), pertumbuhan yang sangat lambat, sessil dan berwarna

terang. Tekanan lingkungan, seperti kompetisi ruang, cahaya, dan sumber

lainnya menyebabkan terjadinya keanekaragaman kimia pada berbagai

organisme bentik, termasuk spons yang berfungsi sebagai pertahanan diri

terhadap serangan predator (Sennet et al., 2002; Leal et al., 2012 ). Spons

merupakan makroinvertebrata laut yang menjadi sumber senyawa bioaktif

baru dengan berbagai potensi biomedis sebagai antitumor, antimikrobia,

antivirus dan lain- lain (Pabel et al., 2003; Mayer et al., 2013).

Beberapa senyawa bioaktif berhasil diisolasi dari spons asal Indonesia, di

antaranya senyawa cyclic peptide barangamide A dengan bioaktivitas

sebagai senyawa sitotoksik dan inhibitor HIV yang diisolasi dari spons

Theonella swinhoei (Faulkner, 2001). Selain itu, Plaza et al. (2009) juga

14
berhasil mengisolasi beberapa senyawa cyclic depsipeptides (celebesides

A dan C) baru dari spons Siliquariaspongia mirabilis yang dikoleksi dari

perairan Indonesia. Senyawa celebesides A dan C tersebut mempunyai

aktivitas sebagai anti tumor dan anti HIV. Senyawa Sintokamide A yang

merupakan inhibitor transaktivasi N terminal dari reseptor androgen pada

kanker prostate telah diisolasi oleh Sadar et al (2008) dari spons Dysidea

sp. asal Indonesia. Sementara itu, Januar et al. (2010) telah mengisolasi

satu senyawa baru dengan formula molekuler C22H36O3 dari karang lunak

Nepthea sp. yang dikoleksi dari perairan Pulau Seribu, namun senyawa

baru tersebut memiliki bioaktivitas antitumor yang lemah terhadap

beberapa jenis sel lestari tumor yang diujikan. Nursid et al. (2011)

melaporkan kapang jenis Emericella nidulans yang diisolasi dari ascidian

Aplidium longitorax asal perairan Wakatobi menghasilkan senyawa aktif

emestrin yang mempunyai aktivitas sebagai antikanker (payudara) melalui

mekanisme apoptosis. Spons dan ascidian menghasilkan senyawa-

senyawa yang mengandung nitrogen, yang dikenal sebagai senyawa

alkaloid. Senyawa alkaloid mempunyai efek sitologis (siklus sel) sehingga

dilaporkan memiliki banyak bioaktivitas, di antaranya sebagai antibakteri,

antikoagulan, antiviral, antifungal, antituberculosis, antimalaria dan

antitumor (Erpenbeck & van Soest, 2007; Larghi et al, 2009).

15
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Ruang lingkup dari Bioteknologi kelautan terdiri dari tiga kelompok

industri yang meliputi Ekstraksi (pengambilan) senyawa aktif (bioactive

substances), Rekayasa genetik (genetic engineering), dan Genetik dari

mikroorganisme (bakteri).

2. Komponen dari bioteknologi kelautan ini meliputi beberapa hal

diantaranya adalah input, proses, dan output.

3. Contoh dan mekanisme bioteknologi di bidang kelautan antara lain adalah

Mikroorganisme dalam Bioremediasi Limbah Minyak Pada kilang

Montara Laut Timor, Industri Farmasi dan Kosmetika, Penanggulangan

tumpahan minyak mentah dengan bioremidiasi bakteri Micro Morr-

E3360, dan Bioprospeksi Spons, Karang Lunak dan Ascidian Sebagai

Antitumor.

16
DAFTAR PUSTAKA

Angel, G., Vimala, B. & Nambisan, B. 2013. Antioxidant and anti-inflammatory


activities of proteins isolated from eight Curcuma species.
Phytopharmacology 4(1): 96-105.

Balachandran, S., Bhat, S. & Chandel, K. 1990. In vitro clonal multiplication of


turmeric (Curcuma spp.) and ginger (Zingiber officinale Rosc.). Plant Cell
Reports 8(9): 521-524.

Bhojwani, S. & Radzan, M. 1983. Germplasm storage. S Bhojwani, MK Radzan,


authors. Plant Tissue Culture: Theory and Practice. Elsevier. Amsterdam
373-385.

Lundin, C. G. and R. A. Zilinskas (eds). 1995. Marine Biotechnology in the Asian


Pasific Region . Stockholm, Sweden: SAREC for World Bank). 247 pp.

Thiemman, W. J. dan Palladino, M. A. 2013. Introduction to Biotechnology, Third


Edition. Boston: Pearson Education, Inc.

Nurcahyo, Heru. 2011. Diktat Bioteknologi. Yogyakarta: Fakultas MIPA


Universitas Negeri Yogyakarta.

17

12

Anda mungkin juga menyukai