Perdarahan SLM Kehamilan
Perdarahan SLM Kehamilan
Dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh dokter didapatkan keadaan
umum kurang baik. Vital sign: TD 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, suhu 37C, RR
20x/menit; terdapat edema pada tungkai bawah. Janin tunggal, presentasi kepala,
punggung kiri, denyut jantung janin baik.
TINJAUAN PUSTAKA
Hamil 37 Minggu
Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam
kandungan (Mochtar, 1998):
2. Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup feeling life
(quickening)
3. Menurut Spielberg: dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,
maka diperoleh tabel.
Lendir darah pervaginam, perut kenceng teratur sejak 4 jam yang lalu
Penyebab utama perdarahan antepartum yaitu plasenta previa dan solusio plasenta;
penyebab lainnya biasanya berasal dari lesi lokat pada vagina/servik. Setiap pasien
perdarahan antepartum harus dikelota oleh spesialis. Pemeriksaan dalam
merupakan kontra indikasi kecuali dilakukan di kamar operasi dengan
perlindungan infus atau tranfusi darah. USG sebagai pemeriksaan penunjang dapat
dilakukan untuk membantu diagnosis. Bila plasenta previa dapat disingkirkan
dengan pemeriksaan USG dan pemeriksaan dengan spekutum dapat
menyingkirkan kelainan tokal pada servik/vagina maka kemungkinan sotusio
ptasenta harus dipikirkan dan dipersiapkan penanganannya dengan seksama
(Yoseph, 1996).
Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebi
pendek. Cavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantung
amnion kearah segmen bawah rahim dan serviks (Mochtar, 1998).
1. His pendahuluan
- Menyebabkan show
Persalinan
2. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun memasuki pintu
atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu
kentara.
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
2. Faktor janin.
3. Faktor jalan lahir, bahwa pada waktu partus akan terjadi perubahan-
perubahan pada uterus, serviks, vagina, dan dasar panggul.
TD 140/90 mmHg
Curah jantung meningkat sebesar 12% diatas pencatatan sebelum persalinan pada
sela-sela kontraksi dan sebesar 30% selama kontraksi. Peningkatan curah jantung
dipengaruhi oleh peningkatan stroke volume dan frekuensi denyut jantung.
Tekanan arteri meningkat rata-rata 10% dan lebih tinggi lagi pada kala
pengeluaran. Selanjutnya perubahan-perubahan ini meningkatkan kerja jantung
sebagai respon terhadap kontraksi uterus. Tekanan arteri kanan meningkat dan
mungkin mencapai 40-50 mmHg pada persalinan lanjut, dan volume darah
kardiopulmonal meningkat pada waktu yang sama. Setelah melahirkan terjadi
peningkatan curah jantung lebih tinggi lagi. Karena bradikardia lazim terjadi pada
saat ini, peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya isi sekuncup. Pengaruh ini
berlangsung selama 3-4 hari (Llewellyn-Jones, 2001).
Fisiopatologi
3. Pada primitua dengan anak hidup dilakukan segera seksio sesarea primer.
2. Prognosis bagi janin kurang baik, karena adanya insufisiensi plasenta, solusio
plasenta. Janin bertumbuh kurang sempurna: prematuritas dan dismaturitas.
Angka kematian bayi: 20%.
1. Potensial PIH
TD pasien meningkat >30 mmHg pada sistolik dan >15 pada diastolic diatas
tekanan basal.
3. PIH sedang
TD pasien melebihi 170/110 dan atau terdapat proteinuria nyata. PIH berat
mengenai kira-kira 1% primigravida.
5. Eklampsia iminens
Tanda-tanda PIH berat, sakit kepala berat, penglihatan kabur atau nyeri
epigastrik dan hiperrefleksia.
6. Edema
Dapat terjadi pada semua derajat PIH tetapi sedikit nilai diagnostic kecuali
jika edema generalisata, karena edema sama seringnya dengan edema pada
wanita yang tidak mengalami gangguan antenatal.
Patogenesis PIH
Etiologi PIH tidak diketahui tetapi semakin banyak bukti bahwa gangguan ini
disebabkan oleh gangguan imunologik dimana produksi antibody penghambat
berkurang. Hal ini dapat menghambat invasi arteri spiralis ibu oleh trofoblas
sampai batas tertentu hingga mengganggu fungsi plasenta. Ketika kehamilan
berlanjut, hipoksia plasenta menginduksi proliferasi sitotrofoblas dan penebalan
membrane basalis trofoblas yang mungkin mengganggu fungsi metabolic plasenta.
Sekresi vasodilator prostasiklin oleh sel-sel endothelial plasenta berkurang dan
sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah, sehingga timbul vasokontriksi
generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini terjadi
pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi ibu, dan penurunan volume
plasma ibu. Jika vasospasmenya menetap, mungkin akan terjadi cedera sel epitel
trofoblas, dan fragmen-fragmen trofoblas dibawa ke paru-paru dan mengalami
destruksi sehingga melepaskan tromboplastin. Selanjutnya, tromboplastin
menyebabkan koagulasi intravascular dan deposisi fibrin di dalam glomeruli ginjal
(endoteliosis glomerular) yang menurunkan laju filtrasi glomerulus dan secara
tidak langsung meningkatkan vasokontriksi. Pada kasus berat dan lanjut, deposit
fibrin ini terdapat dalam pembuluh darah SSP, sehingga menyebabkan konvulsi
(Llewellyn-Jones, 2001).
Preeclampsia dan eclampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu
hamil, bersalin, dan masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, proteinuri, dan
edema; yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma. Ibu tersebut tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan-kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya
(Mochtar, 1998).
Preeklamsia
Klasifikasi
Preeklampsia dibagi dalam 2 golongan (Mochtar, 1998):
- Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi rebah
terlentang/tidur berbaring, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih,
atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-
kurangnya pada 2 x pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6
jam.
- Edema umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg
atau lebih perminggu.
b. Pre-eklampsi berat:
Diagnosis
a. Pencegahan
b. Penanganan
Penanganan rawat jalan atau rawat inap adalah dengan istirahat di tempat tidur, diet
rendah garam, dan berikan obat-obatan seperti valium tablet 5 mg dosis 3 kali
sehari, atau tablet fenobarbital 30 mg dengan dosis 3 kali 1 sehari. Diuretika dan
antihipertensi tidak dianjurkan, karena obat ini tidak begitu bermanfaat bahkan bisa
menutupi tanda dan gejala pre-eklampsi berat.
Dengan cara di atas biasanya pre-eklampsi ringan jadi tenang dan hilang, ibu hamil
dapat dipulangkan dan diperiksa ulang lebih sering dari biasa (Mochtar, 1998).
Bila gejala masih menetap, penderita tetap dirawat inap. Monitor keadaan janin :
kadar estriol urin, amnioskopik dan ultrasografi dan sebagainya. Bila keadaan
mengizinkan, barulah dilakukan induksi partus pada usia kehamilan minggu 37 ke
atas (Mochtar, 1998).
3. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat disuntikkan 1 ampul intravena
lasix.
5. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum atau forseps, jadi wanita
dilarang mengedan.
Eklamsi
Gejala-gejala eklamsi
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda pre-eklamsi berat. Serangan eklamsi
biasanya dibagi menjadi 4 tingkat (Mochtar, 1998):
1. Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar,
kepala dipalingkan kanan atau kiri yang berlangsung kira-kira 30 detik.
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam, pemafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis,
lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama
1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas
seperti mendengkur.
4. Stadium koma
System scoring Bishop yang digunakan untuk menilai derajat kematangan serviks
(Widjanarko, 2009):
Faktor
Score
Dilatasi Pendataran Stasion -3 Konsistensi Posisi
(cm) (%) sampai +3 serviks serviks
3 5 >80 +1, +2 - -
Kala I (Pembukaan)
In partu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody
show), karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement). Darah
berasal dari pecahnya pembuluh darah sekitar kanalis servikalis karena pergeseran
ketika serviks mendatar dan terbuka (Mochtar, 1998).
His terkoordinir, cepat dan kuat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala
janin telah turun masuk ruang panggul sehingga otot dasar panggul tertekan dan
menimbulkan rasa mengedan. Tekanan pada rectum membuat ibu merasa seperti
ingin buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin
mulai kelihatan., vulva membuka dan perineum meregang. Dengan his mengedan
yang terpimpin, akan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada
primi: 1,5-2 jam, pada multi 0,5-1 jam (Mochtar, 1998).
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras, fundus
uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa
saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-1 menit
seluruh plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau
dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 1998).
Kala IV
Adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati
keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum (Mochtar, 1998).
Primi Multi
PEMBAHASAN
Fetal well being, berarti fetus dalam keadaan baik dan siap dilahirkan. Bishop
score menandakan jika induksi dilakukan pada pasien ini, kemungkinan besar akan
berhasil dilakukan partus pervaginam. Mengejan, perineum menonjol dan anus
terbuka menandakan tahap partus mulai masuk Kala II persalinan.
DAFTAR PUSTAKA
Llewellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-Dasar Obstetri & Ginekologi Edisi 6.
Jakarta: Hipokrates.