Pembimbing:
dr. Rosalia Septiana W, Sp.M
Dipaparkan Oleh:
Theofilio Leunufna (11.2015.267)
Abstrak: The World Health Organization (WHO) saat ini memperkirakan hampir dua miliar
orang, atau sepertiga dari populasi dunia, terinfeksi oleh tuberkulosis, dan sekitar 10% dari
orang yang terinfeksi bersifat simptomatik. TBC mempengaruhi paru-paru pada 80% pasien,
sementara 20% sisanya dapat mempengaruhi organ-organ lain, termasuk mata. Uveitis dapat
dilihat bersamaan dengan TBC, tapi sulit untuk membuktikan adanya hubungan
langsung. Tuberculosis mata biasanya tidak berkaitan dengan klinis tuberkulosis paru,
dimana kira-kira hingga 60% dari pasien TB paru mungkin tidak memiliki penyakit
paru. Diagnosis uveitis TB sering bermasalah dan dalam hampir semua kasus yang
dilaporkan, diagnosis tersebut hanya sebagai dugaan. Uveitis tuberkulosis adalah mimicker
besar dari berbagai entitas uveitis dan dapat dipertimbangkan sebagai diagnosis banding dari
setiap jenis peradangan intraokular. Hal ini masih belum diketahui dengan jelas apakah
manifestasi okular merupakan hasil dari infeksi Mycobacterium langsung atau merupakan
reaksi hiper sensitifitas dan ini tercermin pada penanganan uveitis TB. Prevalensi TB sebagai
etiologi uveitis dapat mencapai 10% di daerah endemik.Uveitis TB adalah penyakit yang
mengancam penglihatan dan dapat mengarah ke kebutaan jika tidak didiagnosis dan
diobati. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menggambarkan berbagai gejala klinis dan
manajemen kasus yang diduga sebagai uveitis TB. Review saat ini berfokus pada kriteria
diagnostik, signifikansi tes tuberkulin kulit, dan penggunaan kortikosteroid sistemik dalam
pengelolaan uveitis tuberkulosis seperti yang direkomendasikan dalam publikasi terbaru.
Kata kunci: tuberkulosis, uveitis, choroiditis, tes tuberkulin kulit
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB), adalah suatu penyakit menular multisistem yang disebabkan
oleh Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB sudah ada sejak zaman kuno. Bukti patologi
tuberkulosis ditemukan di fragmen tulang belakang pada mumi Mesir. Di Yunani kuno,
penyakit ini dikenal dengan baik, dan sangat fatal. Pada tahun 1882, Robert Koch
menemukan teknik pewarnaan untuk menunjukkan MTB. Pada tahun 1944, streptomycin
pertama kali digunakan untuk mengobati pasien dengan TB paru.1
TB adalah penyakit infeksi utama yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas di
seluruh dunia. Menurut The World Health Organization (WHO), sekitar sepertiga
dari populasi dunia, sekitar dua miliar orang, terinfeksi oleh TB; 10% dari orang yang
terinfeksi adalah simptomatik dan 90% memiliki TB laten.2,3 Orang dengan infeksi MTB
laten tidak bergejala seperti TB aktif dan tidak menular, tetapi penyakit mereka dapat
berkembang secara klinis kapan saja selama hidupnya.
Lebih dari 95% infeksi baru terjadi di negara berkembang, terutama di Afrika dan
Asia Selatan. Terdapat peningkatan jumlah infeksi TB di negara berkembang dan negara
maju karena multi drug-resistant TB, human immunodeficiency virus (HIV), dan migrasi
global.4-6 Kondisi sosial ekonomi yang buruk, immunosupresan, dan keterbatasan umum
merupakan faktor predisposisi yang penting terlepas dari asal etnis.7