Anda di halaman 1dari 6

Gejala Gejala Batu Saluran Kemih

Manisfestasi klinik adanya batu dalam saluran kemih bergantung pada


adanya obstruksi, infeksi, dan edema. Ketika batu menghambat aliran urine, terjadi
obstruksi yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan hidrostatik
dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi biasanya disertai gejala
demam, menggigil, dan dysuria. Namun, beberapa batu jika ada gejala tetapi hanya
sedikit dan secara perlahan akan merusak unit fungsional (nefron) ginjal, dan
gejala lainnya adalah nyeri yang luar biasa ( kolik).
Gejala klinis yang dapat dirasakan yaitu :
a. Rasa Nyeri
Lokasi nyeri tergantung dari letak batu. Rasa nyeri yang berulang
(kolik) tergantung dari lokasi batu. Bila nyeri mendadak menjadi
akut,disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal, tidak jarang
disertai mual dan muntah, maka pasien tersebut sedang mengalami kolik
ginjal. Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar
biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke paha dan genitalia. Pasien sering
ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang keluar, dan
biasanya air kemih disertai dengan darah, maka pasien tersebut
mengalami kolik ureter.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah
sehingga menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal.
Gejala ini disertai jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran
pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder
akibat obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang
terjadi di saluran kemih karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus.
d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria)
dan air kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis
adanya penyakit BSK.
e. Mual dan muntah
Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter) seringkali
menyebabkan mual dan muntah.

Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih


Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan
mengurangi obstruksi yang terjadi. Batu dapat dikeluarkan dengan cara
medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa
operasi, dan pembedahan terbuka.
1. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih
kecil yaitu dengan diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat
keluar tanpa intervensi medis. Dengan cara mempertahankan keenceran
urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan bahan utama
pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan
batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien
BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.
2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat -obatan
Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan
agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin
sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat anti inflamasi nonsteroid seperti
ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada intensitas nyeri.
Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan
batu untuk mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat
dianalisis untuk mengetahui komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan
untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu berikutnya.
3. ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan
ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk
memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah batu yang diperkenalkan
pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu
ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi
keharusan melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama
rawat inap dirumah sakit.
4. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan BSK yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukan langsung
kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut
adalah :
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha
mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal dengan
cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih
dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukan alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan
alat ureteroskopi per-uretram. Dengan memakai energi tertentu,
batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan
menjaringnya melalui alat keranjang Dormia.
5. Tindakan Operasi
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk
mengeluarkan batu secara spontan tanpa pembedahan/operasi. Tindakan
bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk penanganan
lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan
pembedahan tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a. Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu
yang berada di dalam ginjal
b. Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu
yang berada di ureter
c. Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu
yang berada di vesica urinearia
d. Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu
yang berada di uretra.

Pemeriksaan penunjang

a. Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih.
Dimana dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat
membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi biasanya
menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan
dengan densitas rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran.
Pemeriksaan ini tidak dapat membedakan batu di dalam ginjal maupun batu
diluar ginjal.
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP
belum dapat menjelaskan keadaan sistem saluran kemih akibat adanya
penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya adalah pemeriksaan
pielografi retrograd.
c. Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batu dan adanya
obstruksi. Pemeriksaan dengan ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil
dan pasien yang alergi terhadap kontras radiologi. Keterbatasn pemeriksaan
ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat
membedakan klasifikasi batu.
d. Computed Tomographic (CT) scan
Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang
ukuran dan lokasi batu.

Etiologi

Faktor usia, jenis kelamin, ras, lokasi geografis, cuaca dan genetik sangat
berpengaruh pada penyakit ini. Suatu kondisi klinis juga bisa mengakibatkan
terbentuknya batu ginjal termasuk obesitas, diabetes melitus, hipertensi, gagal
ginjal kronis dan penyakit kardio vaskular.

a. Usia
Pembentukan batu akan meningkat sesuai umur dan mencapai
maksimal pada tingkat dewasa dibandingkan dengan anak-anak, karena
nefron pada anak-anak kurang berkembang yang ditandai oleh
pendeknya ukuran dan berkurangnya volume tubulus proksimal maupun
di lengkung henle sehingga berkurangnya pembentukan kristal yang
berlebih.Semakin bertambahnya umur menyebabkan gangguan peredaran
darah seperti hipertensi dan juga peningkatan kolesterol. Hipertensi dapat
menyebabkan pengapuran ginjal yang dapat berubah menjadi batu
sedangkan kolesterol tinggi merangsang agregasi dengan kristal kalsium
oksalat dan kalsium fosfat sehingga mempermudah terbentuknya batu.
b. Jenis Kelamin
Nefrolitiasis lebih rentan sering terjadi pada laki-laki dibandingkan
dengan perempuan yang dikarenakan struktur anatomi dari pria lebih
panjang, sehingga lebih banyak kemungkinan susbtansi pembentuk batu
mengendap dan menjadi batu. Peranan hormon seks berpengaruh
terhadap pembentukan batu kalsium oksalat. Hormon androgen pada pria
akan meningkatkan terbentuknya batu dibandingkan dengan hormon
esterogen pada perempuan yang bisa menurunkan eksresi oksalat,
konsentrasi oksalat plasma, dan endapan kristal kalsium plasma. Kadar
kalsium air kemih pada perempuan sebagai bahan utama pembentuk batu
lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki dan kadar sitrat air kemih
sebagai bahan penghambat terjadinya batu pada perempuan lebih tinggi
dari pada laki-laki sehingga lebih cenderung tinggi pada laki-laki
dibanding perempuan untuk terjadinya pembentukan suatu batu.
c. Geografis, Iklim dan Temperatur
Negara yang beriklim tropis dengan ciri utamanya adalah suhu dan
memiliki kelembaban yang tinggi. Suhu lingkungan kerja tinggi atau
lingkungan kerja panas, kondisi tersebut sangat mempengaruhi pada
kondisi pekerja. Faktor geografis, iklim, dan temperatur dari suatu daerah
juga berpengaruh begitu juga dengan individu yang menetap di daerah
beriklim panas dengan paparan ultraviolet tinggi akan cenderung
mengalami dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D yang bisa
memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat serta menyebabkan
pengeluaran keringat yang banyak sehingga menurunkan produksi
urin.Jika produksi urin menurun kepekatan urin akan meningkat dan zat-
zat yang terkandung dalam urin akan meningkat konsentrasinya
d. Terlalu lama duduk
Duduk terlalu lama dapat mengakibatkan nefrolitiasis yang
dikarenakan kurang aktifitas dari tulang-tulang sehingga tulang
cenderung melepaskan banyak kalsium.

Patogenesis
Batu kemih biasanya muncul karena kerusakan keseimbangan antara
kelarutan dan pengendapan garam. Ginjal harus menampung air dan mengeluarkan
bahan yang memiliki kelarutan yang rendah. Kedua pernyataan tersebut harus
seimbang selama adaptasi terhadap diet, iklim dan aktivitas. Urin memiliki zat-zat
seperti pirofosfat, sitrat dan glikoprotein yang bisa menghambat kristalisi. Namun
mekanisme pertahanan dari zat-zat tersebut kurang sempurna ketika urin menjadi
jenuh atau mengalami supersaturasi dengan bahan larut yang dikarenakan tingkat
ekresi yang berlebihan dan / atau karena air yang tertampung terlalu lama akan
membentuk kristal dan melakukan agregasi membentuk suatu batu. Sebuah larutan
dikatakan padat jika terdapat saturasi atau kejenuhan dalam kesetimbangan zat
tersebut. Apabila konsentrasi zat dalam larutan diatas titik jenuh (saturation point)
sangat mendukung untuk terjadinya pembentukan kristal dan jika semakin tinggi
dari saturasi kejenuhan suatu zat tersebut berlebih maka kristal dapat berkembang
secara spontan yang bisa menjadi sebuah batu.

Pengertian
Nefrolithiasis (batu ginjal) merupakan keadaan karena adanya masa seperti
batu yang terbentuk di sepanjang saluran kencing dan dapat menyebabkan nyeri,
pendarahan, atau infeksi pada saluran kencing (Stoller, 2008).
Nefrolithiasis (batu ginjal) adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal
kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi
pelvis serta seluruh kaliks ginjal (Elder, 2004).
Batu ginjal pada anak kurang umum terjadi, dalam kejadian ini makanan dan
social ekonomi di masa kecil mempengaruhi terbentuknya batu pada anak dan
biasanya penyakit batu pada anak mempunyai ke abnormalan metabolic (Alpay,
2009).

Anda mungkin juga menyukai