Anda di halaman 1dari 12

Makalah

Parasit Organisme Akuatik

JENIS-JENIS FUNGI PENYEBAB PENYAKIT


UDANG

DISUSUN OLEH

M. AL GHIFFARI A.T L22115310

RACHMA RAMADHANTY TABRI L22115522

HADARAWATI L22115028

NURJANNAH L22115020

ITA L22115022

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN


PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .

Daftar Isi .
..
BAB I PENDAHULUAN
.
A Latar Belakang


BAB II PEMBAHASAN

A Pengertian Fungi

..
B Penyakit Pada Udang
.
BAB III PENUTUP

A Kesimpulan

...
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya
dapat menyelesaikan makalah tentang jenis-jenis fungi penyebab
penyakit pada budidaya udang dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih pada
Bapak Alex selaku Dosen mata kuliah Parasit Organisme Akuatik
yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai bioflok dalam
aquakultur. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.

Makassar, 27 Februari
2017

Kelompok III

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit ikan merupakan salah satu kendala dalam usaha


budidaya perikanan. Hal ini disebabkan karena wabah penyakit dapat
menimbulkan kematian ikan maupun udang budidaya. Tingginya
tingkat kematian ikan budidaya dapat menurunkan produksi perikanan
sehingga nilai pendapatan yang diperoleh menjadi turun jika
dibandingkan dengan jumlah modal yang harus dikeluarkan untuk
keperluan budidaya seperti pembelian benih, pakan, pembuatan
tambak atau kolam, upah tenaga kerja dan lain sebagainya. Disamping
itu, ikan yang sakit juga akan memiliki nilai jual yang jauh lebih rendah
dari kondisi normal terlebih untuk ikan-ikan yang dijual dalam kondisi
hidup seperti kerapu dan lobster.
Berdasarkan penyebabnya, penyakit pada ikan dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu penyakit infeksi dan penyakit non-infeksi. Penyakit
infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi patogen
kedalam tubuh inang. Patogen penyebab penyakit pada ikan dapat
berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Lavilla Pitogo, 2001).
Sedangkan penyakit non-infeksi merupakan penyakit yang disebabkan
oleh selain infeksi patogen, misalnya penurunan kualitas lingkungan,
kekurangan pakan (malnutrisi), dan cacat secara genetik (Erazo-
Pagador, 2001).
Organisme yang diserang penyakit pada umumnya berasal dari
kelompok hama, parasit, dan non parasit. Namun, yang paling banyak
menimbulkan kerugian adalah penyakit yang disebabakan oleh parasit.
Penyakit yang disebabakan oleh parasit biasanya sulit untuk dideteksi
oleh para petani ikan karena terdapat banyak parasit yang dapat
menimbulkan penyakit dengan gejala yang sama. Kerugian yang
ditimbulkan oleh parasit bergantung pada beberapa faktor, yaitu umur
biota yang sakit, persentase populasi yang terserang penyakit,
parahnya penyakit, dan adanya infeksi sekunder. Parasit yang dapat
menyerang organisme budidaya adalah dari jenis virus, bakteri, jamur,
protozoa, golongan cacing dan udang renik. Serangan parasit biasanya
terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam yang tidak
terawat.
Faktor lain yang membuat serangan parasit susah dicegah adalah
minimnya peralatan yang dimiliki untuk mendeteksi parasit tersebut.
Hal ini sangat membahayakan para petani ikan karena akan
menimbulkan kerugian yang sangat besar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Fungi/Jamur
Jamur merupakan kelompok organisme heterotrofik, yang tidak
mengandung klorofil dan secara historis dibandingkan dengan
tanaman. Mereka biasanya berserabut dan multiseluler, meskipun
beberapa non-filamen dan uniseluler. Filament dikenal sebagai hifa
(menyanyi. hifa) merupakan tubuh jamur. Ini filamen memanjang
dengan pertumbuhan apikal (pertumbuhan aktif di ujung hifa), kontras
untuk intercallary pertumbuhan organisme filamen lainnya. Hifa yang
baik septate (dibagi oleh dinding silang) atau non-septate (coenocytic,
tanpa salib dinding) (Gambar. 4-1). Mereka cabang berturut-turut di
belakang tips, mengakibatkan jaringanhifa disebut miselium

B. Penyakit Pada udang


Beberapa penyakit udang yang sering ditemukan di lapangan
dapat disebabkan oleh patogen virus, bakteri, parasit ataupun jamur.
Berikut dijelaskan secara ringkas beberapa penyakit potensial yang
akhir-akhir ini sering menimbulkan kerugian pada budidaya udang di
tambak, gejala klinis, serta upaya penanggulangannya.
1. Penyakit udang gripis/penyakit bercak coklat putih pada
cangkang
Penyebab : Jenis bakteri Vibrio sp., Pseudomonas sp., Myxobacterium
sp., dan Flavobacterium sp.
Gejala Klinis : Warna tubuh putih kecoklatan, karapas, kaki jalan, kaki
renang dan ekor udang mengalami kerontokan, lemah dan nafsu
makan berkurang.
Penanggulangan :
Cara menanggulangi penyakit ini dapat dilakukan dengan cara
memperbaiki mutu air, pengaturan pakan dan pengaturan padat
penebaran yang sesuai dengan kondisi lahan. Dapat pula dilakukan
dengan cara memberikan antibiotika melalui percampuran dengan
telur ayam atau telur bebek mentah dengan perbandingan 1 butir
telur untuk 10 kg pakan. Campuran telur dan antibiotika diaduk
dengan pakan dan dikeringkan ditempat yang teduh lalu ditebar ke
dalam tambak.
Dosis yang digunakan untuk penggunaan antibiotika adalah :
Terramycin 30 mg/kg pakan, Erythromycin 40 mg/kg pakan,
Oxytetracyclin 40-50 mg/kg pakan, Furanace 100 mg/kg pakan.
Pemberian antibiotika dalam pakan dilakukan terus-menerus selama
3 hingga 5 hari, kecuali untuk Furanace diberikan selama 14 hari.

2. Penyakit bercak putih (White Spot Disease)


Penyebab : Virus SEMBV (Systemic Ectodermal and Mesodermal
Baculo Virus)
Gejala Klinis : Udang yang sakit tampak lemah dan berenang ke
pematang tambak, usus kosong, tubuh pucat atau berwarna kemerah-
merahan dan kadang-kadang ditempeli organisme penempel. Gejala
khas berupa bercak putih dengan diameter 1-2 mm, mula-mula terlihat
dibagian karapas dan bila sudah parah bercak putih menyebar sampai
ke seluruh bagian tubuh.
Penanggulangan : Hingga saat ini belum ada obat yang efektif untuk
penyakit viral (baik penyakit kepala kuning maupun bercak puih). Oleh
karena itu, tindak pencegahan adalah langkah yang paling tepat.
Upaya penaggulangannya dapat dilakukan antara lain dengan cara
mengganti air secara rutin setiap hari minimal 5% dari total volume air
tambak, penggunaan pakan harus dipantau secara ketat agar tidak
menimbulkan penimbunan sisa pakan yang menyebabkan
pembusukan, mengeluarkan tanah dasar tambak yang berwrna hitam
dan berbau busuk, dan mengisolasi daerah yang sedang terserang
penyakit. Udang yang terserang dalam keadaan perlu segera dilakukan
tindakan pemusnahan dengan jalan pembakaran dan penguburan agar
tidak menjadi sumber infeksi.
Disamping cara penanggulangan pnyekit seperti diatas, dapat pula
ditempuh melalui peningkatan laju pemulihan selera makan, yaitu
hendaknya udang diberi pakan berupa diet dengan nomor grade pakan
yang satu tingkat lebih rendahserta berkondisi baik.

3. Penyakit kepala kuning (Yellow Head Disease)


Penyebab : Virus YHV (Yellow Head Baculo Virus)
Gejala Klinis : Warna tubuh udang pucat, insang dan hepatopankreas
berwarna kekuningan. Gejala klinis tersebut pada umumnya mulai
tampak antara 50-70 hari setelah penebaran udang di tambak. Nafsu
makan udang mula-mula meningkat dalam beberapa hari kemudian
berhenti sama sekali.
Penanggulangan : Lihat upaya penanggulangan terhadap penyakit
bercak putih.
Manajemen Kesehatan Udang
Upaya penanggulangan penyakit udang di tambak dapat dilakukan
melalui :
Penggunaan benur yang prima
Benur sebaiknya berasal dari peneluran induk yang pertama atau
kedua, dan berukuran seragam.
Bagian tubuh seperti rostrum, kaki jalan, dan ekor bentuknya
normal; tanpa erosi ataupun kehitaman (melanisasi).
Bagian perut bersih, usus penuh pakan, ketebalan bagian perut.
Benur yang sehat berenang dengan posisi dengan posisi tubuh
lurus, sangat responsif terhadap stimulir dari luar, dan berenang
menentang arus ketika air diputar.
Bebas dari organisme penempel, relatif bebas dari infeksi Monodon
Baculo Virus (MBV) dapat dideteksi melalui keberadaan occlusion
bodies secara mikroskopis yang menggambarkan ringan-beratnya
infeksi.
Bebas dari infeksi bercak putih SEMBV yang dapat dideteksi secara
dini melalui teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Cara lain juga
dapat dilakukan melalui metoda skrining PL, yaitu benur ditreatment
dengan formalin 200 ppm selama 1-2 jam. Melalui proses skrining
ini, benur yang terinfeksi berat akan mati; sedangkan benur yang
sehat akan tetap hidup dan siap ditebar ke dalam tambak.

Peningkatan kesehatan udang


Suplemen vitamin C dan astaxanthin dalam pakan untuk
meningkatkan daya tahan udang terhadap serangan penyakit.
Imunisasi pada udang baik dengan pemberian vaksin maupun
imunostimulan untuk meningkatkan kekebalan tubuh udang
sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit dan akhirnya
dapat meningkatkan kelangsungan hidup udang.
Penggunaan bakteri Probiotuk antara lain : Lactobacillus sp. strain
nonpatogen, Bacillus S11.

Peningkatan kualitas budidaya


Perbaikan kualitas air dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip
bioremediasi yaiut penguraian limbah dengan menggunakan mikroba
seperti Nitrosomonas, Nitrobacter dan Spirulina.

Pencegahan terjadinya infeksi dan kontaminasi patogen


penyebab penyakit
Pencucian dasar tambak dilakukan 2 kali yaitu dengan cara
menggelontorkan atau dengan cara mengisi tambak sampai
ketinggian 30 cm, kemudian dibiarkan sehari semalam setelah itu
dibuang sampai habis. Pencucian kedua dimaksudkan untuk
membuang sisa-sisa penggelontoran pertama yang belum terbuang.
Menggunakan sistem tertutup (closed system), semi tertutup (semi-
closed system) dan resirkulasi untuk mencegah pemasukan agen
penyakit dari luar. Penggunaan peralatan tambak seperti alat
sampling udang, tempat pakan, dsb, sebaiknta dipisahkan untuk
masing-masing petak tambak.
Menggunakan filter biologis dan tandon baik untuk air laut maupun
tawar.
Mencegah pemasukan hewan liar (udang, ikan, dll) yang dapat
bertindak sebagai carrier.
Air bekas tambak (limbah) terutama dari tambak yang terserang
wabah harus didesinfeksi terlebih dahulu sebelum dibuang agar
tidak mencmari lingkungan sekitar dan mencegah penyebaran
penyakit ke lingkungan sekitar.

Jenis jenis penyakit pada udang windu yang disebabkan oleh


virus :
1.Infectious Hypodermal and Hematopoietic Necrosis Virus (IHHNV)
Gejala :
- Udang berenang tidak normal
- bila alat geraknya berhenti maka udang akan tenggelam
- udang akan mati dalam waktu 4 12 jam sejak timbulnya gejala
tersebut
- kulitnya akan terlihat keputih putihan pada kondisi yang akut
- permukaan tubuhnya akan dipenuhi oleh diatomae, bakteri atau
parasit jamur
- pada kulit luar terlihat nekrosis pada kutikula, syaraf, antenna, dan
pada
mukosa usus depan dan tengah.
Pengendalian :
- perbaikan kualitas air

2.Monodon Baculovirus (MBV)


Gejala :
- Menyerang udang dari stadium akhir pascalarva (PL 12 50) hingga
stadium juvenil (udang muda)
- ditemukannya pembesaran sel dengan bentuk dan ukuran yang khas
pada
jaringan hati (hepatopankreas)
Pengendalian :
- Melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan dengan
menerapkan kaidah
pemeliharaan yang baik serta pemilihan benur dan pemberian pakan
yang
bermutu tinggi, selain memperbaiki mutu lingkungan.

3. Hepatopancreatic Parvo-like Virus


Gejala :
- Menyerang hepatopankreas sehingga dalam pemeriksaan
hepetopankreasnya
secara mikroskopik terlihat degenerasi.
Pengendalian :
- Perbaikan kualitas air

Jenis jenis penyakit pada udang windu yang disebabkan oleh


bakteri patogen
Bakteri nekrosis
Penyebab :
-Bakteri dari genus Vibrio
-Bahan kimia
-Merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yang disebabkan
oleh luka
Gejala :
-Muncul beberapa nekrosis (berwarna kecoklatan di beberapa tempat
(multilokal),
yaitu pada antena, uropoda, peleopoda, dan beberapa alat tambahan
lainnya
Pengendalian :
-Pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan misalnya : puranace 1
mg/liter,
oksitetrasiklin 60-250 mg/liter dan erytromitcin 1 mg/liter

Bakteri Septikemia
Penyebab :
-Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus. Aeromonas sp. Dan
Pseudomonas sp
-Merupakan infeksi sekunder dari infeksi pertama yang disebabkan
oleh toxin, luka
dan karena stress yang berat.

Penyakit Parasit
-Parasit cacing yaitu
~Polypochepalius sp, terdapat dalam jaringan ikat di sepanjang syaraf
bagian
ventral
~Parachristianiella monomegachanta
-Parasit isopoda
~Dapat menghambat perkembangan alat reproduksi pada udang.

Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur


Penyebab: jamur Phycomicetes yang termasuk dalam genus
lagenedium dan sirolpidium, meyerang udang pada perriode larva dan
post larva yang dapat mati dalam waktu 24 jam.
Pengendalian: pemberian malachite green (0,006 0,1 mg/l) atau
trifularin sehat. Biasanya jamur ini menyerang pada periode larva.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penyakit pada udang disebabkan oleh beberapa factor
tergantung dari jenis jamur atau virus yang menyerang organisme
tersebut dan penanggulangannyapun bermacam-macam

Anda mungkin juga menyukai