Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN TEORI

1 Konsep Dasar Persalinan


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
( Prawiroharjdo, 2006: 180)
Persalinan dan kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya
kehidupan di luar rahim.
(Bobak, 2005: 235)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri.
(Manuaba, 2009 : 164).
1 Etiologi
Menurut Manuaba dkk (2010:167-168) terjadinya persalinan belum dapat
diketahui. Besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama sehingga
pemicu persalinan menjadi multifaktor. Teori kemungkinan terjadinya
persalinan , antara lain :
a Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.Setelah melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai.
b Teori Penurunan Progesteron
Proses penuaan plasenta terjadi pada saat kehamilan 28 minggu karena
terjadi penimbunan jaringan ikat. Pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu.Produksi progesteron mengalami penurunan
sehigga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya,otot
rahim mulai berkontraksi setelah mencapai tingkat penurunan
progesteron tertentu.

c Teori Oksitosin Internal


Oksitosin dikeluarkan oleh hypofisis posterior.Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas
otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Dengan
menurunnya konsentrasi progesterone akibat tuanya kehamilan, maka
oksitosin dapat meningkat aktivitas
d Teori Prostalglandin
Konsentrasi prostalglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostalglandin saat hamil
menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi
dikeluarkan.
2.1.2 Mekanisme Persalinan
a Kala I (Kala Pembukaan)
Kala pembukaan dibagi dalam 2 fase :
1 Fase laten
Dimana pembukaan serviks berlangsung 8 jam, serviks membuka
sampai 3 cm.
2 Fase aktif
Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka dari 4 cm sampai 10 cm,
kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase:
a Periode akselerasi berlangsung selama 2 jam, pembukaan menjadi
4 cm.
b Periode dilatasi maximal berlangsung selama 2 jam pembukaan
berlangsung sampai 9 cm.
c Periode deseleasi berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm/ lengkap.
Proses di atas terjadi pada primigravida dan multigravida, tetapi
pada multigravida memilki jangka waktu yang lebih pendek. Pada
primigravida, kala I berlangsung 12 jam, sedangkan pada
multigravida 8 jam.
b Kala II
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinir, kuat, cepat dan lebih lama,
kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadilah tekanan-tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflektonis menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada
rectum ibu merasa seperti mau BAB, dengan tanda anus membuka. Pada
waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka dan perineum
menegang. Dengan his mengedan yang terpimpin, akan lahirlah kepala
diikuti oleh seluruh badan bayi. Pada kala II primi : 1 - 2 jam, pada
multi - 1 jam.
c Kala III (Kala Pengeluaran Uri)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras
dengan fundus uteri setinggi pusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal
2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri.
Dalam waktu 1-2 menit seluruh plasenta terlepas terdorong ke vagina dan
lahir spontan/ dengan sedikit dorongan dari atas sympisis atau fundus
uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Kala III terdiri dari 2 fase, yaitu :
a Fase pelepasan plasenta
Beberapa cara pelepasan plasenta, antara lain :
a Schultze
Proses terlepasnya plasenta seperti menutup paying. Cara ini
merupakan cara yang paling sering terjadi (80%). Bagian yang
lepas terlebih dahulu adalah bagian tengah, lalu terjadi
retroplasental hematoma yang menolak plasenta mula-mula bagian
tengah, kemudian seluruhnya. Menurut cara ini, perdarahan
biasanya tidak ada sebelum plasenta lahir dan berjumlah banyak
setelah plasenta lahir.
b Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya plasenta mulai
dari pinggir 20%. Darah akan mengalir keluar antara selaput
ketuban. Pengeluarannya serempak dari tengah dan pinggir
plasenta.
(Schultze & Matthews Duncan dalam Sondakh 2013)
b Fase pengeluaran plasenta perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya
plasenta adalah
1 Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simfisis, tali
pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti belum lepas.
Jika diam atau maju berarti sudah lepas.
2 Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat kembali
berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas. (Cara ini tidak
digunakan lagi)
3 Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti sudah
lepas. Tanda-tanda plasenta telah lepas adalah rahim menonjol di
atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim bundar dan
keras, serta keluar darah secara tiba-tiba.
(Manuaba dalamSondakh 2013)
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira
100-200 cc.
d Kala IV (Observasi)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum.
Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena
perdarahan post partum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah
yang keluar selama perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan
darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan
plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah
peradarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300 cc.
Jika peradarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal,
dengan demikian harus dicari penyebabnya. Jangan meninggalkan wanita
bersalin 1 jam sesudah bayi dan plasenta lahir. Sebelum pergi
meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan
perhatikanlah 7 pokok penting berikut :
a Kontraksi rahim baik atau tidaknya diketahui dengan pemeriksaan
palpasi. Jika perlu lakukan masase dan berikan uterotonika, seperti
methergin atau ermetrin dan oksitosin.
b Perdarahan ada atau tidak serta banyak atau biasa.
c Kandung kemih harus kosong, jika penuh, ibu dianjurkan berkemih
dan kalau tidak bisa, lakukan kateter.
d Luka jahitan baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak.
e Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
f Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernapasan, dan masalah
lain.
g Bayi dalam keadaan baik.
(Manuaba dalam Sondakh, 2013)
2.3.3 Standar Pelayanan Kebidanan Pertolongan persalinan
a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala 1
Pernyataan Standar :
Menilai secara tepat bahwa persalianan sudah dimulai,memberi aduhan
dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan kebutuhan klien
selama proses persalinan berlangsung.
b. Standar 10 : Persalinan Kala II yang Aman
Pernyataan Standar :
Melakukan pertolongan persalinan yang aman,dengan sikap sopan dan
penghargaan kepada klien sereta memperhatikan tradisi setempat.
c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala III
Pernyataan Standar :
Melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
d. Standar 12 : Penanganan Kala II dengan Gawat Janin Melalui Episiotomi
Pernyataan Standar :
Mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama
dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan,diikuti dengan penjahitan perineum.
2.2 Manajemen Asuhan Kebidanan pada Persalinan
A Pengkajian
Tanggal : Waktu yang digunakan untuk pengkajian
Tempat : Tempat yang digunakan untuk pengkajian
Oleh : Orang yang melakukan pengkajian
1) Data Subyektif
a) Biodata
Nama Ibu dan Suami : Untuk mengenal, memanggil dan
menghindari terjadinya kekeliruan.
Umur Ibu dan Suami : umur ibu, terutama pada ibu hamil yang
pertama kali hamil. bila umur lebih dari 35 tahun disebut primi tua
gravida dan bila umur kurang dari 18 tahun disebut primi muda
gravida. Wanita kurang dari 18 tahun pinggulnya belum cukup
pertumbuhannya, sehingga menyebabkan kesulitan untuk
melahirkan. Wanita umurnya lebih dari 35 tahun, badannya mungkin
bisa kecapaian dan kurang lentur. Wanita sudah berumur 40 tahun,
ada kemungkinan akan kelambanan jiwanya.
Agama Ibu dan Suami : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan pasien / klien. Dengan
diketahuinya agama pasien, akan memudahkan bidan melakukan
pendekatan di dalam melaksanankan asuhan kebidanan.
Pendidikan Ibu dan Suami : Untuk memberi bimbingan sesuai
dengan tingkat pendidikannya.
Pekerjaan Ibu dan Suami : untuk mengetahui kegiatan ibu selama
hamil, pekerjaan yang mungkin dapat mempengaruhi kehamilan.
Misalnya bekerja di pemeriksaan radiologi atau sebagai buruh yang
terlalu berat pekerjaannya.
Penghasilan : Untuk mengetahui keadaan ekonomi ibu, berpengaruh
sewaktu-waktu apabila dirujuk.
b) Alasan Datang
Klien datang dapat berupa keluar darah bercampur slem (lendir), keluar
ari ari dari kemaluan dengan atau tanpa kontraksi. Selain itu klien
mengeluh nyeri perut, adanya his yang makin sering, teratur, perasaan
selalu ingin buang air kecil, bila buang air kecil hanya sedikit sedikit
(Manurung, 2011: 194).
c) Keluhan Utama
Keluhan atau alasan utama wanita datang ke rumah sakit ditentukan
dengan wawancara. Keluhan utama dapat berupa kantong airnya pecah
dengan atau tanpa kontraksi. Pada kasus ini, ia dating untuk pemeriksaan
obstetric (atau untuk diobservasi). Klien diminta untuk menjelaskan hal-
hal berikut : frekuensi dan lama kontraksi, lokasi dan karakteristik rasa
tidak nyaman karena akibat kontraksi (misalnya sakit pinggang, rasa
tidak enak pada supra pubis), menetapnya kontraksi meskipun terjadi
perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring, keberadaan dan
karakter rabas atau show dari vagina, status membrane amnion
(misalnya semburan atau rembesan cairan apabila diduga cairan amnion
telah keluar, tanyakan tanggal dan jam pertama kali cairan keluar,
tanyakan juga warna cairan). (Bobak, 2005 : 302-303)

d) Pola kebiasaan sehari-hari


Pola Nutrisi
Kapan ibu terakhir kali makan, informasi ini diperlukan untuk
mengkaji cadangan energi dan status cairan (Varney 2008:692)
Pola Eliminasi
Perlu ditanyakan kapan ibu terakhir BAK atau BAB karena kandung
kemih yang penuh dapat mempengaruhikontraksi dan menghambat
penurunan kepala janin. Ibu yang menahan dorongan BAB akan
merasa tidak nyaman dan cenderung khawatir pada saat persalinan
mengeluarkan feses sehingga perlu difasilitasi untuk BAB
(Sulistyawati 2013 : 46)
Pola Istirahat
Istirahat sangat diperlukan pasien untuk mempersiapkan energi
menghadapi proses persalinannya, selain itu tidur akan membuat
rileks. Data yang perlu diketahui adalah kapan terakhir tidur, berapa
lama (Sulistyawati 2010 :224)
e) Riwayat kehamilan sekarang
Frekuensi dari pemeriksaan antenatal adalah:
1 Minimal 1 kali pada Trimester I
2 Minimal 1 kali pada Trimester II
3 Minimal 2 kali pada Trimester III
(Depkes RI. 1997)
Ibu hamil dapat melaksanakan pemeriksaan kehamilan di sarana
kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Posyandu, Bidan
Praktek Swasta dan Dokter Praktek (Pantikawati, Ika. dkk. 2010 :
Tanda Bahaya dan Masalah
Pada Trimester III : Perdarahan pervaginam, Sakit kepala hebat dan
menetap, Perubahan visual secara tiba-tiba (pandangan kabur, rabun
senja), Pembengkakan pada wajah/ tangan, Nyeri abdomen yang
hebat, Bengkak pada muka atau tangan dan Bayi kurang bergerak
seperti biasa (Ummi, Hani. 2011: 116-121).
Keluhan-keluhan Fisiologis yang Lazim pada Kehamilan atau
ketidaknyamanan pada Trimester III seperti : Nyeri punggung
bawah, Edema, Peningkatan frekuensi berkemih, Nyeri ulu hati,
Kram tungkai, dan Insomnia (Sinclair: 2010).
f) Riwayat Kebidanan atau Obstetri yang lalu
Kehamilan
Informasi terinci mengenai riwayat obstetric sebelumnya, apabila
ada sangatlah penting karena banyak penyulit yang terjadi pada
kehamilan sebelumnya yang akan kambuh pada kehamilan
selanjutnya (Cunningham dkk, 2006 :246)
Pengkajian mengenai masalah/gangguan saat kehamilan seperti
hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan
kabur, dan bengkak bengkak ditangan dan wajah.
Persalinan
Cara kelahiran spontan atau buatan, aterm atau prematur, perdarahan
dan ditolong oleh siapa. Jika wanita pada kelahiran terdahulu
melahirkan secara bedah sesar, untuk kehamilan saat ini mungkin
melahirkan pervaginam. Keputusan ini tergantung pada lokasi insisi
di uterus, jika insisi uterus berada dibagian bawah melintang, bukan
vertikal maka bayi diupayakan untuk dikeluarkan pervaginam.
Nifas
Adakah panas, perdarahan, kejang kejang, dan laktasi. Kesehatan
fisik dan emosi ibu harus diperhatikan
(Romauli, 2011 : 165)
b) Riwayat Kesehatan Sekarang dan yang lalu
Menurut Rochjati (Salmah 2006: 134) Berikut adalah Riwayat kesehatan
yang mempengaruhi ibu hamil:
Anemia yang dapat menyebabkan kematian janin dalam kandungan,
persalinan premature, persalinan lama, dan perdarahan postpartum
TBC Paru, janin akan tertular TBC setelah lahir. Bila TBC berat,
maka akan menurunkan kondisi ibu hamil, tenaga dan ASI berkurang,
dapat terjadi abortus, bayi lahir lama, dan perdarahan postpartum
Jantung yang bahanya adalah payah jantung bertambah berat bahkan
sampai gagal jantung, atau kelahiran prematur
Diabetes mellitus, yang akan menyebabkan persalinan premature,
hydramnion, kelainan bawaan, BBL besar, dan kematian janin dalam
kandungan
HIV/AIDS yang bisa tertular ke janin
Hipertensi dapat memburuk selama hamil, disertai meningkatnya
morbiditas ibu biasanya diikuti dengan pre eklamsi atau eklamsi.
Resiko pada janin dapat terjadi restriksi pertumbuhan (IUGR), serta
morbiditas dan mortalitas perinatal. (Cunningham dkk, 2006 : 230)
Epilepsi berdampak pada kehamilan . Kejang selama hamil akan
menyebabkan penurunan aliran darah uterus dan oksigenasi janin
(Cunningham dkk, 2006:232)
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai penyakit yang mungkin diderita oleh keluarga,
seperti penyakit menular (TBC, hepatitis) yang dapat menular pada ibu
dan janin atau bayi yang sudah lahir.Ditanyakan mengenai penyakit
yang menurun yang diderita keluarga, faktor yang dapat meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah ras, keturunan, umur dan paritas.
(Manurung 2011 :195)
d) Riwayat Pernikahan
Umur pertama kali menikah
Untuk menentukan kesehatan organ reproduksi.
Berapa kali menikah
Batas ideal dan diikuti hamil setelah 2 tahun. Disebut primigravida
tua sekunder jika hamil stelah lima tahun menikah. Kehamilan
setelah 5 tahun dianggap hamil dengan resiko tinggi karenanilai
kehamilan yang tinggi.
Jumlah anak
Umur anak terkecil diatas 5 tahun, jumlah anak ideal sampai
kehamilan ketiga. Kehamilan kelima sudah termasuk grande
multipara, harus diwasapadai perdarahan post partum (Manuaba,
2007).
Wanita hamil yang sudah lama menikah, nilai anak tentu besar sekali
dan ini perlu diperhitungkan dalam pimpinan persalinan (anak
mahal) (Ummi,Hani, dkk : 2010: 87 ).
e) Riwayat Haid
a Siklus
Interval dari hari pertama periode menstruasi sampai hari pertama
periode berikutnya normalnya 21 35 hari. Menstruasi yang
teratur menunjukkan bahwa aksis hypothalamus-hipofisis-ovarian
aksis dengan pancaindra telah menunjukkan keharmonisan yang
baik. Ini berarti bahwa setiap menstruasi akan dilepaskan ovum
sehingga dapat terjadi kehamilan (Manuaba, 2007: 209).
b Lama
Lama perdarahan yang normal adalah 5 hari dengan rentang
antara 3-7 hari. Perdarahan yang melebihi 7 hari (polimenorea,
metroragia).
Durasi menstruasi yang berlangsung hanya sekitar 2-3 hari
menunjukkan kurangnya rangsangan estrogen sehingga fase
proliferasi tidak normal kurang subur.
c HPHT
Keterlambatan menstruasi bagi wanita usia subur berarti terdapat
kemungkinan kehamilan, serta untuk menentukan umur
kehamilan dan tafsiran persalinan (Manuaba, 2007: 209)
f) Riwayat KB
Riwayat kontrasepsi diperlukan karena penggunaan metode lain dapat
membantu menggali kehamilan. Ketika seorang wanita
menghabiskan pil yang berisi hormon dalam kaplet kontrasepsi oral,
periode menstruasi selanjutnya akan dialami disebut withdrawal
bleed. Menstruasi ini bukan karena pengaruh hormon alami wanita
tersebut tetapi karena dukungan hormonal terhadap endometrium
yang disuplai oleh kontrasepsi yang dihentikan. Menstruasi spontan
mungkin tidak terjadi pada waktu biasanya. Kurangnya menstruasi
spontan disebut amenorea post pil (Romauli, 2011: 164-165).
g) Data Psikososial
Perlu ditanyakan mengenai kebutuhan support sistem (pendamping di
kamar bersalin), kebutuhan praktek budaya dalam menyambut kelahiran
bayi, tingkat kecemasan, penerimaan klien dan keluarga terhadap
kelahiran bayi, interaksi sosial dengan lingkungan sekitarnya, dan
kebutuhan informasi terhadap proses kelahiran (persalinan). Rasionalnya,
proses kelahiran adalah suatu hal yang fisiologis, namun persalinan
tersebut dapat menjadi faktor stressor yang mengganggu proses
persalinan.
(Manurung, 2011: 195 - 196)

2) Data Obyektif
a Pemeriksaan umum
Keadaan umum
Kesadaran
Penilaian pada glasgow coma scale:
a Compos mentis : sadar penuh
b Apatis : perhatian berkurang
c Somnolen : mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara.
d Spoor : dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan.
e Soporo-comatus : hanya tinggal reflek corena (sentuhan ujung
kapas pada kornea akan menutup kornea mata).
f Coma : tidak memberi respon sama sekali.
(Potter 2007)
Tanda Tanda Vital
a Suhu
Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tertinggi selama dan
segera setelah melahirkan. Peningkatan suhu yang tidak lebih dari
0,5 10C dianggap normal, nilai tersebut mencerminkan
peningkatan metabolisme selama persalinan (Sulistyawati & Esti,
2010: 67)
b Tekanan Darah
Tekanan darah akan meningkat selama kontraksi, disertai
peningkatan sistol rata-rata 15-20 mmHg dan diastol rata-rata 5-
10 mmHg. Pada waktu-waktu tertentu diantara kontraksi, tekanan
darah kembali ke tingkat sebelum persalinan (Sulistyawati & Esti,
2010: 67).
c Nadi
Frekuensi denyut nadi diantara kontraksi sedikit lebih tinggi
dibanding selama periode menjelang persalinan. Hal ini
mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama
persalinan (Sulistyawati & Esti, 2010: 67). Nadi diperiksa setiap
30 menit saat ibu berada pada kala I dan dicatat di lembar
partograf (Rohani dkk, 2011: 101).
d Pernapasan
Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan dianggap normal
selama persalinan, hal tersebut mencerminkan peningkatan
metabolisme. Meskipun sulit untuk memperoleh temuan yang
akurat mengenai frekuensi pernapasan, karena sangat dipengaruhi
oleh rasa senang, nyeri, rasa takut, dan penggunaan teknik
pernafasan (Sulistyawati & Esti, 2010: 68).
b Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Kepala dan leher
a edema kelopak mata/ wajah : adakah kemungkinan menderita
hipoalbuminemia, tanda preeclampsia berat.
b mata( warna sclera, konjungtiva) : adakah pucat atau cukup
merah sebagai gambaran tentang anemianya (Kadar Hb) secara
kasar.
c mulut (rahang pucat/ tidak, kebersihan, keadaan gigi(karies,
karang, tonsil) : bisa didapatkan adanya lidah kotor, gusi epulis
karena akibat mual muntah atau hipersalivasi.
d Leher : (bendungan vena jugularis) ada/ tidaknya kemungkinan
gangguan aliran darah akibat penyakit jantung atau aneurisma
vena. (Pembesaran kelenjar tiroid) sedikit membesar saat
hamil, sehingga perlu evaluasi tentang hipertiroid.
(Pembengkakan Limfe) ada/ tidaknya kemungkinan infeksi.
Payudara, bentuk, warna areola, kondisi putting, stimulasi
kolostrum. Rasionalnya, produksi hormon prolaktin membantu
memproduksi ASI. Jika ekskresi prolaktin dari hipofisis anterior
telah berlangsung makan akan terlihat dari pengeluaran kolostrum
saat distimulus. Pengaruh hormon estrogen dan progesterone,
bentuk payudara akan berubah dari segi ukuran, pigmentasi
(Manurung, 2011: 200).
Abdomen, meliputi adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea
nigra, strie gravidarum), Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan tangan
jika Usia kehamilan lebih dari 12 minggu, dan dengan pita ukuran
jika usia kehamilan lebih dari 22 minggu. Palpasi Abdomen untuk
mengetahui letak, presentasi, posisi (usia kehamilan lebih dari 28
minggu) penurunan kepala janin (usia kehamilan lebih dari 36
minggu),DJJ janin dengan fetoskop jika usia kehamilan lebih dari
18 minggu (Wafi Nur, dkk. 2009 : 136).
Pembesaran ke atas : Primigravida akibat otot dinding
abdomen masih tegang, Tingginya fundus uteri dapat
dipergunakan untuk mengukur: -umur kehamilan menurut
rumus Mc Donald hukum empat brathow-lomew, -berat janin
berdasarkan rumus Johnson.
Pigmentasi dinding abdomen : Linea alba karena pigmentasi,
Striae gravidarum livid saat hamil dan striae gravidarun alba
sebagai bekas kehamilan sebelumnya.
Bekas luka operasi : Bekas seksio/operasi lainnya yang dapat
menjadi lokus minoris resistensi
(Manuaba, 2007: 163)

Palpasi
Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid dan vena
jugularis.
Payudara : colostrom keluar, tidak ada benjolan
Abdomen :
Leopold I : Menentukan tinggi fundus uteri dan
bagian janin dalam fundus
Leopold II : Menentukan batas samping rahim
kanan dan kiri dan Menentukan letak
punggung janin
Leopold III : Menentukan bagian terbawah janin
apakah bagian tersebut sudah masuk
atau goyang
Leopold IV : Menentukan bagian terbawah janin
apa dan seberapa jauh masuk pintu
atas panggul
(Mochtar, 2005:51)

Perlimaan Penurunan
5/5 Seluruh bagian terbawah janin teraba di atas simfisis
4/5 1/5 bagian terbawah sudah masuk PAP
3/5 2/5 bagian terbawah sudah masuk rongga panggul
2/5 3/5 bagian terbawah sudah melewati bidang tengah
rongga panggul
1/5 4/5 bagian terbawah sudah masuk rongga panggul
0/5 Bagian terbawah janin seluruhnya masuk rongga
panggul

His :Frekuensi, durasi, intensitas kontraksi harus dikaji


secara akurat untuk menentukan status persalinan
(Varney, 2008 : 693)
Auskultasi
DJJ : menilai frekuensi DJJ dalam satu menit, irama
(regular/ irregular) dan intensitasnya. Range normal adalah 120
160x/ menit.
Rasionalnya, biasanya denyut jantung janin mengikuti perubahan
kontraksi uterus. Janin dikatakan sejahter selama periode intranatal
jika disaat kontraksi terjadi relaksasi (peningkatan DJJ) tapi tidak
melampaui batas normal sehingga kita perlu mengobservasi sesering
mungkin.
(Manurung, 2011: 209)
c Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Dalam (VT)
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menilai :
a Vagina (terutama dindingnya), apakah ada bagian yang menyempit.
b Keadaan serta pembukaan serviks.
c kapasitas panggul.
d ada atau tidaknya tumor pada jalan lahir.
e sifat fluor albus dan apakah ada alat yang sakit, misalnya
bartholinitis.
f pecah tidaknya selaput ketuban.
g presentasi janin.
h turunnya kepala dalam panggul.
i penilaian besarnya kepala terhadap panggul.
j apakah proses persalinan telah dimulai serta kemajuan persalinan.
Pemeriksaan dalam kontraindikasi dilakukan jika terdapat perdarahan
pervagina, karena kemungkinan terjadi plasenta previa dan solution
plasenta.
(Sulistyawati,dkk. 2010: 73-74)

B Identifikasi Diagnosa dan Masalah


Dx: Ny. .... G...P...Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine Inpartu
Kala ... fase .... dengan keadaan ibu dan janin baik.
Ds: ibu mengatakan hamil keUKbulan, merasa kenceng kenceng sejak
tanggaljamserta keluar darah lendir sejak jam keluar cairan dari
kemaluan seperti kencing yang tidak bisa ditahan sejak........ HPHT..........
Do:
a TTV dalam batas normal
1 DJJ (120-160x/ menit )
2 Pemeriksaan Dalam:
a Vulva dan vagina : ada lendir dan darah/tidak.
b Pembukaan : sudah berapa cm
c Effecement : sudah berapa %
d Ketuban : masih utuh/tidak
e Bagian terendah : teraba kepala/bokong
f Bagian terdahulu : teraba ubun-ubun kecil/besar dan sudah pada
jam berapa
g Gelungsur : Hodge berapa
h Di sekitar bagian terdahulu teraba bagian kecil janin/tidak
C Diagnosa dan Masalah Potensial
Tidak dilakukan pada asuhan kebidanan yang fisiologis.
D Kebutuhan segera
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan
konsultasi dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan
kondisi klien.
E Intervensi/Perencanaan
Dx : Ny. .... G...P...Ab... UK...minggu, tunggal, hidup, intrauterine
Inpartu Kala ... fase .... dengan keadaan ibu dan janin baik.
Tujuan :
1 Kala I fase aktif berjalan lancar
2 Tidak terjadi komplikasi pada ibu dan janin
3 Keadan ibu dan janin baik
Kriteria Hasil :
1 Fase laten tidak 6 jam
2 TD : 100/60 130/90 mmHg
3 RR : 16-24x/ menit
4 DJJ 120-160x/menit
5 His 3-4x. 10. 40-50
6 Pada primi tidak lebih dari 12 jam dan pada multi tidak
lebih dari 8 jam.
7 Ibu kooperatif tiap 2 jam berkemih.
8 Ibu dapat beradaptasi pada proses persalinan.

Intervensi :
1 Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga
R: Pengetahuan ibu bertambah dan ibu bisa kooperatif
2 Anjurkan ibu untuk makan dan minum di saat tidak ada kontraksi
R: Makan dan minum memenuhi kecukupan energi selam proses
persalinan. Dehidrasi dapat membuat ibu lelah dan
menurunkan kekuatan his.
3 Anjurkan dan bantu ibu BAK dan BAB bila menginginkan.
R :BAB dan BAK membantu memperlancar proses kemajuan
persalinan.
4 Ajarkan pada ibu teknik relaksasi dan distraksi.
R: Relaksasi mengurangi keregangan otot yang akan mengurangu
intensitas nyeri dan distraksi dapat mengalihkan perhatian ibu
dan nyeri yang dirasakan.
5 Berikan sentuhan /masase dengan menggosok-gosok punggung ibu
dan minta pendamping ibu untuk memperagakannya.
R: sentuhan/masase merupakan salah satu cara memblok impuls
nyeri dalam korteks serebri melalui respon kondisi dan
stimulasi cutan.
6 Observasi his, DJJ, nadi setiap 30 menit, dan TD, kandung kemih
kemajuan persalinan setiap 4 jam , dan cairan yang keluar
pervaginam lalu masukkan dalam partograf.
R:Tanda tanda vital merupakan parameter adanya kelainan.
7 Sarankan pada Ibu untuk miring kiri
R:Untuk mencegah terjadinya sindroma vena cava inferior.
8 Beri kesempatan pada ibu untuk memilih posisi senyaman
mungkin.
R : Posisi nyaman membantu ibu untuk lebih rileks mengahadapi
persalinannya.
9 Ajari Ibu cara meneran yang benar dengan mengangkat kepala,
tempelkan dagu ke dada, tekanan dirasakan di perut dan jalan
lahir.
R: Cara meneran yang benar dapat mempercepat proses
persalinan.
10 Motivasi ibu untuk meneran jika ada dorongan.
R: Meneran jika ada dorongan, membantu ibu untuk menghemat
tenaga.
11 Lakukan pendokumentasian pada lembar partograf.
R : sebagai alat ukur apabila terdapat komplikasi.
12 Siapkan Partus set.
R: Persiapan kala II bersih dan aman
F Implementasi
Penatalaksanaan yang efektif dan efisien sesuai dengan perencanaan
yang dirumuskan.
G Evaluasi
Proses menilai suatu kegiatan asuhan sejak pengkajian, penentuan
diagnosa dan masalah, intervensi serta penatalakasanaan. Untuk
keberlangsungan dalam memeberikan asuhan kebidanan pada ibu
hamil, dilanjutkan sampai dengan bersalin nifas, bayi baru lahir maka
perlu diikuti cengan membuat dokumentasi SOAP

Catatan Perkembangan
- Kala II
1 Data Subjektif
a Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi.
b Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada anus dan
atau vagina.
(Sondakh, 2013:133)
2 Data Objektif
a Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh yang
menggambarkan suasana fisik dan psikologis pasien
menghadapi kala II persalinan
b Vulva dan anus membuka, perineum meninjol
c Hasil pemantauan kontraksi
1 Durasi lebih dari 40 detik
2 Frekuensi lebih dari 4-5 kali dalam 10 menit
3 Intensitas kuat
d Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan
serviks sudah lengkap.
(Sondakh, 2013:133)
3 Analisa
G..PAb.. janin T/H/I dengan kala II presentasi kepala dengan
keadaan ibu dan janin baik.
4 Penatalaksanaan
a Mempersiapkan penolong persalinan
b Yang dilakukan untuk pencegahan infeksi adalah mencuci
tangan, memakai sarung tangan dan perlengkapan
perlindungan pribadi.
c Menyiapkan tempat persalinan, peralatan, dan bahan.
Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan
tersedia dan berfungsi dengan baik, termasuk perlengkapan
untuk menolong persalinan, menjahit laserasi atau luka
episiotomi dan resusitasi bayi baru lahir. Semua
perlengkapan dan bahan-bahan dalam set tersebut harus
dalam keadaan DTT atau steril, pastikan bahwa oksitosin
satu ampul sudah disediakan dan dimasukkan ke dalam spuit
steril.
d Menyiapkan tempat untuk kelahiran bayi. Pastikan bahwa
ruangan bersih, hangat ( minimal 25oC), pencahayaan cukup,
dan bebas dari tiupan angin (matikan kipas angin atau
pendingin).
e Mempersiapkan ibu dan keluarga. Anjurkan ibu ikut terlibat
dalam asuhan diantaranya membantu ibu untuk berganti
posisi, melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan
dan minuman, teman bicara dan memberikan dukungan dan
semangat selama persalinan dan melahirkan bayinya.
f Membersihkan perineum ibu.
g Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih.
Anjurkan ibu untuk dapat berkemih setiap 2 jam atau lebih
sering jika kandung kemh terasa penuh.
h Melakukan amniotomi.
i Melakukan pertolongan persalinan
Sesuai dengan kewewenangannya bidan melakukan
pertolongan persalinan normal sesuai dengan APN :
1 Pada saat ada HIS bombing ibu untuk meneran.
2 Saat kepala divulva dengan diameter 5-6 cm, pasang
handuk bersih di perut pasien untuk mengeringkan tubuh
bayi.
3 Buka partus set.
4 Mulai memakai sarung tangan pada kedua tangan.
5 Saat kepala turun, tangan kanan menahan perineum
dengan arah tahanan ke dalam dan kebawah, sedangkan
tangan kiri menahan kepala bayi agar tidak terjadi
defleksi maksimal.
6 Setelah bari lahir bersihkan hidung dan mulut bayi
menggunakan kasa steril, lalu periksalah leher bayi
apakah ada lilitan tali pusat atau tidak.
7 Tempatkan kedua tangan pada bitemporalis bayi untuk
melahirkan bahu dengan cara tarik kepala kearah
bawahuntuk melahirkan bahu depan dan tarik kepala kea
rah aras untuk melahirkan bahu belakang.
8 Pindahkan tangan dominan kebawah badan bayi untuk
menyangga kepala, leher, dan badan bayi sedangkan
tangan yang lain berada pada perineum unutk menjepit
keduan kaki saat seluruh badan bayi telah lahir.
9 Lakukan penilaian sekilas pada bayi, kemudian letakkan
bayi diatas perut ibu dengan kepala bayi lebih rendah,
lalu keringkan badan bayi. Biarkan bayi kontak kulit
dengan ibu, kemudian tutup badan bayi menggunakan
handuk. Minta pasien untuk memeluk bayinya, dan
libatkan suami dalam proses IMD
Kala III
1 Data subjektif
Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mulas.
(Sulistyawati dan Esty,2010:237)
2 Data objektif
a Bayi lahir spontan pervaginam pada
tanggal.jam.jenis kelamin.normal/ada kelainan,
menangis spontan kuat, warna kulit kemerahan
b Plasenta belum lahir
c Tidak teraba janin kedua
d Teraba kontraksi uterus
(Sulistyawati dan Esty,2010:237)
3 Analisa
PAb dengan kala III keadaan ibu dan bayi baik.
4 Penatalaksanaan
a Mengiformasikan pada ibu bahwa ibu sudah memasuki
persalinan kala III.
b Melakukan manajemen aktif kala III yaitu : Tidak ada
janin kedua lakukan manajemen aktif kala III yaitu jepit
dan gunting tali pusat sedini mungkin, menyuntikan
oksitosin 10 IU secara IM, melakukan peregangan tali
pusat terkendali, melahirkan plasenta. Apabila setelah
15 menit tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta
maka disuntikkan oksitosin kedua 10 IU secara IM
dan melakukan peregangan tali pusat terkendali.
c Melakukan massase uterus setelah plasenta lahir selama
15 kali untuk mencegah perdarahan, dan ajarkan ibu
untuk melakukan massase sebanyak 15 kali atau selama
15 detik
Kala IV
1 Data suubjektif
a Pasien mengatakan perutnya mulas
b Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia

(Sulistyawati dan Esty,2010:239)


2 Data objektif
a Plasenta telah lahir spontan, lengkap, pada tanggal
jam.
b TFU berapa jari diatas pusat
c Kontraksi uterus baik / tidak
(Sulistyawati dan Esty,2010:239)
3 Analisa
P..Ab. dengan kala IV keadaan ibu dan bayi baik.
4 Penatalaksanaan
a Menginformasikan kepada ibu dan keluarga bahwa saat ini
ibu sudah melahirkan dengan selamat.
b Melakukan evaluasi uterus, konsistensi dan atonia uteri.
c Melakukan pemeriksaan serviks, vagina dan perineum.
d Membersihkan ibu dari darah dan cairan ketuban dengan air
bersih dan membersihkantempat tidur, mengganti pakaian
ibu dengan yang bersih dan kering dan memasang
pemabalut agar ibu merasa nyaman.
e Menganjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan
minuman agar kondisi ibu cepat pulih dan ASI yang ekluar
banyak.
f Melakukan dekontaminasi alat-alat partus dengan larutan
klorin 0,5% selama 10 menit, mencuci tangan 7 langkah.
Mengajarkan ibu cara masase uterus agar ibu mengetahui
apabila uterus tidak berkontraksi dengan baik.
g Melakukan pemantauan dan evaluasi lanjut. Pemantauan
kala IV setiap 15 menit pada jam pertama, meliputi tekanan
darah, nadi, suhu, kontraksi, kandung kemih, dan perdarahan
dan 30 menit pada jam kedua.
h Pemantauan kontraksi uterus harus dilakukan secara
simultan. Jika uterus lembek, maka ibu bisa mengalami
perdarahan.
i Kandung kemih harus dievaluasi untuk memastikan
kandung kemih tidak penuh. Kandung kemih yang penuh
mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus
berkontraksi sepenuhnya.

Anda mungkin juga menyukai