Anda di halaman 1dari 138

SPESIFIKASI UMUM BIDANG JALAN DAN JEMBATAN

DIVISI 1
UMUM

SEKSI 1.2
PERSIAPAN

1.2.1. UMUM
1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan persiapan adalah pekerjaan yang mencakup
pemeriksaan lapangan, mobilisasi dan demobilisasi, kantor lapangan dan fasilitas,
fasilitas pengujian, dan pelayanan pengujian serta logistik.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pemeriksaan lapangan,
mobilisasi dan demobilisasi, kantor lapangan dan fasilitas, fasilitas pengujian, dan
pelayanan pengujian serta logistik.

1.2.2. PERSYARATAN
1) Standar Rujukan
Peraturan Presiden RI No.79 tahun 2006 tentang perubahan kelima Kepres No.80 tahun
2003. Kepmen Kimpraswil No.257/KPTS/M/2004, Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi.
a) Pd T-12-2003 : Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan.
b) Pd T-14-2005-B : Pedoman inspeksi dan pemeliharaan drainase jalan.
c) Pd T-16-2004- B : Survei inventarisasi geometri jalan perkotaan.
d) Pd T-21-2004-B : Survei kondisi rinci jalan beraspal di perkotaan.

1.2.3. PEMERIKSAAN LAPANGAN


1) Prinsip Dasar
a) Penyedia Jasa harus menyediakan personil ahli teknik untuk memperlancar
pelaksanaan pekerjaan sehingga diperoleh mutu, dan dimensi sesuai yang
disyaratkan dalam ketentuan.
b) Pada awal pelaksanaan pekerjaan, personil tersebut harus disertakan dalam
pelaksanaan suatu survei lapangan yang lengkap, dan menyiapkan laporan
hasil survei lapangan untuk menentukan kondisi fisik, struktur perkerasan lama,
struktur jembatan, perlindungan lereng, fasilitas perlengkapan jalan, dan fasilitas
drainase yang bersangkutan. Dengan demikian akan memungkinkan Direksi
Pekerjaan melaksanakan revisi minor, dan menyelesaikan serta menerbitkan detail
pelaksanaan sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai. Selanjutnya personil tersebut
harus disertakan dalam pematokan (staking out), survei seluruh proyek,
investigasi dan pengujian bahan tanah, investigasi dan pengujian campuran aspal,
dan rekayasa serta penggambaran untuk menyimpan dokumen rekaman proyek.
Direksi Teknis dan Direksi Pekerjaan harus disertakan pada saat survei.
c) Survei harus dilaksanakan dibawah pengawasan Direksi Teknis, yang harus menjamin
bahwa semua kondisi yang ada telah dicatat dengan baik dan teliti. Formulir
pelaporan kondisi tersebut harus dalam format yang dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
2) Pekerjaan Survei Lapangan untuk Peninjauan Kembali Rancangan
Selama 30 (tiga puluh) hari pertama sejak periode mobilisasi, Penyedia Jasa harus
mengerahkan personil tekniknya untuk melakukan survei lapangan, membuat laporan
tentang kondisi fisik dan struktur dari perkerasan, selokan samping, gorong-gorong,
jembatan dan struktur lainnya, serta perlengkapan jalan lainnya seperti rambu jalan,
patok kilometer, pagar pengaman, dan landscape awal. Pekerjaan survei lapangan ini
harus dilaksanakan pada seluruh panjang jalan dalam lingkup kontrak, tetapi tidak
terbatas pada:
a) Pengkajian Terhadap Persiapan dan Gambar
(1) Penyedia Jasa harus mempelajari gambar asli yang terdapat dalam dokumen
kontrak dan berkonsultasi dengan Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis
sebelum pekerjaan survei dimulai. Gambar ini harus diantisipasi terhadap
perubahan kecil pada alinyemen, ruas dan detail yang mungkin terjadi selama
pelaksanaan.
(2) Penyedia Jasa harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar
rencana dan spesifikasi, dan tidak boleh mengambil keuntungan atas
setiap kesalahan atau kekurangan dalam gambar rencana atau
perbedaan antara gambar rencana dan spesifikasi. Penyedia Jasa harus
menandai dan memperbaiki setiap kesalahan atau kekurangan pada gambar
rencana dengan persetujuan Direksi Pekerjaan.
(3) Direksi Pekerjaan akan melakukan perbaikan dan interpretasi untuk melengkapi
gambar rencana. Setiap perbedaan dari gambar rencana yang
berhubungan dengan kondisi lapangan yang tidak terantisipasi, akan
ditentukan dan disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
(4) Penyedia Jasa dan Direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan
terhadap ketepatan atas setiap perubahan terhadap gambar rencana dalam
kontrak ini.

b) Survei Kondisi Perkerasan dan Geometrik Jalan


(1) Penyedia Jasa harus melakukan survei inventarisasi geometrik jalan dan
survei kondisi jalan atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(2) Survei kekuatan perkerasan untuk perkerasan beraspal dilakukan dengan
pengujian lendutan dengan alat Benkelman Beam atau alat lain yang disetujui
oleh Direksi Teknis.
(3) Survei kekuatan perkerasan tanpa penutup aspal atau perkerasan beraspal
yang sudah rusak dengan pengujian Dynamic Cone Penetrometer (DCP)
atau metode lain yang disetujui oleh Direksi Teknis.
(4) Survei kekasaran permukaan perkerasan diwajibkan menggunakan
alat pengukur kekasaran secara otomatis (NAASRA Roughmeter), atau
peralatan sejenis lainnya.
(5) Apabila diminta oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa harus melakukan
pengujian pada jalan dengan proof rooling (pembebanan dengan
kendaraan berjalan untuk mengetahui lendutan secara visual).

c) Survei Sistem Drainase Eksisting


(1) Penyedia Jasa harus melakukan survei ketinggian (elevasi), survei
memanjang pada kedua sisi jalan, menyiapkan gambar potongan memanjang
yang akurat, menggambarkan profil permukaan tanah asli dan profil lantai
dasar (invert profile) selokan, dan detail penampang melintang dari semua
selokan yang ada. Gambar penampang memanjang harus diambil sepanjang
lantai dasar dari semua selokan dan saluran air. Tentukan hulu dan hilir lantai
dasar, dan dimensi dalam dari semua saluran gorong- gorong atau sungai dalam
batas pekerjaan dalam kontrak ini. Jarak antara pada pembacaan
ketinggian sepanjang profil penampang memanjang maksimum 25 m.
(2) Gambar penampang memanjang sepanjang kedua sisi jalan yang telah
disiapkan harus dalam bentuk standar yang dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan dan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan dengan jumlah 1
(satu) asli dan 3 (tiga) salinan sebagai bagian dari laporan survei Penyedia Jasa.
d) Survei Pekerjaan Perlindungan Talud
Untuk daerah berbukit atau bergunung, Penyedia Jasa harus melakukan survei detail
terhadap talud alam atau buatan yang diperkirakan tidak stabil dan
membutuhkan pekerjaan perlindungan talud.
e) Survei Fasilitas Perlengkapan Jalan Lama
(1) Lokasi dan fungsi detail dari semua marka jalan lama, paku jalan (road studs),
dan mata kucing (reflectorised studs).
(2) Lokasi dan detail semua patok kilometer, patok pengarah, kereb, trotoar,
median.
(3) Lokasi, jenis, dan dimensi detail dari semua rel pengaman.

3) Pekerjaan Pelaksanaan Survei


a) Setelah Direksi Pekerjaan menyelesaikan revisi minor dan menerbitkan
gambar kerja, Penyedia Jasa harus yakin bahwa juru ukur telah dilengkapi dengan
semua gambar kerja yang berisi informasi paling mutakhir tentang lebar
perkerasan yang diperlukan dan potongan melintang standar. Semua
pengukuran survei lapangan harus dicatat dalam buku catatan standar untuk
survei lapangan. Lembar halaman yang terlepas tidak boleh digunakan.
b) Pemeriksaan Stasiun (Sta) pada setiap patok kilometer lama dengan
menyiapkan sebuah denah yang menunjukkan secara pasti posisi setiap patok
kilometer yang berhubungan dengan Sta proyek. Dalam keadaan bagaimanapun,
patok kilometer lama tidak boleh dipindah atau digeser selama periode kontrak,
kecuali kalau mutlak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.
c) Pada lokasi pekerjaan yang akan diadakan perbaikan tepi perkerasan atau
pelebaran, penampang melintang asli dari jalan lama harus diukur dan dicatat
untuk perhitungan kuantitas.
d) Untuk pengukuran semua lapis perata, dan jika diperlukan penyesuaian
punggung jalan, harus diadakan pengukuran profil memanjang sepanjang sumbu
jalan bersama dengan profil penampang melintang.

4) Penetapan Titik Pengukuran


a) Pada umumnya, alinyemen jalan lama, permukaan jalur lalu lintas (carriageway
surface), dan patok kilometer lama harus menjadi patokan untuk memulai pekerjaan
pemeliharaan rutin, kecuali bila diperlukan perubahan kecil pada alinyemen jalan,
maka dalam hal ini diperlukan titik kontrol sementara yang akan diterbitkan oleh
Direksi Pekerjaan dan data-data detailnya akan diserahkan kepada Penyedia Jasa
untuk menentukan titik pengukuran pada alinyemen yang akan diubah.
b) Jika dipandang perlu menurut Direksi Teknis maka Penyedia Jasa harus
melakukan survei secara akurat dengan memasang Bench Mark (BM) pada
lokasi tertentu di sepanjang proyek untuk revisi minor terhadap gambar rencana,
pengukuran ketinggian permukaan perkerasan atau penetapan titik pengukuran
(setting out) yang akan dilakukan. BM permanen harus dibuat di atas tanah yang
tidak mudah bergeser.
c) Penyedia Jasa harus memasang titik patok pelaksanaan yang menunjukkan
garis dan ketinggian untuk pekerjaan perbaikan tepi perkerasan, lebar bahu,
dan selokan samping sesuai dengan penampang melintang standar yang diberikan
dalam gambar rencana dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan
sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan. Jika menurut Direksi Pekerjaan
diperlukan perubahan pada setiap garis dan ketinggian, baik sebelum maupun
sesudah penempatan patok, maka Direksi Pekerjaan akan mengeluarkan
perintah yang terinci kepada Penyedia Jasa untuk melaksanakan
perubahan tersebut dan Penyedia Jasa harus mengubah penempatan patok sambil
menunggu persetujuan lebih lanjut.
d) Apabila diperlukan untuk tujuan pengukuran kuantitas, maka Penyedia Jasa harus
melakukan pengukuran penampang melintang pada permukaan tanah asli dalam
interval 25 m, atau jika diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
e) Profil yang diterbitkan harus digambar dengan skala, ukuran dan tata
letak (layout) sebagaimana yang ditentukan oleh Direksi Pekerjaan. Gambar
penampang melintang harus menunjukkan elevasi permukaan akhir yang diusulkan,
yang diperoleh dari gambar detail rancangan.
f) Gambar profil asli bersama dengan 3 (tiga) salinannya harus diserahkan
kepada Direksi Pekerjaan.
g) Direksi Pekerjaan akan menandatangani 1 (satu) salinan untuk disetujui atau untuk
direvisi, dan selanjutnya dikembalikan kepada Penyedia Jasa.
h) Apabila Direksi Pekerjaan memandang perlu, maka Penyedia Jasa harus
menyediakan semua instrumen, personil, pekerja dan bahan yang mungkin
diperlukan untuk memeriksa penetapan titik pengukuran atau untuk setiap
pekerjaan relevan lainnya yang harus dilakukan.

5) Tenaga Ahli
a) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang Jalan
dan Jembatan yang berpengalaman, untuk mengarahkan dan mengatur
kegiatan pekerjaan perbaikan perkerasan, pelaksanaan lapis ulang, pelaksanaan
bahu jalan, saluran samping, jembatan dan sebagainya.
b) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang konstruksi
yang bertanggung jawab atas produksi aspal beton, termasuk pengadaan
bahan, pembuatan rumus perbandingan campuran, penyetelan bukaan
penampung dingin (cold bin) dan panas (hot bin) dan semua kebutuhan lainnya
untuk menjamin agar persyaratan campuran aspal panas dapat dipenuhi.
c) Penyedia Jasa harus menyediakan tenaga ahli dalam bidang lingkungan
yang bertanggung jawab atas pengelolaan dampak lingkungan yang terjadi di
lokasi pekerjaan.

6) Pengendalian Mutu Bahan


Personil bidang tanah/aspal yang disediakan Penyedia Jasa harus melakukan
investigasi sumber bahan, membuat rancangan campuran percobaan untuk campuran
aspal panas, dan secara rutin melakukan pengujian laboratorium untuk pengendalian
mutu bahan aspal, fondasi, dan bahu jalan. Catatan harian dan arsip hasil
pengujian harus disimpan dan setiap saat dapat ditunjukkan kepada Direksi Pekerjaan
dan Direksi Teknis jika ada pemeriksaan.
Seluruh pengujian laboratorium harus dilakukan oleh Penyedia Jasa dibawah pengawasan
Direksi
Teknis seperti diuraikan dalam Pasal 1.2.6 dari spesifikasi ini.

7) Dasar Pembayaran
Pengadaan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk kegiatan survei lapangan,
pekerjaan pelaksanaan survei, penetapan titik pengukuran, tenaga ahli dan
pengendalian mutu, harus dipenuhi tanpa pembayaran tambahan dan semua biaya
tersebut harus termasuk dalam harga satuan yang telah dimasukkan dalam berbagai
mata pembayaran yang tercantum dalam daftar kuantitas dan harga.

1.2.4. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI


1) Prinsip Dasar
Lingkup kegiatan mobilisasi yang diperlukan dalam kontrak ini tergantung pada jenis dan
volume pekerjaan yang dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan pada bagian-bagian
lain dari dokumen kontrak, dan secara umum Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan
berikut:
a) Mampu memobilisasi sumber daya manusia, material, dan peralatan sesuai dengan
kebutuhan yang diatur dalam dokumen kontrak.
b) Menyediakan lahan yang dapat digunakan sebagai kantor lapangan, tempat tinggal,
bengkel, gudang, dan sebagainya.

2) Mobilisasi Personil
Penyedia Jasa harus memobilisasi personil sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Mobilisasi personil dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan dengan
persetujuan Direksi Pekerjaan. Untuk tenaga inti harus mengacu pada daftar personel
inti (key personnel) yang dilampirkan dalam berkas penawaran.
b) Mobilisasi Kepala Penyedia Jasa (General Superintendant) yang memenuhi jaminan
kualifikasi (sertifikasi) menurut cakupan pekerjaannya (pembangunan, pemeliharaan
berkala, atau pemeliharaan rutin jalan/jembatan).
c) Dalam pengadaan tenaga kerja dengan kemampuan dan keahlian sesuai dengan
yang diperlukan, maka prioritas harus diberikan kepada pekerja setempat.
3) Mobilisasi Fasilitas Kantor dan Peralatan
Penyedia Jasa harus memobilisasi fasilitas dan peralatan sesuai dengan ketentuan
sebagai berikut:
a) Penggunaan alat berat dan pengoperasian peralatan/kendaraan mengikuti
aturan perizinan yang ditetapkan oleh Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya
(DLLAJR), Kepolisian dan instansi terkait lainnya.
b) Menyediakan lahan yang diperlukan untuk basecamp pelaksanaan pekerjaan di
sekitar lokasi proyek, digunakan untuk kantor proyek, gudang dan sebagainya yang
telah disebutkan dalam kontrak.
c) Mobilisasi dan pemasangan peralatan sesuai dengan daftar peralatan yang
tercantum dalam penawaran, dari suatu lokasi asal ke lokasi pekerjaan yang akan
menggunakan peralatan tersebut sesuai kontrak.
d) Apabila setiap alat berat yang telah selesai digunakan dan tidak akan
digunakan lagi, maka alat berat tersebut segera dikembalikan.
e) Untuk pengangkutan alat-alat berat, maka jembatan diperkuat.
f) Penyedia Jasa melaksanakan operasional dan pemeliharaan kendaraan/peralatan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan pabrik pembuatnya dan tidak mencemari tanah
dan air.

4) Mobilisasi Material
Penyedia jasa harus memobilisasi material sesuai dengan ketentuan sebagai berikut:

a) Menyediakan fasilitas kuari yang diusahakan dekat dengan lokasi proyek


dan sudah mengikuti aturan perizinan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan
instansi terkait.
b) Mobilisasi material sesuai dengan jadwal dan realisasi pelaksanaan fisik. c) Pengajuan
izin menggunakan kuari kepada Pemerintah Daerah.
c) Material yang akan didatangkan dari luar lokasi pekerjaan terlebih dahulu diambil
contohnya untuk diuji keandalannya di laboratorium, apabila tidak memenuhi
syarat, segera diperintahkan untuk diangkut ke luar lokasi proyek dalam waktu 3 x 24
jam.

5) Periode Mobilisasi
Mobilisasi dari seluruh mata pekerjaan yang terdaftar harus diselesaikan sesuai jadwal
pekerjaan, dan sudah harus dimulai selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari
terhitung mulai diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

6) Program Mobilisasi
Pelaksanaan mobilisasi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a) Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah penandatanganan kontrak, Penyedia Jasa


melaksanakan Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting/PCM) yang dihadiri
Pemilik, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis dan Penyedia Jasa untuk membahas semua
hal baik teknis maupun non teknis dalam proyek ini.
b) Dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah PCM, Penyedia Jasa
menyerahkan program mobilisasi (termasuk program perkuatan jembatan, bila
ada) dan jadwal pelaksanaan pekerjaan kepada Direksi Pekerjaan untuk
mendapatkan persetujuan.
c) Program mobilisasi menetapkan waktu untuk semua kegiatan mobilisasi
yang mencakup informasi tambahan sebagai berikut:
(1) Lokasi basecamp Penyedia Jasa dengan denah lokasi umum dan denah rinci
di lapangan yang menunjukkan lokasi kantor Penyedia Jasa, bengkel,
gudang, mesin pemecah batu, UPA, dan laboratorium jika fasilitas tersebut
termasuk dalam kontrak.
(2) Jadwal pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi asal dari semua peralatan
yang tercantum dalam daftar peralatan yang diusulkan dalam penawaran, serta
usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangannya di lapangan.
(3) Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan
dalam penawaran harus memperoleh persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(4) Suatu daftar detail yang menunjukkan struktur yang memerlukan perkuatan agar
aman dilewati alat-alat berat, berisi usulan metode pelaksanaan dan jadwal
tanggal mulai dan tanggal selesai untuk perkuatan setiap struktur.
(5) Suatu jadwal kemajuan yang lengkap dalam format bagan balok (bar chart) yang
menunjukkan tiap kegiatan mobilisasi utama dan suatu kurva
kemajuan untuk menyatakan persentase kemajuan mobilisasi.

7) Demobilisasi
Kegiatan demobilisasi berupa pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa
pada saat akhir kontrak termasuk pemindahan semua instalasi, peralatan dan
perlengkapan dari tanah milik pemerintah atau masyarakat dan pengembalian kondisi
tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.

8) Pengukuran
Pengukuran kemajuan mobilisasi akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan atas
dasar jadwal kemajuan mobilisasi yang lengkap dan telah disetujui seperti yang
diuraikan dalam Butir 1.2.4.5).

9) Dasar Pembayaran
Mobilisasi harus dibayar dengan cara lumpsum, pembayaran tersebut merupakan
kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan semua peralatan, untuk semua
pekerja, bahan, perkakas, dan biaya lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.

a) Pembayaran biaya lumpsum ini akan dilakukan dalam tiga angsuran sebagai berikut:

(1) 50% (lima puluh persen) bila mobilisasi 70% (tujuh puluh persen) selesai, dan
pelayanan atau fasilitas pengujian laboratorium telah lengkap dimobilisasi.
(2) 20% (dua puluh persen) bila semua peralatan utama berada di lapangan dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
(3) 30% (tiga puluh persen) bila demobilisasi selesai dilaksanakan.
b) Apabila Penyedia Jasa tidak menyelesaikan mobilisasi sesuai dengan salah satu
dari kedua batas waktu yang disyaratkan dalam Butir 1.2.4.5), maka jumlah
pembayaran mobilisasi yang disetujui Direksi Pekerjaan adalah persentase angsuran
penuh dari harga lumpsum mobilisasi dikurangi dengan 1% (satu persen) nilai
angsuran untuk setiap keterlambatan 1 (satu) hari, maksimum sampai 50 (lima puluh)
hari.
Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan

1.2 Mobilisasi dan Demobilisasi Pengukuran


Lumpsum

1.2.5. KANTOR LAPANGAN DAN FASILITASNYA


1) Prinsip Dasar
Penyedia Jasa harus menyediakan kantor lapangan dan fasilitasnya dengan
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
a) Penyedia Jasa harus mentaati semua peraturan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah
Daerah.
b) Kantor dan fasilitasnya harus ditempatkan sesuai dengan lokasi umum dan denah
lapangan, penempatannya harus diusahakan sedekat mungkin dengan daerah
kerja (site) dan telah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c) Bangunan yang dibuat harus mempunyai kekuatan struktural yang baik, tahan
cuaca, dan elevasi lantai yang lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.
d) Bangunan untuk penyimpanan bahan harus diberi bahan pelindung yang cocok
sehingga bahan-bahan yang disimpan tidak akan mengalami kerusakan.
e) Kantor lapangan dan gudang sementara harus didirikan di atas fondasi yang
mantap dan dilengkapi dengan penghubung untuk pelayanan utilitas.
f) Bahan, peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk bangunan dapat
menggunakan yang baru, atau yang bekas, tetapi dengan syarat harus dapat
berfungsi, cocok dengan maksud pemakaiannya sesuai dengan persetujuan Direksi
Pekerjaan.
g) Lahan untuk kantor lapangan dan semacamnya harus layak untuk ditempati
bangunan, bebas dari genangan air, diberi pagar keliling, dan minimum
dilengkapi dengan jalan masuk berkerikil serta tempat parkir.
h) Penyedia Jasa harus menyediakan alat pemadam kebakaran dan kebutuhan
P3K yang memadai di seluruh barak, kantor, gudang, dan bengkel.

2) Kantor Penyedia Jasa dan Fasilitasnya


Untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan jalan, Penyedia Jasa harus
menyediakan kantor dan fasilitas penunjang yang menenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Penyedia Jasa harus menyediakan akomodasi dan fasilitas kantor yang cocok
dan memenuhi kebutuhan proyek.
b) Ukuran kantor dan fasilitasnya sesuai untuk kebutuhan umum Penyedia Jasa dan
harus menyediakan ruangan yang digunakan untuk rapat kemajuan pekerjaan.
c) Penyedia jasa harus memiliki alat komunikasi yang dapat berkomunikasi
dengan jelas dan dapat diandalkan antara kantor pemilik di Ibukota Provinsi,
kantor Tim Supervisi Lapangan dan titik terjauh di lapangan.
d) Apabila perizinan dari instansi Pemerintah terkait diperlukan untuk pemasangan dan
pengoperasian sistem komunikasi satelit, Direksi Pekerjaan akan melakukan
semua pengaturan, tetapi semua biaya yang timbul harus dibayar oleh Penyedia Jasa.
e) Tempat penyimpanan gambar dan arsip untuk dokumentasi proyek ditempatkan di
dalam atau dekat dengan ruang rapat.
f) Apabila Penyedia Jasa menganggap perlu untuk mendirikan satu kantor
pendukung atau lebih, yang akan digunakan untuk keperluan sendiri pada jarak 50
km atau lebih dari kantor utama di lapangan, maka Penyedia Jasa harus
menyediakan, memelihara, dan melengkapi satu ruangan pada setiap kantor
pendukung dengan ukuran sekitar 12 m2 yang akan digunakan oleh staf Direksi
Pekerjaan untuk setiap kantor pendukung.

3) Bengkel dan Gudang Penyedia Jasa


Untuk menunjang pemeliharan peralatan pelaksanaan pekerjaan dan penyimpanan
bahan, Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas bengkel dan gudang yang memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
a) Penyedia Jasa harus menyediakan sebuah bengkel di lapangan yang diberi
perlengkapan yang memadai serta dilengkapi dengan daya listrik, sehingga dapat
digunakan untuk memperbaiki peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan. Sebuah gudang untuk penyimpanan suku cadang juga harus disediakan.
b) Bengkel tersebut harus dikelola oleh seorang kepala bengkel yang mampu
melakukan perbaikan mekanis dan memiliki sejumlah tenaga pembantu yang terlatih.

4) Dasar Pembayaran
Bangunan yang diuraikan dalam seksi ini akan dibayar dengan cara lumpsum untuk
mobilisasi, pembayaran tersebut merupakan kompensasi penuh untuk pembuatan,
penyediaan, pelayanan, pemeliharaan, pembersihan, dan pembongkaran semua
bangunan tersebut setelah pekerjaan selesai.

1.2.6. FASILITAS DAN PELAYANAN PENGUJIAN


1) Prinsip Dasar
Lingkup kegiatan yang diperlukan dalam penyediaan fasilitas pelayanan pengujian dalam
kontrak, secara umum Penyedia Jasa harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a) Pengujian yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa
Penyedia Jasa sebagaimana disyaratkan dalam kontrak harus menyediakan
tempat kerja, bahan, fasilitas, pekerja, pelayanan, dan pekerjaan lainnya yang
diperlukan untuk pelaksanaan pengujian. Penyedia Jasa dibawah perintah dan
pengawasan Direksi Teknis akan melakukan semua pengujian sehubungan
dengan pengendalian mutu bahan baku, campuran dan bahan yang diproses untuk
menjamin bahwa bahan-bahan tersebut memenuhi mutu bahan, kepadatan dari
pemadatan.
b) Pengujian yang dilaksanakan oleh Direksi Teknis
Penyedia Jasa harus membangun dan melengkapi, memelihara, membersihkan,
menjaga dan pada akhir kontrak membongkar atau menyingkirkan bangunan yang
digunakan sebagai laboratorium lapangan oleh Direksi Teknis, dan memasok
serta memasang peralatan laboratorium di laboratorium untuk pelaksanaan
pengujian.
Direksi Teknis akan bertanggung jawab atas semua pengujian yang
dilakukan untuk pekerjaan yang sudah selesai. Hasil pengujian-pengujian ini akan
menjadi dasar persetujuan atau penolakan dari pekerjaan terkait.
2) Fasilitas Laboratorium dan Pengujian
a) Penyedia Jasa harus menyediakan pelayanan pengujian dan/atau fasilitas
laboratorium sebagaimana disyaratkan untuk memenuhi seluruh ketentuan
pengendalian mutu dari spesifikasi ini. Untuk menjamin kelancaran pekerjaan
dan ketepatan waktu pengujian, Penyedia Jasa diwajibkan memiliki beberapa
peralatan minimum yang memenuhi ketentuan untuk mengambil contoh pengujian.
Jenis dan jumlah peralatan minimum yang tersedia harus dikonsultasikan dan
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan dengan mempertimbangkan efektifitas
dan efisiensi pelaksanaan pengujian.
b) Apabila diatur secara khusus dalam lingkup kontrak, maka Penyedia Jasa harus
menyediakan dan memelihara sebuah laboratorium lengkap dengan
peralatannya di lapangan, sesuai dengan ketentuan sebagai berikut :
(1) Tempat Kerja
(a) Laboratorium harus merupakan bangunan terpisah yang ditempatkan sesuai
dengan lokasi umum dan denah tempat kerja yang telah disetujui dan
merupakan bagian dari program mobilisasi sesuai dengan Butir
1.2.4.3). Lokasi laboratorium harus ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mempunyai jarak tertentu dari peralatan konstruksi, bebas dari
polusi dan gangguan berupa getaran selama pengoperasian peralatan.
(b) Bangunan harus dilengkapi dengan lantai beton beserta fasilitas
pembuangan air kotor, dan dilengkapi dengan 2 (dua) buah
pendingin udara (Air Conditioning) masing-masing berkapasitas 1,5 PK,
serta harus memenuhi semua ketentuan lainnya sesuai Butir 1.2.4.3) dari
spesifikasi ini.
(c) Perlengkapan di dalam ruangan bangunan harus terdiri dari meja kerja,
lemari, ruang penyimpan yang dapat dikunci, tangki perawatan, laci arsip
(filing cabinet), meja dan kursi dengan mutu standar dan jumlah yang
mencukupi kebutuhan.
(2) Peralatan dan Perlengkapan
Alat-alat ukur yang digunakan dan memerlukan kalibrasi harus dikalibrasi oleh
instansi yang berwenang dengan menunjukkan sertifikat kalibrasi.

3) Prosedur Pelaksanaan Pengujian


a) Peraturan dan Rujukan
Dalam segala hal, Penyedia Jasa harus menggunakan SNI sebagai standar
pengujian. Penyedia Jasa dapat menggunakan standar lain yang relevan sebagai
pengganti SNI atas perintah Direksi Pekerjaan.
b) Personil
Personil yang bertugas pada pengujian harus terdiri dari tenaga-tenaga yang
mempunyai pengalaman cukup dan telah terbiasa melakukan pengujian yang
diperlukan. Personil pelaksana pengujian harus mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
(1) Formulir
Formulir yang digunakan untuk pengujian harus sesuai dengan jenis uji yang
dilakukan. Pelaporan hasil pengujian menggunakan formulir yang telah
disetujui oleh Direksi Teknis.
(2) Pemberitahuan
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis rencana
waktu pelaksanaan pengujian, paling sedikit 1 (satu) jam sebelum
pengujian dilaksanakan sehingga memungkinkan Direksi Teknis atau Direksi
Pekerjaan untuk mengawasi setiap pengujian.
(3) Distribusi
Laporan pengujian harus segera dikerjakan dan didistribusikan sehingga
memungkinkan untuk melakukan pengujian ulang, penggantian bahan atau
pemadatan ulang sehingga dapat mengurangi keterlambatan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
(4) Inspeksi dan Pengujian
Inspeksi dan pengujian akan dilaksanakan oleh Direksi Pekerjaan dan
Direksi Teknis untuk memeriksa pekerjaan yang telah selesai apakah memenuhi
mutu bahan, kepadatan dan setiap ketentuan lanjutan yang diperlukan selama
pelaksanaan pekerjaan.
Setiap ruas secara keseluruhan yang terdiri dari bahan dan pengerjaan yang
tidak memenuhi persyaratan harus dibongkar dan diganti dengan bahan dan
pengerjaan yang memenuhi spesifikasi ini. Apabila Direksi Pekerjaan mengizinkan,
pekerjaan yang tidak diterima harus diperbaiki sehingga setelah diperbaiki
akan memenuhi semua ketentuan dalam kontrak. Semua perbaikan
semacam ini harus dilaksanakan atas biaya Penyedia Jasa.
(5) Pemberitahuan untuk Pengujian atas Pekerjaan yang telah selesai
Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan dan Direksi Teknis paling
tidak 5 (lima) hari di muka bahwa suatu ruas telah selesai dikerjakan dan siap
untuk diuji.
Direksi Pekerjaan harus memberitahu hasil pengujian tersebut kepada
Penyedia Jasa dalam 10 (sepuluh) hari setelah benda uji diterima dari
lapangan, disertai surat keterangan yang menyebutkan apakah pekerjaan yang
diuji diterima atau ditolak. Apabila pekerjan tersebut ditolak, dalam 10
(sepuluh) hari Penyedia Jasa harus mengajukan surat yang menanyakan
tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki pekerjaan yang
ditolak.

4) Dasar Pembayaran
Biaya untuk melaksanakan semua pengujian yang diperlukan untuk meyelesaikan
pekerjaan, sesuai dengan berbagai ketentuan pengujian yang disyaratkan atau
ditentukan dalam dokumen kontrak, harus ditanggung oleh Penyedia Jasa, dan seluruh
biaya tersebut harus sudah dimasukkan dalam harga satuan bahan yang bersangkutan,
kecuali seperti disyaratkan di bawah ini.
Jika setiap pengujian yang tidak diperuntukkan atau tidak disyaratkan, atau karena belum
perlu dilaksanakan, atau karena belum disyaratkan di dalam dokumen kontrak
ternyata diperintahkan untuk dilaksanakan oleh Direksi Pekerjaan, atau Direksi Pekerjaan
memerintahkan kepada pihak ketiga untuk melaksanakan pengujian yang tidak
termasuk ketentuan Butir 1.2.6.1) atau pelaksanaan pengujian di luar lingkup
pekerjaan atau pengujian di tempat suatu pabrik pembuat atau fabrikasi bahan, maka
biaya untuk pelaksanaan pengujian tersebut menjadi beban Direksi Pekerjaan, kecuali jika
hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa pengerjaan atau bahan tersebut tidak
sesuai dengan yang disyaratkan dalam dokumen kontrak, dengan demikian maka
biaya pengujian menjadi beban Penyedia Jasa.
Biaya penyediaan dan pemeliharaan bangunan laboratorium, perlengkapan dalam
bangunan, peralatan dan perlengkapan tidak boleh diukur atau dibayar menurut seksi ini.
Bila secara khusus dimasukkan ke dalam lingkup pekerjaan dalam kontrak ini,
kompensasi untuk pekerjaan ini harus dimasukkan dalam pembayaran untuk
mobilisasi secara lumpsum.
DIVISI 2
DRAINASE

SEKSI 2.1
SELOKAN DAN SALURAN AIR

2.1.1. UMUM
1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup pembuatan selokan baru yang dilapisi (lined) maupun tidak
dilapisi (unlined) dan perataan kembali selokan lama yang tidak dilapisi, sesuai dengan
spesifikasi ini serta memenuhi garis, ketinggian dan detail yang ditunjukkan pada
gambar rencana. Selokan yang dilapisi dibuat dari pasangan batu dengan mortar
atau yang seperti ditunjukkan dalam gambar rencana.
b) Pekerjaan ini juga mencakup relokasi atau perlindungan terhadap sungai yang
ada, kanal irigasi atau saluran air lainnya yang tidak terganggu baik yang
bersifat sementara maupun tetap, dan dalam penyelesaian pekerjaan ini harus
memenuhi ketentuan dalam kontrak ini.
2) Penerbitan Detail Pelaksanaan
Detail pelaksanaan selokan, baik yang dilapisi maupun tidak dilapisi, yang tidak termasuk
dalam dokumen kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan
setelah Penyedia Jasa menyerahkan hasil pemeriksaan lapangan sesuai dengan Seksi 1.2
dari spesifikasi ini.

2.1.2. PERSYARATAN
1) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini
a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran Air : Seksi 2.2
c) Gorong-gorong : Seksi 2.3
d) Galian : Seksi 3.1
e) Timbunan : Seksi 3.2
f) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan
Jembatan : Seksi 10.1

2) Toleransi Dimensi Saluran


a) Perbedaan elevasi galian dasar selokan yang telah selesai dikerjakan tidak boleh lebih
dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui pada setiap titik, dan harus
mempunyai permukaan yang cukup halus dan rata, dan menjamin aliran yang
bebas serta tanpa genangan jika alirannya kecil.
b) Alinyemen selokan dan profil penampang melintang yang telah selesai dikerjakan
tidak boleh bergeser lebih dari 5 cm dari yang ditentukan atau telah disetujui pada
setiap titik.

3) Persyaratan Kerja
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
(1) Contoh bahan yang akan digunakan untuk saluran yang dilapisi harus
diserahkan sebagaimana yang disyaratkan dalam Butir 2.2.2.4) dari spesifikasi ini.
(2) Apabila pekerjaan pembentukan penampang selokan telah selesai, Penyedia Jasa
harus meminta persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum bahan pelapis selokan
dipasang.

b) Kondisi Tempat Kerja


Pengeringan tempat kerja dan pemeliharaan sanitasi di lapangan sesuai dengan
ketentuan yang diberikan dalam Butir 3.1.2.5) dari spesifikasi ini.
c) Utilitas Bawah Tanah
Ketentuan yang disyaratkan untuk galian dalam Butir 3.1.2.5) dari spesifikasi ini
harus berlaku juga pada pekerjaan yang dilaksanakan menurut seksi ini.
d) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
Ketentuan yang disyaratkan untuk galian dalam Butir 3.1.2.4) dari spesifikasi ini
berlaku.
e) Pengembalian Bentuk dan Pembuangan Pekerjaan Sementara
Ketentuan yang disyaratkan untuk galian dalam Butir 3.1.2.4) dari spesifikasi ini
berlaku.

2.1.3. PELAKSANAAN
1) Metoda Pekerjaan
a) Drainase yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa harus selalu lancar tanpa terjadinya
genangan air dan berfungsi dengan baik sebelum pekerjaan timbunan dan struktur
perkerasan dimulai.
b) Pada tahap awal selokan harus digali sedikit lebih kecil dari penampang
melintang yang disetujui, sedangkan pemangkasan tahap akhir termasuk perbaikan
dari setiap kerusakan yang terjadi selama pelaksanaan pekerjaan, harus dilaksanakan
setelah seluruh pekerjaan yang berdekatan atau bersebelahan selesai.

2) Penetapan Titik Pengukuran Pada Saluran


Lokasi, panjang, arah aliran dan kelandaian yang ditentukan untuk semua selokan
yang akan dibentuk lagi atau digali atau yang dilapisi, serta lokasi semua lubang
penampung (catch pits) dan selokan pembuang yang berhubungan, harus diberi
tanda dengan cermat oleh pelaksana sesuai dengan gambar rencana atau detail
pelaksanaan yang diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan menurut Butir 2.1.1.2) dari
spesifikasi ini.

3) Pelaksanaan Pekerjaan Selokan


a) Penggalian, penimbunan dan pemangkasan harus dilakukan sebagaimana yang
diperlukan untuk membentuk selokan baru atau lama, sehingga memenuhi kelandaian
yang ditunjukkan pada gambar rencana yang disetujui, dan memenuhi profil jenis
selokan yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau diperintahkan lain oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Setelah formasi selokan yang telah disiapkan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
pelapisan selokan dengan pasangan batu dengan mortar harus dilaksanakan
seperti yang disyaratkan dalam Seksi 2.2 dari spesifikasi ini.
c) Seluruh bahan hasil galian harus dibuang dan diratakan oleh Penyedia Jasa
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan yang mungkin
terjadi di lokasi yang ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan.

4) Perlindungan Terhadap Saluran Air Lama


a) Sungai atau kanal alam yang bersebelahan dengan pekerjaan dalam kontrak ini,
tidak boleh diganggu tanpa persetujuan Direksi Pekerjaan.
b) Apabila penggalian atau pengerukan dasar sungai tidak dapat dihindari, maka
setelah pekerjaan ini selesai, Penyedia Jasa harus menimbun kembali seluruh
galian sampai permukaan tanah asli atau dasar sungai dengan bahan yang disetujui
Direksi Pekerjaan.
c) Bahan yang tertinggal di daerah aliran sungai akibat pembuatan fondasi atau
akibat galian lainnya, atau akibat penempatan cofferdam harus dibuang
seluruhnya setelah pekerjaan selesai.

5) Relokasi Saluran Air


a) Apabila terdapat pekerjaan stabilisasi timbunan atau pekerjaan permanen
lainnya dalam kontrak ini yang tidak dapat dihindari dan akan menghalangi
sebagian atau seluruh saluran air yang ada, maka saluran air tersebut harus direlokasi
agar tidak mengganggu aliran air pada ketinggian air banjir normal yang melalui
pekerjaan tersebut. Relokasi yang demikian harus disetujui terlebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan.
b) Relokasi saluran air tersebut harus dilakukan dengan mempertahankan
kelandaian dasar saluran lama dan harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga
tidak menyebabkan terjadinya penggerusan baik pada pekerjaan tersebut maupun
pada bangunan di sekitarnya.

2.1.4. PENGENDALIAN MUTU


1) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Jika dianggap perlu maka survei profil permukaan lama atau yang akan
dilaksanakan harus diulang untuk mendapatkan catatan kondisi fisik yang teliti.
b) Pelaksanaan pekerjaan selokan yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang diberikan
dalam Butir 2.1.2.2) di atas, harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa seperti yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pekerjaan perbaikan meliputi :
(1) Penggalian atau penimbunan lebih lanjut, apabila diperlukan termasuk
penimbunan kembali dan pemadatan sebelum pekerjaan baru dimulai,
kemudian digali kembali sampai memenuhi garis yang ditentukan.
(2) Perbaikan dan penggantian pasangan batu dengan mortar yang cacat sesuai
dengan ketentuan Butir 2.2.4.2) dari spesifikasi ini.
c) Pekerjaan timbunan yang tidak memenuhi ketentuan harus diperbaiki sesuai
dengan ketentuan dari Butir 3.2.2.5) dari spesifikasi ini.
2) Pemeliharaan Pekerjaan Yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan
terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan dalam Butir 2.1.3.1) di atas. Penyedia Jasa juga harus bertanggung jawab
atas pemeliharaan rutin dan perbaikan, apabila diperlukan untuk semua selokan
yang telah selesai dan diterima, baik saluran yang dilapisi maupun yang tidak dilapisi
selama periode kontrak termasuk periode pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin
tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi 10.1 dari spesifikasi ini dan harus
dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.5.

2.1.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran
a) Pengukuran Galian
Pekerjaan galian selokan dan saluran air yang diukur untuk pembayaran dihitung
dalam meter kubik dan merupakan volume aktual bahan yang dipindahkan dan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Pekerjaan galian ini diperlukan untuk
pembentukan atau pembentukan kembali selokan dan saluran air yang memenuhi
garis, ketinggian dan profil sesuai dengan gambar rencana atau yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan. Penggalian yang melebihi dari yang ditunjukkan dalam
gambar rencana atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tidak boleh
diukur untuk pembayaran.
b) Pengukuran dan Pembayaran Timbunan
Timbunan yang digunakan untuk pekerjaan selokan dan saluran air harus diukur dan
dibayar sebagai timbunan dalam Seksi 3.2 dari spesifikasi ini.

2) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian, ditentukan seperti yang disyaratkan di atas akan dibayar
berdasarkan harga kontrak per satuan pengukuran untuk mata pembayaran
yang terdaftar di bawah ini dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas dan harga,
harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan
semua pekerja, perkakas dan peralatan untuk galian selokan drainase dan saluran air,
untuk semua formasi penyiapan fondasi selokan yang dilapisi dan semua pekerjaan lain
atau biaya lainnya yang diperlukan atau biasanya diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan yang sebagaimana mestinya seperti yang diuraikan dalam seksi ini.

Nomor Mata Pembayaran Uraian Satuan

Pengukuran
Galian untuk Drainase Selokan
2.1 Meter Kubik
dan Saluran Air
SEKSI 2.2
URUGAN POROUS

2.2.1. UMUM
1) Uraian

a) Yang dimaksud dengan urugan porous adalah sarana untuk mengalirkan air yang
berada di bawah permukaan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan
melindungi bangunan yang berada di atasnya.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pengadaan,
pengangkutan, pemasangan, dan pemadatan bahan porous untuk penimbunan
kembali yang diperlukan untuk landasan drainase beton atau pipa atau untuk
drainase bawah tanah atau untuk mencegah butiran tanah halus terhanyut atau
tergerus oleh rembesan air bawah tanah.

2) Penerbitan Detail Pelaksanaan


Detail pelaksanaan urugan porous, yang tidak dimasukkan dalam dokumen kontrak pada
saat pelelangan akan disediakan oleh Direksi Pekerjaan setelah Penyedia Jasa
menyerahkan hasil survei lapangan sesuai dengan Seksi 1.2 dari spesifikasi ini.

2.2.2. PERSYARATAN
1) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-1742-1989 : Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah.


SNI 03-1966-1990 : Metode pengujian batas plastis.
SNI 03-1967-1990 : Metode pengujian batas cair dengan alat Casagrande.
SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisa saringan agregat halus dan
kasar.
SNI 03-2828-1992 : Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus
pasir.
SNI 03-3423-1994 : Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat
hidrometer.
SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-4818-1998 : Spesifikasi pipa beton berlubang untuk saluran drainase dalam
tanah.
AASHTO :
AASHTO M 176M-98 (2002) : Porous Concrete Pipe (Metric).
AASHTO M 65-80 (2003) : Vitrified Clay Pip, Extra .
AASHTO M 178M-95 (2003) : Concrete Drain Tile (Metric).

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

a) Persiapan : Seksi 1.2


b) Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran Air : Seksi 2.2
c) Gorong-gorong : Seksi 2.3
d) Galian : Seksi 3.1
e) Timbunan : Seksi 3.2
f) Beton : Seksi 7.1
g) Adukan Semen : Seksi 7.8
h) Pasangan Batu : Seksi 7.9
i) Pasangan Batu Kosong dan Bronjong : Seksi 7.10

3) Toleransi Dimensi
a) Perbedaan profil akhir untuk timbunan berbutir pada urugan porous tidak boleh lebih
dari 2 cm dari profil yang ditentukan atau disetujui.
b) Perbedaan elevasi dan kelandaian akhir untuk bahan landasan pipa dan drainase
beton tidak boleh lebih dari 1 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

4) Persyaratan Bahan
a) Bahan Porous untuk Penimbunan Kembali atau Penyaring
(1) Bahan porous untuk penimbunan kembali atau bahan penyaring harus keras,
awet dan bersih. Bahan tersebut harus bebas dari bahan organik, gumpalan
lempung, dan bahan lain yang tidak dikehendaki. Bahan padas lapuk atau bekas
bongkaran beton tidak boleh digunakan.
(2) Gradasi partikel bahan yang disyaratkan tergantung dari fungsi masing-masing
keperluan dalam pekerjaan dan tergantung dari karakteristik bahan untuk sisi
hulu atau sisi hilir dari air yang akan melewatinya, dan juga tergantung dari
tersedianya bahan. Gradasi yang disyaratkan untuk masing-masing
keperluan akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, penentuannya harus
dapat menjamin bahwa "piping" (hanyutnya butir-butir halus) dari bahan arah
"hulu" (sebelum bahan porous) ke bahan porous, atau dari bahan porous ke
bahan arah "hilir" (setelah bahan porous), tidak akan terjadi. Gradasi-gradasi
tersebut harus sesuai dengan kriteria berikut ini :
dengan pengertian D15, D50, dan D85 adalah ukuran partikel dari kurva gradasi
masing- masing pada 15%, 50% dan 85% berat yang lebih halus. Istilah
"filter" merujuk pada bahan pelindung yang lebih kasar; dan istilah "tanah"
merujuk pada bahan yang lebih halus dan dilindungi dari "piping".
(3) Batas-batas gradasi untuk bahan porous untuk penimbunan kembali dan
penyaring yang akan mengalirkan aliran air tanpa "piping" dari timbunan
lempung sampai pasangan batu kosong berdiameter 30 cm ditunjukkan oleh
lembar dalam gambar rencana dengan judul Pemilihan Bahan Drainase Porous.
Gambar rencana tersebut secara umum menunjukkan bahwa pasangan batu
kosong harus dilindungi oleh kerikil, dan kerikil dilindungi oleh pasir, dan pasir
dilindungi oleh pasir kelanauan atau oleh anyaman penyaring plastik. Data ini
hanya merupakan penuntun umum saja dan tidak harus digunakan sebagai
dasar untuk menyetujui atau menolak bahan-bahan di atas.
(4) Apabila bahan arah hilir (setelah bahan porous) dari bahan porous yang
ditimbun kembali bukan bahan berbutir, tetapi digunakan lubang sulingan
atau pipa berlubang banyak, maka pemilihan dan persetujuan atas bahan
porous untuk penimbunan kembali harus didasarkan atas kriteria berikut ini:
(a) D85 (bahan untuk penimbunan kembali) > 0,2 D (lubang), dan
(b) D50 (bahan untuk penimbunan kembali) > 0,04 D (lubang)
dengan pengertian D85 dan D50 didefinisikan dalam Pasal ini pada Butir 2.4.2.4)
a) (2) dan D (lubang) adalah diameter dalam dari lubang sulingan atau pipa
berlubang banyak.
(5) Setiap ukuran bahan porous untuk penimbunan kembali dapat digunakan
untuk arah hilir (setelah bahan porous) dari suatu anyaman penyaring
plastik. Sebagai contoh, untuk drainase bawah permukaan perkerasan, dapat
digunakan bahan porous untuk penimbunan kembali yang terdiri dari kerikil kasar
berbutir seragam, jika bahan porous tersebut dilapisi anyaman penyaring
plastik yang cocok, akan tetapi umumnya harus terdiri dari pasir halus yang
dipilih sesuai dengan Butir b) di bawah ini. Dalam segala hal, ijuk tidak boleh
digunakan sebagai pengganti anyaman penyaring plastik.

b) Bahan Landasan untuk Drainase Pipa dan Beton


Bahan berbutir yang digunakan sebagai landasan dapat berupa kerikil berpasir
atau batu pecah dan harus memenuhi ketentuan berikut ini:
(1) Ukuran butiran maksimum : 20 mm atau kurang, tetapi paling sedikit
dua kali celah maksimum antara dua
pipa yang disambung tanpa adukan. (SNI
03-3422-1994)
(2) Lolos saringan No.200 : Maksimum 15%.. (SNI 03-4142-1996)
(3) Indeks Plastisitas : Maksimum 16%. (SNI 03-1966-1990 dan
SNI 03-1967-1990)
(4) Batas Cair : Maksimum 25 (SNI 03-1967-1990)
Bahan-bahan tersebut harus bergradasi menerus, bukan bergradasi seragam.
5) Persyaratan Kerja
a) Paling lambat 21 (dua puluh satu) hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
pemasangan setiap bahan, contoh yang mewakili harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan.

b) Untuk bahan porous yang digunakan untuk penimbunan kembali atau bahan
penyaring, paling sedikit 50 kg contoh setiap bahan yang diusulkan untuk digunakan harus
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan bersama dengan masing-masing 5 kg contoh
bahan yang akan dipasang pada sisi hulu dan sisi hilir dari air yang akan merembes
melewati bahan porous hasil penimbunan kembali. Hasil pengujian gradasi basah (SNI 03-
1968-1990) juga harus dilengkapi untuk masing-masing contoh yang diserahkan.

c) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis jika pemasangan
bahan telah selesai, dan sebelum pekerjaan tersebut ditimbun kembali dengan bahan atau
pekerjaan lainnya. Pemberitahuan akan selesainya pekerjaan harus disertai hasil
pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Butir 3.2.3.3) dan hasil survei yang
menyatakan bahwa toleransi dimensi yang diberikan dalam Pasal 2.4.2 telah dipenuhi.

2.2.3. PELAKSANAAN
1) Metoda Pekerjaan

a) Bahan urugan porous berbutir yang bersih harus dihampar segera sebelum
penghamparan bahan lain di atasnya.
b) Bahan urugan porous berbutir pada saluran berlubang vertikal yang dipasang di
dalam timbunan baru, harus dihampar dalam lapisan horizontal pada waktu yang
bersamaan dengan penghamparan lapisan timbunan lainnya.
2) Pemasangan Bahan Porous untuk Penimbunan Kembali

a) Sebelum pemasangan bahan porous untuk penimbunan kembali pada suatu


lokasi, seluruh bahan yang tidak memenuhi syarat baik terlalu lunak maupun terlalu
keras harus telah diganti sesuai dengan Butir 3.2.2.4).
b) Pemasangan bahan porous di sekeliling pipa atau saluran atau di belakang struktur
harus dilaksanakan secara sistematis dan sesegera mungkin setelah pemasangan pipa
atau struktur. Suatu periode minimum selama 14 (empat belas) hari setelah
pemasangan adukan pada sambungan pipa atau pemasangan struktur harus
diberikan sebelum penimbunan kembali.
c) Bahan porous harus dipadatkan lapis demi lapis dengan ketebalan masing-
masing lapisan tidak lebih dari 15 cm sampai mencapai kepadatan di atas 95%
dari kepadatan kering maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-
1989. Setiap metode pemadatan yang disetujui dapat digunakan untuk memperoleh
kepadatan yang disyaratkan.
d) Cukup atau tidaknya pemadatan harus dipantau dengan pengujian kepadatan
sesuai dengan SNI 03-2828-1992, dan jika hasil pengujian menunjukkan kepadatan
yang tidak memenuhi ketentuan, Penyedia Jasa harus melakukan pemadatan
tambahan atau memperbaiki pekerjaan seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan. Frekuensi dan posisi pengujian harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
e) Selimut drainase (kurang dari 20 cm) dari bahan porous yang akan ditutup
dengan bahan tanah harus dipadatkan secukupnya sebelum lapisan pertama
timbunan tanah dihampar di atasnya. Timbunan tanah selanjutnya harus
dipadatkan dengan kuat sehingga lapisan bahan porous di bawahnya dapat
mencapai kepadatan yang disyaratkan.
f) Sebelum bahan porous ditutup oleh bahan lain, maka bahan porous harus
dilindungi dengan cermat dari gangguan lalu lintas maupun pejalan kaki. Papan kayu
sementara mungkin perlu dipasang di atas selimut drainase agar pekerja dapat
melaluinya dan lapisan pertama timbunan di atas bahan porous harus dihampar
dengan menggunakan tangan secara cermat untuk menghindari tercampurnya dua
jenis bahan.
g) Perhatian khusus harus diberikan untuk menjamin agar bahan porous yang ditimbun
kembali tidak terkontaminasi dengan tanah di sekitarnya atau tanah timbunan,
dan apabila menurut pendapat Direksi Pekerjaan, hal ini terjadi atau cenderung
terjadi, maka sebuah acuan harus dipasang untuk memisahkan dua jenis bahan
selama penghamparan. Acuan harus dari pelat baja setebal 3 mm atau yang
serupa dan harus diangkat sedikit demi sedikit sebagaimana pekerjaan
penimbunan kembali dilakukan. Acuan harus sudah ditarik keluar seluruhnya
setelah pekerjaan timbunan selesai.

2.2.4. PENGENDALIAN MUTU

1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti
tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai
dengan ketentuan persyaratan bahan pada Butir 2.4.2.4).

2) Perbaikan Terhadap Pekerjaan yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Seluruh pekerjaan dan bahan untuk pembuatan urugan porous harus memenuhi toleransi
dimensi dan berbagai ketentuan untuk perbaikan pekerjaan yang tidak
memenuhi ketentuan, yang diberikan dalam seksi-seksi dari spesifikasi ini sesuai
dengan pekerjaan atau bahan yang digunakan.

3) Pemeliharaan Pekerjaan yang Telah Diterima


Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan
terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan dalam Butir 2.3.4.2), Penyedia Jasa juga harus bertanggung jawab atas
pemeliharaan rutin dari semua gorong-gorong dan drainase beton yang telah selesai
dan diterima selama sisa periode kontrak termasuk periode pemeliharaan. Pekerjaan
pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai dengan Seksi 10.1 dari spesifikasi
ini dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.5.

2.2.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran

a) Pengukuran Bahan Porous untuk Penimbunan Kembali atau Bahan Penyaring


1) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan dan diukur sebagai bahan porous
untuk penimbunan kembali atau bahan penyaring digunakan pada lokasi atau
untuk maksud- maksud bila bahan porous digunakan untuk penimbunan atau
landasan atau bahan penyaring atau selimut drainase yang telah ditentukan atau
disetujui secara tertulis dan bahan tersebut telah diterima oleh Direksi Pekerjaan
sebagai bahan drainase porous yang cocok menurut persyaratan yang sesuai dari
seksi ini.
2) Kuantitas bahan porous untuk penimbunan kembali yang diukur untuk pembayaran
harus berdasarkan jumlah meter kubik bahan yang telah dipadatkan dan
diperlukan untuk menimbun sampai garis yang ditentukan atau disetujui. Setiap
bahan yang dipasang melebihi volume teoritis yang telah disetujui harus
dianggap sebagai timbunan biasa ataupun timbunan pilihan, sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, dan tidak boleh diukur menurut seksi ini tanpa
mengabaikan mutu bahannya.
3) Seluruh bahan porous untuk penimbunan kembali yang disetujui untuk digunakan
dan diterima pada kontrak, dan yang memenuhi ketentuan pengukuran seperti yang
diuraikan di atas harus diukur dan dibayar menurut seksi ini.

2) Dasar Pembayaran

Pekerjaan yang diukur seperti yang disyaratkan di atas harus dibayar menurut harga
satuan kontrak untuk mata pembayaran yang terdaftar di bawah dan termasuk dalam
dalam daftar kuantitas dan harga, dimana harga dan pembayaran tersebut telah
merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerja, bahan, peralatan, dan biaya tambahan
lainnya yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan yang memenuhi ketentuan seperti
yang diuraikan dalam seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran
2.4 (1) Timbunan Porous atau BahanMeter Kubik
Penyaring
DIVISI 3
PEKERJAAN TANAH

SEKSI 3.1
GALIAN

3.1.1. UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini terdiri dari pekerjaan galian tanah di dalam maupun di luar ruang milik
jalan (Rumija) untuk pembentukan badan jalan, dan hasil galian dapat digunakan
untuk:
1) Pembuatan timbunan badan jalan.
2) Penimbunan kembali galian struktur dan drainase.
3) Dibuang.
Pekerjaan galian ini mencakup penggalian, pemuatan, pengangkutan, penghamparan,
pemadatan dan pembentukan sesuai rencana dari bahan tanah atau batu atau bahan lain
yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan dalam kontrak ini.

b) Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan badan jalan atau pelebaran
badan jalan termasuk selokan samping dan saluran air, sesuai dengan spesifikasi ini
dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan
dalam gambar rencana atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.

c) Kecuali untuk keperluan pembayaran, ketentuan dari seksi ini berlaku untuk
semua jenis galian yang dilakukan sehubungan dengan kontrak, dan pekerjaan galian
dapat berupa:
1) Galian biasa:
a. Galian biasa untuk material timbunan.
b. Galian biasa sebagai bahan buangan.
2) Galian batu.
3) Galian untuk struktur.
4) Pembongkaran perkerasan beraspal.
5) Pembongkaran perkerasan beton.

d) Galian biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasikan sebagai
galian batu, galian struktur, galian sumber bahan dari luar Rumija (borrow
excavation), pembongkaran perkerasan beraspal, dan pembongkaran perkerasan
beton yang masih dapat dilakukan dengan penggaru (ripper) tunggal yang
ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan kekuatan netto maksimum
sebesar 180 PK (tenaga kuda).
1) Galian biasa untuk material timbunan
Bahan galian untuk material timbunan harus memenuhi ketentuan dalam 3.2.2.4).

2) Galian biasa sebagai bahan buangan


Yang termasuk bahan galian buangan adalah bahan galian yang tidak
memenuhi persyaratan sebagai bahan timbunan sesuai 3.2.2.4) atau material galian
yang tidak diperlukan lagi dalam konstruksi. Material tanah yang kadar airnya menjadi
tinggi karena kelalaian Penyedia Jasa sehingga tidak praktis untuk digunakan sebagai
bahan timbunan harus dibuang atas beban Penyedia Jasa dan tidak dapat diberikan
pembayaran.

3.1.2. PERSYARATAN

1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-1742-1989 : Metode pengujian kepadatan ringan untuk tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah.
SNI 03-1744-1989 : Metode pengujian CBR laboratorium.
SNI 03-1966-1989 : Metode pengujian batas plastis.
SNI 03-1967-1990 : Metode pengujian batas cair dengan alat Casagrande.
SNI 03-3423-1994 : Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat
hidrometer.
SNI 03-6371-2000 : Tata cara pengklasifikasian tanah dengan cara unifikasi tanah.
SNI 03-6797-2002 : Tata cara klassifikasi tanah dan campuran tanah
agregat untuk konstruksi jalan.
Pd T-12-2003 : Perambuan sementara pada pekerjaan jalan.

2) Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini:


a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Selokan dan Saluran Air : Seksi 2.1
c) Gorong-gorong : Seksi 2.3
d) Drainase Porous : Seksi 2.4
e) Timbunan : Seksi 3.2
f) Penyiapan Tanah Dasar : Seksi 3.3
g) Beton : Seksi 7.1
h) Pasangan Batu : Seksi 7.9
i) Pembongkaran Struktur : Seksi 7.15
j) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
k) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama pada Jalan Berpenutup Aspal :
Seksi 8.2
l) Pemeliharaan Rutin Jalan Samping dan Jembatan Sementara : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi
Elevasi akhir tanah dasar untuk perkerasan jalan tidak boleh berbeda lebih dari 20 mm
dari yang ditentukan dalam gambar rencana dan toleransi kerataan kurang dari 10 mm,
yang diukur dengan mistar 3 m atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan pada
setiap titik. Sedangkan untuk galian perkerasan tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari
yang disyaratkan. Toleransi kelandaian galian tidak boleh bervariasi lebih 10 cm dari garis
profil yang ditentukan.
4) Persyaratan Bahan
a) Penggunaan dan Pembuangan Bahan Galian
(1) Semua bahan galian tanah dan galian batu yang dapat dipakai dalam batas-
batas dan lingkup proyek harus digunakan secara efektif untuk konstruksi.
(2) Bahan galian yang tidak memenuhi persyaratan dan yang memenuhi persyaratan
sebagai bahan timbunan tetapi berlebihan atau tidak diperlukan dalam konstruksi,
harus dibuang sebagai bahan galian untuk dibuang.
(3) Setiap bahan galian yang melebihi kebutuhan timbunan dan memenuhi syarat
sebagai bahan timbunan, sedapat mungkin dibuang di daerah Rumija, sedangkan
bahan galian yang tidak memenuhi syarat sebagai bahan timbunan harus
dibuang di daerah Rumija bila tersedia, atau dibuang di lahan yang disediakan
secara permanen oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
(4) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap seluruh pengaturan dan biaya
yang diperlukan untuk pembuangan bahan galian yang tidak terpakai atau
yang tidak memenuhi syarat untuk bahan timbunan, termasuk pembuangan
bahan galian yang diuraikan dalam Butir 3.2.3.1), pengangkutan hasil galian ke
tempat pembuangan akhir dengan jarak tidak melebihi yang disyaratkan dalam
Butir 3.1.5.1) b) (6) dapat dilaksanakan, setelah memperoleh izin tetap dari pemilik
lahan.
b) Semua daerah galian di dalam maupun di luar Rumija harus digali sesuai
dengan gambar kerja atau shop drawing yang diajukan oleh Penyedia Jasa dan
mendapat persetujuan dari Direksi Teknis.
c) Pengembalian bentuk dan pembuangan pekerjaan sementara

(1) Semua struktur sementara seperti cofferdam atau penyokong (shoring) dan
pengaku (bracing) harus dibongkar oleh Penyedia Jasa setelah struktur permanen
atau pekerjaan lainnya selesai, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Pembongkaran harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
atau merusak struktur atau formasi yang telah selesai.
(2) Bahan bekas yang diperoleh dari pekerjaan sementara tetap menjadi milik Penyedia
Jasa, apabila bahan bekas tersebut memenuhi syarat dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka dapat digunakan untuk pekerjaan permanen.
(3) Setiap bahan galian yang ditempatkan dalam saluran air, harus dibuang
seluruhnya setelah pekerjaan berakhir sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
saluran air.
(4) Seluruh tempat bekas galian bahan atau sumber bahan yang digunakan oleh
Penyedia Jasa harus dikembalikan pada kondisi yang rata dan rapih dengan tepi dan
lereng yang stabil dan saluran drainase yang memadai.

5) Persyaratan Pelaksanaan
a) Pengajuan Kesiapan Kerja dan Pencatatan
(1) Untuk setiap pekerjaan galian yang dibayar menurut Seksi ini, sebelum
memulai pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Teknis, gambar
detail penampang melintang yang menunjukkan elevasi tanah asli
sebelum operasi pembersihan dan pembongkaran, atau penggalian paling lambat
6 (enam) hari sebelum pekerjaan dimulai.
(2) Penyedia Jasa harus memasang patok-patok batas galian paling lambat 3 (tiga)
hari sebelum pekerjaan dimulai.
(3) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Teknis metoda kerja dan gambar
detail seluruh struktur baik pekerjaan permanen maupun pekerjaan tidak
permanen yang diusulkan atau yang diperintahkan untuk digunakan,
seperti penyokong (shoring), pengaku (bracing), cofferdam, dan dinding
penahan rembesan (cut-off wall), dan gambar-gambar tersebut harus memperoleh
persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum melaksanakan pekerjaan galian yang
akan dilindungi oleh struktur sementara yang diusulkan.
(4) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Teknis untuk setiap galian yang
telah mencapai elevasi dasar lapisan perkerasan.
(5) Arsip tentang rencana peledakan, dan semua bahan peledak yang digunakan, yang
menunjukkan lokasi serta jumlahnya, harus disampaikan Penyedia Jasa untuk
diperiksa oleh Direksi Teknis.
(6) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan suatu catatan tertulis
tentang lokasi, kondisi dan kuantitas perkerasan jalan yang akan dikupas atau digali.
Pencatatan pengukuran harus dilakukan setelah seluruh bahan perkerasan jalan
telah dikupas atau digali.

b) Pengamanan Pekerjaan Galian


(1) Penyedia Jasa harus memikul semua tanggung jawab dalam menjamin
keselamatan pekerja, yang melaksanakan pekerjaan galian, penduduk dan
bangunan yang ada di sekitar lokasi galian.
(2) Selama pelaksanaan pekerjaan galian, Penyedia Jasa harus menjaga stabilitas
lereng, struktur, penyokong (shoring) dan pengaku (bracing), jika tidak
dilaksanakan dapat menjadi tidak stabil atau rusak oleh pekerjaan galian tersebut.
(3) Peralatan berat untuk pemindahan tanah, pemadatan atau keperluan lainnya,
tidak diizinkan berada atau beroperasi lebih dekat 1,5 m dari tepi galian
drainase, gorong- gorong pipa atau galian fondasi untuk struktur yang terbuka.
(4) Cofferdam, dinding penahan rembesan (cut-off wall) atau cara lainnya
untuk mengalihkan air di daerah galian harus dirancang sebagaimana mestinya dan
cukup kuat untuk menjamin tidak terjadi keruntuhan yang dapat membanjiri tempat
kerja.
(5) Dalam setiap saat, apabila pekerja atau orang lain berada dalam lokasi galian yang
membahayakan keselamatan, maka Penyedia Jasa harus menempatkan seorang
pengawas keamanan di lokasi kerja yang tugasnya hanya memantau keamanan
dan kemajuan. Sepanjang waktu penggalian, peralatan galian cadangan (yang belum
dipakai) serta perlengkapan P3K harus tersedia pada tempat kerja galian.
(6) Semua galian terbuka harus diberi rambu peringatan dan penghalang (barikade)
yang cukup untuk mencegah pekerja atau orang lain terjatuh ke dalamnya, dan
setiap galian terbuka pada lokasi jalur lalu lintas maupun lokasi bahu jalan
harus diberi rambu tambahan pada malam hari berupa drum (atau yang sejenis)
yang dicat putih beserta lampu merah atau kuning guna menjamin keselamatan
para pengguna jalan, sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Teknis.
(7) Ketentuan yang disyaratkan dalam Seksi 1.3 harus diterapkan pada seluruh galian
di Rumija.

c) Pengamanan Hasil Kerja


(1) Pada setiap tahap penggalian terbuka, permukaan galian harus tetap dalam kondisi
yang mulus (sound), untuk mencegah gangguan operasi dan perendaman akibat
hujan.
(2) Galian saluran atau galian lainnya yang memotong jalan harus dilakukan
dengan tata cara pelaksanaan sedemikian rupa sehingga jalan tetap terbuka
untuk lalu lintas pada setiap saat.
(3) Apabila lalu lintas pada jalan terganggu karena peledakan atau operasi-operasi
pekerjaan lainnya, Penyedia Jasa harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu
atas jadwal gangguan tersebut dari pihak yang berwenang dan juga dari Direksi
Pekerjaan.
(4) Setiap galian perkerasan harus ditutup kembali dengan bahan yang lebih baik/kuat
dari aslinya pada hari yang sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas,
kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
(5) Setiap pekerjaan beton harus ditutup kembali dengan bahan beton pada hari yang
sama sehingga dapat dibuka untuk lalu lintas setelah beton berumur 14 (empat
belas) hari kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Teknis.

d) Kondisi Tempat Kerja


(1) Seluruh galian harus dijaga agar bebas dari air dan Penyedia Jasa harus
menyediakan semua bahan, perlengkapan dan pekerja yang diperlukan untuk
pengeringan (pemompaan), pengalihan saluran air dan pembuatan drainase
sementara, dinding penahan rembesan (cut-off wall) dan cofferdam. Pompa siap
pakai di lapangan harus senantiasa dipelihara sepanjang waktu untuk menjamin
bahwa tidak akan terjadi gangguan dalam pengeringan dengan pompa.
(2) Apabila pekerjaan sedang dilaksanakan pada drainase lama atau tempat lain dimana
air atau tanah rembesan (seepage) mungkin sudah tercemari, maka Penyedia
Jasa harus senantiasa memelihara tempat kerja dengan memasok air bersih yang
akan digunakan oleh pekerja untuk kebutuhan mandi dan cuci, berikut dengan
sabun dan desinfektan yang memadai.

e) Perbaikan Terhadap Pekerjaan Galian Yang Tidak Memenuhi Ketentuan


Pekerjaan galian yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan dalam Butir 3.1.2.3)
di atas sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa dan harus diperbaiki oleh
Penyedia Jasa sebagai berikut:
(1) Lokasi galian dengan garis dan ketinggian akhir yang melebihi garis dan ketinggian
yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana yang diperintahkan
Direksi Teknis harus digali kembali sampai memenuhi toleransi yang disyaratkan.
(2) Lokasi dengan penggalian yang melebihi garis dan ketinggian yang ditunjukkan
dalam gambar rencana atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Teknis
atau dasar galian yang mengalami kerusakan atau menjadi lembek, maka material
yang telah rusak dibuang dan ditimbun kembali dengan material yang lebih baik
sebagaimana yang diperintahkan Direksi Teknis, dipadatkan dan dibentuk
sesuai ketentuan dalam spesifikasi ini.
(3) Lokasi galian perkerasan beraspal dengan dimensi dan kedalaman yang melebihi
yang telah ditetapkan oleh Direksi Teknis, harus diperbaiki dengan menggunakan
bahan-bahan yang sesuai dengan kondisi perkerasan lama sampai mencapai elevasi
rancangan dan persyaratan-persyaratan yang seharusnya.

f) Utilitas Bawah Tanah


(1) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk memperoleh informasi tentang
keberadaan dan lokasi utilitas bawah tanah dan membayar setiap izin atau
kewenangan lainnya yang diperlukan dalam melaksanakan galian yang diperlukan
dalam kontrak.
(2) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melindungi setiap
utilitas bawah tanah yang masih berfungsi seperti pipa, kabel, atau saluran bawah
tanah lainnya atau struktur yang mungkin dijumpai dan harus memperbaiki
setiap kerusakan yang timbul akibat operasi kegiatannya.

3.1.3. PELAKSANAAN

1) Prosedur Umum
a) Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan
dalam gambar yang disetujui oleh Direksi Teknis dan harus mencakup
pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah,
batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak
digunakan untuk pekerjaan permanen.
b) Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah dan di luar batas galian.
c) Apabila bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau fondasi
dalam keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Teknis
tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus dibuang seluruhnya atau
sebagian, dan diganti dengan bahan timbunan sesuai Butir 3.3.2.4). Jika bahan yang
terekspos memenuhi syarat maka perlu dilakukan penanganan sesuai Butir 3.3.2.4).
d) Apabila pada garis formasi dijumpai batu, lapisan keras atau bahan yang sukar
dibongkar untuk selokan, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu jalan, atau
pada dasar galian pipa atau fondasi struktur, maka bahan tersebut harus digali
15 cm lebih dalam dari permukaan rencana. Tonjolan-tonjolan batu yang runcing
pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua pecahan batu
yang diameternya lebih besar dari 5 cm harus dibuang. Profil galian yang
disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang
disetujui Direksi Teknis dan dipadatkan.
e) Peledakan sebagai cara pembongkaran batu hanya boleh digunakan, jika
menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak praktis menggunakan alat bertekanan
udara atau suatu penggaru (ripper) hidrolis berkuku tunggal. Direksi Pekerjaan
dapat melarang peledakan dan memerintahkan untuk menggali batu dengan cara
lain, jika peledakan tersebut berbahaya bagi manusia atau struktur di sekitarnya, atau
apabila kurang cermat dalam pelaksanaannya.
f) Apabila diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyediakan
anyaman pelindung ledakan (heavy mesh blasting) untuk melindungi orang,
bangunan dan pekerjaan selama penggalian. Jika dipandang perlu, peledakan
harus dibatasi waktunya sebagai yang ditetapkan oleh Direksi Teknis.
g) Penggalian batu harus dilakukan sedemikian rupa, apakah dengan peledakan
atau cara lainnya, sehingga permukaan galian harus dibiarkan pada kondisi yang
aman dan serata mungkin. Batu yang lepas atau bergantungan dapat menjadi
tidak stabil atau menimbulkan bahaya terhadap pekerjaan atau orang harus dibuang
atau diperkuat dengan angker, baik pada pemotongan batu yang baru maupun yang
lama.

2) Permukaan Galian
Permukaan galian tanah maupun batu yang telah selesai dan terbuka
terhadap aliran air permukaan, harus cukup rata, dan memiliki cukup kemiringan
untuk menjamin pengaliran air yang bebas dari permukaan itu tanpa terjadi genangan.

3.1.4. PENGENDALIAN MUTU

1) Mutu Bahan
a) Pengujian contoh harus dilakukan untuk setiap lapisan tanah dan batuan yang
berbeda untuk memenuhi persyaratan bahan timbunan.
b) Bahan hasil galian harus diklasifikasikan ke dalam galian biasa, galian batu, galian
struktur dan galian perkerasan jalan.

2) Mutu Galian
a) Harus memenuhi toleransi dimensi.
b) Permukaan galian akhir harus sesuai gambar rencana.
c) Pekerjaan galian struktur:
(1) Untuk galian lantai fondasi jembatan, tembok penahan tanah dan struktur pemikul
beban lainnya, harus dilakukan pemeriksaan tingkat konsistensi, dan informasi
kedalaman muka air tanah.
(2) Pekerjaan yang berhubungan dengan selokan yang tidak diperkeras sebaiknya
dilakukan analisa butiran tanah.
(3) Pekerjaan yang berhubungan dengan pemompaan, harus dilakukan
pemeriksaan berkaitan dengan kemungkinan bahaya piping, terutama data
ketinggian muka air, jenis tanah tempat pemompaan dan analisa butiran tanah.
(4) Pekerjaan yang memerlukan penimbunan kembali harus memperhatikan Pasal 3.2.4.
(5) Pekerjaan yang berhubungan dengan galian buangan, lokasi tempat pembuangan,
harus dilakukan perencanaan kemiringan, dan perencanaan ketinggian
timbunan untuk menjamin kestabilan lereng dan pencegahan erosi.

3.1.5. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Cara Pengukuran
a) Volume galian yang harus dibayar terdiri dari kegiatan-kegiatan:
(1) Galian untuk pembuatan badan jalan sebagai yang ditunjukan dalam shop drawing.
(2) Galian batu dan galian material buangan (unsuitable material).
(3) Galian bertangga sebagai yang disyaratkan atau diperintahkan oleh Direksi Teknis.
(4) Galian material tanah penutup (top soil) yang harus diamankan dan ditumpuk.
(5) Galian material dari sumber material (borow) yang disetujui Direksi Pekerjaan untuk
digunakan.
(6) Galian overburden dan material buangan lain pada daerah sumber material
(borrow) yang disediakan oleh proyek.
(7) Galian material longsoran yang longsorannya tidak disebabkan oleh kesalahan
Penyedia Jasa.
(8) Harga satuan hasil galian untuk dibuang ke lokasi pembuangan akhir ditentukan
dengan jarak maksimun 5 (lima) kilometer yang diukur untuk pembayaran adalah
volume yang diukur di tempat galian dalam meter kubik.

b) Pekerjaan yang tidak diukur untuk pembayaran terdiri dari:


(1) Galian overburden dan material yang harus dibuang dari daerah sumber
material (borrow) yang disediakan sendiri oleh Penyedia Jasa.
(2) Galian di luar rencana (over cut).
(3) Galian yang digunakan tidak untuk pekerjaan permanen.

c) Cara pengukuran volume galian dilakukan dengan basis pengukuran akhir


(final measurement basis) sebagai berikut:
(1) Pengukuran awal potongan memanjang (longitudinal) dan potongan melintang
(cross section) permukaan lahan setelah pekerjaan pembersihan dan pemotongan
(land clearing and grubbing).
(2) Pengukur akhir potongan memanjang dan potongan melintang permukaan setelah
galian selesai dikerjakan sesuai rencana.
(3) Jarak pembuatan potongan melintang satu dengan lainnya sebesar 25 m atau
dalam keadaan khusus dapat ditentukan lain.
(4) Luas galian pada suatu cross section adalah luas selisih Butir (1) dan Butir (2).
(5) Volume pekerjaan adalah jumlah perkalian jarak potongan melintang satu
dengan potongan melintang berikutnya yang sama.

2) Dasar Pembayaran
Pembayaran dilakukan atas dasar volume galian yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan
Direksi Tenis dan harga satuan yang tecantum dalam kontrak.

Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga untuk
masing-masing mata pembayaran yang terdaftar di bawah ini, harga dan pembayaran
tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam,
penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diperlukan
dalam melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam seksi ini.

Apabila cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam
mata pembayaran yang terdapat dalam daftar kuantitas dan harga, maka pekerjaan
ini akan dibayar menurut harga penawaran dengan cara lumpsum sesuai ketentuan
berikut ini; pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan
pembuangan setiap dan semua cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran,
penurapan, pengendali air (water control), dan operasi-operasi lainnya yang
diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk dalam pekerjaan dari
pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.1 (1) Galian Biasa Meter Kubik


SEKSI 3.2

TIMBUNAN
3.3.3 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan


tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk
penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk timbunan umum yang
diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan sesuai dengan garis,
kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam seksi ini dibagi menjadi 3 (tiga) jenis,
yaitu timbunan biasa, timbunan pilihan, timbunan pilihan di atas tanah rawa biasa dan
gambut.
Timbunan pilihan akan digunakan sebagai lapis perbaikan tanah dasar (improve
subgrade) untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di
daerah saluran air dan lokasi serupa, bahan yang plastis sulit dipadatkan dengan
baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan untuk meningkatkan kestabilan lereng
atau pekerjaan pelebaran timbunan jika diperlukan lereng yang lebih curam karena
keterbatasan ruangan, dan untuk pekerjaan timbunan lainnya kestabilan timbunan
adalah faktor yang kritis.
Timbunan pilihan digunakan di atas tanah rawa atau dataran yang selalu tergenang
oleh air, yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak dapat dialirkan atau
dikeringkan dengan cara yang diatur dalam spesifikasi ini.

c) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu timbunan bahan yang dipasang
sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan drainase porous
yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau untuk mencegah hanyutnya
partikel halus tanah akibat proses penyaringan. Bahan timbunan jenis ini telah
diuraikan dalam Seksi 2.4 dari spesifikasi ini.

3.3.4 PERSYARATAN

1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-1742-1989 : Metode pengujian pepadatan ringan untuk tanah.
SNI 03-1743-1989 : Metode pengujian kepadatan berat untuk tanah.
SNI 03-1744-1989 : Metode pengujian CBR laboratorium.
SNI 03-1966-1990 : Metode pengujian batas plastis tanah.
SNI 03-1967-1990 : Metode pengujian batas cair dengan alat Casagrande.
SNI 03-1976-1990 : Metode koreksi untuk pengujian pemadatan tanah yang
mengandung butir kasar.
SNI 03-2828-1992 : Metode pengujian kepadatan lapangan dengan alat konus
pasir.
SNI 03-3423-1994 : Metode pengujian analisis ukuran butir tanah dengan alat
hidrometer. SNI 03-3637-1994 : Metode pengujian berat isi tanah berbutir halus
dengan cetakan benda uji.
SNI 03-6371-2000 : Tata cara pengklasifikasian tanah dengan cara unifikasi tanah.
SNI 03-6795-2002 : Metode pengujian untuk menentukan tanah ekspansif.
SNI 03-6797-2002 : Tata cara klasifikasi tanah dan campuran tanah
agregat untuk konstruksi jalan.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini


a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Drainase Porous : Seksi 2.4 c)
c) Galian : Seksi 3.1
d) Penyiapan Tanah Dasar : Seksi 3.3
e) Beton : Seksi 7.1
f) Pasangan Batu : Seksi 7.9
g) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan Sementara : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi
a) Setelah pemadatan lapis dasar perkerasan (subgrade), toleransi elevasi permukaan
tidak boleh lebih dari 20 mm dan toleransi kerataan maksimum 10 mm yang
diukur dengan mistar panjang 3 m secara memanjang dan melintang.
b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata dan harus
memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air permukaan yang bebas.
c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10 cm dari
garis profil yang ditentukan.

4) Persyaratan Bahan
a) Sumber Bahan
Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai Butir
1.2.7.1) dari spesifikasi ini.
b) Timbunan Pilihan (Selected material)
(1) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan bila digunakan
pada lokasi dan telah ditentukan atau disetujui secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan.
Seluruh timbunan lain yang digunakan harus dipandang sebagai timbunan biasa
(atau drainase porous bila ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut sesuai
dengan Seksi 2.4 dari spesifikasi ini).
(2) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri dari bahan
tanah, tanah berbatu atau batu berpasir yang memenuhi semua ketentuan untuk
timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang
tergantung dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan bila diuji sesuai
dengan SNI 03-1744-1989, memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 (empat)
hari perendaman bila dipadatkan sampai 100% kepadatan kering maksimum sesuai
dengan SNI 03-1742-1989, atau 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-
1743-1989. Timbunan pilihan untuk lapis 20 cm di bawah dasar perkerasan (subgrade)
ukuran butir maksimum tidak boleh lebih dari 7,5 cm.
(3) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan apabila pemadatan dalam keadaan
jenuh atau banjir yang tidak dapat dihindari, harus pasir atau kerikil atau bahan
berbutir bersih lainnya dengan indeks plastisitas maksimum 6%.
(4) Bahan timbunan pilihan yang akan digunakan pada timbunan lereng atau
pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan kuat geser
yang cukup, apabila dilaksanakan dengan pemadatan kering normal, maka
timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau kerikil lempungan bergradasi
baik atau lempung pasiran atau lempung berplastisitas rendah. Jenis bahan yang
dipilih, dan disetujui oleh Direksi Teknis tergantung pada kecuraman dari lereng
yang akan dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

5) Persyaratan Kerja
a) Kesiapan Kerja
(1) Paling lambat 3 (tiga) hari sebelum pekerjaan dimulai untuk setiap timbunan awal
yang akan dilaksanakan, Penyedia Jasa harus:
(a) Menyerahkan gambar detail penampang melintang dasar timbunan
yang menunjukkan permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan
timbunan kepada Direksi Teknis.
(b) Menyerahkan hasil pengujian kepadatan dasar timbunan yang membuktikan
bahwa pemadatan pada permukaan yang telah disiapkan telah memenuhi
Butir 3.2.3.1) kepada Direksi Teknis.
(2) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan
paling lambat 14 (empat belas) hari sebelum tanggal yang diusulkan untuk
penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:
(a) 2 (dua) contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan, 1 (satu) contoh
harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk rujukan selama periode kontrak.
(b) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk
bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil pengujian laboratorium yang
menunjukkan bahwa sifat-sifat bahan tersebut memenuhi ketentuan yang
disyaratkan Butir 3.2.2.4).
(3) Penyedia Jasa harus menyerahkan laporan tertulis kepada Direksi Teknis segera
setelah selesainya setiap lapis hamparan pekerjaan, dan sebelum dimulainya
penghamparan lapis berikutnya berupa hasil pengujian kepadatan seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
(a) Untuk lapis timbunan teratas hasil pengukuran kerataan permukaan dan data
survei elevasi yang menunjukkan bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan
dalam Butir 3.2.2.3) dipenuhi.
(b) Sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Teknis, tidak
diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan.
b) Metoda Kerja
(1) Untuk menghasilkan hamparan dengan tebal padat 20 cm Penyedia Jasa
harus menyampaikan metoda kerja yang akan dilakukan.
(2) Pelaksanaan timbunan badan jalan di atas jalan lama harus dikerjakan setengah
lebar jalan sehingga setiap saat jalan tetap terbuka untuk lalu lintas.
(3) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan tembok sayap
jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian pekerjaan timbunan pada oprit
setiap jembatan di lokasi-lokasi yang ditentukan oleh Direksi Teknis, sampai waktu
yang cukup untuk mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap.

c) Kondisi Tempat Kerja


(1) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap kering segera
sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan pemadatan, dan selama
pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng melintang yang cukup untuk membantu
drainase badan jalan dari setiap curahan air hujan dan juga harus menjamin
bahwa pekerjaan akhir mempunyai drainase yang baik. Apabila memungkinkan,
air yang berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem drainase
permanen.
(2) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup untuk
pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan pemadatan.

d) Perbaikan Terhadap Timbunan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil
(1) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang yang disyaratkan
atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Butir
3.2.2.3) harus diperbaiki dengan menggemburkan permukaannya dan
membuang atau menambah bahan sebagaimana yang diperlukan dan dilanjutkan
dengan pembentukan kembali dan pemadatan kembali.
(2) Lapisan hamparan timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-
batas kadar airnya yang disyaratkan dalam Butir 3.2.2.4) atau seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru bahan
tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan dicampur seluruhnya
dengan menggunakan motor grader atau peralatan lain yang disetujui.
(3) Lapisan hamparan timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti
dinyatakan dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan dalam Butir 3.2.2.4) atau
seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau alat lainnya secara berulang-
ulang dengan selang waktu istirahat selama penanganan, dalam cuaca cerah.
Alternatif lain, apabila pengeringan yang memadai tidak dapat dicapai dengan
menggaru dan membiarkan bahan gembur tersebut, Direksi Pekerjaan dapat
memerintahkan agar bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti
dengan bahan kering yang lebih cocok.
(4) Timbunan yang telah padat dan memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam
spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau banjir atau karena hal lain,
biasanya tidak memerlukan pekerjaan perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan
kerataan permukaan masih memenuhi ketentuan dalam spesifikasi ini.
(5) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan sifat-sifat bahan
dari spesifikasi ini harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dan
dapat meliputi pemadatan tambahan, penggemburan yang diikuti dengan
penyesuaian kadar air dan pemadatan kembali, atau pembuangan dan penggantian
bahan.
(6) Penyedia Jasa harus melakukan perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan
banjir atau menjadi lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
e) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
atau lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan
dipadatkan sampai mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan
oleh spesifikasi ini.

f) Cuaca Yang Dizinkan untuk Bekerja


Timbunan tanah tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu
hujan, dan pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau apabila kadar air
bahan berada di luar rentang yang disyaratkan dalam Butir 3.2.3.3).

g) Pengendalian Lalu Lintas


Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.2.

3.3.5 PELAKSANAAN

1) Penyiapan Tempat Kerja


a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan yang tidak
diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
sesuai dengan Butir 3.1.2.4) dan Butir 3.1.3.1) dari spesifikasi ini.
b) Penyedia Jasa harus memasang patok batas dasar timbunan 3 (tiga) hari sebelum
pekerjaan dimulai.
c) Dasar fondasi timbunan harus dipadatkan (termasuk penggemburan dan pengeringan
atau pembasahan bila diperlukan) setebal 20 cm dan harus memenuhi
kepadatan sebagai disyaratkan.
d) Apabila timbunan akan ditempatkan pada lereng bukit atau ditempatkan di atas
timbunan lama atau yang baru dikerjakan, maka lereng lama harus dipotong
bertangga dengan lebar yang cukup sehingga memungkinkan peralatan berat dapat
beroperasi. Sebelum timbunan dihampar dasar timbunan harus digaru dan dipadatkan
sehingga mencapai kepadatan 95% kepadatan kering maksimum sesuai SNI 03-1742-
1989.

2) Penghamparan Timbunan
a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan disebar dalam
lapisan yang merata yang setelah dipadatkan akan memenuhi toleransi tebal lapisan
yang disyaratkan dalam Butir 3.2.2.3).
Apabila timbunan terakhir yang akan dihampar lebih 20 cm dan kurang dari 40
cm maka dibagi 2 (dua) sama tebalnya.
Tanah timbunan diangkut langsung dari lokasi sumber bahan ke permukaan
yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah. Penumpukan tanah di lokasi
sumber ataupun di lokasi timbunan untuk persediaan tidak diperkenankan,
terutama selama musim hujan kecuali dengan perlindungan sehingga air hujan
tidak membasahi tumpukan tanah.
b) Penimbunan dalam suatu lokasi (lot) dan pada satu lapis hanya boleh digunakan
bahan tanah yang berasal dari satu sumber bahan dan yang seragam.
c) Timbunan di atas selimut pasir atau bahan drainase porous, harus diperhatikan
agar kedua bahan tersebut tidak tercampur.
d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur harus dilaksanakan
dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah pemasangan pipa atau
struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan kembali, diperlukan waktu perawatan
tidak kurang dari 8 (delapan) jam setelah pemberian adukan pada sambungan pipa
atau pengecoran struktur beton, pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan
batu dengan mortar. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan
tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar struktur harus
sudah berumur tidak kurang dari 14 (empat belas) hari.
e) Apabila timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan lama harus disiapkan
dengan membuang seluruh tumbuh-tumbuhan yang terdapat pada permukaan
lereng dan dibuat bertangga sehingga timbunan baru akan terkunci pada
timbunan lama sedemikian sampai diterima oleh Direksi Teknis. Selanjutnya
pelebaran timbunan harus dihampar horizontal lapis demi lapis sampai dengan
elevasi tanah dasar jalan lama, yang kemudian harus ditutup secepat mungkin dengan
lapis fondasi bawah dan atas sampai elevasi permukaan jalan lama sehingga bagian
yang diperlebar dapat dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan
demikian pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya apabila diperlukan.

3) Pemadatan Timbunan
a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus
dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi
Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.
b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan
berada dalam rentang 3% di bawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar
air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagai kadar air pada
kepadatan kering maksimum yang diperoleh apabila tanah dipadatkan sesuai
dengan SNI 03-1742-1989.
c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih setebal 20 cm
dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang lebih besar dari 7,5
cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada bagian atas timbunan batu
tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan sampai mencapai kepadatan sesuai
persyaratan yang disyaratkan dalam Butir 3.2.2.4) di atas.
d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan,
diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi Teknis sebelum lapisan berikutnya
dihampar.
e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi terendah dan bergerak menuju ke
arah elevasi tertinggi sumbu jalan sehingga setiap titik akan menerima jumlah
energi pemadatan yang sama.
f) Apabila bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton
atau struktur, maka pelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan
pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yang hampir sama.
g) Penimbunan pada satu sisi abutmen, tembok sayap, tembok penahan atau
tembok kepala gorong-gorong, pemadatannya tidak boleh menggunakan
peralatan dengan berat yang berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya
struktur.
h) Terkecuali disetujui oleh Direksi Teknis, timbunan pada ujung jembatan
tidak boleh ditempatkan lebih tinggi dari dasar dinding belakang abutmen sampai
struktur bangunan atas telah terpasang.
i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin
gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan tebal gembur tidak
lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk loncat mekanis dengan berat
kurang lebih 70 kg atau timbris (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg.
Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus mendapat perhatian khusus
untuk mencegah timbulnya rongga-rongga dan untuk menjamin bahwa pipa
terdukung sepenuhnya.
j) Timbunan pilihan di atas tanah rawa mulai dipadatkan pada batas 20 cm di atas
permukaan air, dengan alat pemadat yang tepat yang disetujui oleh Direksi Teknis.
Kehilangan elevasi akibat penurunan harus diprediksi sejak awal yakni dengan
menambah timbunan agar elevasi rencana dapat tercapai. Kepadatan bahan di atas
permukaan air diukur sesuai Butir 3.2.2.4) g) dalam seksi ini.

3.3.6 PENGENDALIAN MUTU

1) Penerimaan bahan
a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk persetujuan awal mutu
bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi bagaimanapun juga harus
mencakup seluruh pengujian yang disyaratkan dalam Butir 3.2.2.4) dengan satu
rangkaian pengujian bahan yang lengkap untuk setiap jenis tanah dari setiap sumber
bahan. Setelah persetujuan terhadap mutu bahan timbunan yang diusulkan, Direksi
Teknis dapat memintakan pengujian mutu bahan ulang untuk mencegah terjadi
perubahan sifat bahan.
b) Pengendalian mutu bahan harus rutin dilaksanakan untuk mengendalikan setiap
perubahan mutu bahan yang dibawa ke lapangan. Setiap perubahan sumber bahan
paling sedikit harus dilakukan 1 (satu) pengujian untuk menentukan bahan timbunan
memenuhi ketentuan, seperti yang disyaratkan dalam Butir 3.2.2.4). Direksi Teknis
setiap saat dapat memerintahkan dilakukannya uji ke-ekspansif-an sesuai SNI 03-
6795-2002.

2) Percobaan Pemadatan di Lapangan


Penyedia Jasa harus menyampaikan usulan percobaan pemadatan termasuk memilih
metode dan peralatan untuk mendapatkan ketebalan dan tingkat kepadatan
yang disyaratkan. Apabila Penyedia Jasa tidak dapat mencapai kepadatan yang
disyaratkan, prosedur pemadatan berikut ini harus diikuti:

a) Mengganti alat pemadat yang lebih sesuai atau lebih berat.


b) Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan alat
pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga
dapat diterima oleh Direksi Teknis.
Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya dapat digunakan Penyedia Jasa sebagai
bahan dalam menetapkan pola lintasan pemadatan, jumlah lintasan, jenis alat
pemadat dan kadar air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

3.3.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Retribusi Bahan Galian untuk Timbunan


Apabila bahan galian tanah biasa atau bahan timbunan pilihan atau lapis fondasi agregat,
agregat untuk campuran aspal atau beton atau bahan lainnya diperoleh dari galian
sumber bahan di luar daerah milik jalan. Penyedia Jasa harus melakukan pengaturan
yang diperlukan dan membayar kepemilikan bahan konsesi kepada pemilik tanah
maupun retribusi dan izin pengangkutan kepada pihak yang berwenang.

2) Pengukuran Timbunan
Pekerjaan timbunan tidak diukur tersendiri tetapi telah dibayar dalam pekerjaan galian
Seksi 3.1. Kecuali untuk timbunan batu, timbunan diukur atas dasar selisih profil
melintang permukaan tanah asli dan profil melintang sesuai desain rencana yang
dihitung atas dasar m3 padat/terpasang.

3) Dasar Pembayaran
Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak angkut berapapun
yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan pengukuran dari masing-
masing harga yang dimasukkan dalam daftar kuantitas dan harga untuk mata
pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut harus sudah merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan, penghamparan, pemadatan,
penyelesaian akhir dan pengujian bahan, termasuk seluruh biaya lain yang diperlukan
atau biaya untuk penyelesaian dari pekerjaan yang diuraikan dalam seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Pembayaran Uraian Pengukuran

3.2 (1) Timbunan Biasa Meter Kubik

3.2 (2) Timbunan Pilihan Meter Kubik

3.2 (3) Timbunan Pilihan diatas


Tanah Rawa Meter Kubik
SEKSI 3.3

PENYIAPAN TANAH DASAR

3.3.1 UMUM

1) Uraian
a) Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan lapisan tanah
dasar atau lapisan jalan kerikil lama, untuk penghamparan lapis fondasi agregat,
lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal, lapis fondasi semen tanah, Lapis Fondasi
Agregat Semen (LFAS) atau lapis fondasi beraspal di daerah jalur lalu lintas (termasuk
jalur tempat perhentian dan persimpangan) yang tidak ditetapkan sebagai pekerjaan
pengembalian kondisi.
Pekerjaan pembayaran menurut seksi dari spesifikasi ini tidak termasuk
pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan lama yang diuraikan dalam Seksi 8.1
maupun pengembalian kondisi bahu jalan lama pada jalan berpenutup aspal
yang diuraikan dalam Seksi 8.2.
b) Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan dengan motor
grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa penggaruan dan tanpa
penambahan bahan baru.
c) Pekerjaan ini termasuk galian atau penggaruan serta pekerjaan timbunan yang diikuti
dengan pembentukan, pemadatan, pengujian kepadatan, pengujian bahan tanah
atau bahan berbutir dan pemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan
perkerasan dihampar di atasnya, sesuai dengan gambar dan spesifikasi ini atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
d) Pekerjaan ini termasuk pekerjaan stabilisasi kapur dan semen.
3.3.2 PERSYARATAN

1) Standar Rujukan
Standar rujukan yang relevan adalah diberikan dalam Butir 3.2.2.1) dan ditambah dengan
rujukan mengenai stabilisasi tanah kapur dan tanah semen, yaitu: Standar Nasional
Indonesia (SNI):

SNI 03-3437-1994 : Tata cara pembuatan rencana stabilisasi tanah dengan kapur
untuk jalan.
SNI 03-3438-1994 : Tata cara pembuatan rencana stabilisasi tanah dengan semen
portland.
SNI 03-3439-1994 : Tata cara pelaksanaan stabilisasi tanah dengan kapur untuk
jalan.
SNI 03-3440-1994 : Tata cara pelaksanaan stabilisasi tanah dengan semen
portland untuk jalan.
SNI 03-4147-1996 : Spesifikasi kapur untuk stabilisasi tanah.

2) Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini


a) Persiapan : Seksi 1.2 b)
b) Galian : Seksi 3.1
c) Timbunan : Seksi 3.2
d) Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1
e) Bahu Jalan : Seksi 4.2
f) Lapis Fondasi Agregat : Seksi 5.1
g) Fondasi Jalan Tanpa Penutup Aspal : Seksi 5.2
h) Lapis Fondasi Tanah Semen : Seksi 5.3
i) Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3
j) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
k) Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama Pada Jalan Berpenutup Aspal : Seksi 8.2
l) Pemeliharaan Jalan Samping dan Jembatan Sementara : Seksi

3) Toleransi Dimensi
a) Ketinggian akhir setelah pemadatan tidak boleh lebih tinggi atau lebih rendah 1 cm
dari yang disyaratkan atau disetujui.
b) Seluruh permukaan akhir bila diukur dengan mistar panjang 3 m harus cukup
rata dan mempunyai kelandaian yang cukup, untuk menjamin terjadinya
aliran bebas dari air permukaan.

4) Persyaratan Bahan
Tanah dasar dapat dibentuk dari timbunan biasa, timbunan pilihan, atau tanah asli
di daerah galian. Bahan tanah dasar yang digunakan harus sesuai dengan yang
diperintahkan Direksi Teknis, dan memenuhi sifat-sifat bahan yang dihampar seperti
yang disyaratkan dalam spesifikasi. Lapisan yang tidak memenuhi syarat harus
dibongkar setebal 20 cm, dikeringkan hingga mencapai kadar air yang disyaratkan
dan selanjutnya tanah bongkaran dapat distabilisasi dengan semen atau kapur (sesuai
SNI 03-3437-1994 dan SNI 03-4147-1996) dan dikembalikan atau diganti dengan
material yang memenuhi persyaratan Butir 3.2.2 4) kemudian dipadatkan hingga
mencapai 100% dari kepadatan kering maksimum sesuai ketentuan SNI 03-1742-1989
atau 95% SNI 03-1743-1989 untuk granular material.

5) Persyaratan Pelaksanaan
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
(1) Pengajuan yang berhubungan dengan galian, Butir 3.1.2.5), dan timbunan, Butir
3.2.2.5) harus dibuat masing-masing untuk seluruh galian dan timbunan yang
dilaksanakan untuk penyiapan badan jalan.
(2) Penyedia Jasa harus menyerahkan dalam bentuk tertulis kepada Direksi Teknis
segera setelah selesainya suatu ruas pekerjaan dan sebelum persetujuan untuk
penghamparan bahan lain di atas tanah dasar perkerasan yang terdiri dari:
(a) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Butir 3.3.3.2) di
bawah ini.
(b) Hasil pengujian pengukuran kerataan permukaan dan data survei yang
menunjukkan bahwa toleransi permukaan dan ketebalan yang disyaratkan dalam
Butir 3.3.2.3) dipenuhi.
b) Metode Kerja
(1) Gorong-gorong, tembok kepala dan struktur lainnya di bawah elevasi tanah dasar
atau permukaan jalan, termasuk pemadatan penimbunan kembali (back fill),
harus telah selesai sebelum dimulainya pekerjaan persiapan tanah dasar seluruh
pekerjaan drainase harus berfungsi sehingga tanah dasar selalu dalam kondisi
kering dan kerusakan tanah dasar oleh aliran air permukaan dapat dicegah.
(2) Bilamana permukaan tanah dasar disiapkan terlalu dini tanpa segera diikuti
oleh penghamparan lapis fondasi bawah, maka permukaan tanah dasar dapat
menjadi rusak. Oleh karena itu, luas pekerjaan penyiapan tanah dasar yang tidak dapat
dilindungi pada setiap saat harus dibatasi sedemikian rupa sehingga daerah tersebut
yang masih dapat dipelihara dengan peralatan yang tersedia untuk itu Penyedia
Jasa harus mengatur penyiapan tanah dasar dan penempatan bahan perkerasan
berjarak cukup dekat.

c) Kondisi Tempat Kerja


Ketentuan dalam Butir 3.1.2.5) dan Butir 3.2.2.5), yang berhubungan dengan kondisi
tempat kerja yang disyaratkan, masing-masing untuk galian dan timbunan, juga
berlaku untuk pekerjaan penyiapan badan jalan.

d) Perbaikan Terhadap Penyiapan Badan Jalan yang Tidak Memenuhi Ketentuan


(1) Ketentuan yang ditentukan dalam Butir 3.1.2.5) dan Butir 3.2.2.5) yang
berhubungan dengan perbaikan galian dan timbunan yang tidak memenuhi
ketentuan, juga berlaku untuk pekerjaan penyiapan badan jalan, walaupun
tidak memerlukan galian atau timbunan.
(2) Penyedia Jasa harus memperbaiki dengan biaya sendiri atas setiap alur (rutting)
atau deformasi yang terjadi akibat lalu lintas atau oleh sebab lainnya, dengan cara
menggaru, mengeringkan, membentuk dan kalau perlu mengganti material serta
memadatkannya kembali, menggunakan mesin gilas dengan ukuran dan jenis
yang diperlukan untuk pekerjaan perbaikan ini.
(3) Penyedia Jasa harus memperbaiki, dengan cara yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan, setiap kerusakan pada tanah dasar yang mungkin terjadi akibat
pengeringan, atau akibat banjir atau akibat kejadian alam lainnya.

e) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian


Berlaku ketentuan dalam Butir 3.2.2 5).

f) Pengendalian Lalu Lintas


(1) Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan dalam Seksi 1.2.
(2) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas seluruh konsekuensi dari lalu lintas
yang diizinkan melewati tanah dasar, dan Penyedia Jasa harus melarang lalu
lintas yang demikian apabila Penyedia Jasa dapat menyediakan jalan alih (detour)
atau dengan pelaksanaan setengah lebar jalan.
3.3.3 PELAKSANAAN

1) Penyiapan Tanah Dasar

a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah dasar harus


dilaksanakan sesuai dengan Butir 3.1.3.1) dari spesifikasi ini.
b) Seluruh timbunan yang diperlukan harus dihampar sesuai dengan Pasal 3.2.3 dari
spesifikasi ini.
c) Penyiapan tanah dasar pada timbunan berlaku ketentuan dari Seksi 3.3.

2) Pemadatan Tanah Dasar


a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan Butir 3.2.3.4) g) (2) dari
spesifikasi ini.
b) Jaminan mutu untuk tanah dasar diberikan dalam Pasal 3.2.4 dari spesifikasi ini.

3.3.4 PENGENDALIAN MUTU

1) Penerimaan Bahan
Bahan untuk dasar perkerasan sebelum diangkut ke lapangan di tempat sumbernya harus
di uji kelayakannya sebagai material tanah dasar perkerasan.
Setiap sumber bahan paling sedikit harus dilakukan 1 (satu) pengujian untuk menentukan
bahan tanah dasar memenuhi ketentuan seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.4.

2) Pengujian Mutu Bahan


Bahan timbunan harus dilakukan pengujian berupa:
a) Analisa Saringan sesuai SNI 03-1968-1990.
b) Hidrometer sesuai SNI 03-3423-1994.
c) Kepadatan Ringan sesuai SNI 03-1742-1989.
d) Kepadatan Berat sesuai SNI 03-1744-1989.
e) CBR Laboratorium sesuai SNI 03-1744-1989.
f) Atterberg Limit sesuai SNI 03-1966-1990 dan SNI 03-1967-1990.

3) Ketentuan kepadatan Tanah Dasar pada Daerah Galian


a) Lapisan tanah pada kedalaman 20 cm dari elevasi permukaan tanah dasar
rencana harus terdiri dari timbunan dengan material yang memenuhi persyaratan
tanah dasar dan harus dipadatkan 100% kepadatan maksimum sesuai SNI 03-1742-
1989.
b) Tanah asli di bawah tanah dasar sedalam 20 cm harus memenuhi persyaratan tanah
timbunan dan mempunyai kepadatan minimum 95% kepadatan kering maksimum
sesuai SNI 03-1742-1989.

4) Ketentuan Kepadatan Tanah Dasar pada Timbunan


Lapisan tanah pada kedalaman 20 cm atau lebih dari permukaan elevasi tanah dasar
mempunyai nilai kepadatan sampai dengan 100% dari kepadatan kering maksimum
sesuai dengan SNI 03-1742-1989 atau 95% SNI 03-1743-1989.
5) Kriteria Pemadatan lapisan tanah dasar berbatu
Setiap lapis pemadatan harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh
rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu. Batu yang
mempunyai dimensi lebih besar dari 7,5 cm tidak boleh digunakan pada 20 cm lapisan
teratas timbunan kecuali atas persetujuan Direksi Teknis. Pemadatan harus
dilaksanakan dalam arah memanjang sepanjang timbunan, dimulai pada tepi terendah
dan bergerak ke titik tertinggi dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang
tampak di bawah peralatan berat.

3.3.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran
Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah, dimana operasi
pengembalian kondisi yang disyaratkan dalam Seksi 8.1 atau Seksi 8.2 dari
spesifikasi ini dipandang tidak sesuai, dan digolongkan sebagai daerah yang akan
ditingkatkan, persiapan tanah dasar akan dibayar menurut seksi ini sebagai daerah
yang persiapan permukaan tanah dasarnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Dasar Pembayaran
Kuantitas dari pekerjaan penyiapan tanah dasar, diukur seperti ketentuan di atas, akan
dibayar per satuan pengukuran sesuai dengan harga yang dimasukkan dalam daftar
kuantitas dan harga untuk mata pembayaran seperti terdaftar di bawah ini, dimana harga
dan pembayaran tersebut sudah mencakup kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan
dan biaya lainnya yang telah dimasukkan untuk keperluan pembentukan pekerjaan
penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Pembayaran Uraian Pengukuran

3.3 Penyiapan tanah dasar Meter Persegi


DIVISI 4

PERKERASAN BERBUTIR

SEKSI 4.1

LAPIS FONDASI JALAN TANPA PENUTUP ASPAL

4.1.1 UMUM

1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal adalah suatu lapis
permukaan jalan berupa lapis fondasi agregat kelas s atau waterbound macadam
yang dalam jangka waktu cukup lama tidak akan diberi lapisan penutup lapisan
beraspal atau beton semen.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini mencakup pemasokan, pengangkutan,
penghamparan dan pemadatan bahan untuk pelaksanaan lapis fondasi jalan tanpa
penutup aspal, suatu lapis permukaan sementara di atas permukaan tanah dasar
atau lapis fondasi bawah yang telah disiapkan. Pemasokan bahan akan mencakup
penyaringan, pencampuran dan operasi-operasi lainnya yang diperlukan, untuk
memperoleh bahan yang memenuhi ketentuan dari spesifikasi ini.
c) Khusus untuk peralatan, persyaratan kerja dan pelaksanaan, lapis fondasi jalan tanpa
penutup aspal agregat kllas S mengacu ke Seksi 5.1, sedangkan untuk waterbound
macadam dibahas lebih lanjut pada seksi ini.

4.1.2 PERSYARATAN

1) Standar Rujukan
Sandar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-1744-1989 : Metode pengujian CBR laboratorium.
SNI 03-1966-1990 : Metode pengujian batas plastis tanah.
SNI 03-1967-1990 : Metode pengujian batas cair dengan alat Cassagrande.
SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan kasar.
SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini


a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Penyiapan Tanah Dasar : Seksi 3.3
c) Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1
d) Bahu Jalan : Seksi 4.2
e) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan
Jembatan : Seksi 10.1
f) Pemeliharaan Rutin Jalan Samping dan Jembatan : Seksi 10.2
3) Toleransi Dimensi

4) Bahan
a) Sumber Bahan
Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat yaitu Kelas A, Kelas B dan
Kelas S. Pada umumnya lapis pondasi Kelas A adalah mutu Lapis Pondasi Atas untuk
lapisan di bawah lapisan beraspal, dan lapis Pondasi Agregat Kelas B adalah untuk
lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas S digunakan untuk bahu jalan tanpa
penutup.

5) Peralatan
Peralatan dan mesin-mesin yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pada
spesifikasi ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan dan dirawat agar selalu dalam
keadaan baik. Peralatan yang digunakan oleh sub-Penyedia Jasa atau pemasok untuk
kepentingan Penyedia Jasa harus mendapat persetujuan Direksi Pekerjaan sebelum
pekerjaan dimulai. Lapis fondasi agregat harus dipadatkan dengan alat pemadat
seperti, alat pemadat roda besi, yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

(1) Alat Penghampar


Alat penghampar agregat harus menggunakan peralatan mekanis yang
mampu menyebarkan bahan lapis fondasi agregat sesuai dengan lebar, tebal
dan toleransi permukaan yang diinginkan.
(2) Alat Pemadat
Alat pemadat digunakan alat pemadat roda besi dengan atau tanpa penggetar.
(3) Alat Pengangkutan
Semua jenis truk laik pakai dapat digunakan untuk pengangkutan bahan ke
lokasi pekerjaan.
(4) Peralatan-peralatan lain
Peralatan-peralatan lain yang termasuk dalam daftar berikut ini harus disediakan
dalam jumlah yang cukup dan ditambah dengan peralatan lain yang ditunjuk
oleh Direksi Teknis.
(a) Mistar pengecek kerataan permukaan.
(b) Peralatan manual.

6) Persyaratan Kerja
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
(1) Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hal-hal di bawah ini paling
lambat 21 (dua puluh satu) hari sebelum tanggal yang diusulkan dalam
penggunaan setiap bahan untuk pertama kalinya sebagai lapis fondasi agregat:
(2) Dua contoh bahan masing-masing minimum 50 kg bahan, satu disimpan oleh Direksi
Pekerjaan sebagai rujukan selama periode kontrak
(3) Pernyataan perihal asal dan komposisi setiap bahan yang diusulkan untuk lapis
fondasi agregat, bersama dengan hasil pengujian laboratorium yang
membuktikan bahwa sifat- sifat bahan yang ditentukan dalam Butir 5.1.2.5)
terpenuhi.
(4) Penyedia Jasa harus mengirim secara tertulis kepada Direksi Teknis laporan
bahwa pekerjaan dasar perkerasan telah memenuhi persyaratan kepadatan,
kerataan, ketebalan dan elevasi sesuai ketentuan.
b) Cuaca yang diizinkan untuk Bekerja
Lapis fondasi tanpa penutup aspal dengan agregat kllas S tidak boleh diturunkan dari
truk, dihampar dan atau dipadatkan pada waktu hujan. Dalam keadaan terpaksa,
pemadatan Waterbound Macadam dapat dilaksanakan dalam saat hujan.

4.1.3 PELAKSANAAN

1) Pekerjaan Persiapan
Kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaaan, penyiapan drainase, dan tanah
dasar harus selesai dan diterima paling sedikit 60 m dari awal rencana penghamparan
lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal pada setiap saat.
2) Pengiriman Bahan
a) Agregat kasar atau agregat halus untuk waterbound macadam harus dikirim ke
badan jalan dalam masing-masing fraksi.
b) Tebal padat minimum tidak boleh kurang dari dua kali ukuran agregat
maksimum. Tebal padat maksimum tidak boleh lebih dari 20 cm kecuali ditentukan
lain atau disetujui Direksi Pekerjaan.
3) Pelaksanaan lapis pondasi Agregat dilaksanakan sesuai dengan Pasal 5.1.3
4) Pelaksanaan
a) Ketebalan Lapisan
Lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal jenis waterbound macadam harus
dilaksanakan lapis demi lapis dan memenuhi ketentuan ketebalan kedalaman
lapisan seperti yang tercantum dalam Tabel 5.2.2-3. Total ketebalan kedalaman lapis
fondasi yang telah selesai harus sesuai dengan gambar rencana.

b) Penebaran Agregat Kasar


Penebaran dapat dilaksanakan dengan peralatan mekanis atau cara manual
dengan menggunakan keranjang untuk menebar agregat. Penebaran harus
dilakukan dengan ketebalan merata.

c) Pemadatan Agregat Kasar


Pemadatan awal harus dilakukan dengan mesin gilas roda besi berat >10 ton.
Pemadatan harus dilaksanakan sampai batuan stabil (tidak terjadinya gerakan
butiran pada waktu pemadatan) atau pecahnya batuan dipermukaan dengan
minimum setiap titik memperoleh 6 (enam) lintasan bolak balik.

Selama pelaksanaan pemadatan kerataan permukaan harus diperiksa dengan


mistar perata panjang 3 m. Lokasi dimana permukaan agregat kasar menyimpang
dari garis mistar perata lebih dari 1 cm harus segera diperbaiki, dengan cara
menggemburkannya dan kemudian dilakukan penambahan atau pengurangan
agregat kasar, sebelum dipadatkan sampai standar yang disyaratkan.

d) Penebaran dan Pemadatan Agregat Halus


Agregat halus harus ditebar sedemikian hingga seluruh rongga permukaan
agregat kasar terisi, dengan cara dibasahi dan digilas agar butiran dapat masuk
ke dalam rongga lapis agregat kasar.

Jika diperlukan dapat dilakukan penambahan agregat halus yang diikuti dengan
pembasahan dan penggilasan sedemikian sehingga harus berlanjut sedemikian hingga
seluruh ketebalan dalaman lapis agregat kasar terisi dan tidak boleh ada material lepas
dipermukaan (material yang lepas dipermukaan harus dibuang).

4.1.4 PENGENDALIAN MUTU


Pengendalian mutu Lapis fondasi agregat dilakukan sesuai dengan Pasal 5.1.4
dalam spesifikasi ini. Sedangkan untuk pengendalian mutu waterbound macadam
dijelaskan sebagai berikut:
1) Jumlah pengujian yang dibutuhkan
Jumlah data pendukung pengujian yang dibutuhkan untuk persetujuan awal dari mutu
bahan akan ditentukan Direksi Pekerjaan namun harus mencakup semua pengujian
yang disyaratkan, paling sedikit 1 (satu) buah contoh yang mewakili sumber bahan
dan agregat hasil pecah mesin yang diusulkan.
2) Pengujian ulang mutu bahan
Setelah persetujuan atas mutu bahan untuk lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal
yang diusulkan, bila menurut pendapat Direksi Pekerjaan terdapat perubahan pada
mutu bahan atau pada sumber bahan atau pada metode produksinya maka seluruh
pengujian mutu bahan harus diulangi lagi.
3) Pengujian rutin mutu bahan
Suatu program pengujian pengendalian mutu bahan secara rutin harus
dilaksanakan untuk memeriksa ketidakseragaman bahan yang dibawa ke lokasi
pekerjaan. Pengujian lebih lanjut harus sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan Teknis
tetapi untuk setiap 500 m hamparan harus dilakukan satu uji dengan jenis uji
sebagaimana yang disyaratkan pada Butir 5.1.4.1) c) dan Tabel 4.1.2-1 untuk Lapis
fondasi agregat dan sesuai dengan Butir 4.1.2.4)
4) Pemeliharaan Pekerjaan yang Telah Diterima
Tanpa mengurangi kewajiban Penyedia Jasa untuk melaksanakan perbaikan
terhadap pekerjaan yang tidak memenuhi ketentuan atau gagal sebagaimana
disyaratkan dalam Butir 5.2.4.4) di atas, Penyedia Jasa juga harus bertanggung jawab
atas pemeliharaan rutin dari semua lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal yang
sudah selesai dikerjakan dan diterima selama periode kontrak termasuk periode
pemeliharaan. Pekerjaan pemeliharaan rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan Seksi 10.1 dalam spesifikasi ini dan harus dibayar terpisah menurut Pasal 10.1.5.

4.1.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Metode Pengukuran
a) Lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal dengan menggunakan agregat kllas S harus
diukur menurut jumlah meter kubik padat yang berdasarkan penampang
melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan. Panjangnya diukur secara mendatar
sepanjang sumbu jalan yang dikoreksi dengan tebal nyata.
b) Lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal dengan menggunakan waterbound
macadam harus diukur menurut jumlah meter persegi padat dan diterima Direksi
Pekerjaan dan berdasarkan panjang dikalikan lebar yang dikoreksi dengan tebal nyata.
c) Pekerjaan menyiapkan dan memelihara, tanah dasar atau permukaan yang akan
dihampar lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal tidak diukur atau dibayar dalam
seksi ini, tetapi harus dibayar secara terpisah dengan harga penawaran untuk
penyiapan badan jalan pada Seksi 3.3 dalam spesifikasi ini. Jika lapis fondasi jalan
tanpa penutup aspal jenis waterbound macadam dan lapis dasar (cut-off layer)
yang terkait dengan pekerjaan minor tidak dibayarkan pada Seksi 8.1, dalam
spesifikasi ini.
2) Pengukuran Pekerjaan Perbaikan
Apabila perbaikan pada lapis fondasi jalan tanpa penutup aspal yang tidak memenuhi
ketentuan telah diperintahkan Direksi Pekerjaan sesuai dengan Butir 5.2.4.5), kuantitas
yang diukur untuk pembayaran haruslah sama dengan kuantitas yang dibayar jika
pekerjaan semula dapat diterima. Pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk
pekerjaan tambahan tersebut atau kuantitas tambahan yang diperlukan oleh perbaikan
tersebut.
Apabila penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sebelum
pemadatan, pembayaran tambahan tidak akan diberikan untuk penambahan air atau
pengeringan terhadap bahan atau pekerjaan lainnya yang diperlukan untuk
memperoleh kadar air yang memenuhi
3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, seperti yang diuraikan di atas, harus dibayar menurut harga
kontrak per satuan pengukuran untuk masing-masing mata pembayaran yang terdaftar
di bawah ini dan terdapat dalam daftar kuantitas dan harga, dimana harga dan
pembayaran tersebut harus merupakan konpensasi penuh untuk pengadaan,
pemasokan, penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan,
penyiapan lapis dasar (cut-off layer), penggunaan lapis permukaan sementara pada
permukaan yang sudah selesai, dan semua biaya lain-lain yang diperlukan atau

lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang


diuraikan dalam seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

4.2 (1) Meter Kubik


Lapis Pondasi agregat Kelas A,
Kelas B dan Kelas S

5.2 (2) Meter Persegi


DIVISI 5

STRUKTUR

SEKSI 5.1

BETON

5.1.1 UMUM

1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen
hidraulik yang setara, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau
tanpa bahan tambah membentuk massa padat.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pelaksanaan seluruh
struktur beton bertulang, beton tanpa tulangan, beton prategang, beton pracetak
dan beton untuk struktur baja komposit, sesuai dengan spesifikasi dan
gambar rencana atau sebagaimana yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
c) Pekerjaan ini harus pula mencakup penyiapan tempat kerja untuk
pengecoran beton, pengadaan perawatan beton, lantai kerja dan pemeliharaan
fondasi seperti pemompaan atau tindakan lain untuk mempertahankan agar fondasi
tetap kering.
d) Mutu beton yang digunakan pada masing-masing bagian dari pekerjaan dalam
kontrak harus seperti yang ditunjukkan dalam gambar rencana atau sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Mutu beton yang digunakan dalam kontrak ini
dibagi sebagai berikut:
Tabel 5.1.1-1 Mutu Beton dan Penggunaan

fc bk
Jenis Beton Uraian
(MPa) (Kg/cm2)
Umumnya digunakan untuk beton prategang seperti
tiang pancang beton prategang, gelagar beton
Mutu tinggi 35 65 K400 K800
prategang, pelat beton prategang dan
sejenisnya.

Umumnya digunakan untuk beton bertulang seperti


pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang,
Mutu sedang 20 < 35 K225 <K400
diafragma, kereb beton pracetak, gorong-gorong
beton bertulang, bangunan bawah jembatan.

Umumya digunakan untuk struktur beton tanpa


15 <20 K175 <K225 tulangan seperti beton siklop, trotoar dan pasangan
Mutu rendah batu kosong yang diisi adukan, pasangan batu.
digunakan sebagai lantai kerja, penimbunan kembali
10 <15 K125 <K175
dengan beton.
5.1.2 PERSYARATAN

1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 03-2460-1991 : Spesifikasi abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran
beton.
SNI 03-2495-1991 : Spesifikasi bahan tambahan untuk beton.
SNI 03-4433-1997 : Spesifikasi beton siap pakai.
SNI 03-3976-1995 : Tata cara pengadukan dan pengecoran beton.
SNI 03-2834-2000 : Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal.
SNI 03-1968-1990 : Metode pengujian tentang analisis saringan agregat halus dan
kasar. SNI 03-1972-1990 : Metode pengujian slump beton.
SNI 03-1973-1990 : Metoda pengujian berat isi beton. SNI
03-1974-1990 : Metode pengujian kuat tekan beton.
SNI 03-2417-1991 : Metode pengujian keausan agregat dengan mesin Los Angeles.
SNI 03-2458-1991 : Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
SNI 03-2491-1991 : Metode pengujian kuat tarik belah beton.
SNI 03-2493-1991 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
laboratorium.
SNI 03-2816-1992 : Metode pengujian kotoran organik dalam pasir untuk
campuran mortar dan beton.
SNI 15-2049-2004 : Semen portland.
SNI 03-3403-1994 : Metode pengujian kuat tekan beton inti pemboran.
SNI 03-3407-1994 : Metode pengujian sifat kekekalan bentuk agregat terhadap
larutan natrium sulfat dan magnesium sulfat.
SNI 03-3418-1994 : Metode pengujian kandungan udara pada beton segar.
SNI 03-4141-1996 : Metode pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah
pecah dalam agregat.
SNI 03-4142-1996 : Metode pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos
saringan No.200 (0,075 mm).
SNI 03-4156-1996 : Metode pengujian bliding dari beton segar.
SNI 03-4806-1998 : Metode pengujian kadar semen portland dalam beton segar
dengan cara titrasi volumetri.
SNI 03-4807-1998 : Metode pengujian untuk menentukan suhu beton segar semen
portland.
SNI 03-4808-1998 : Metode pengujian kadar air dalam beton segar dengan
cara titrasi volumetri.
SNI 03-4810-1998 : Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di lapangan.
SNI 03-6817-2002 : Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton.
SNI 03-2492-2002 : Metode pengambilan dan pengujian beton inti.
Pd T072005-B : Pelaksanaan pekerjaan beton untuk jalan dan jembatan. ASTM :
ASTM C 989-95 : Spesification for Ground Granulated Blast Furnace Slag for use
inConcrete and Mortars.
STM C 33-93 : Standard Spesification for Concrete Aggregates.
2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini
a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Pasangan Batu dengan Mortar Untuk Selokan dan Saluran Air : Seksi 2.2
c) Gorong-gorong : Seksi 2.3
d) Drainase Porous : Seksi 2.4
e) Galian : Seksi 3.1
f) Timbunan : Seksi 3.2
g) Beton Prategang : Seksi 7.2
h) Baja Tulangan : Seksi 7.3
i) Adukan Semen : Seksi 7.8
j) Pembongkaran Struktur : Seksi 7.15
3) Toleransi Untuk Beton Pracetak
a) Toleransi Dimensi:
(1) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m : - 0 mm , + 5 mm
(2) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m : - 0 mm , + 15 mm
(3) Panjang balok, pelat lantai jembatan, kolom dinding : - 0 mm , + 10 mm
b) Toleransi Bentuk:
(1) Persegi (selisih dalam panjang diagonal) : - 0 mm , + 10 mm
(2) Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari garis yang dimaksud) untuk
panjang s/d 3 m : - 0 mm , + 12 mm
(3) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3 m - 6 m : - 0 mm , + 15 mm
(4) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m : - 0 mm , + 20 mm
c) Toleransi Kedudukan (dari titik patokan):
(1) Kedudukan kolom pra-cetak dari rencana : - 10 mm , + 10 mm
(2) Kedudukan permukaan horizontal dari rencana : - 10 mm , + 10 mm
(3) Kedudukan permukaan vertikal dari rencana : - 20 mm , + 20 mm
d) Toleransi Alinyemen Vertikal:
(1) Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding : - 10 mm , + 10 mm
e) Toleransi Ketinggian (elevasi):
(1) Puncak lantai kerja di bawah fondasi : - 10 mm , + 10 mm
(2) Puncak lantai kerja di bawah pelat injak : - 10 mm , + 10 mm
(3) Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang : - 10 mm , + 10 mm
f) Toleransi Alinyemen Horizontal: 10 mm dalam 4 m panjang mendatar
g) Toleransi untuk Penutup/Selimut Beton Tulangan :
(1) Selimut beton sampai 30 mm : - 5 mm , + 5 mm
(2) Selimut beton (30 - 50) mm : - 10 mm , + 10 mm
(3) Selimut beton (50 - 100) mm : - 10 mm , + 10 mm
4) Toleransi Untuk Beton Cor di Tempat
Penambahan nilai toleransi untuk beton cor di tempat diizinkan sebesar 10% dari nilai
tersebut di atas.
5) Persyaratan Bahan
a) Semen
(1) Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus jenis semen
portland yang memenuhi SNI 15-2049-2004 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV.
Apabila menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan
gelembung udara, maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh
lebih dari 5%, dan harus mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
(2) Dalam satu campuran, hanya satu merk semen portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Apabila di dalam satu proyek
digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus mengajukan
kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.
b) A i r
Air yang digunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya harus
bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asam, basa, gula
atau organik. Air harus diuji sesuai dengan; dan harus memenuhi ketentuan dalam
SNI 03-6817-2002 tentang Metode pengujian mutu air untuk digunakan dalam beton.
Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan. Apabila timbul keragu-raguan
atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan,
maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen dan pasir
dengan memakai air yang diusulkan dan dengan memakai air murni hasil sulingan. Air
yang diusulkan dapat digunakan apabila kuat tekan mortar dengan air tersebut pada
umur 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari mempunyai kuat tekan minimum
90% dari kuat tekan mortar dengan air suling untuk periode umur yang sama.
c) Aggregat
(1) Ketentuan Gradasi Agregat
(a) Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan
dalam Tabel 7.1.2-1, tetapi bahan yang tidak memenuhi ketentuan gradasi
tersebut harus diuji dan harus memenuhi sifat-sifat campuran yang
disyaratkan dalam Butir 5.1.4.3) a).
Tabel 5.1.2-1 Ketentuan Gradasi Agregat

Ukuran Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat


Saringan Kasar
Inci Standar
Halus Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran Ukuran
(in) (mm)
maksimum maksimum maksimum maksimum maksimum

2 50,8 - 100 - - - -
38,1 - 95 -100 100 - - -
1
1 25,4 - - 95 100 100 -
19 - 35 - 70 - 90 - 100 100
12,7 - - 25 60 - 90 - 100
3/8 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70 100
#4 4,75 95 100 0-5 0 -10 0 - 10 0 - 15 95 - 100
30 - 65
#8 2,36 80 100 - 0-5 0-5 0-5
#16 1,18 50 85 - - - - 20 - 50
# 50 0,300 10 30 - - - - 15 - 40

Catatan: Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, melalui campuran percobaan,


gradasi agregat kasar yang berada diluar Tabel 7.1.2-1 boleh digunakan.
Sumber : ASTM C33 - 93
(b) Agregat kasar harus dipilih sedemikian rupa sehingga ukuran agregat terbesar
tidak lebih dari jarak bersih minimum antara baja tulangan atau antara
baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya dimana beton harus
dicor.
(2) Sifat-sifat Agregat
(a) Agregat yang digunakan harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari
pemecahan batu atau koral, atau dari penyaringan dan pencucian (jika
perlu) kerikil dan pasir sungai.
(b) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik
dalam pasir untuk campuran mortar dan beton, dan harus memenuhi sifat-sifat
lainnya yang diberikan
dalam Tabel 7.1.2-2 bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan
prosedur yang berhubungan.

Tabel 5.1.2-2 Sifat-sifat Agregat

Batas Maksimum yang diizinkan untuk


Metode Agregat
Sifat-sifat
Pengujian
Halus Kasar
25% untuk beton mutu
Keausan agregat
SNI 03-2417- tinggi, 40% untuk mutu
dengan mesin Los -
1991 sedang dan beton mutu
angeles
rendah
10% -
Kekekalan bentuk 12% - natrium
natrium
agregat terhadap SNI 03-3407-
larutan natrium sulfat 1994 15% -
18% - magnesium
atau magnesium sulfat magnesium
Gumpalan lempung
SNI 03-4141-
dan partikel yang 3% 2%
1996
mudah pecah
Bahan yang lolos SNI 03-4142-
3% 1%
saringan No.200. 1996

(c) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh
pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode pengujian kotoran organik
dalam pasir untuk campuran.
(d) Batu Untuk Beton Siklop
Batu untuk beton siklop harus keras, awet, bebas dari retak, tidak berongga
dan tidak rusak oleh pengaruh cuaca. Batu harus bersudut runcing, bebas dari
kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatan dengan
beton. Ukuran batu yang digunakan untuk beton siklop tidak boleh lebih
besar dari 250 mm.
6) Persyaratan Kerja
a) Cara Pengambilan Contoh Bahan
Cara pengambilan contoh bahan sesuai dengan SNI 03-2458-1991
tentang Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
b) Pengajuan Kesiapan Kerja
(1) Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh
sifat bahan sesuai dengan Pasal ini.
(2) Penyedia Jasa harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing
mutu beton yang akan digunakan, 30 (tiga puluh) hari sebelum pekerjaan
pengecoran beton dimulai.
(3) Penyedia Jasa harus menyerahkan secara tertulis seluruh hasil pengujian
pengendalian mutu sesuai dengan ketentuan kepada Direksi Pekerjaan
sehingga data tersebut selalu tersedia apabila diperlukan.
(4) Penyedia jasa harus menyerahkan hasil pengujian percobaan campuran beton
(trial mix) berdasarkan kuat tekan beton yang harus dilaksanakan untuk umur 3
(tiga) hari, 7 (tujuh) hari, 14 (empat belas) hari, dan 28 (dua puluh delapan) hari
setelah tanggal pencampuran sesuai dengan SNI 03-1974-1990 tentang Metode
pengujian kuat tekan beton.
(5) Penyedia Jasa harus mengirimkan gambar detail dan perhitungan terinci
untuk seluruh perancah yang akan digunakan, dan harus memperoleh
persetujuan dari Direksi Pekerjaan sebelum setiap pekerjaan perancah dimulai.
(6) Penyedia Jasa harus memberitahu Direksi Pekerjaan secara tertulis mengenai
rencana pelaksanaan pencampuran atau pengecoran setiap jenis beton untuk
mendapatkan persetujuannya paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam
sebelum pelaksanaan, seperti yang disyaratkan dalam Butir 7.1.3.1) c)
disertai dengan metode pengecoran, kapasitas peralatan yang digunakan,
tanggung jawab personil dan jadual pelaksanaannya.
c) Penyimpanan dan Perlindungan Bahan
(1) Untuk penyimpanan semen, Penyedia Jasa harus menyediakan tempat yang
terlindung dari perubahan cuaca dan diletakkan di atas lantai kayu dengan
ketinggian tidak kurang dari 300 mm dari permukaan tanah serta ditutup
dengan lembaran plastik (polyethylene) selama penyimpanan dan tidak lebih
dari 3 (tiga) bulan sejak disimpan dalam tempat penyimpanan di lokasi pekerjaan.
Semen tidak boleh ditumpuk melebihi 8 (delapan) sak ke arah atas.
(2) Penyedia Jasa harus menjaga kondisi tempat kerja terutama tempat
penyimpanan agregat, agar terlindung dan tidak langsung terkena sinar
matahari dan hujan secara langsung sepanjang waktu pengecoran.
(3) Penyimpanan agregat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga jenis
agregat atau ukuran yang berbeda tidak tercampur.
d) Kondisi Tempat Kerja
Setiap pelaksanaan pengecoran beton harus terlindung dari sinar matahari
secara langsung. Sebagai tambahan, Penyedia Jasa tidak boleh melakukan
pengecoran apabila tingkat penguapan melampaui 1,0 kg/m2/jam sesuai dengan
Pd T-07-2005-B.
e) Pencampuran dan Penakaran
(1) Rancangan Campuran
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan sesuai dengan SNI
03-2834-2000. Sebagai pedoman awal untuk perkiraan proporsi takaran
campuran dapat digunakan.
(2) Campuran Percobaan
Penyedia Jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan dengan
rancangan campuran serta bahan yang diusulkan sesuai dengan SNI 03-
2834-2000, dengan disaksikan oleh Direksi Pekerjaan, yang menggunakan jenis
instalasi dan peralatan sebagaimana yang akan digunakan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
Tabel 5.1.2-3 Pedoman Awal untuk Perkiraan Proporsi Takaran Campuran

Mutu Beton Kadar Semen


Ukuran Rasio Air/Semen
Minimum.
Jenis fc bk Agregat Maks. (terhadap
(kg/m3 dari
Beton (MPa) (kg/cm2) Maks.(mm) berat)
campuran)
50 K600 19 0,35 450
37 0,40 395
45 K500
25 0,40 430
37 0,425 370
38 K450
25 0,425 405
Mutu
37 0,45 350
Tinggi
35 K400 25 0,45 385
19 0,45 405
37 0,475 335
30 K350
25 0,475 365
37 0,50 315
25 K300
Mutu 25 0,50 345
Sedang 20 K250 37 0,55 290
25 0,55 315
19 0,55 335
20 K225 25 0,55 315
19 0,55 335
37 0,60 265
15 K175
Mutu 25 0,60 290
Rendah 37 0,70 225
10 K125
25 0,70 245

5.1.3 PELAKSANAAN

1) Pembetonan
a) Penyiapan Tempat Kerja
(1) Penyedia Jasa harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan persyaratan dalam Seksi 5.15 dari spesifikasi ini.
(2) Penyedia Jasa harus menggali atau menimbun kembali fondasi atau
formasi untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan
dalam gambar kerja atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1 dan Seksi 3.2 dari
spesifikasi ini, dan harus membersihkan serta menggaru tempat di sekeliling
pekerjaan beton yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya
seluruh sudut pekerjaan. Jika diperlukan harus disediakan jalan kerja yang
stabil untuk menjamin dapat diperiksanya seluruh sudut pekerjaan dengan
mudah dan aman.
(3) Seluruh dasar fondasi, fondasi dan galian untuk pekerjaan beton harus
dijaga agar senantiasa kering. Beton tidak boleh dicor di atas tanah yang
berlumpur, bersampah atau di dalam air. Apabila beton akan dicor di dalam air,
maka harus dilakukan dengan cara dan peralatan khusus untuk menutup
kebocoran seperti pada dasar sumuran atau cofferdam dan atas
persetujuan Direksi Pekerjaan.
(4) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda lain yang
harus berada di dalam beton (seperti pipa atau selongsong) harus sudah
dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran.
(5) Bila disyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan, maka bahan lantai
kerja untuk pekerjaan beton harus dihampar segera sebelum penghamparan
bahan lain di atasnya.
(6) Direksi Pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk fondasi
sebelum menyetujui pemasangan acuan, baja tulangan atau pengecoran
beton. Penyedia Jasa dapat diminta untuk melaksanakan pengujian penetrasi
kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau penyelidikan lainnya
untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung tanah di bawah fondasi.
(7) Apabila dijumpai kondisi tanah dasar fondasi yang tidak memenuhi
ketentuan, maka Penyedia Jasa dapat diperintahkan untuk mengubah
dimensi atau kedalaman fondasi dan/atau menggali dan mengganti bahan
di tempat yang lunak, memadatkan tanah fondasi atau melakukan
tindakan stabilisasi lainnya sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
(8) Penyedia Jasa harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko
terkena air hujan dengan memasang tenda seperlunya. Direksi Pekerjaan berhak
menunda pengecoran sebelum tenda terpasang dengan benar. Penyedia Jasa
juga harus memastikan lokasi pengecoran bebas dari resiko terkena air pasang
atau muka air tanah dengan penanganan seperlunya.
b) Acuan
(1) Apabila disetujui oleh Direksi Pekerjaan, maka acuan dari tanah harus
dibentuk dari galian, dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus
dipangkas secara manual sesuai dimensi yang diperlukan. Seluruh kotoran
tanah yang lepas harus dibuang sebelum pengecoran beton.
(2) Acuan dibuat dari kayu atau baja dengan sambungan yang kedap dan kaku untuk
mempertahankan posisi yang diperlukan selama pengecoran, pemadatan dan
perawatan.
(3) Untuk permukaan akhir struktur yang tidak terekspos dapat digunakan kayu yang
tidak diserut permukaannya. Sedangkan untuk permukaan akhir yang
terekspos harus digunakan kayu yang mempunyai permukaan yang rata. Seluruh
sudut-sudut tajam acuan harus ditumpulkan.
(4) Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar
tanpa merusak permukaan beton dengan memberikan pelumas (oil form).
c) Pengecoran
(1) Pelaksanaan Pengecoran
(a) Penyedia Jasa harus memberitahukan Direksi Pekerjaan secara tertulis paling
sedikit 24 (dua puluh empat) jam sebelum memulai pengecoran beton, atau
meneruskan pengecoran beton apabila pengecoran beton telah ditunda
lebih dari 6 (enam) jam (final setting). Pemberitahuan harus meliputi lokasi,
kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran beton.
Direksi Pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa perancah, acuan, tulangan dan mengeluarkan persetujuan
tertulis untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang
direncanakan. Penyedia Jasa tidak boleh melaksanakan pengecoran
beton tanpa persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan.
(b) Walaupun persetujuan untuk memulai pengecoran sudah diterbitkan,
pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan apabila Direksi Pekerjaan atau
wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan
pengecoran secara keseluruhan.
(c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan
air atau diolesi pelumas di sisi dalamnya agar didapat kemudahan pembukaan
acuan tanpa menimbulkan kerusakan pada permukaan beton.
(d) Pengecoran beton ke dalam acuan harus selesai sebelum terjadinya
pengikatan awal beton seperti ditunjukkan dalam hasil pengujian beton dari
laboratorium, atau dalam waktu yang lebih pendek sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan berdasarkan pengamatan karakteristik
waktu pengerasan (setting time) semen yang digunakan, kecuali digunakan
bahan tambahan untuk memperlambat proses pengerasan (retarder)
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(e) Pengecoran beton harus berkesinambungan tanpa berhenti sampai
dengan lokasi sambungan pelaksanaan (construction joint) yang telah
disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
(f) Pengecoran beton harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga tidak
terjadi segregasi antara agregat kasar dan agregat halus dari campuran.
Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan yang dapat
dicapai pada posisi akhir beton. Pengaliran beton tidak boleh melampaui
satu meter dari tempat awal pengecoran.
(g) Pengecoran beton ke dalam acuan struktur yang berbentuk rumit dan
penulangan yang rapat harus dilaksanakan secara lapis demi lapis dengan
tebal yang tidak melampaui 150 mm. Untuk dinding beton, tebal lapis
pengecoran dapat sampai 300 mm menerus sepanjang seluruh keliling
struktur.
(h) Tinggi jatuh bebas beton ke dalam cetakan tidak boleh lebih dari 1,5 m.
Beton tidak boleh dicor langsung ke dalam air. Apabila beton dicor di dalam
air dan tidak dapat dilakukan pemompaan dalam waktu 48 (empat
puluh delapan) jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan
metode tremi atau metode Drop- Bottom-Bucket, dimana pengggunaan
bentuk dan jenis yang khusus untuk tujuan ini harus disetujui terlebih
dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Dalam hal pengecoran dibawah air dengan menggunakan beton
tremi maka campuran beton tremi tersebut harus dijaga sedemikian rupa
agar campuran tersebut mempunyai slump tertentu, kelecakan yang baik
dan pengecoran secara keseluruhan dari bagian dasar sampai atas tiang
pancang selesai dalam masa setting time beton.

(i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa hingga


campuran beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu
dengan campuran beton yang baru.
(j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton baru
yang akan dicor, harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari
bahan-bahan yang lepas dan rapuh dan dilapisi dengan bonding agent yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(k) Dalam waktu 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran permukaan
pekerjaan beton, tidak boleh ada air yang mengalir di atasnya. Untuk
perawatan dengan pemberian air di atas permukaan, dapat dilakukan
sebelum 24 (dua puluh empat) jam setelah pengecoran dengan persetujuan
Direksi Pekerjaan.
(l) Apabila dilakukan pengecoran beton yang menggunakan pompa beton
dari alat Ready Mix, maka perlu diperhatikan kapasitas, daya pemompaan,
kelecakan beton untuk mendapatkan hasil pengecoran yang sesuai dengan
ketentuan.
(2) Pemadatan
(a) Beton harus dipadatkan dengan penggetar mekanis dari dalam atau dari
luar acuan yang telah disetujui. Apabila diperlukan dan disetujui oleh
Direksi Pekerjaan, penggetaran harus disertai penusukan secara manual
dengan alat yang cocok untuk menjamin kepadatan yang tepat dan memadai.
Alat penggetar tidak boleh digunakan untuk memindahkan campuran beton
dari satu titik ke titik lain di dalam acuan.
(b) Pemadatan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan semua
sudut, di antara dan sekitar besi tulangan benar-benar terisi tanpa
menggeser tulangan sehingga setiap rongga dan gelembung udara terisi.
(c) Lama penggetaran harus dibatasi, agar tidak terjadi segregasi pada hasil
pemadatan yang diperlukan.
(d) Alat penggetar mekanis dari luar harus mampu menghasilkan sekurang-
kurangnya 5000 putaran per menit dengan berat efektif 0,25 kg, dan boleh
diletakkan di atas acuan supaya dapat menghasilkan getaran yang merata.
(e) Posisi alat penggetar mekanis yang digunakan untuk memadatkan beton
di dalam acuan harus vertikal sedemikian hingga dapat melakukan
penetrasi sampai kedalaman 100 mm dari dasar beton yang baru
dicor sehingga menghasilkan kepadatan yang menyeluruh pada bagian
tersebut. Apabila alat penggetar tersebut akan digunakan pada posisi
yang lain maka, alat tersebut harus ditarik secara perlahan dan
dimasukkan kembali pada posisi lain dengan jarak tidak lebih dari 450 mm.
Alat penggetar tidak boleh berada pada suatu titik lebih dari 15
detik atau permukaan beton sudah mengkilap.
(f) Jumlah minimum alat penggetar mekanis dari dalam diberikan dalam Tabel
5.1.3-1.
Tabel 5.1.3-1 Jumlah Minimum Alat Penggetar Mekanis dari Dalam

Kecepatan Pengecoran
Beton Jumlah Alat
(m3 / jam)
4 2
8 3
12 4
16 5
Apabila kecepatan pengecoran lebih besar atau sama dengan 20 m3/jam,
maka harus digunakan alat penggetar yang mempunyai dimensi lebih besar
dari 75 mm.
(g) Dalam segala hal, pemadatan beton harus sudah selesai sebelum terjadi waktu
ikat awal (initial setting)
d) Sambungan Pelaksanaan (Construction Joint)
(1) Jadual pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis
struktur yang diusulkan beserta lokasi sambungan pelaksanaan seperti yang
ditunjukkan pada gambar rencana untuk disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan pelaksanaan tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-
elemen struktur kecuali ditentukan demikian.
(2) Sambungan pelaksanaan pada tembok sayap tidak diizinkan. Semua
sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan
pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
(3) Apabila sambungan vertikal diperlukan, baja tulangan harus menerus
melewati sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur tetap monolit.
(4) Pada sambungan pelaksanaan harus disediakan lidah alur dengan kedalaman
paling sedikit 40 mm untuk dinding, pelat serta antara dasar fondasi dan dinding.
Untuk pelaksanaan pengecoran pelat yang terletak di atas permukaan
dengan cara manual, sambungan konstruksi harus diletakkan sedemikian
rupa sehingga pelat-pelat mempunyai luas maksimum 40 m2.
(5) Penyedia Jasa harus menyediakan pekerja dan bahan-bahan yang
diperlukan untuk kemungkinan adanya sambungan pelaksanaan tambahan
apabila pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau
terhentinya pemasokan beton atau penghentian pekerjaan oleh Direksi
Pekerjaan.
(6) Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, bonding agent yang dapat
digunakan untuk pelekatan pada sambungan pelaksanaan dan cara
pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.
(7) Pada lingkungan air asin atau korosif, sambungan pelaksanaan tidak
diperkenankan berada pada 750 mm di bawah muka air terendah atau 750 mm di
atas muka air tertinggi kecuali ditentukan lain dalam gambar kerja.
e) Beton Siklop
Beton siklop adalah beton yang terdiri dari campuran mutu beton fc=15 MPa
dengan batu- batu pecah ukuran maksimum 250 mm. Batu-batu ini diletakkan
dengan hati-hati dan tidak boleh dijatuhkan dari tempat yang tinggi atau
ditempatkan secara berlebihan yang dikhawatirkan akan merusak bentuk
acuan atau pasangan-pasangan lain yang berdekatan. Semua batu-batu pecah
harus cukup dibasahi sebelum ditempatkan. Volume total batu pecah tidak boleh
melebihi sepertiga dari total volume pekerjaan beton siklop.
Untuk dinding penahan tanah dan pilar yang lebih tebal dari 600 mm, tiap
batu harus dilindungi dengan adukan beton setebal 150 mm; jarak antar batu pecah
maksimum 300 mm dan jarak terhadap permukaan minimum 150 mm. Permukaan
bagian atas dilindungi dengan beton penutup (caping) sesuai dengan Pd T-07-2005-B.

2) Pengerjaan Akhir
a) Pembongkaran Acuan
(1) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal, dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 (tiga puluh) jam setelah pengecoran beton
tanpa mengabaikan perawatan. Acuan yang ditopang oleh perancah di
bawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak boleh dibongkar
hingga pengujian kuat tekan beton menunjukkan paling sedikit 85% dari
kekuatan rancangan beton.
(2) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk
pekerjaan yang diberi hiasan, tiang sandaran, tembok pengarah (parapet), dan
permukaan vertikal yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling
sedikit 9 (sembilan) jam setelah pengecoran dan tidak lebih dari 30 (tiga
puluh) jam, tergantung pada keadaan cuaca dan tanpa mengabaikan perawatan.
b) Permukaan (Pengerjaan Akhir Biasa)
(1) Kecuali diperintahkan lain, permukaan beton harus dikerjakan
segera setelah pembongkaran acuan. Seluruh perangkat kawat atau logam yang
telah digunakan untuk memegang acuan, dan acuan yang melewati badan
beton, harus dibuang atau dipotong kembali paling sedikit 25 mm di
bawah permukaan beton. Tonjolan mortar dan ketidakrataan lainnya yang
disebabkan oleh sambungan cetakan harus dibersihkan.
(2) Direksi Pekerjaan harus memeriksa permukaan beton segera setelah
pembongkaran acuan dan dapat memerintahkan penambalan atas kekurang
sempurnaan minor yang tidak akan mempengaruhi struktur atau fungsi lain
dari pekerjaan beton. Penambalan harus meliputi pengisian lubang-lubang kecil
dan lekukan dengan adukan semen.
(3) Apabila Direksi Pekerjaan menyetujui pengisian lubang besar akibat keropos,
(4) pekerjaan harus dipahat sampai ke bagian yang utuh (sound), membentuk
permukaan yang tegak lurus terhadap permukaan beton. Lubang harus dibasahi
dengan air dan adukan pasta (semen dan air, tanpa pasir) harus dioleskan pada
permukaan lubang.
Selanjutnya lubang harus diisi dengan adukan yang kental yang terdiri dari
satu bagian semen dan dua bagian pasir dan dipadatkan. Adukan tersebut
harus dibuat dan didiamkan sekitar 30 menit sebelum dipakai agar dicapai
penyusutan awal, kecuali digunakan jenis semen tidak susut (non shrinkage
cement).

c) Permukaan (Pekerjaan Akhir Khusus)


Permukaan yang terekspos harus diselesaikan dengan pekerjaan akhir berikut ini, atau
seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan:
(1) Bagian atas pelat, kereb, permukaan trotoar, dan permukaan
horizontal lainnya sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus
digaru dengan mistar bersudut untuk memberikan bentuk serta ketinggian
yang diperlukan segera setelah pengecoran beton dan harus diselesaikan
secara manual sampai rata dengan menggerakkan perata kayu secara
memanjang dan melintang, atau dengan cara lain yang sesuai sebelum beton
mulai mengeras.
(2) Perataan permukaan horizontal tidak boleh menjadi licin, seperti untuk
trotoar, harus sedikit kasar tetapi merata dengan penyapuan, atau cara
lain sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sebelum beton
mulai mengeras.
(3) Permukaan yang tidak horizontal yang telah ditambal atau yang masih belum
rata harus digosok dengan batu gurinda yang agak kasar (medium), dengan
menempatkan sedikit adukan semen pada permukaannya. Adukan harus terdiri
dari semen dan pasir halus yang dicampur sesuai dengan proporsi yang
digunakan untuk pengerjaan akhir beton. Penggosokan harus dilaksanakan
sampai seluruh tanda bekas acuan, ketidakrataan, tonjolan hilang, dan
seluruh rongga terisi, serta diperoleh permukaan yang rata. Pasta yang
dihasilkan dari penggosokan ini harus dibiarkan tertinggal di tempat.
d) Perawatan Beton
(1) Perawatan dengan Pembasahan
(a) Segera setelah pengecoran, beton harus dilindungi dari pengeringan dini,
temperatur yang terlalu panas, dan gangguan mekanis. Beton harus dijaga
agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin dan diperoleh
temperatur yang relatif tetap dalam waktu yang ditentukan untuk
menjamin hidrasi yang sebagaimana mestinya pada semen dan
pengerasan beton.
(b) Pekerjaan perawatan harus segera dimulai setelah beton mulai
mengeras (sebelum terjadi retak susut basah) dengan
menyelimutinya dengan bahan yang dapat menyerap air. Lembaran
bahan penyerap air ini yang harus dibuat jenuh dalam waktu paling
sedikit 7 (tujuh) hari. Untuk beton yang menggunakan fly ash
perawatan minimal 10 (sepuluh) hari. Semua bahan perawatan atau
lembaran bahan penyerap air harus menempel pada permukaan yang
dirawat.
(c) Apabila acuan kayu tidak dibongkar sesuai dengan Butir 7.1.3.2) a),
maka acuan tersebut harus dipertahankan dalam kondisi basah sampai
acuan dibongkar, untuk mencegah terbukanya sambungan-sambungan dan
pengeringan beton.
(d) Permukaan beton yang digunakan langsung sebagai lapis aus harus
dirawat setelah permukaannya mulai mengeras (sebelum terjadi retak
susut basah) dengan ditutupi oleh lapisan pasir lembab setebal 50 mm
paling sedikit selama 21 (dua puluh satu) hari.
(e) Beton semen yang mempunyai sifat kekuatan awal yang tinggi,
harus dibasahi sampai kuat tekannya mencapai 70% dari kekuatan
rancangan beton berumur 28 (dua puluh delapan) hari.
(2) Perawatan dengan Uap
(a) Beton yang dirawat dengan uap untuk mendapatkan kekuatan awal
yang tinggi, tidak diperkenankan menggunakan bahan tambahan kecuali
atas persetujuan Direksi Pekerjaan.
(b) Perawatan dengan uap harus dikerjakan secara menerus sampai waktu
dimana beton telah mencapai 70% dari kekuatan rancangan beton
berumur 28 (dua puluh delapan) hari. Perawatan dengan uap untuk beton
harus mengikuti ketentuan berikut ini:
(i) Tekanan uap pada ruang uap selama perawatan beton tidak
boleh melebihi tekanan luar.
(ii) Temperatur pada ruang uap selama perawatan beton tidak boleh
melebihi 38C selama 2 (dua) jam sesudah pengecoran selesai,
dan kemudian temperatur dinaikkan berangsur-angsur sehingga
mencapai 65C dengan kenaikan temperatur maksimum
14C/jam secara bertahap.
(iii) Perbedaan temperatur pada dua tempat di dalam ruangan
uap tidak boleh melebihi 5,5C.
(iv) Penurunan temperatur selama pendinginan dilaksanakan secara
bertahap dan tidak boleh lebih dari 11C per jam.
(v) Perbedaan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari ruang
penguapan tidak boleh lebih dari 11C dibanding udara luar.
(vi) Selama perawatan dengan uap, ruangan harus selalu jenuh dengan uap
air.
(vii) Semua bagian struktural yang mendapat perawatan dengan uap
harus dibasahi selama 4 (empat) hari sesudah selesai perawatan uap
tersebut.
(c) Penyedia Jasa harus membuktikan bahwa peralatannya bekerja
dengan baik dan temperatur di dalam ruangan perawatan dapat diatur
sesuai dengan ketentuan dan tidak tergantung dari cuaca luar.
(d) Pipa uap harus ditempatkan sedemikian rupa atau balok
harus dilindungi secukupnya agar beton tidak terkena langsung
semburan uap, yang akan menyebabkan perbedaan temperatur pada
bagian-bagian beton.
(3) Perawatan dengan Cara Lain
(a) Membran cair
Perawatan membran dilakukan ketika seluruh permukaan beton segera
sesudah air meningggalkan permukaan (kering), terlebih dahulu
setelah beton dibuka cetakannya dan finishing dilakukan. Jika
seandainya hujan turun maka harus dibuat pelindung sebelum lapisan
membran cukup kering, atau seandainya lapisan membran rusak
maka harus dilakukan pelapisan ulang lagi.
(b) Selimut kedap air
Metode ini dilakukan dengan menyelimuti permukaan beton dengan
bahan lembaran kedap air yang bertujuan mencegah kehilangan
kelembaban ari permukaan beton. Beton harus basah pada saat
lembaran kedap air ini dipasang. Lembaran bahan ini aman untuk tidak
terbang/pindah tertiup angin dan apabila ada kerusakan/sobek harus
segera diperbaiki selama periode perawatan berlangsung
(c) Mempertahankan cetakan (Form-In-Place).
Perawatan yang dilakukan dengan tetap mempertahankan cetakan
sebagai dinding penahan pada tempatnya selama waktu yang
diperlukan beton dalam masa perawatan sesuai dengan Pd T-07-2005-
B.

5.1.4 PENGENDALIAN MUTU

1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima (air, semen, agregat dan bahan tambah bila diperlukan) harus
diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan mengecek/memeriksa bukti
tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah diterima harus sesuai
dengan ketentuan persyaratan bahan pada Butir 5.1.2.5).
2) Pengawasan
Direksi Pekerjaan harus menempatkan seorang personal khusus yang mempunyai
keahlian untuk melakukan pengawasan pekerjaan sesuai dengan persyaratan kerja pada
Butir 5.1.2 .6).
3) Perencanaan Campuran
a) Ketentuan Sifat-sifat Campuran
(1) Campuran beton yang tidak memenuhi ketentuan kelecakan (misalnya
dinyatakan dengan nilai slump) seperti yang diusulkan tidak boleh
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila Direksi Pekerjaan dalam beberapa
hal menyetujui penggunaannya secara terbatas. Kelecakan (workability) dan
tekstur campuran harus sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pada
pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, gelembung udara atau gelembung
air, dan sedemikian rupa sehingga pada saat pembongkaran acuan diperoleh
permukaan yang rata, halus dan padat.
(2) Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat
tekan yang disyaratkan dalam Tabel 7.1.4-1a dan Tabel 7.1.4-1b, atau yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, bila pengambilan contoh, perawatan dan
pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 tentang Metode pengujian kuat
tekan beton, SNI 03-4810-1998 tentang Metode pembuatan dan
perawatan benda uji beton di lapangan, SNI 03-2493-1991 tentang Metode
pembuatan dan perawatan benda uji beton di laboratorium, SNI 03-2458-
1991 tentang Metode pengambilan contoh untuk campuran beton segar.
Tabel 5.1.4-1a Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Silinder

Kuat Tekan Minimum rata-rata


Mutu Beton Benda Uji Silinder (MPa) Diameter
Jenis
(150 300) mm
beton
fc
3 hari 7 hari 28 hari
(MPa)
Mutu 50 34 42 60
tinggi 45 31 39 55
Mutu 30 22 27 39
Sedang 25 17 25 34
Mutu 15 9 15 22
rendah 10 7 11 17

Tabel 5.1.4-1b Ketentuan Kuat Tekan Minimum untuk Kubus

Mutu Kuat Tekan Minimum


Benda Uji Kubus
rata-rata
Jenis Beton
(Kg/cm2)
beton bk
3 hari 7 hari 28 hari
(Kg/cm2)
Mutu K600 392 490 670
Tinggi K500 336 420 570
K350 244 305 420
Mutu K300 189 281 370
sedang K250 164 245 320
K225 164 245 320
Mutu K175 103 167 245
rendah K125 78 131 195
(3) Sebelum dilakukan pengecoran, penyedia jasa harus melakukan
percobaan campuran (trial mix) di lapangan sesuai dengan rancangan campuran
yang dihasilkan oleh laboratorium. Apabila hasil kuat tekan beton yang didapat
pada umur 7 (tujuh) hari menghasilkan kuat tekan beton lebih kecil dari
85% nilai kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Penyedia Jasa harus
melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidak sesuaian
tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton
untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai
dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan.
(4) Apabila percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan, maka Penyedia Jasa dapat melanjutkan pekerjaan pencampuran beton
sesuai dengan hasil percobaan campuran.
(5) Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan apabila hasil
pengujian serangkaian benda uji dari suatu bagian pekerjaan yang dilaksanakan
lebih kecil dari kuat tekan beton karakteristik yang diperoleh dari rumus yang
diuraikan dalam Butir 5.1.4.3) d) (2) (h).
b) Penyesuaian Campuran
(1) Penyesuaian Sifat Mudah Dikerjakan (Kelecakan atau Workability)
Apabila sifat kelecakan pada beton dengan proporsi yang semula
dirancang sulit diperoleh, maka Penyedia Jasa boleh melakukan perubahan
rancangan agregat, dengan syarat dalam hal apapun kadar semen yang
semula dirancang tidak berubah, juga rasio air/semen yang telah ditentukan
berdasarkan pengujian yang menghasilkan kuat tekan yang memenuhi tidak
dinaikkan.
Pengadukan kembali beton yang telah dicampur dengan cara menambah
air atau oleh cara lain tidak diizinkan.
Bahan tambahan untuk meningkatkan sifat kelecakan hanya diizinkan bila telah
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(2) Penyesuaian Kekuatan
Apabila beton tidak mencapai kekuatan yang disyaratkan, maka kadar
semen dapat ditingkatkan atau dapat digunakan bahan tambahan dengan syarat
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
(3) Penyesuaian Untuk Bahan-bahan Baru
Perubahan sumber atau karakteristik bahan tidak boleh dilakukan tanpa
pemberitahuan tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Bahan baru tidak boleh
digunakan sampai Direksi Pekerjaan menerima bahan tersebut secara tertulis
dan menetapkan proporsi baru berdasarkan atas hasil pengujian campuran
percobaan baru yang dilakukan oleh Penyedia Jasa.
(4) Bahan Tambahan (Admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka Penyedia Jasa harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran bahan
tambahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan
kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Ketentuan
mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.

c) Pelaksanaan Pencampuran
(1) Penakaran Agregat
(a) (a) Seluruh komponen bahan beton harus ditakar menurut berat, untuk mutu
beton fc <20 MPa diizinkan ditakar menurut volume sesuai SNI
03-3976-1995. Bila digunakan semen kemasan dalam zak, kuantitas
penakaran harus sedemikian sehingga kuantitas semen yang digunakan
adalah setara dengan satu satuan atau kebulatan dari jumlah zak semen.
Agregat harus ditimbang beratnya secara terpisah. Ukuran setiap penakaran
tidak boleh melebihi kapasitas alat pencampur;
(b) Penakaran agregat harus dilakukan dalam kondisi jenuh kering permukaan
(JKP).Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka harus dilakukan koreksi
penakaran sesuai dengan kondisi agregat di lapangan. Untuk mendapatkan
kondisi agregat yang jenuh kering permukaan dapat dilakukan dengan
cara menyemprot tumpukan agregat dengan air secara berkala paling
sedikit 12 (dua belas) jam sebelum penakaran untuk menjamin kondisi jenuh
kering permukaan;
(c) Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan sertifikat kalibrasi yang masih
berlaku untuk seluruh peralatan yang digunakan untuk keperluan
penakaran bahan-bahan beton termasuk saringan agregat pada perangkat
siap pakai (ready mix).
(2) Pencampuran
(a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
(b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat
ukur yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang
digunakan dalam setiap penakaran.
(c) Cara pencampuran bahan beton dilakukan sebagai berikut, pertama
masukkan sebagian air, kemudian seluruh agregat sehingga mencapai
kondisi yang cukup basah, dan selanjutnya masukkan seluruh semen
yang sudah ditakar hingga tercampur dengan agregat secara merata.
Terakhir masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran.
(d) Waktu pencampuran harus diukur mulai pada saat air dimasukkan
ke dalam campuran bahan kering. Seluruh sisa air yang diperlukan harus
sudah dimasukkan sekitar seperempat waktu pencampuran tercapai. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas m3 atau kurang harus sekitar 1,5
menit; untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik untuk
tiap penambahan 0,5 m3.
(e) Bila tidak mungkin menggunakan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual dan harus
dilakukan sedekat mungkin dengan tempat pengecoran. Penggunaan
pencampuran beton dengan cara manual harus dibatasi hanya pada beton
non-struktural.
d) Pengujian Campuran
(1) Pengujian Untuk Kelecakan (Workability)
Satu pengujian "slump", atau lebih sebagaimana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan, harus dilaksanakan pada setiap pencampuran beton yang
dihasilkan, dan pengujian harus dianggap belum dikerjakan kecuali
disaksikan oleh Direksi Pekerjaan atau wakilnya.
Untuk nilai slump 80 mm, maka toleransi terhadap nilai slump yang
disyaratkan adalah - 20 mm , + 20 mm. Toleransi untuk perkerasan kaku adalah
- 10 mm, + 10 mm.
(2) Pengujian Kuat Tekan
(a) Penyedia Jasa harus membuat sejumlah set benda uji (3 buah benda uji
per set) untuk pengujian kuat tekan berdasarkan jumlah beton yang
dicorkan untuk setiap kuat tekan beton dan untuk setiap jenis komponen
struktur yang dicor terpisah pada tiap hari pengecoran.
(b) Untuk keperluan pengujian kuat tekan beton, Penyedia Jasa harus
menyediakan benda uji beton berupa silinder dengan diameter 150 mm
dan tinggi 300 mm, dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-4810-1998.
Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil dari beton yang akan
dicorkan, dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan di
laboratorium.
(c) Jumlah set benda uji yang dibuat berdasarkan jumlah kuantitas
pengecoran atau komponen struktur yang dicor secara terpisah dan diambil
jumlah terbanyak diantara keduanya.
(d) Pengambilan benda uji untuk pengecoran yang didapat dari
pencampuran secara manual, setiap 10 m3 beton harus dibuat 1 (satu) set
benda uji dan untuk setiap jenis komponen struktur yang dicor terpisah
minimal diambil 3 (tiga) set benda uji (1 set = 3 buah benda uji).
(e) Jumlah benda uji yang harus dibuat untuk pengecoran hasil produksi
ready mix, diambil pada setiap pengiriman (1 set untuk setiap truk). 1set = 3
buah benda uji.
(f) Prediksi awal pada umur kurang dari 7 (tujuh) hari harus disesuaikan dengan
grafik perkembangan kuat tekan campuran sebagai fungsi waktu.
(g) Setiap set pengujian dilakukan untuk kuat tekan beton umur 28 (dua puluh
delapan) hari.
(h) Apabila dalam pengujian kuat tekan benda uji tersebut terdapat perbedaan
nilai kuat tekan yang > 5% antara dua buah benda uji dalam set
tersebut, maka benda uji ketiga dalam set tersebut harus diuji kuat tekannya.
Hasil kuat tekan yang digunakan (m) Beton di dalam daerah yang diwakili
oleh hasil uji bor inti bisa dianggap secara struktural cukup baik bila rata-
rata kuat tekan dari ketiga benda uji bor inti tersebut tidak kurang dari 0,85 fc,
dan tidak satupun dari benda uji bor inti yang mempunyai kekuatan kurang
dari 0,75 fc. Dalam hal ini, perbedaan umur beton saat pengujian kuat tekan
benda uji bor inti terhadap umur beton yang disyaratkan untuk penetapan kuat
tekan beton (yaitu 28 hari, atau lebih bila disyaratkan), perlu
diperhitungkan dan dilakukan koreksi dalam menetapkan kuat tekan beton
yang dihasilkan.
(3) Pengujian Tambahan
Penyedia Jasa harus melaksanakan pengujian tambahan yang
diperlukan untuk menentukan mutu bahan atau campuran atau pekerjaan beton
akhir, sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Pengujian
tambahan tersebut meliputi:
(a) Pengujian yang tidak merusak menggunakan alat seperti Impact Echo,
Ultrasonic Penetration Velocity atau perangkat penguji lainnya (hasil
pengujian tidak boleh digunakan sebagai dasar penerimaan).
(b) Pengujian pembebanan struktur atau bagian struktur yang dipertanyakan.
(c) Pengambilan dan pengujian benda uji inti (core) beton;
(d) Lubang bekas uji inti (core) harus diisi kembali dengan bahan beton tidak susut
(non shrink).
(e) Pengujian lainnya sebagaimana ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
e) Perbaikan Atas Pekerjaan Beton yang Tidak Memenuhi Ketentuan
(1) Perbaikan atas pekerjaan beton yang tidak memenuhi kriteria toleransi yang
disyaratkan dalam Butir 5.1.2.3), atau yang tidak memiliki permukaan
akhir yang memenuhi ketentuan, atau yang tidak memenuhi sifat-sifat
campuran yang disyaratkan dalam Butir 5.1.4.1) a), harus mengikuti petunjuk yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan antara lain:
(a) Perubahan proporsi campuran beton untuk sisa pekerjaan yang belum
dikerjakan.
(b) Penanganan pada bagian struktur yang hasil pengujiannya gagal.
(c) Perkuatan, pembongkaran atau penggantian sebagian atau menyeluruh
pada bagian pekerjaan yang memerlukan penanganan khusus.
(2) Apabila terjadi perbedaan pendapat dalam hal mutu pekerjaan beton
atau adanya keraguan dari data pengujian yang ada, Direksi Pekerjaan dapat
meminta Penyedia Jasa melakukan pengujian tambahan seperti dijelaskan
dalam Butir 5.1.4.3) d) (3) yang diperlukan untuk menjamin bahwa mutu
pekerjaan yang telah dilaksanakan dapat dinilai dengan adil dengan meminta
pihak ketiga untuk melaksanakannya.
(3) Perbaikan atas pekerjaan beton yang retak atau bergeser sesuai dengan
ketentuan Pasal 5.1.3. dari spesifikasi ini. Penyedia Jasa harus mengajukan
detail rencana perbaikan untuk mendapatkan persetujuan Direksi Pekerjaan
sebelum memulai pekerjaan.

5.1.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran
a) Cara Pengukuran
(1) Beton akan diukur dengan jumlah meter kubik pekerjaan beton yang
digunakan dan diterima sesuai dengan dimensi yang ditunjukkan pada
gambar kerja atau yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan. Tidak ada
pengurangan yang akan dilakukan untuk volume yang ditempati oleh pipa
dengan garis tengah kurang dari 200 mm atau oleh benda lainnya yang
tertanam seperti "water stop", baja tulangan, selongsong pipa (conduit)
atau lubang sulingan (weephole).
(2) Tidak ada pengukuran tambahan atau yang lainnya yang akan dilakukan
untuk acuan, perancah untuk balok dan lantai pemompaan, penyelesaian akhir
permukaan, penyediaan pipa sulingan, pekerjaan pelengkap lainnya untuk
penyelesaian pekerjaan beton, dan biaya dari pekerjaan tersebut telah
dianggap termasuk dalam harga penawaran untuk pekerjaan beton.
(3) Kuantitas bahan untuk lantai kerja, bahan drainase porous, baja tulangan
dan mata pembayaran lainnya yang berhubungan dengan struktur yang
telah selesai dan diterima akan diukur untuk dibayarkan seperti disyaratkan
pada Seksi lain dalam spesifikasi ini.
(4) Beton yang telah dicor dan diterima harus diukur dan dibayar sebagai beton
struktur atau beton tidak bertulang. Beton struktur harus beton yang disyaratkan
atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan sebagai fc=20 MPa (K-250) atau lebih tinggi
dan beton tak bertulang harus beton yang disyaratkan atau disetujui untuk fc=15
MPa (K-175) atau fc=10 MPa (K-125).
b) Pengukuran Untuk Pekerjaan Beton Yang Diperbaiki
(1) Apabila pekerjaan telah diperbaiki menurut Butir 7.1.4.3) e) di atas, kuantitas
yang akan diukur untuk pembayaran harus sejumlah yang harus dibayar jika
pekerjaan semula telah memenuhi ketentuan.
(2) Tidak ada pembayaran tambahan akan dilakukan untuk tiap peningkatan
kadar semen atau setiap bahan tambahan (admixture), juga tidak untuk tiap
pengujian atau pekerjaan tambahan atau bahan pelengkap lainnya yang
diperlukan untuk mencapai mutu yang disyaratkan untuk pekerjaan beton.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang diterima dari berbagai mutu beton yang ditentukan sebagaimana yang
disyaratkan di atas, akan dibayar pada harga kontrak untuk mata pembayaran
dan menggunakan satuan pengukuran yang ditunjukkan di bawah dan dalam daftar
kuantitas.
Harga dan pembayaran harus merupakan kompensasi penuh untuk seluruh penyediaan
dan pemasangan seluruh bahan yang tidak dibayar dalam mata pembayaran lain,
termasuk "water stop", lubang sulingan, acuan, perancah untuk pencampuran,
pengecoran, pekerjaan akhir dan perawatan beton, dan untuk semua biaya
lainnya yang perlu dan lazim untuk penyelesaian pekerjaan yang sebagaimana
mestinya, yang diuraikan dalam seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

5.1 (1) Beton mutu tinggi dengan fc=50 MPa (K-600) Meter Kubik
5.1 (2) Beton mutu tinggi dengan fc=45 MPa (K-500) Meter Kubik
5.1 (3) Beton mutu tinggi dengan fc=35 MPa (K-400) Meter Kubik
5.1 (4) Beton mutu sedang dengan fc= 25 MPa (K-300) Meter Kubik
5.1 (5) Beton mutu sedang dengan fc= 20 MPa (K-250) Meter Kubik
5.1 (6) Beton mutu sedang dengan fc= 20 MPa (K-225) Meter Kubik
SEKSI 5.2

BAJA TULANGAN

5.2.1 UMUM
1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan baja tulangan adalah bahan baja polos atau baja ulir yang
digunakan sebagai tulangan suatu konstruksi beton bertulang.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pengadaan dan
pemasangan baja tulangan coated dan tidak coated sesuai dengan spesifikasi
dan gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
2) Penerbitan Detail Pelaksanaan (shop drawing)
Detail pelaksanaan (shop drawing) untuk baja tulangan yang tidak termasuk dalam
dokumen kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan setelah
peninjauan kembali rancangan awal telah selesai menurut Seksi 1.2 dari spesifikasi ini.

5.2.2 PERSYARATAN
1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 07-6401-2000 : Spesifikasi kawat baja dengan proses canay dingin untuk
tulangan beton.
SNI 07-1050-1989 : Baja tulangan untuk konstruksi beton prategang.
SNI 07-2529-1991 : Metode pengujian kuat tarik baja beton.
SNI 07-0663-1995 : Jaring kawat baja las untuk tulangan beton.
SNI 07-2052-1997 : Baja tulangan beton.
AASHTO, dll.:
AASHTO M 284-03 : Epoxy-Coated Reinforcing Bar.
AASHTO M 31M-03 : Deformed and Plain Billet-Steel Bar for Concrete
Reinforcement.
A.C.I. 315 : Manual of Standard Practice for Detiling Reinforced Concrete
Structures, American Concrete Institute.
AWS D 2.0 : Standards Specifications for Welded Highway and Railway
Bridges.
2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini:
a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Beton : Seksi 5.1
3) Toleransi
a) Toleransi untuk fabrikasi harus seperti yang disyaratkan dalam ACI 315.
b) Baja tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup
bagian luar baja tulangan adalah sebagai berikut:
(1) 35 mm untuk beton yang tidak terekspos langsung dengan udara atau terhadap
air tanah atau terhadap bahaya kebakaran.
(2) Seperti yang ditunjukkan dalam Butir 7.3.2.5) yaitu Tabel 7.3.1 untuk beton yang
terendam/tertanam atau terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan
tanah tetapi masih dapat diamati untuk pemeriksaan.
(3) 75 mm untuk seluruh beton yang terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau
untuk beton yang tak dapat dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja
tulangan dapat menyebabkan berkurangnya umur atau struktur, atau untuk
beton yang ditempatkan langsung di atas tanah atau batu, atau untuk beton
yang berhubungan langsung dengan kotoran pada selokan atau cairan korosif
lainnya.
(4) Persyaratan Bahan
a) Baja Tulangan
i. Baja tulangan harus baja polos atau berulir dengan mutu yang sesuai
dengan gambar dan memenuhi Tabel 5.2.2-1 berikut ini:
Tabel 5.2.2-1 Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan

Tegangan Leleh Karakteristik atau


Tegangan
Mutu Sebutan
Karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0,2%
BJ 24 Baja Lunak 240
BJ 32 Baja Sedang 320
BJ 39 Baja Keras 390

ii. Bila anyaman baja tulangan diperlukan, seperti untuk tulangan pelat,
anyaman tulangan yang di las yang memenuhi SNI 07-0663-1995
tentang jaring kawat baja las untuk tulangan beton dapat digunakan.
b) Tumpuan untuk Tulangan
Tumpuan untuk tulangan harus dibentuk dari batang besi ringan atau bantalan
beton pracetak dengan mutu > fc 20 MPa (K-250) seperti yang disyaratkan
dalam Seksi 7.1 dari spesifikasi ini, terkecuali disetujui lain oleh Direksi
Pekerjaan. Kayu, bata, batu atau bahan lain tidak boleh digunakan sebagai
tumpuan.
c) Pengikat untuk Tulangan
Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang
memenuhi SNI 07-6401-2000.

(5) Persyaratan Kerja


a) Perlindungan Terhadap Korosi Struktur Beton
Pada lingkungan yang korosif atau lingkungan laut, perlindungan terhadap
beton harus ditingkatkan sesuai dengan keperluan, dengan cara meningkatkan
mutu beton, menambah kepadatan serta kerapatan dan kekedapannya
terhadap air, dengan cara mengurangi nilai rasio air-semen yang digunakan,
dan menambah tebal selimut beton. Bila dianggap perlu, aditif bisa
ditambahkan dalam campuran beton.
Pada baja tulangan non prategang, untuk mencegah proses korosi pada
tulangan beton prategang, perlu diberikan tebal selimut beton yang cukup
tebal. Tebal selimut minimum ditentukan berdasarkan nilai-nilai sebagai
berikut:
i. Beton yang dicor langsung di atas tanah dan selalu berhubungan dengan
tanah : 75 mm.
ii. Beton yang berhubungan dengan tanah atau cuaca:
(a) Batang D-19 hingga D-56 : 50 mm
(b) Batang D-16 dan yang lebih kecil : 40 mm
iii. Beton yang tidak langsung berhubungan dengan tanah atau cuaca:
(a)Pelat, dinding dan pelat berusuk:
Batang D-44 dan D-56 : 40 mm
Batang D-36 dan yang lebih kecil : 25 mm
(b) Balok dan kolom:
(i) Tulangan utama, pengikat, sengkang, lilitan spiral : 40 mm
(c) Komponen struktur cangkang dan pelat:
(i) Batang D-19 dan yang lebih besar : 25 mm
(ii) Batang D-16 dan yang lebih kecil : 20 mm
Tabel 5.2.2-2 Tebal Selimut Beton Dari Baja Tulangan Untuk Beton
Yang Tidak Terekspos Tetapi Mudah Dicapai
Diameter Tebal Selimut
(mm) (mm)

16 35
19 22 50
Cara lain dari perlindungan korosi boleh dilakukan dengan tulangan yang
dilindungi dengan epoxy (epoxy coated) harus sesuai dengan AASHTO M
284-03, pelapisan ulang beton, atau membran rapat, atau suatu kombinasi
dari cara-cara tersebut di atas.

b) Pengajuan Kesiapan Kerja


i. Sebelum memesan bahan, seluruh daftar pesanan dan diagram
pembengkokan harus disediakan oleh Penyedia Jasa untuk
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan, dan tidak ada
bahan yang boleh dipesan sebelum daftar tersebut dan diagram
pembengkokan disetujui.
ii. Sebelum memulai pekerjaan baja tulangan, Penyedia Jasa harus
menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan daftar yang disahkan pabrik
baja yang memberikan berat satuan nominal dalam kilogram untuk
setiap ukuran dan mutu baja tulangan atau anyaman baja dilas yang akan
digunakan dalam pekerjaan.

5.2.3 PELAKSANAAN
1) Penyimpanan dan Penanganan
a) Penyedia Jasa harus mengangkut tulangan ke tempat kerja dalam ikatan, diberi
label, dan ditandai dengan label logam yang menunjukkan ukuran batang, panjang,
mutu, dan informasi lainnya sehubungan dengan tanda yang ditunjukkan pada
diagram tulangan.
b) Penyedia Jasa harus menangani serta menyimpan seluruh baja tulangan
sedemikian untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi, atau kerusakan lainnya.
2) Pembengkokan
a) Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus
dibengkokkan secara dingin dan sesuai dengan prosedur ACI 315, menggunakan
batang yang pada awalnya lurus dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-
bengkokan atau kerusakan. Bila pembengkokan secara panas di lapangan
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, tindakan pengamanan harus diambil untuk
menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja tidak terlalu banyak berubah.
b) Batang tulangan dengan diameter lebih besar dari 20 mm harus dibengkokkan
dengan mesin pembengkok.
3) Pemotongan
Baja tulangan tidak boleh dipotong dengan proses panas kecuali ditentukan lain
oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.
4) Penempatan dan Pengikatan
a) Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan
kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak, percikan adukan atau lapisan lain yang dapat
mengurangi atau merusak pelekatan dengan beton.
b) Tulangan harus ditempatkan secara akurat sesuai dengan gambar dan dengan
kebutuhan selimut beton minimum yang disyaratkan dalam Butir 7.3.2.3) dan Butir
7.3.2.5) di atas, atau seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat
sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran. Pengelasan tulangan pembagi atau
pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja tarik utama tidak diperkenankan.
d) Seluruh tulangan harus disediakan sesuai dengan panjang total yang
ditunjukkan pada gambar. Penyambungan (splicing) batang tulangan, terkecuali
ditunjukkan pada gambar, tidak akan diizinkan tanpa persetujuan tertulis dari Direksi
Pekerjaan. Setiap penyambungan yang dapat disetujui harus dibuat sedemikian
hingga penyambungan setiap batang tidak terjadi pada penampang beton yang
sama dan harus diletakkan pada titik dengan tegangan tarik minimum.
e) Apabila penyambungan dengan tumpang tindih disetujui, maka panjang
tumpang tindih minimum harus 40 diameter batang dan batang tersebut harus
diberikan kait pada ujungnya.
f) Pengelasan pada baja tulangan tidak diperkenankan, terkecuali terinci dalam
gambar atau secara khusus diizinkan oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis. Apabila
Direksi Pekerjaan menyetujui pengelasan untuk sambungan, maka sambungan dalam
hal ini adalah sambungan dengan panjang penyaluran penuh yang memenuhi
ketentuan dari AWS D 2.0. Pendinginan terhadap pengelasan dengan air tidak
diperkenankan.
g) Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan membelakangi permukaan beton
sehingga tidak akan terekspos.
h) Anyaman baja tulangan yang dilas harus dipasang sepanjang mungkin, dengan
bagian tumpang tindih dalam sambungan paling sedikit satu kali jarak anyaman.
Anyaman harus dipotong untuk mengikuti bentuk pada kereb dan bukaan, dan
harus dihentikan pada sambungan antara pelat.
i) Apabila baja tulangan tetap dibiarkan terekspos untuk suatu waktu yang cukup
lama, maka seluruh baja tulangan harus dibersihkan dan diolesi dengan adukan
semen acian (semen dan air saja) atau cara lain sehingga tulangan dapat terhindar dari
bahaya korosi.
j) Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang telah dipasang boleh digunakan untuk
memikul perlengkapan pemasok beton, jalan kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau
beban konstruksi lainnya.

5.2.4 PENGENDALIAN MUTU


1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/ memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Butir 7.3.2 4).
2) Mutu Pekerjaan dan Perbaikan Atas Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
a) Persetujuan atas daftar pesanan dan diagram pembengkokan dalam segala
hal tidak membebaskan Penyedia Jasa atas tanggung jawabnya untuk memastikan
ketelitian dari daftar dan diagram tersebut. Revisi bahan yang disediakan sesuai
dengan daftar dan diagram, untuk memenuhi rancangan dalam gambar, menjadi
tanggung jawab dan atas biaya Penyedia Jasa.
b) Baja tulangan yang cacat sebagai berikut tidak akan diizinkan dalam pekerjaan:
(1) Panjang batang, ketebalan dan bengkokan yang melebihi toleransi pembuatan
yang disyaratkan dalam ACI 315.
(2) Bengkokan atau tekukan yang tidak ditunjukkan pada gambar atau gambar kerja
akhir (Final Shop Drawing).
(3) Batang dengan penampang yang mengecil karena karat yang berlebih atau oleh
sebab lain.
c) Apabila terjadi kesalahan dalam membengkokkan baja tulangan, batang tulangan
tidak boleh dibengkokkan kembali atau diluruskan tanpa persetujuan Direksi
Pekerjaan atau yang sedemikian sehingga akan merusak atau melemahkan
bahan. Pembengkokan kembali dari batang tulangan harus dilakukan dalam
keadaan dingin terkecuali disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal
batang tulangan yang telah dibengkokkan kembali lebih dari 1 (satu) kali pada tempat
yang sama tidak diizinkan digunakan pada Pekerjaan. Kesalahan yang tidak dapat
diperbaiki oleh pembengkokan kembali, atau apabila pembengkokan kembali
tidak disetujui oleh Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan mengganti
seluruh batang tersebut dengan batang baru yang dibengkokkan dengan benar dan
sesuai dengan bentuk dan dimensi yang disyaratkan dan menjadi tanggung jawab
Penyedia Jasa.
d) Penyedia Jasa harus menyediakan fasilitas di tempat kerja untuk
pemotongan dan pembengkokan tulangan, baik jika melakukan pemesanan tulangan
yang telah dibengkokkan maupun tidak, dan harus menyediakan persediaan (stok)
batang lurus yang cukup di tempat, untuk pembengkokkan sebagaimana yang
diperlukan dalam memperbaiki kesalahan atau kelalaian.
3) Penggantian Ukuran Batang
Penggantian batang dari ukuran berbeda hanya diizinkan bila secara jelas disahkan
secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Apabila baja diganti harus dengan luas
penampang yang sama dengan ukuran rancangan awal, atau lebih besar.
5.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
1) Pengukuran
a) Baja tulangan diukur dalam jumlah kilogram terpasang dan diterima oleh Direksi
Pekerjaan.
Jumlah kilogram yang dipasang harus dihitung dari panjang aktual yang dipasang,
atau luas anyaman baja yang dihampar, dan satuan berat dalam kilogram per
meter panjang untuk batang atau kilogram per meter persegi luas anyaman.
Satuan berat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan akan didasarkan atas berat
nominal yang disediakan oleh pabrik baja, atau bila Direksi Pekerjaan memerintahkan,
atas dasar pengujian penimbangan yang dilakukan Penyedia Jasa pada contoh yang
dipilih oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penjepit, pengikat, pemisah atau bahan lain yang digunakan untuk
penempatan atau pengikatan baja tulangan pada tempatnya tidak akan
dimasukkan dalam berat untuk pembayaran.
c) Penulangan yang digunakan untuk gorong-gorong beton bertulang atau struktur lain
di mana pembayaran terpisah untuk struktur yang lengkap telah disediakan
dalam seksi lain dari spesifikasi ini, tidak boleh diukur untuk pembayaran menurut
seksi ini.
2) Dasar Pembayaran
Jumlah baja tulangan yang diterima, yang ditentukan seperti diuraikan di atas, harus
dibayar pada harga penawaran kontrak untuk mata pembayaran yang ditunjukkan di
bawah ini, dan terdaftar dalam daftar kuantitas, dimana pembayaran tersebut
merupakan kompensasi penuh untuk pemasokan, pembuatan dan pemasangan
bahan, termasuk semua pekerja, peralatan, perkakas, pengujian dan pekerjaan
pelengkap lain untuk menghasilkan pekerjaan yang memenuhi ketentuan.

Nomor Satuan
Uraian
Mata Pengukuran
Pembayara
7.3n(1a) Baja Tulangan BJ 24 Polos Kilogram
7.3 (1b) Baja Tulangan BJ 24 Polos (epoxy coated) Kilogram

7.3 (2a) Baja Tulangan BJ 32 Polos Kilogram


7.3 (2b) Baja Tulangan BJ 32 Polos (epoxy coated) Kilogram
SEKSI 5.3

PASANGAN BATU

5.3.1 UMUM
1) Uraian
a) Yang dimaksud dengan pasangan batu adalah komponen struktur yang terbuat dari
susunan batu dengan mortar semen sebagai pengikat sesuai yang disyaratkan.
b) Pekerjaan yang diatur dalam seksi ini harus mencakup pembuatan struktur yang
ditunjukkan dalam gambar atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, yang
dibuat dari pasangan batu. Pekerjaan harus meliputi pemasokan semua bahan,
galian/urugan, penyiapan fondasi dan seluruh pekerjaan yang diperlukan
untuk menyelesaikan struktur sesuai dengan spesifikasi ini dan memenuhi
garis, ketinggian, potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam
gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
c) Umumnya, pasangan batu harus digunakan hanya untuk struktur seperti dinding
penahan, gorong-gorong pelat, dan tembok kepala gorong-gorong besar dari
pasangan batu yang digunakan untuk menahan beban luar yang cukup besar.
Apabila fungsi utama suatu pekerjaan sebagai penahan gerusan, bukan sebagai
penahan beban, seperti lapisan selokan, lubang penangkap, lantai gorong-gorong
(spillway apron) atau pekerjaan pelindung lainnya pada lereng atau di sekitar
ujung gorong-gorong, maka kelas pekerjaan di bawah pasangan batu dapat
digunakan seperti pasangan batu dengan mortar atau pasangan batu kosong yang
diisi (grouted rip rap) seperti yang disyaratkan masing-masing dalam Seksi 2.2 dan
Seksi 5.4.
2) Penerbitan Detail Pelaksanaan (shop drawing)
Detail pelaksanaan (shop drawing) untuk pasangan batu yang tidak disertakan
dalam dokumen kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi Pekerjaan
setelah peninjauan kembali rancangan awal selesai dikerjakan sesuai dengan Seksi 1.2
dari spesifikasi ini.

5.3.2 PERSYARATAN
1) Standar Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI 15-2049-2004 : Semen portland.
SNI 15-3758-2004 : Semen masonri.
AASHTO :
AASHTO M 45-04 : Aggregate for Masonry Mortar.
ASTM :
ASTM C 207 : Hydrated Lime for Masonry Purpose.
ASTM C 270 : Mortar forUnit Masonry.
ASTM C 476 : Mortar and Grout for Reinforcement of Masonry.
2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini
a) Persiapan : Seksi 1.2
b) Selokan dan Saluran Air : Seksi 2.1
c) Pasangan Batu dengan Mortar untuk Selokan dan Saluran Air : Seksi 2.2
d) Gorong-gorong : Seksi 2.3
e) Drainase Porous : Seksi 2.4
f) Galian : Seksi 3.1
g) Timbunan : Seksi 3.2
h) Beton : Seksi 5.1
3) Toleransi
Ketentuan toleransinya harus sesuai dengan Butir 2.2.2.1).
4) Persyaratan Bahan
a) Batu
(1) Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis
yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan
bagian yang tipis atau lemah.
(2) Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling
mengunci bila dipasang bersama-sama.
(3) Terkecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan, batu harus memiliki
ketebalan yang tidak kurang dari 150 mm, lebar tidak kurang dari satu setengah
kali tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali lebarnya.
b) Adukan
Adukan harus adukan semen yang memenuhi kebutuhan dari Seksi 7.8 dari spesifikasi
ini.
c) Drainase Porous
Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk
pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan dari Seksi 2.4 dari spesifikasi ini.
5) Persyaratan Kerja
a) Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengirimkan contoh dari semua bahan yang akan
digunakan dan dilengkapi dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat
bahan sesuai dengan Pasal ini.
Pekerjaan pasangan batu tidak boleh dimulai sebelum ada persetujuan Direksi
Pekerjaan. b) Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja harus senantiasa kering dan menjamin fasilitas sanitasi cukup
tersedia untuk pekerja.

5.3.3 PELAKSANAAN
1) Persiapan Fondasi (Pasangan Batu)
a) Fondasi untuk struktur pasangan batu harus disiapkan sesuai dengan syarat untuk
Seksi 3.1, Galian dari spesifikasi ini.
b) Terkecuali disyaratkan lain atau ditunjukkan pada gambar, dasar fondasi untuk
struktur dinding penahan harus tegak lurus, atau bertangga yang juga tegak lurus
terhadap muka dari dinding. Untuk struktur lain, dasar fondasi harus mendatar
atau bertangga yang juga horizontal.
c) Lapis landasan yang rembes air (permeable) dan kantung penyaring harus disediakan
jika disyaratkan sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 2.4, Drainase Porous.
d) Apabila ditunjukkan dalam gambar, atau yang diminta lain oleh Direksi
Pekerjaan, suatu fondasi beton mungkin diperlukan. Beton yang digunakan harus
memenuhi ketentuan dari Seksi 7.1 dari spesifikasi ini.
2) Pelaksanaan Pemasangan Batu
a) Landasan dari adukan baru paling sedikit 30 mm tebalnya harus dipasang pada
fondasi yang disiapkan sesaat sebelum penempatan masing-masing batu pada
lapisan pertama. Batu besar pilihan harus digunakan untuk lapis dasar dan pada
sudut-sudut. Perhatian harus diberikan untuk menghindarkan pengelompokkan batu
yang berukuran sama.
b) Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang
tampak harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang.
c) Batu harus ditangani sedemikian hingga tidak menggeser atau memindahkan batu
yang telah terpasang. Peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu
yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh 2 (dua) orang.
Menggelindingkan atau menggulingkan batu pada pekerjaan yang baru dipasang
tidak diperkenankan.
3) Penempatan Adukan (Pasangan Batu)
a) Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan
dalam waktu yang cukup untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh.
Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya
landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu
yang akan dipasang.
b) Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 20 mm sampai 50 mm dan
merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antara batu
yang dipasang terisi penuh.
c) Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah
dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras.
Apabila batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan
awal, maka batu tersebut harus dibongkar, dan adukannya dibersihkan dan batu
tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru.

5.3.4 PENGENDALIAN MUTU


1) Penerimaan Bahan
Bahan yang diterima harus diperiksa oleh pengawas penerimaan bahan dengan
mengecek/ memeriksa bukti tertulis yang menunjukkan bahwa bahan-bahan yang telah
diterima harus sesuai dengan ketentuan persyaratan bahan pada Butir 7.9.2 4).
2) Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi (Pasangan Batu)
a) Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Kecuali
ditunjukkan lain pada gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan,
lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari
sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
b) Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka
delatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus
30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding. Batu yang
digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga
membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas.
c) Timbunan di belakang delatasi haruslah dari bahan drainase porous berbutir
kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan
tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut
melewati sambungan.
3) Pekerjaan Akhir Pasangan Batu
a) Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hampir rata dengan
permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagaimana pekerjaan
dilaksanakan.
b) Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horizontal dari seluruh pasangan
batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 20 mm,
dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan
cuaca tersebut harus dimasukkan ke dalam dimensi struktur yang disyaratkan.
c) Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh
permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan.
d) Permukaan yang telah selesai harus dirawat seperti yang disyaratkan untuk Pekerjaan
Beton dalam Butir 7.1.3.2) d) dari spesifikasi ini.
e) Apabila pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu
yang tidak lebih dini dari 14 (empat belas) hari setelah pekerjaan
pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali harus dilaksanakan seperti
disyaratkan, atau seperti diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, sesuai dengan
ketentuan yang berkaitan dengan Seksi 3.2, atau Seksi 2.4.
f) Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan untuk
memperoleh bidang antar muka rapat dan halus dengan pasangan batu sehingga
akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan
pasangan batu.
4) Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan atau Rusak
a) Pekerjaan pasangan batu yang tidak memenuhi toleransi yang diberikan pada Butir
5.3.2.3) di atas harus diperbaiki oleh Penyedia Jasa dengan biaya sendiri,
dengan cara yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
b) Penyedia Jasa harus bertanggung jawab atas kestabilan dan keutuhan dari semua
pekerja yang telah diselesaikannya dan harus dengan biayanya sendiri untuk
menukar dan mengganti setiap bagian yang rusak atau tidak baik, yang menurut
Direktur Pekerjaan disebabkan oleh kelalaian Penyedia Jasa. Penyedia Jasa
tidak diminta pertanggungjawabannya terhadap kerusakan akibat bencana
alam, seperti angin topan atau tanah longsor yang tidak dapat dihindari di
tempat pekerjaan, asalkan pekerjaan tersebut telah diterima dan dinyatakan
secara tertulis bisa diterima alasannya oleh Direktur Pekerjaan.

5.3.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran
a) Pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume
pekerjaan yang diselesaikan dan diterima, dihitung sebagai volume teoritis yang
ditentukan oleh garis dan penampang yang disyaratkan dan disetujui.
b) Setiap bahan yang dipasang sampai melebihi volume teoritis yang disetujui
harus tidak diukur atau dibayar.
c) Landasan rembes air (permeable bedding), penimbunan kembali dengan bahan
porous atau kantung penyaring harus diukur dan dibayar sebagai drainase porous,
seperti yang disebutkan dalam Pasal 2.4.4 dari spesifikasi ini. Tidak ada pengukuran
atau pembayaran terpisah yang harus dilakukan untuk penyediaan atau
pemasangan lubang sulingan atau pipa, juga tidak untuk acuan lainnya atau
untuk galian dan penimbunan kembali yang diperlukan.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas, ditentukan sebagaimana diuraikan di atas, harus dibayar dengan harga
kontrak per satuan dari pengukuran untuk mata pembayaran yang terdaftar di bawah
dan ditunjukkan dalam daftar kuantitas dan harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan pemasangan
semua bahan, untuk galian yang diperlukan dan penyiapan seluruh formasi atau
fondasi, untuk pembuatan lubang sulingan dan sambungan konstruksi, untuk
pemompaan air, untuk penimbunan kembali sampai elevasi tanah asli dan
pekerjaan akhir dan untuk semua pekerjaan lainnya atau biaya lain yang diperlukan
atau lazim untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan yang
diuraikan dalam pasal ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

5.3 Pasangan Batu Meter Kubik


PEKERJAAN JALAN ASPAL
a) PEKERJAAN LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

Umum

Uraian

Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan pondasi
tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat),
sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat
semen atau aspal(seperti Semen Tanah, RCC, CTB, Perkerasan Beton, Lapis
Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll)

Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi ini


- Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8
- Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
- Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
- Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
- Keselamatan dan Kesehatan Kerja Seksi 1.19
- Pelebaran Perkerasan : Seksi 4.1
- Bahu Jalan : Seksi 4.2
- Lapis Pondasi Agregat : Seksi 5.1
- Lapis Pondasi Semen Tanah : Seksi 5.4
- Campuran Aspal Panas : Seksi 6.3
- Lasbutag dan Latasbusir : Seksi 6.4
- Campuran Aspal Dingin : Seksi 6.5
- Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
- Pengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama : Seksi 8.2
pada Jalan Ber-penutup Aspal
Standart Rujukan
Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI 03-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan Bahan Aspal


SNI 03-2434-1991 : Metode Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
SNI 06-2456-1991 : Metode Pengujian Penetrasi Bahan Bahan
Bitumen
SNI 03-3642-1994 : Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi
dengan Penyulingan.
SNI 03-3643-1994 : Aspal Emulsi Tertahan Saringan No. 20
SNI 03-3644-1994 : Metode Pengujian Jenis Muatan Partikel Aspal
Emulsi
SNI 03-4798-1998 : Spesifikasi Aspal Emulsi Kationik
SNI 03-6721-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal Cair dan Aspal
Emulsi dengan Alat Saybolt
SNI 06-6832-2002 : Spesifikasi Aspal Emulsi Anionik

AASHTO :
AASHTO M20 - 70 : Penetration Graded Asphalt Cement
AASHTO M140 - 88 : Emulsified Asphalt
ASTM :
ASTM D 244 : Standard Test Methode and Practices for
Emulsified Asphalts

Brirish Standards :
BS 3403 : Industrial Tachometers
Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Bekerja
Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan yang kering atau
mendekati kering, dan Lapis Perekat harus disemprot hanya pada permukaan
yang benar-benar kering. Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat
tidak boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun hujan
Mutu Pekerjaan dan Perbaikan dari Pekerjaan Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Lapisan yang telah selesai harus menutup keseluruhan permukaan yang dilapisi
dan tampak merata, tanpa adanya bagian-bagian yang beralur atau kelebihan
aspal.
Untuk Lapis Perekat, harus melekat dengan cukup kuat di atas permukaan yang
disemprot. Untuk penampilan yang kelihatan berbintik-bintik, sebagai akibat dari
bahan aspal yang didistribusikan sebagai butir-butir tersendiri dapat diterima
asalkan penampilannya kelihatan rata dan keseluruhan takaran pemakaiannya
memenuhi ketentuan.
Untuk Lapis Resap Pengikat, setelah proses pengeringan, bahan aspal harus sudah
meresap ke dalam lapis pondasi, meninggalkan sebagian bahan aspal yang dapat
ditunjukkan dengan permukaan berwarna hitam yang merata dan tidak berongga
(porous). Tekstur untuk permukaan lapis pondasi agregat harus rapi dan tidak
boleh ada genangan atau lapisan tipis aspal atau aspal tercampur agregat halus
yang cukup tebal sehingga mudah dikupas dengan pisau.
Perbaikan dari Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat yang tidak memenuhi
ketentuan harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, termasuk
pembuangan bahan yang berlebihan, penggunaan bahan penyerap (blotter
material), atau penyemprotan tambahan seperlunya. Setiap kerusakan kecil pada
Lapis Resap Pengikat harus segera diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan Seksi 8.2 dari
Spesifikasi ini. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar lubang yang besar
atau kerusakan lain yang terjadi dibongkar dan dipadatkan kembali atau
penggantian lapisan pondasi diikuti oleh pengerjaan kembali Lapis Resap
Pengikat.
Pengajuan Kesiapan Kerja
Penyedia Jasa harus mengajukan hal-hal berikut ini kepada Direksi Pekerjaan :
1. Lima liter contoh dari setiap bahan aspal yang diusulkan oleh Penyedia Jasa
untuk digunakan dalam pekerjaaan dilengkapi sertifikat dari pabrik pembuat-
nya dan hasil pengujian seperti yang disyaratkan dalam Pasal 1.11.1.(3).(c),
diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai. Sertifikat tersebut harus menjelas-
kan bahwa bahan aspal tersebut memenuhi ketentuan dari Spesifikasi dan
jenis yang sesuai untuk bahan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat,
seperti yang ditentukan pada Pasal 6.1.2 dari Spesifikasi ini.
2. Catatan kalibrasi dari semua instrumen dan meteran pengukur dan tongkat
celup ukur untuk distributor aspal, seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(3) dan
6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini, yang harus diserahkan paling lambat 30 hari
sebelum pelaksanaan dimulai. Tongkat celup ukur, alat instrumen dan
meteran pengukur harus dikalibrasi sampai memenuhi akurasi, toleransi
ketelitian dan ketentuan seperti diuraikan dalam Pasal 6.1.3.(4) dari Spesifikasi
ini dan tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak melebihi satu tahun sebelum
pelaksanaan dimulai.
3. Grafik penyemprotan harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3.(5) dari Spesifikasi
ini dan diserahkan sebelum pelaksanaan dimulai.
4. Contoh-contoh bahan yang dipakai pada setiap hari kerja harus dilaksanakan
sesuai dengan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini. Laporan harian untuk pekerjaan
pelaburan yang telah dilakukan dan takaran pemakaian bahan harus
memenuhi ketentuan Pasal 6.1.6 dari Spesifikasi ini

Kondisi Tempat Kerja


1. Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga masih
memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak pekerjaan yang sedang
dilaksanakan dan hanya menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu
lintas.
2. Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping tempat kerja
(struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar tidak menjadi kotor karena
percikan aspal.
3. Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke tempat yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
4. Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan dengan fasilitas
pencegahan dan pengendalian kebakaran yang memadai, juga pengadaan
dan sarana pertolongan pertama.

Pengendalian Lalu Lintas


1. Pengendalian lalu lintas harus memenuhi ketentuan Seksi 1.8, Manajemen
dan Keselamatan Lalu Lintas dan Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini.
2. Penyedia Jasa harus bertanggung jawab terhadap dampak yang terjadi bila
lalu lintas yang dijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat
yang baru dikerjakan
Bahan

Lapis Resap Pengikat


Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :

1. Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow
setting) yang memenuhi SNI 03-4798-1998. Umumnya hanya aspal emulsi
yang dapat menunjukkan peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa
pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus mengandung residu hasil
penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang dari 60 % dan
mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100. Direksi Pekerjaan dapat
mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan
perbandingan 1 bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat
tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
2. Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20,
diencerkan dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang
digunakan sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah
percobaan di atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal
6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan
pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 85 bagian
minyak per 100 bagian aspal semen (80 pph 85 pph) kurang lebih ekivalen
dengan viskositas aspal cair hasil kilang jenis MC-30).
3. Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau anionik, harus
sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi. Gunakan aspal emulsi kationik
bila agregat untuk lapis pondasi adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan
gunakan aspal emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah
agregat asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau bila bila aspal
emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan
untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
4. Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil
atau batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan
kohesif atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan
ASTM 3/8 (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM
No.8 (2,36 mm).
Lapis Perekat
Bahan aspal untuk Lapis Perekat haruslah salah satu dari berikut ini :
1. Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-
6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air
bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..
2. Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO
M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian minyak tanah per 100 bagian aspal
(25 pph 30 pph).
3. Jika digunakan aspal emulsi modifikasi, jenis aspal emulsi yang digunakan
adalah jenis kationik reaksi cepat (rapid setting). Bahan modifikasi yang
digunakan haruslah latex dengan kandungan karet kering minimum 60 %.
Kadar bahan modifikasi dalam aspal emulsi haruslah 2-3 % terhadap berat
residu aspal. Dalam kondisi apapun, aspal emulsi modifikasi tidak boleh
diencerkan di lapangan. Aspal emulsi modifikasi yang digunakan (CRS-1)
yang digunakan harus memenuhi Tabel 6.1.2.(1).

Tabel 6.1.2.(1) Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi

No. Pengujian Metode Persyaratan


o
1. Viskositas Aspal pada 50 C, SSF SNI 03-6721-2002 20 100
(detik)
2. Pengendapan 5 hari (% berat) ASTM D 244 Maks 5
3. Stabilitas Penyimpanan 24 jam ASTM D 244 Maks 1
(% berat)
4. Analisa Saringan (tertahan SNI 03-3643-1994 Maks 0,1
saringan no. 20) (% berat)
5. Muatan Partikel SNI 03-3644-1994 Positif
6. Sisa (residu) Minimum Destilasi SNI 03-3642-1994 Min 60
(%)
7. Destilasi Minyak (% volume) SNI 03-3642-1994 Maks 3
8. Pengujian dari hasil pengujian
destilasi: SNI 06-2456-1991 100 200
- Penetrasi SNI 06-2434-1991 Min 48
o
- Titik Lembek ( C) SNI 06-2432-1991 Min 50
- Daktilitas (cm) ASTM D5546 Min 97,5
- Kelarutan dalam
Toluene (% berat)

4. Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau berbahan pengikat aspal,
gunakan aspal emulsi kationik. Bila lapis perekat dipasang di atas perkerasan
beton atau berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila ada
keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi
Pekerjaan dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi kationik.
Tabel 6.1.2.(1) Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi
Peralatan

Ketentuan Umum
Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan
atau kompresor, distributor aspal, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan
peralatan yang sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal
Distributor Aspal Batang Semprot
1) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin yang bermesin
penggerak sendiri, memenuhi peraturan keamanan jalan. Bilamana dimuati
penuh maka tekanan ban pada pengoperasian dengan kecepatan penuh
tidak boleh melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.
2) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan
sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang sudah merata
dapat disemprotkan secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan,
pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4 liter per meter
persegi.
3) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot sehingga dapat
mensirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah horisontal dan
vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel,
dipasang pada jarak yang sama yaitu 10 1 cm. Distributor aspal juga harus
dilengkapi pipa semprot tangan.
Perlengkapan
Perlengkapan distributor aspal harus meliputi sebuah tachometer (pengukur
kecepatan putaran), meteran tekanan, tongkat celup yang telah dikalibrasi,
sebuah termometer untuk mengukur temperatur isi tangki, dan peralatan untuk
mengukur kecepatan lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor
harus dikalibrasi untuk memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal 6.1.3.(4)
dari Spesifikasi ini. Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti dan memenuhi
ketentuan tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan
Toleransi Peralatan Distributor Aspal

Toleransi ketelitian dan ketentuan jarum baca yang dipasang pada distributor
aspal dengan batang semprot harus memenuhi ketentuan berikut ini
Ketentuan dan Toleransi Yang Dijinkan
Tachometer pengukur : 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai
kecepatan kendaraan ketentuan BS 3403

Tachometer pengukur : 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai


kecepatan putaran ketentuan BS 3403
pompa

Pengukur suhu : 5 C, rentang 0 - 250 C, minimum garis tengah


arloji 70 mm

Pengukur volume atau : 2 persen dari total volume tangki, nilai


tongkat celup maksimum garis skala Tongkat Celup 50 liter.
Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaaan
Distributor aspal harus dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan dan Buku
Petunjuk Pelaksanaan yang harus disertakan pada alat semprot, dalam keadaan
baik, setiap saat.
Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran pipa dan semua
petunjuk untuk cara kerja alat distributor.
Grafik Penyemprotan harus memperlihatkan hubungan antara kecepatan dan
jumlah takaran pemakaian aspal yang digunakan serta hubungan antara
kecepatan pompa dan jumlah nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran
aspal dari nosel. Keluaran aspal pada nosel (liter per menit) dalam keadaan
konstan, beserta tekanan penyemprotanya harus diplot pada grafik
penyemprotan
Grafik Penyemprotan juga harus memperlihatkan tinggi batang semprot dari
permukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal dari nosel semprot, untuk
menjamin adanya tumpang tindih (overlap) semprotan yang keluar dari tiga nosel
(yaitu setiap lebar permukaan disemprot oleh semburan tiga nosel).
Kinerja Distributor Aspal
1) Penyedia Jasa harus menyiapkan distributor lengkap dengan perlengkapan
dan operatornya untuk pengujian lapangan dan harus menyediakan tenaga-
tenaga pembantu yang dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah
Direksi Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan sesuai dengan
Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaan atau tidak
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan
tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam pekerjaan. Setiap
modifikasi atau penggantian distributor aspal harus diuji terlebih dahulu
sebelum digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian aspal yang
dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan cara melintaskan batang
semprot di atas bidang pengujian selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari
lembaran resap yang bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus
ditimbang sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus dipakai
dalam menentukan takaran aktual pada tiap lembar dan perbedaan tiap
lembar terhadap takaran rata-rata yang diukur melintang pada lebar penuh
yang telah disemprot tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata.
3) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu takaran sasaran
pemakaian alat semprot harus diuji dengan cara yang sama dengan
pengujian distribusi melintang pada butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan
minimum sepanjang 200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus
dijalankan dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran sasaran
pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Dengan minimum 5 penampang melintang yang berjarak sama harus
dipasang 3 kertas resap yang berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang
dalam jarak kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau
dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan. Takaran pemakaian, yang
diambil sebagai harga rata-rata dari semua kertas resap tidak boleh berbeda
lebih dari 5 persen dari takaran sasaran. Sebagai alternatif, takaran
pemakaian rata-rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah
dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini.
Untuk tujuan pengujian ini minimum 70 persen dari kapasitas distributor
aspal harus disemprotkan.
Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)
Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan perlatan penyemprot
aspal tangan dapat dipakai sebagai pengganti distributor aspal.
Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus selalu dijaga
dalam kondisi baik, terdiri dari :
- Tangki aspal dengan alat pemanas;
- Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal sehingga
aspal dapat tersemprot keluar;
- Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur keluarnya
aspal (nosel).
Pelaksanaan Pekerjaan
Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal
1. Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua
kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1
dan Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.
2. Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu
harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3,
6.4, atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis permukaan
yang baru tersebut.
3. Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu
pada Pasal 6.1.2.1. dan Untuk lapis perekat, jenis aspal emulsi yang digunakan
harus mengacu pada Pasal 6.1.2.2.
4. Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir (a)
dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.
5. Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
6. Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.
7. Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya harus disingkirkan
dari permukaan dengan memakai penggaru baja atau dengan cara lainnya
yang telah disetujui atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian
yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan disapu.
8. Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A,
permukaan akhir yang telah disapu harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar
dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan
diterima.
9. Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum perkerasan telah
disiapkan dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.

Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal


1. Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per
meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin-
tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot
atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang
didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk
Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat

Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan


mene-rima pelaburan dan jenis bahan aspal
yang akan dipakai. Lihat Tabel 6.1.4.(1) untuk
jenis takaran pemakaian lapis aspal.

2. Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabel 6.1.4.(1), kecuali


diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan. Temperatur penyemprotan untuk
aspal cair yang kandungan minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan
dalam daftar ini, temperaturnya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.
Tabel 6.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Takaran (liter per meter persegi) pada


Jenis Aspal Permukaan Baru Permukan Permukaan
atau Aspal atau Porous dan Berbahan
Beton Lama Terekpos Cuaca Pengikat
Yang Licin Semen
Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35 0,2 1,0
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 1,0
Aspal Emulsi 0,40 0,40 - 1,00 0,4 2,0
yang diencerkan
(1:1)
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 1,0
Modifikasi
Tabel 6.1.4.(2) Temperatur Penyemprotan

Jenis Aspal Rentang Suhu


Penyemprotan
Aspal cair, 25-30 pph minyak tanah 110 10 C
Aspal cair, 80-85 pph minyak tanah 45 10 C
(MC-30)
Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau Tidak dipanaskan
aspal emulsi yang diencerkan

3. Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang


pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus
ditolak dan harus diganti atas biaya Penyedia Jasa.
Pelaksanaan Penyemprotan
1. Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penyemprotan
harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-
batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
2. Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprotkan dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang
diperintahkan, kecuali jika penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis
untuk lokasi yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
penyemprot aspal tangan (hand sprayer).
3. Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang
telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang
semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut
sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.
4. Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan aspal harus satu lajur
atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih
(overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan.
Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak
boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penyemprotan di lajur
yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah
disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini
dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat
semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
5. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang
cukup kedap. Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan sampai seluruh
batas bahan pelindung tersemprot, dengan demikian seluruh nosel bekerja
dengan benar pada sepanjang bidang jalan yang akan disemprot
6. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang
akan disemprot dengan demikian kecepatan lajunya dapat dijaga konstan
sesuai ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut
dan kecepatan ini harus tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.
7. Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10
persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap
(masuk angin) dalam sistem penyemprotan.
8. Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penyemprotan harus
segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
9. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan,
harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas
bidang yang disemprot. Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai
hasil kali panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang
digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai
harus sesuai dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan menurut Pasal
6.1.4.(2).(a) dari Spesifikasi ini, dalam toleransi berikut ini :

Toleransi 1 % dari volume tangki


takaran
= + (4 % dari takaran yg + ----------------------------)
pemakaian
diperintahkan
Luas yang disemprot

10. Takaran pemakaian yang dicapai harus telah dihitung sebelum lintasan
penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan bila perlu diadakan penyesuaian
untuk penyemprotan berikutnya .
11. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata ada ketidaksempurnaan
peralatan semprot pada saat beroperasi.
12. Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis Perekat, bahan
aspal yang berlebihan dan tergenang di atas permukaan yang telah
disemprot harus diratakan dengan menggunakan alat pemadat roda karet,
sikat ijuk atau alat penyapu dari karet.
13. Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat yang menun-
jukkan adanya bahan aspal berlebihan harus ditutup dengan bahan penyerap
(blotter material) yang memenuhi Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini
sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap (blotter material)
hanya boleh dihampar 4 jam setelah penyemprotan Lapis Resap Pengikat.
14. Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar bahan aspal harus
dilabur kembali dengan bahan aspal yang sejenis secara manual dengan
kadar yang hampir sama dengan kadar di sekitarnya.
Pemeliharaan Dan Pembukaan Lalu Lintas
Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat
1. Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah diberi Lapis
Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar yang ditetapkan dalam
Pasal 6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan
berikutnya hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah
meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah mengeras.
Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau Burda, waktu
penundaan harus sebagaimana yang diperintahkan Direksi Pekerjaan
minimum dua hari dan tak boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari
lalu lintas, cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang digunakan.

2. Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap dan
mengering serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda lalu lintas. Dalam
keadaan khusus, lalu lintas dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut,
tetapi tidak boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan Lapis Resap
Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material) yang bersih, yang
sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini harus dihampar
sebelum lalu lintas diijinkan lewat. Agregat penutup harus disebar dari truk
sedemikian rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal yang belum
tertutup agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada lajur yang
sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur yang belum dikerjakan,
sebuah alur (strip) yang lebarnya paling sedikit 20 cm sepanjang tepi
sambungan harus dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup
harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang dipersiapkan
untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang tindih (overlap) bahan aspal
sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat
penutup harus dilaksanakan seminimum mungkin.

Pemeliharaan Lapis Perekat


Lapis aspal berikut di atasnya untuk memperoleh kondisi kelengketan yang tepat.
Pelapisan lapisan beraspal berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal
hilang kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi, debu yang
tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis aspal dalam keadaan tidak tertutup, Penyedia
Jasa harus melindunginya dari kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak
dengan lalu lintas. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus
dilakukan bila lapis perekat telah mengering sehingga hilang atau berkurang
kelengketannya.
Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan tiba-tiba
dengan menggunakan udara bertekanan (compressor) dapat dilakukan sebelum
lapis beraspal dihampar hanya bila lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam.
Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat
terkena hujan lebih dari 4 jam.
Pengendalian Mutu Dan Pengujian Di Lapangan
Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.1.1.(6).(a) dari
Spesifikasi ini harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan
pekerjaan.
Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor
aspal, masing-masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang
akhir penyemprotan.
Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.3.(6)
dari Spesifikasi ini sebagai berikut :
1) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada Kontrak tersebut;
2) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000
liter, dipilih yang lebih dulu tercapai;
3) Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu dilakukan
pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.
Gradasi agregat penutup (blotter material) harus diajukan kepada Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan sebelum agregat tersebut digunakan
Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan penyemprotan permukaan,
termasuk pemakaian bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran
pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar Lembar 1.10 seperti
terdapat pada Gambar
Pengukuran Dan Pembayaran
Pengukuran Untuk Pembayaran
1) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai terkecil
di antara berikut ini : jumlah liter residu pada 15 C menurut takaran yang
diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau
jumlah liter residu aktual pada 15 C yang terhampar dan diterima..
Pengukuran volume harus diambil saat bahan berada pada temperatur
keseluruhan yang merata dan bebas dari gelembung udara. Kuantitas dari
aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap lintasan penyemprotan.
2) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus dianggap
termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Pengikat yang
memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah.
3) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi
Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai dengan Pasal 6.1.4.(a) dan
6.1.4.(b) tidak akan diukur atau dibayar di bawah Seksi ini, tetapi harus diukur
dan dibayar sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal 6.1.4 dari
Spesifikasi ini.
4) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal
6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan
permukaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai
menurut Pasal 6.1.5 dari Spesifikasi ini harus dianggap merupakan satu
kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang
memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara terpisah.
Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki
Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat yang tidak
memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan
menurut Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran
haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang
semula diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang diperlukan oleh
perbaikan ini.

Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga
Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum
di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut
harus merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penyemprotan
seluruh bahan, termasuk bahan penyerap (blotter material), penyemprotan ulang,
termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang
diperlukan untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam
Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

6.1.(1) (a) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter

6.1.(1) (b) Lapis Resap Pengikat Aspal Emulsi Liter

6.1.(2) (a) Lapis Perekat - Aspal Cair Liter

6.1.(2) (b) Lapis Perekat - Aspal Emulsi Liter

6.1.(2) (c) Lapis Perekat - Aspal Emulsi Modifikasi Liter

Bahan Aspal
1. Bahan aspal yang dipakai harus dari jenis aspal semen Pen.80/100
memenuhi ketentuan AASHTO M20 70 atau jenis Pen.60/70 sesuai Tabel
6.3.2.5, dan dapat diencerkan memakai minyak tanah sesuai ketentuan
Tabel 6.2.2.(3), tabel ini harus dipakai untuk merancang bahan aspal.
Tabel 6.2.2.(3) Rancangan Bahan Aspal
Temperatur Perbandingan Minyak Tanah Temperatur
1
Udara Terhadap Penyemprota
3
(C saat teduh) Aspal Pen. Aspal Pen.60/70 n (C)2

Catatan : 80/100
- 20,0
p 11 13 157
p
22,5 9 11 162
h
25,0 7 9 167
27,5 5 7 172
=
bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal.
- Temperatur penyemprotan yang sebenarnya harus berada dalam
rentang 10o C dari nilai-nilai yang telah ditentukan dalam tabel
di atas.
- Bilamana temperatur udara berada pada temperatur antara dari
kolom satu di atas, maka proporsi kerosen dan temperatur
penyemprotan yang dipilih haruslah temperatur yang terendah di
antara keduanya. Perkiraan rentang perubahan temperatur saat
pengukuran dan penyemprotan harus diperkirakan sebelumnya
Bahan aspal yang dipanaskan pada temperatur penyemprotan selama
lebih dari 10 jam pada temperatur penyemprotan seperti ditentukan pada
Tabel 6.2.2.(3) di atas atau telah dipanaskan melebihi 200C, harus ditolak.
Bila digunakan aspal modifikasi maka persyaratan aspal modifikasi yang
digunakan harus berjenis elastomer sesuai dengan Tabel 6.2.2.(3) dengan
temperatur penyemprotan 170 C.
2. Bilamana pelaksanaan pelaburan terpaksa harus dilaksanakan dalam
kondisi yang kurang menguntungkan atau dalam kondisi cuaca tanggung,
atau kelekatan aspal terhadap agregat (SNI 03-2439-1991) dalam kondisi
tanggung Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui
penggunaan bahan anti pengelupasan (anti-stripping agent) untuk
meningkatkan ikatan antara agregat dan aspal.
Bahan tambah (additive) yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui
Direksi Pekerjaan dan proporsi yang diperlukan harus dicampur dalam
bahan aspal sampai merata sesuai dengan pabrik pembuatnya. Campuran
ini harus disirkulasikan dalam distributor minimum selama 30 menit pada
kecepatan penuh pompa untuk memperoleh campuran yang homogen.
Jenis Pekerjaan Pelaburan
Jenis pekerjaan pelaburan yang akan dipakai pada setiap ruas pekerjaan diperlihatkan
pada Gambar dan istilahnya disingkat dalam Tabel 6.2.3.(1) di bawah ini.
Peralatan
Ketentuan Umum
Peralatan yang akan digunakan haruslah distributor aspal yang mempunyai mesin
penggerak sendiri, dua alat pemadat roda karet, alat penebar agregat, paling
sedikit 2 (dua) dump truck, sikat mekanis, sapu lidi, sikat dan perlengkapan untuk
menuangkan drum dan untuk memanaskan bahan aspal.
Distributor Aspal
Distributor aspal harus memenuhi ketentuan Pasal 6.1.3 dari Spesifikasi ini. Tangki
distributor harus benar-benar tersekat sempurna dalam menahan aliran panas,
dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan aspal, turunnya panas tidak
boleh melampaui 2,5 C per jam dalam kondisi tidak sirkulasi.
Alat Pemadat
Alat pemadat roda karet harus mempunyai lebar total tidak kurang dari 1,5 meter,
dan harus mempunyai mesin penggerak sendiri.
Alat Penghampar Agregat
Peralatan penghampar agregat harus dilengkapi dengan ulir pembagi (auger) dan
harus mampu menghampar agregat secara merata dalam takaran yang terkendali
dengan lebar hamparan minimum 2,4 meter. Suatu perlengkapan khusus harus
dipasang pada sisi badan truk sehingga lebar hamparan dapat disetel. Rancangan
alat penghampar agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa
sehingga menjamin tidak terjadinya penumpukan agregat pada permukaan yang
telah disemprot aspal. Paling sedikit harus disiapkan 2 truk penghampar agregat
atau paling tidak disiapkan satu alat penghampar agregat berupa mesin penebar
agregat dengan penggerak empat roda (four wheel drive belt spreader).
Penebaran agregat secara manual hanya boleh dilakukan bilamana digunakan
peralatan sikat hela.
Sapu dan Sikat Mekanis
Sapu ijuk kasar untuk mendistribusi ulang agregat dan sebuah peralatan sikat hela
atau mekanis untuk menyingkirkan kelebihan agregat harus disiapkan
Peralatan Lain
Peralatan lain yang boleh dipakai oleh Penyedia Jasa untuk meningkatkan kinerja
dapat ditambahkan bilamana telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Direksi Pekerjaan.
Pelaksanaan Pekerjaan
Kuantitas dari Bahan Yang Akan Dipakai
1. Takaran pemakaian bahan aspal, untuk setiap lapis pelaburan aspal dan untuk
setiap ruas jalan, harus ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, tergantung pada
ukuran terkecil rata-rata agregat penutup, jenis atau komposisi aspal, kondisi
dan tekstur dari permukaan aspal lama dan jenis serta kepadatan dari lalu
lintas yang akan melewati jalan, sesuai dengan cara yang diuraikan dalam
Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi ini. Selanjutnya Direksi Pekerjaan dapat
memodifikasi takaran pemakaian, tergantung pada hasil percobaan di
lapangan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.

2. Takaran hamparan agregat harus cukup untuk menutupi permukaan, tanpa


terlihat adanya kelebihan bahan setelah pemadatan, sesuai dengan standar
Spesifikasi dalam Pasal 6.2.1.(5). Lampiran 6.2.C dari Spesifikasi memuat tata
cara menghitung perkiraan takaran hamparan agregat.
Pekerjaan Persiapan Permukaaan Aspal Lama
1. Sebelum permukaan aspal lama dilabur, maka semua kotoran dan bahan tidak
dikehendaki lainnya harus dibersihkan dengan alat penyapu mekanis atau
kompresor atau kedua-duanya. Bilamana hasil pembersihan tidak
memberikan hasil yang merata, maka bagian-bagian yang belum bersih harus
dibersihkan secara manual dengan sapu yang lebih kaku.
2. Pembersihan permukaan harus dilebihkan paling sedikit 20 sentimeter dari
tiap-tiap tepi yang akan disemprot.
3. Lubang-lubang atau tonjolan dari bahan-bahan yang tidak dikehendaki harus
disingkirkan dari permukaan dengan alat penggaru baja atau cara lain yang
disetujui dan bilamana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan maka lokasi yang
telah digaru harus dicuci dengan air dan disikat secara manual.
4. Pekerjaan pelaburan tidak boleh dilakukan sebelum pekerjaan pembersihan
diterima oleh Direksi Pekerjaan.
5. Permukaan jalan lama tanpa penutup aspal, sebelum dilapisi BURTU atau
BURDA harus terlebih dahulu diberi Lapis Resap Pengikat, sesuai ketentuan
dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini. Bagian permukaan jalan yang sudah diberi
Lapis Resap Pengikat, harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Bilamana
ditemui adanya lokasi-lokasi yang belum tertutup Lapis Resap Pengikat harus
dilabur ulang sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan. Pekerjaan semacam ini harus
dilaksanakan dan dibayar sesuai dengan ketentuan Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini.
Lapis Resap Pengikat harus dibiarkan sampai kering seluruhnya dengan waktu
paling sedikit 48 jam atau lebih sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan sebelum
pekerjaan pelaburan aspal dimulai.
6. Semua lubang-lubang harus ditambal terlebih dahulu oleh Penyedia Jasa
sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum pekerjaan pelaburan aspal
dimulai.
Pemakaian Bahan Aspal
1. Penyemprotan bahan aspal harus dilaksanakan merata pada semua titik.
Penyemprotan bahan aspal yang merata sesuai takaran yang diperintahkan
harus dilakukan dengan menggunakan peralatan batang semprot dari
distributor aspal kecuali pada lokasi yang sempit dimana distributor aspal
tidak praktis digunakan, maka Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
perlengkapan semprot tangan.
2. Distributor aspal harus dioperasikan sesuai grafik penyemprotan yang telah
disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi batang semprot
dan kedudukan nosel harus disetel sesuai dengan ketentuan grafik tersebut
sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.
3. Temperatur pada saat penyemprotan untuk BURTU dan BURDA tidak boleh
bervariasi melebihi 10 C dari temperatur harga-harga yang telah diberikan
dalam Tabel 6.2.2.(3).
4. Bilamana diperintahkan Direksi Pekerjaan bahwa lintasan penyemprotan
bahan aspal selebar satu lajur atau kurang maka harus terdapat bagian yang
tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang
bersebelahan. Sambungan memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan
terbuka dan tidak boleh diberi agregat penutup sampai lintasan
penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Hal ini
dimaksudkan agar tepi permukaan yang dibiarkan tetap terbuka ini
mendapat semprotan dari tiga nosel, sehingga mendapat takaran aspal yang
sama seperti permukaan yang lain. Lapis kedua BURDA harus mempunyai
sambungan yang bergeser paling sedikit 15 cm dari sambungan lapis
pertama.
5. Lokasi awal dan akhir penyemprotan harus dilindungi dengan bahan yang
cukup kedap (kertas kerja). Penyemprotan harus dimulai dan dihentikan
sampai seluruh bahan pelindung tersemprot, dengan demikian semua nosel
bekerja dengan benar pada seluruh panjang jalan yang akan dilabur.
6. Distributor aspal harus mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum daerah yang
akan disemprot, sehingga kecepatan lajunya dapat dijaga konstan sesuai
ketentuan, agar batang semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan
kecepatan ini harus dipertahankan sampai melewati titik akhir. Bahan
pelindung atas percikan aspal harus dikeluarkan dan dibuang sedemikian
hingga dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
7. Sisa aspal dalam tangki distributor setelah penyemprotan selesai harus dijaga
tidak boleh kurang dari 10% dari kapasitas tangki atau sebesar yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, untuk mencegah terperangkapnya udara
(masuk angin) pada sistem penyemprotan dan untuk mencegah kurangnya
takaran penyemprotan.
8. Jumlah bahan aspal yang telah digunakan dalam setiap lintasan
penyemprotan, atau jumlah yang disemprot secara manual harus diukur
dengan cara memasukkan tongkat celup ke dalam tangki distributor aspal
segera sebelum dan sesudah setiap lintasan penyemprotan atau setiap
pemakaian secara manual.
9. Lokasi yang telah disemprot aspal oleh lintasan penyemprotan, termasuk
lokasi yang telah dilabur secara manual, didefinisikan sebagai hasil kali
panjang lintasan penyemprotan yang dibatasi oleh bahan pelindung pada
lokasi awal dan akhir penyemprotan dan lebar efektif dari penyemprotan.
Lebar efektif penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali dari jumlah nosel
yang bekerja dan jarak antara nosel yang bersebelahan.
10. Luas lokasi yang akan dilabur aspal dengan manual harus diukur dan luasnya
dihitung segera setelah penyemprotan selesai.
11. Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penyemprotan
atau yang disemprot secara manual, harus didefinisikan sebagai volume
bahan aspal yang digunakan dibagi luas bidang yang disemprot, dan
jumlahnya harus sesuai dengan takaran yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.2.5.(1).(a) dari Spesifikasi ini, dengan
toleransi sebagai berikut :

Toleransi takaran pemakaian 1 % dari volume tangki


= + (4 % dari takaran + ----------------------------- )
yg diperintahkan Luas yang disemprot

12. Takaran pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan penyem-
protan atau penyemprotan secara manual berikutnya dimulai dan bila perlu
diadakan penyesuaian untuk penyemprotan berikutnya
13. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ternyata terdapat kerusakan pada
alat semprot saat beroperasi dan tidak boleh dilanjutkan sebelum kerusakan
tersebut diperbaiki.
14. Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian takaran bahan aspal
harus dilabur dengan bahan aspal yang sejenis secara manual (sikat ijuk, dll.)
dengan takaran yang hampir sama dengan takaran di sekitarnya.
Menghampar Agregat Penutup
1. Sebelum bahan aspal digunakan, agregat penutup dalam bak truk di
lapangan harus mempunyai jumlah yang cukup untuk menutup seluruh
bidang yang akan ditebar dengan agregat. Agregat tersebut harus bersih dan
dalam kondisi sedemikian sehingga dijamin akan melekat ke bahan aspal
dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan aspal. Penghamparan agregat
tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan aspal dimulai dan
harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit terhitung sejak selesainya
penyemprotan atau selesai dalam jangka waktu yang lebih singkat sesuai
perintah Direksi Pekerjaan.
2. Agregat baik precoted ataupun tidak harus dihampar merata di atas
permukaan yang telah disemprot aspal, dengan alat penghampar agregat
yang telah disetujui Direksi Pekerjaan. Setiap tempat yang tidak tertutup
agregat harus segera ditutup kembali secara manual sampai seluruh
permukaan tertutup agregat dengan merata. Setiap hamparan agregat yang
melebihi jumlah takaran yang disyaratkan atau diperintahkan harus
dihamparkan dan didistribusikan kembali dengan merata di atas permukaan
jalan dengan sapu hela, atau disingkirkan dengan cara lain dan ditumpuk
sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan.
Penyapuan dan Penggilasan
1. Segera setelah penghamparan agregat penutup hingga diterima oleh Direksi
Pekerjaan, maka hamparan agregat tersebut harus digilas dengan alat
pemadat roda karet, bila dipandang perlu untuk mempercepat proses
pemadatan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan penggunaan lebih dari
satu alat pemadat roda karet. Penggilasan harus dilanjutkan sampai seluruh
permukaan telah mengalami penggilasan sebanyak enam kali.
2. Permukaan jalan kemudian harus dibersihkan dari agregat yang berkelebihan,
sesuai dengan ketentuan dari Pasal 6.2.1.(9).(e) dari Spesifikasi ini
Pengendalian Mutu Dan Pengujian Lapangan
Contoh aspal dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Pasal 6.2.1.(6).(a) dari
Spesifikasi ini, harus disediakan pada setiap pengangkutan aspal ke lapangan.
Dua liter contoh aspal yang akan dihampar harus diambil dari distributor, masing-
masing pada saat awal penyemprotan dan pada saat menjelang akhir
penyemprotan.
Jumlah data pendukung yang diperlukan untuk persetujuan awal atas mutu
sumber bahan agregat penutup harus meliputi semua pengujian seperti
disyaratkan dalam Pasal 6.2.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini dengan minimum tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, dipilih sedemikian hingga
mewakili rentang mutu bahan yang mungkin diperoleh dari sumber bahan
tersebut. Setelah persetujuan mengenai mutu bahan agregat penutup,
selanjutnya pengujian ini harus diulangi lagi, sesuai petunjuk Direksi Pekerjaan,
bilamana menurut hasil pengamatan terdapat perubahan mutu pada bahan atau
sumbernya.
Distributor aspal harus diperiksa dan diuji sesuai dengan Pasal 6.1.3.(6) dari
Spesifikasi ini sebagai berikut :
1. Sebelum dimulainya pekerjaan penyemprotan;
2. Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal sebanyak 150.000
liter, dipilih yang mana lebih dulu tercapai;
3. Bilamana distributor mengalami kerusakan atau modifikasi, perlu diadakan
pemeriksaan ulang terhadap distributor tersebut.
Semua jenis pengujian dan analisa saringan agregat tercantum dalam tabel Pasal
6.2.2.(1).(c), (d) dan (e) dari Spesifikasi ini harus dilakukan pada setiap tumpukan
persediaan bahan sebelum setiap bahan tersebut dipakai. Minimum satu contoh
harus diambil dan diuji untuk setiap 75 meter kubik agregat di dalam tumpukan
persediaan bahan.
Catatan harian yang terinci dari setiap pekerjaan pelaburan permukaan, termasuk
pemakaian aspal pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian yang
dicapai, harus dibuat dalam formulir standar yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Pengukuran Pembayaran
Pengukuran Bahan Aspal dan Bahan Anti Pengelupasan untuk Pembayaran
1. Untuk pembayaran, bahan aspal precoated harus diukur dalam satuan liter
sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima, dikoreksi
terhadap pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu
15 C.
2. Untuk pembayaran, bahan aspal pelababuran harus diukur dalam satuan liter
sebagai volume nominal yang telah terpakai dan telah diterima pada setiap
lintasan penyemprotan atau penyemprotan secara manual, dikoreksi terhadap
pemuaian akibat temperatur dengan volume yang setara pada suhu 15 C.
3. Volume nominal harus didefinisikan sebagai luas permukaan yang telah
disemprot dengan aspal, diukur sesuai dengan Pasal 6.2.5.(3).(g) dan Pasal
6.2.5.(3).(h) dari Spesifikasi ini, dikalikan takaran pemakaian nominal aspal.
Untuk pembayaran, takaran pemakaian nominal aspal untuk setiap lintasan
penyemprotan atau penyemprotan secara manual, harus diambil yang lebih
kecil dari ketentuan di bawah ini :
- Takaran pemakaian yang telah diperintahkan Direksi Pekerjaan,
ditambah toleransi yang diperkenankan dalam Pasal 6.2.5.(3).(i) dari
Spesifikasi ini.
- Takaran rata-rata pemakaian yang telah disemprot dan diukur sesuai
dengan Pasal 6.2.5.(3).(f) sampai 6.2.5.(3).(i) dari Spesifikasi ini.
4. Bahan anti pengelupasan diukur dalam satuan liter bahan yang terpakai
Pengukuran dari Perbaikan Pekerjaan
Bila perbaikan pekerjaan pelaburan yang tidak memenuhi ketentuan telah
dilaksanakan sesuai perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.2.1.(5) di atas
maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan pekerjaan
yang seharusnya dibayar jika pekerjaan yang semula diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan
atau pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut.
Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang telah tercantum
dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana harga dan pembayaran itu harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh
bahan, termasuk seluruh pekerja, peralatan, perlengkapan, dan biaya tidak
terduga yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan seperti diuraikan dalam
Spesifikasi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran
6.2.(1) Agregat Penutup BURTU Meter Persegi
6.2.(2) Agregat Penutup BURDA Meter Persegi
6.2.(3).(a) Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan Liter
yan g Diencerkan
6.2.(3).(b) Bahan Aspal untuk Pekerjaan Pelaburan Liter
6.2.(4).(a) Bahan Aspal Modifikasi untuk Pekerjaan Liter
Pelaburan
6.2.(4).(b) Aspal Cair Emulsi untuk Precoated Liter
6.2.(4).(c) Aspal Emulsi untuk Precoated Liter
6.2.(4).(d) Aspal Emulsi Modifikasi untuk Precoated Liter
6.2.(4).(e) Bahan Anti Pengelupasan Liter
b) CAMPURAN BERASPAL PANAS
Umum
Uraian
Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata,
lapis pondasi atau lapis aus campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat
dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi pencampuran,
serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau
permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan
memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana.
Semua campuran dirancang dalam Spesifikasi ini untuk menjamin bahwa asumsi
rancangan yang berkenaan dengan kadar aspal, rongga udara, stabilitas,
kelenturan dan keawetan sesuai dengan lalu-lintas rencana.
Jenis Campuran Beraspal
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditentukan pada
Gambar Rencana.

1. Lapis Tipis Aspal Pasir (Sand Sheet, SS) Kelas A dan B

Lapis Tipis Aspal Pasir (Latasir) yang selanjutnya disebut SS, terdiri dari dua
jenis campuran, SS-A dan SS -B. Pemilihan SS-A dan SS-B tergantung pada
tebal nominal minimum. Sand Sheet biasanya memerlukan penambahan filler
agar memenuhi kebutuhan sifat-sifat yang disyaratkan.

2. Lapis Tipis Aspal Beton (Hot Rolled Sheet, HRS)

Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS, terdiri dari
dua jenis campuran, HRS Pondasi (HRS - Base) dan HRS Lapis Aus (HRSWearing
Course, HRS-WC) dan ukuran maksimum agregat masing-masing campuran
adalah 19 mm. HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar
daripada HRS - WC.
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang
sampai memenuhi semua ketentuan yang diberikan dalam Spesifikasi. Dua
kunci utama adalah :
- Gradasi yang benar-benar senjang.
Agar diperoleh gradasi yang benar benar senjang, maka selalu
dilakukan pencampuran pasir halus dengan agregat pecah mesin
- Sisa rongga udara pada kepadatan membal (refusal density) harus
memenuhi ketentuan yang ditunjukkan dalam Spesifikasi ini.

3. Lapis Aspal Beton (Asphalt Concrete, AC)

Lapis Aspal Beton (Laston) yang selanjutnya disebut AC, terdiri dari tiga jenis
campuran, AC Lapis Aus (AC-WC), AC Lapis Antara (AC-Binder Course, AC-BC)
dan AC Lapis Pondasi (AC-Base) dan ukuran maksimum agregat masing-
masing campuran adalah 19 mm, 25,4 mm, 37,5 mm. Setiap jenis campuran AC
yang menggunakan bahan Aspal Polimer atau Aspal dimodifikasi dengan Aspal
Alam atau Aspal Multigrade disebut masing-masing sebagai AC-WC Modified,
AC-BC Modified, dan AC-Base Modified.
Pekerjaan Seksi Lain Yang Berkaitan Dengan Seksi Ini.
a) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Rekayasa Lapangan : Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
f) Bahu Jalan : Seksi 4.2
g) Perkerasan Berbutir : Seksi 5
h) Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat : Seksi 6.1
i) Pengembalian Kondisi Perkerasan Lama : Seksi 8.1
j) Pemeliharaan Rutin Perkerasan, Bahu Jalan, : Seksi 10.1
Drainase Perlengkapan Jalan dan Jembatan
Tebal Lapisan dan Toleransi
1. Tebal setiap lapisan campuran beraspal harus diperiksa dengan benda uji "inti"
(core) perkerasan yang diambil oleh Penyedia Jasa sesuai petunjuk Direksi
Pekerjaan.
2. Tebal aktual hamparan lapis beraspal di setiap segmen, didefinisikan sebagai
tebal rata-rata dari semua benda uji inti yang diambil dari segmen tersebut.
3. Segmen adalah panjang hamparan yang dilapis dalam satu hari produksi AMP.
4. Tebal aktual hamparan lapis beraspal individual yang dihampar, harus sama
dengan tebal rancangan yang ditentukan dalam Gambar Rencana dengan
toleransi yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.1.(4).f).
5. Bilamana campuran beraspal yang dihampar lebih dari satu lapis, tebal masing-
masing tiap lapisan campuran beraspal tidak boleh kurang dari tebal nominal
minimum rancangan seperti yang ditunjukkan pada tabel 6.3.1.(1) dan toleransi
masing-masing yang disyaratkan dan tebal rancangan yang ditentukan dalam
Gambar Rencana.
6. Toleransi tebal untuk tiap lapisan campuran Beraspal :
Latasir tidak kurang dari 2,0 mm,
Lataston Lapis Aus tidak kurang dari 3,0 mm
Lataston Lapis Pondasi tidak kurang dari 3,0 mm
Laston Lapis Aus tidak kurang dari 3,0 mm
Laston Lapis Antara tidak kurang dari 4,0 mm
Laston Lapis Pondasi tidak kurang dari 5,0 mm

Tabel 6.3.1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran beraspal

Jenis Campuran Simbol Tebal Nominal Minimum (cm)


Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0
Lapis HRS-Base 3,5
Pondasi
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0
Lapis AC-BC 6,0
Antara
Lapis AC-Base 7,5
Pondasi

7. Untuk semua jenis campuran, berat aktual campuran beraspal yang


dihampar harus dipantau dengan menimbang setiap muatan truk yang
meninggalkan pusat instalasi pencampur aspal. Untuk setiap ruas pekerjaan
yang diukur untuk pembayaran, bilamana berat aktual bahan terhampar yang
dihitung dari timbangan adalah kurang ataupun lebih lima persen dari berat
yang dihitung dari ketebalan rata-rata benda uji inti (core), maka Direksi
Pekerjaan harus mengambil tindakan untuk menyelidiki sebab terjadinya selisih
berat ini sebelum menyetujui pembayaran bahan yang telah dihampar.
Investigasi oleh Direksi Pekerjaan dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada
hal-hal berikut ini :
- Memerintahkan Penyedia Jasa untuk lebih sering mengambil atau lebih
banyak mengambil atau mencari lokasi lain benda uji inti (core);
- Memeriksa peneraan dan ketepatan timbangan serta peralatan dan
prosedur pengujian di laboratorium
- Memperoleh hasil pengujian laboratorium yang independen dan
pemeriksaan kepadatan campuran beraspal yang dicapai di lapangan.
- Menetapkan suatu sistem perhitungan dan pencatatan truk secara terinci.
Biaya untuk setiap penambahan atau meningkatnya frekwensi pengambilan
benda uji inti (core), untuk survei geometrik tambahan ataupun pengujian
laboratorium, untuk pencatatan muatan truk, ataupun tindakan lainnya yang
dianggap perlu oleh Direksi Pekerjaan untuk mencari penyebab dilampauinya
toleransi berat harus ditanggung oleh Penyedia Jasa sendiri.
8. Perbedaan kerataan permukaan lapisan aus (HRS-WC dan AC-WC) yang telah
selesai dikerjakan, harus memenuhi berikut ini :
- Kerataan Melintang
Bilamana diukur dengan mistar lurus sepanjang 3 m yang diletakkan tepat
di atas permukaan jalan tidak boleh melampaui 5 mm untuk lapis aus dan
lapis antara atau 10 mm untuk lapis pondasi. Perbedaan setiap dua titik
pada setiap penampang melintang tidak boleh melampaui 5 mm dari
elevasi yang dihitung dari penampang melintang yang ditunjukkan dalam
Gambar Rencana.
- Kerataan Memanjang
Setiap ketidakrataan individu bila diukur dengan Roll Profilometer tidak
boleh melampaui 5 mm.
9. Bilamana campuran beraspal digunakan sebagai lapis perata sekaligus
sebagai lapis perkuatan (strengthening) maka tebal lapisan tidak boleh
melebihi 2,5 kali tebal nominal yang diberikan dalam Tabel 6.3.1.(1)
Standar Rujukan
1. Standar Nasional Indonesia :
SNI 03-1968-1990 : Metode Pengujian Tentang Analisis Saringan Agregat
Halus Dan Kasar
SNI 06-2432-1991 : Metode Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Aspal
SNI 06-2433-1991 : Metoda Pengujian Titik nyala dan Titik Bakar dengan
alat Cleveland Open Cup
SNI 06-2434-1991 : Metoda Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter
SNI-06-2439-1991 : Metode Pengujian Kelekatan Agregat Terhadap Aspal
SNI 06-2440-1991 : Metoda Pengujian Kehilangan berat Minyak dan Aspal
dengan Cara A
SNI 06-2441-1991 : Metoda Pengujian Berat Jenis Aspal Padat
SNI 06-2456-1991 : Metoda Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen
SNI-06-2489-1991 : Pengujian Campuran Beraspal Dengan Alat Marshall
SNI 03-3426-1994 : Survai Kerataan Permukaan Perkerasan Jalan Dengan
Alat Ukur NAASRA
SNI 03-3640-1994 : Metode Pengujian Kadar Aspal Dengan Cara Ekstraksi
Menggunakan Alat Soklet
SNI 03-4141-1996 : Metode Pengujian Gumpalan Lempung Dan Butir-
Butir Mudah Pecah Dalam Agregat
SNI 03-4142-1996 : Metoda Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang
Lolos Saringan No. 200 (0,075 mm)
SNI 03-4428-1997 : Metode Pengujian Agregat Halus Atau Pasir Yang
Mengandung Bahan Plastis Dengan Cara Setara Pasir
SNI 03-6819-2002 : Spesifikasi Agregat Halus Untuk Campuran Perkerasan
Beraspal
SNI 06-6890-2002 : Tata Cara Pengambilan Contoh Aspal
SNI 03-6894-2002 : Metode Pengujian Kadar Aspal Dan Campuran
Beraspal Cara Sentrifius
SNI 03-6441-2000 : Metode Pengujian Viskositas Aspal Minyak dengan
Alat Brookfield Termosel
SNI 03-6721-2002 : Metode Pengujian Kekentalan Aspal cair dan Aspal
Emulsi dengan alat Saybolt
SNI 03-6723-2002 : Spesifikasi Bahan Pengisi untuk Campuran Beraspal.
SNI 03-6757-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Nyata Campuran
Beraspal dipadatkan Menggunakan Benda Uji Kering
Permukaan Jenuh
SNI 03-6835-2002 : Metode Pengujian Pengaruh Panas dan Udara
terhadap Lapisan Tipis Aspal yang Diputar
SNI 03-6868-2002 : Tata Cara Pengambilan contoh Uji Secara Acak untuk
Bahan Konstruksi
SNI 03-6893-2002 : Metode Pengujian Berat Jenis Maksimum Campuran
Beraspal
SNI 1969 : 2008 : Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Kasar
SNI 1970 : 2008 : Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus
SNI 2417 : 2008 : Cara Uji Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los
Angeles
SNI 2490 : 2008 : Cara Uji Kadar Air dalam Produk Minyak Bumi dan
Bahan mengandung Aspal dengan Cara
PenyulinganSNI 3407 : 2008 : Cara Uji
Sifat Kekekalan Bentuk batu dengan menggunakan
Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat.
SNI 3423 : 2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah

2. AASHTO :

AASHTO T164 : Standard Method of Test for Quantitative Extraction of


Asphalt Binder from Hot Mix Asphalt (HMA)
AASHTO T 195 : Standard Method of Test for Determining Degree of
Particle Coating of Bituminous-Aggregate Mixtures
AASHTO T283-89 : Resistance of Compacted Bituminous Mixture to
Moisture Induced Damaged
AASHTO T301-95 : Elastic Recovery Test Of Bituminous Materials By
Means Of A Ductilometer
AASHTO TP-33 : Test Method for Uncompacted Voids Content of Fine
Aggregate (as influenced by Particle Shape, Surface
Texture and Grading)
3. ASTM :
ASTM C-1252-1993 : Uncompacted void content of fine
aggregate (as influenced by particle
shape, surface texture, and grading)
ASTM D4791 : Standard Test Method for Flat or
Elongated Particles in Coarse
Aggregate
ASTM D5546 : Standard Test Method for Solubility of
Asphalt Binders in Toluene by
Centrifuge
ASTM D5581-96 : Test Method for Resistance to Plastic
Flow of Bituminous Mixture using
Marshall Apparatus (6 inch-diameter
Spicement)
ASTM D5976 : Standard Specification for Type I
Polymer Modified Asphalt Cement for
Use in Pavement Construction

BS 598 Part 104 (1989) : The Compaction Procedure Used in


the Percentage Refusal Density Test.

Pensylvania DoT Test Method, No.621 : Determining the Percentage of Crushed


Fragments in Gravel

Pengajuan Kesiapan Kerja


Sebelum dan selama pekerjaan, Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi
Pekerjaan :
1. Contoh dari seluruh bahan yang disetujui untuk digunakan, yang disimpan
oleh Direksi Pekerjaan selama periode Kontrak untuk keperluan rujukan;
2. Setiap bahan aspal yang diusulkan Penyedia Jasa untuk digunakan, berikut
keterangan asal sumbernya bersama dengan data pengujian sifat-sifatnya,
baik sebelum maupun sesudah Pengujian penuaan aspal (RTFOT/TFOT);
3. Laporan tertulis yang menjelaskan sifat-sifat hasil pengujian dari seluruh
bahan, seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.2;
4. Laporan tertulis setiap pemasokan aspal beserta sifat-sifat bahan seperti yang
disyaratkan dalam Pasal 6.3.2.(6);
5. Hasil pemeriksaan kelaikan peralatan laboratorium dan pelaksanaan. Khusus
peralatan instalasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) harus
ditunjukkan sertifikat laik produksi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Bina Marga.
6. Rumusan campuran kerja (Job Mix Formula, JMF) dan data pengujian yang
mendukungnya; seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.3, dalam bentuk
laporan tertulis;
7. Pengukuran pengujian permukaan seperti disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(1)
dalam bentuk laporan tertulis;
8. Laporan tertulis mengenai kepadatan dari campuran yang dihampar, seperti
yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(2);
9. Data pengujian laboratorium dan lapangan seperti yang disyaratkan dalam
Pasal 6.3.7.(4) untuk pengendalian harian terhadap takaran campuran dan
mutu campuran, dalam bentuk laporan tertulis;
10. Catatan harian dari seluruh muatan truk yang ditimbang di alat penimbang,
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.7.(5);
11. Catatan tertulis mengenai pengukuran tebal lapisan dan dimensi perkerasan
seperti yang disyaratkan dalam Pasal 6.3.8;
Kondisi Cuaca Yang Dijinkan Untuk Bekerja
Campuran hanya bisa dihampar bila permukaan yang telah disiapkan keadaan
kering dan diperkirakan tidak akan turun hujan.
Perbaikan Pada Campuran beraspal Yang Tidak Memenuhi Ketentuan
Bilamana persyaratan kerataan hasil hamparan tidak terpenuhi atau bilamana
benda uji inti dari lapisan beraspal dalam satu segmen tidak memenuhi
persyaratan tebal atau kepadatan sebagaimana ditetapkan dalam spesifikasi ini,
maka panjang yang tidak memenuhi syarat harus dibongkar atau dilapis kembali
dengan tebal lapisan nominal minimum yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.3.1.(1)
dengan jenis campuran yang sama. Panjang yang tidak memenuhi syarat
ditentukan dengan benda uji tambahan sebegaimana diperintahkan oleh Direksi
pekerjaan dan selebar satu hamparan.
Bila perbaikan telah diperintahkan maka jumlah volume yang diukur untuk
haruslah volume yang seharusnya dibayar bila pekerjaan aslinya dapat diterima.
Tidak ada waktu dan atau pembayaran tambahan yang akan dilakukan untuk
pekerjaan atau volume tambahan yang diperlukan untuk perbaikan.
Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian
Seluruh lubang uji yang dibuat dengan mengambil benda uji inti (core) atau
lainnya harus segera ditutup kembali dengan bahan campuran beraspal oleh
Penyedia Jasa dan dipadatkan hingga kepadatan serta kerataan permukaan sesuai
dengan toleransi yang diperkenankan dalam Seksi ini.
Lapisan Perata
Atas persetujuan Direksi Pekerjaan, maka setiap jenis campuran dapat digunakan
sebagai lapisan perata. Semua ketentuan dari Spesifikasi ini harus berlaku kecuali :
Bahan harus disebut HRS-WC(L), HRS-Base(L), AC-WC(L), AC-BC(L) atau
AC-Base(L) dsb.
Bahan
Agregat Umum
1. Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran beraspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumusan
campuran kerja (lihat Pasal 6.3.3), memenuhi semua ketentuan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3(1d), tergantung
campuran mana yang dipilih.
2. Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 1.11
dari Spesifikasi ini.
3. Sebelum memulai pekerjaan Penyedia Jasa harus sudah menumpuk setiap
fraksi agregat pecah dan pasir untuk campuran beraspal, paling sedikit untuk
kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan harus
dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan campuran beraspal satu bulan
berikutnya.
4. Dalam pemilihan sumber agregat, Penyedia Jasa dianggap sudah
memperhitungkan penyerapan aspal oleh agregat. Variasi kadar aspal akibat
tingkat penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat diterima sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran beraspal.
5. Penyerapan air oleh agregat maksimum 3 %.
6. Berat jenis (spesific gravity) agregat kasar dan halus tidak boleh berbeda lebih
dari 0,2.
Agregat Kasar
1. Fraksi agregat kasar untuk rancangan campuran adalah yang tertahan ayakan
No.8 (2,36 mm) yang dilakukan secara basah dan harus bersih, keras, awet dan
bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi
ketentuan yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.(1a).
2. Fraksi agregat kasar harus dari batu pecah mesin dan disiapkan dalam ukuran
nominal sesuai dengan jenis campuran yang direncanakan seperti ditunjukan
pada Tabel 6.3.2.(1b).
3. Agregat kasar harus mempunyai angularitas seperti yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.2.(1a). Angularitas agregat kasar didefinisikan sebagai persen
terhadap berat agregat yang lebih besar dari 4,75 mm dengan muka bidang
pecah satu atau lebih berdasarkan uji menurut Pennsylvania DoTs Test Method
No.621 dalam Lampiran 6.3.C.
4. Agregat kasar untuk Latasir kelas A dan B boleh dari kerikil yang bersih.

5. Fraksi agregat kasar harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke instalasi
pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin (cold bin
feeds) sedemikian rupa sehingga gradasi gabungan agregat dapat dikendalikan
dengan baik.

Tabel 6.3.2.(1a) Ketentuan Agregat Kasar

Pengujian Standar Nilai


Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium SNI 3407:2008 Maks.12 %
dan magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Campuran AC bergradasi SNI 2417:2008 Maks. 30%
Los Angeles kasar
Semua jenis campuran Maks. 40%
aspal bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm) DoTs 95/90 1
Pennsylvania
Angularitas (kedalaman dari permukaan 10 cm) 80/75 1
Test Method,
PTM No.621
Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791 Maks. 10 %
Perbandingan 1 :5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996 Maks. 1 %

Catatan :
(*) 95/90 menunjukkan bahwa 95% agregat kasar mempunyai muka bidang
pecah satu atau lebih dan 90% agregat kasar mmepunyai muka bidang pecah
dua atau lebih.
Tabel 6.3.2.(1b) Ukuran Nominal Agregat Kasar Penampung Dingin untuk
Campuran Aspal

Ukuran nominal agregat kasar penampung dingin (cold bin)


Jenis Campuran minimum yang diperlukan (mm)
5 - 10 10 - 14 14 - 22 22 - 30
Lataston Lapis Aus Ya Ya
Lataston Lapis Ya Ya
Pondasi
Laston Lapis Aus Ya Ya
Laston Lapis Ya Ya Ya
Pengikat
A
g Laston Lapis Pondasi Ya Ya Ya Ya
r
egat Halus
1. Agregat halus dari sumber bahan manapun, harus terdiri dari pasir atau hasil
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No.8 (2,36
mm).
2. Fraksi agregat halus pecah mesin dan pasir harus ditempatkan terpisah dari
agregat kasar.
3. Pasir alam dapat digunakan dalam campuran AC sampai suatu batas yang tidak
melampaui 15% terhadap berat total campuran.
4. Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras, bebas dari lempung,
atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu pecah halus harus diperoleh
dari batu yang memenuhi ketentuan mutu dalam Pasal 6.3.2.(1). Apabila fraksi
agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap pertama (primary
crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir sesuai Tabel 6.3.2.(2a),
maka fraksi agregat harus dipisahkan sebelum masuk pemecah batu tahap
kedua (secondary crusher) dan tidak diperkenankan untuk campuran aspal jenis
apapun.
5. Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir
didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik.

6. Agregat halus harus memenuhi ketentuan sebagaimana ditunjukkan pada


Tabel 6.3.2.(2a).

Tabel 6.3.2.(2a) Ketentuan Agregat Halus

Pengujian Standar Nilai


Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% untuk SS, HRS dan
AC bergradasi Halus
Min 70% untuk AC
bergradasi kasar
Material Lolos Ayakan No. SNI 03-4428-1997 Maks. 8%
200
Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1%
Pengujian Standar Nilai
Angularitas (kedalaman dari Min. 45
permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33
atau
Angularitas (kedalaman dari
ASTM C1252-93 Min. 40
permukaan 10 cm)

Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Beraspal


1. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur (limestone dust),
kapur padam (hydrated lime), semen atau abu terbang yang sumbernya
disetujui oleh Direksi Pekerjaaan.
2. Bahan pengisi yang ditambahkan harus kering dan bebas dari gumpalan-
gumpalan dan bila diuji dengan pengayakan sesuai SNI 03-1968-1990 harus
mengandung bahan yang lolos ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari
75 % terhadap beratnya.
3. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi sebagian, digunakan sebagai
bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi maksimum yang diijinkan
adalah 1,0% dari berat total campuran beraspal. Kapur yang seluruhnya
terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan memenuhi persyaratan
yang disebutkan pada Pasal 6.3.2.(4).(b) diatas, dapat digunakan maksimum 2%
terhadap berat total agregat.
4. Semua campuran beraspal harus mengandung bahan pengisi yang
ditambahkan tidak kurang dari 1% dan maksimum 2% dari berat total agregat.

Gradasi Agregat Gabungan


Gradasi agregat gabungan untuk campuran aspal, ditunjukkan dalam persen
terhadap berat agregat dan bahan pengisi, harus memenuhi batas-batas yang
diberikan dalam Tabel 6.3.2.3. Rancangan dan Perbandingan Campuran untuk
gradasi agregat gabungan harus mempunyai jarak terhadap batas-batas yang
diberikan dalam Tabel 6.3.2.3.
Tabel 6.3.2.3 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran


Latasir (SS) Lataston (HRS) Laston (AC)
Ukuran Gradasi Gradasi Semi
Gradasi Halus Gradasi Kasar1
Ayakan Senjang3 Senjang 2
(mm) Kelas Base
Kelas A WC Base WC Base WC BC Base WC BC
B
37,5 100 100
25 100 90 - 100 100 90 - 100
19 100 100 100 100 100 100 100 90 - 100 73 - 90 100 90 - 100 73 - 90
12,5 90-100 90-100 8-100 90-100 90 - 100 74 - 90 61 - 79 90 - 100 71 - 90 55 - 76
9,5 90 - 100 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70 72 - 90 64 82 47 - 67 72 - 90 58 80 45 - 66
4,75 54 - 69 47 - 64 39,5 - 50 43 - 63 37 - 56 28 - 39,5
3 3
2,36 75-100 5072 35-55 50 62 32 - 44 39,1 - 53 34,6 - 49 30,8 - 37 28 - 39,1 23 - 34,6 19 - 26,8
1,18 31,6 - 40 28,3 - 38 24,1 - 28 19 - 25,6 15 - 22,3 12 - 18,1
0,600 35 - 60 15 - 35 20 45 15 - 35 23,1 - 30 20,7- 28 17,6 - 22 13 - 19,1 10 - 16,7 7 - 13,6
0,300 15 35 5 - 35 15,5 - 22 13,7- 20 11,4 - 16 9 - 15,5 7 - 13,7 5 - 11,4
0,150 9 - 15 4 - 13 4 - 10 6 - 13 5 11 4,5 - 9
0,075 10 - 15 8 13 6 - 10 2-9 6 10 4-8 4 - 10 4-8 3- 6 4 - 10 4-8 3-7

Catatan:
1. Laston (AC) bergradasi kasar dapat digunakan pada daerah yang mengalami
deformasi yang lebih tinggi dari biasanya seperti pada daerah pengunungan,
gerbang tol atau pada dekat lampu lalu lintas.
2. Lataston (HRS) bergradasi semi senjang sebagai pengganti Lataston bergradasi
senjang dapat digunakan pada daerah dimana pasir halus yang diperlukan
untuk membuat gradasi yang benar-benar senjang tidak dapat diperoleh.
3. Untuk HRS-WC dan HRS-Base yang benar-benar senjang, paling sedikit 80%
agregat lolos ayakan No.8 (2,36 mm) harus lolos ayakan No.30 (0,600 mm).
Lihat Tabel 6.3.2.4 sebagai contoh batas-batas Bahan Bergradasi Senjang di
mana bahan yang lolos No. 8 (2,36 mm) dan tertahan pada ayakan No.30
(0,600 mm).
4. Untuk semua jenis campuran, rujuk Tabel 6.3.2.1.(b) untuk ukuran agregat
nominal maksimum pada tumpukan bahan pemasok dingin.
5. Apabila tidak ditetapkan dalam Gambar, penggunaan pemilihan gradasi sesuai
dengan petunjuk direksi pekerjaan dengan mengacu pada panduan seksi 6.3
ini.

Tabel 6.3.2.4: Contoh Batas-batas Bahan Bergradasi Senjang

Ukuran Ayakan Alternatif 1 Alternatif 2 Alaternatif 3 Alternatif 4


% lolos No.8 40 50 60 70
% lolos No.30 paling sedikit 32 paling sedikit 40 paling sedikit 48 paling sedikit 56
% kesenjangan 8 atau kurang 10 atau kurang 12 atau kurang 14 atau kurang

Bahan Aspal Untuk Campuran Beraspal


1. Bahan aspal berikut dapat digunakan sesuai dengan Tabel 6.3.2.5. Bahan
pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga menghasilkan campuran
beraspal sebagaimana mestinya sesuai dengan yang disyaratkan dalam Tabel
6.3.3.(1a), 6.3.3.(1b), 6.3.3.(1c) dan 6.3.3.(1d) mana yang relevan, sebagaimana
yang disebutkan dalam Gambar atau diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan sesuai dengan SNI 06-
6890-2002. Pengujian penetrasi dan titik lembek harus dilakukan pada saat
kedatangan

Tabel 6.3.2.5 Ketentuan-ketentuan untuk Aspal Keras

Tipe II Aspal yang Dimodifikasi


Tipe I
A (1) B C
Aspal
No. Jenis Pengujian Metoda Pengujian Asbuton
Pen. 60- Elastomer Elastomer
yg
70 Alam (Latex) Sintetis
diproses
Penetrasi pada 25C
1. SNI 06-2456-1991 60-70 40-55 50-70 Min.40
(dmm)

2. Viskositas 135C (cSt) SNI 06-6441-2000 385 385 2000 < 2000(5) < 3000(5)

Titik Lembek (C)


3. SNI 06-2434-1991 >48 - - >54

4. Indeks Penetrasi 4) - > -1,0 - 0,5 > 0.0 > 0,4

5. Duktilitas pada 25C, (cm) SNI-06-2432-1991 >100 > 100 > 100 > 100

6. Titik Nyala (C) SNI-06-2433-1991 >232 >232 >232 >232

7. Kelarutan dlm Toluene (%) ASTM D5546 >99 > 90(1) >99 >99

8. Berat Jenis SNI-06-2441-1991 >1,0 >1,0 >1,0 >1,0

Stabilitas Penyimpanan ASTM D 5976 part


9. - <2,2 <2,2 <2,2
(C) 6.1
Pengujian Residu hasil TFOT atau RTFOT :

10. -
Berat yang Hilang (%) SNI 06-2441-1991 < 0.8 2) < 0.8 2) < 0.8 3) < 0.8 3)

11. Penetrasi pada 25C (%) SNI 06-2456-1991 > 54 > 54 > 54 54

12. Indeks Penetrasi 4) - > -1,0 > 0,0 > 0,0 > 0,4

Keelastisan setelah
13. AASHTO T 301-98 - - > 45 > 60
Pengembalian (%)

14. Duktilitas pada 25C (cm) SNI 062432-1991 > 100 > 50 > 50 -

Partikel yang lebih halus


15. Min. 95(1) Min. 95(1) Min. 95(1)
dari 150 micron (m) (%)
Catatan :
- Hasil pengujian adalah untuk bahan pengikat yang diektraksi dengan
menggunakan metoda SNI 2490:2008. Kecuali untuk pengujian
kelarutan dan gradasi mineral dilaksanakan pada seluruh bahan
pengikat termasuk kadar mineral.
- Untuk pengujian residu aspal Tipe I, Tipe II A dan Tipe II B residunya
didapat dari pengujian TFOT sesuai dengan SNI 06 -2440 1991.
- Untuk pengujian residu aspal Tipe II-C dan Tipe II-D residunya didapat
dari pengujian RTFOT sesuai dengan SNI-03-6835-2002.
- Nilai Indeks Penetrasi menggunakan rumus ini :
Indeks Penetrasi = (20-500A) / (50A+1)

A= [log (Penetrasi pada Temperatur Titik lembek) - log (penetrasi pada 25C)] / (titik lembek -
25C )

- Pabrik pembuat bahan pengikat Tipe II dapat mengajukan metoda


pengujian alternatif untuk viskositas bilamana sifat-sifat elastomerik
atau lainnya didapati berpengaruh terhadap akurasi pengujian
penetrasi, titik lembek atau standar lainnya. Metoda pengujian
viskositas Brookfield harus digunakan untuk Tipe II D.
- Pengujian dilakukan pada aspal dasar dan bukan pada aspal yang telah
dimodifikasi.
- Viscositas di uji juga pada temperatur 100C dan 160C untuk tipe I,
untuk tipe II pada temperatur 100 C dan 170 C

2. Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara
SNI 03-3640-1994 (metoda soklet) atau SNI 03-6894-2002 (metoda sentrifus)
atau AASHTO T 164 - 06 (metoda tungku pengapian). Jika metoda sentrifitus
digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200
mm, partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu alat
sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam
bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian).
Jika bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu
harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur SNI 03-6894-
2002.
3. Aspal harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke tangki
penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25 oC (SNI 06-2456-1991) dan Titik
Lembek (SNI 06-2434-1991). Aspal yang dimodifikasi juga harus diuji untuk
stabilitas penyimpanan sesuai dengan ASTM D5976 part 6.1 dan dapat
ditempatkan dalam tangki sementara sampai hasil pengujian tersebut
diketahui. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai aspal tersebut telah
diuji dan disetujui.

Bahan Aditif Anti Pengelupasan

Aditif kelekatan dan anti pengelupasan (anti striping agent) harus ditambahkan
dalam bentuk cairan kedalam campuran agregat dengan mengunakan pompa
penakar (dozing pump) pada saat proses pencampuran basah di pugmil. Kuantitas
pemakaian aditif anti striping dalam rentang 0,2% - 0,3 % terhadap berat aspal.
Anti striping harus digunakan untuk semua jenis aspal tetapi tidak boleh tidak
digunakan pada aspal modifikasi yang bermuatan positif. Jenis aditif yang
digunakan haruslah yang disetujui Direksi Pekerjaan. Penyediaan aditif dibayar
terpisah dari pekerjaan aspal.

Aspal yang Dimodifikasi

Aspal yang dimodifikasi haruslah jenis Multigrade atau Asbuton, elastomerik latex
atau sintetis memenuhi ketentuan-ketentuan Tabel 6.3.2.5. Proses modifikasi aspal
di lapangan tidak diperbolehkan kecuali ada lisensi dari pabrik pembuat aspal
modifikasi dan pabrik pembuatnya menyediakan instalasi pencampur yang setara
dengan yang digunakan di pabrik asalnya.
Aspal modifikasi harus dikirim dalam tangki yang dilengkapi dengan alat
pembakar gas atau minyak yang dikendalikan secara termostatis. Pembakaran
langsung dengan bahan bakar padat atau cair didalam tabung tangki tidak
diperkenankan dalam kondisi apapun. Pengiriman dalam tangki harus dilengkapi
dengan sistem segel yang disetujui untuk mencegah kontaminasi yang terjadi
apakah dari pabrik pembuatnya atau dari pengirimannya. Aspal yang dimodifikasi
harus disalurkan ke tangki penampung di lapangan dengan sistem sirkulasi yang
tertutup penuh. Penyaluran secara terbuka tidak diperkenankan.
Setiap pengiriman harus disalurkan kedalam tangki yang diperuntukkan untuk
kedatangan aspal dan harus segera dilakukan pengujian penetrasi, titik lembek
dan stabilitas penyimpanan. Tidak ada aspal yang boleh digunakan sampai diuji
dan disetujui.
Aspal multigrade harus dibuat dengan proses penyulingan yang mengubah sifat-
sifat fisik dari bahan pengikat dan bukan hanya sekedar mencampurkan dengan
bahan tambah (aditif).
Jangka waktu penyimpan untuk aspal modifikasi dengan bahan dasar latex tidak
boleh melebihi 3 hari kecuali jika jangka waktu penyimpanan yang lebih lama
disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Persetujuan tersebut hanya dapat diberikan jika
sifat-sifat akhir yang ada memenuhi nilai-nilai yang diberikan dalam Tabel 6.3.2.5.

Sumber Pasokan

Sumber pemasokan agregat, aspal dan bahan pengisi (filler) harus disetujui
terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan. Setiap jenis
bahan harus diserahkan, seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, paling
sedikit 60 hari sebelum usulan dimulainya pekerjaan pengaspalan.
Campuran
Komposisi Umum Campuran
Campuran beraspal dapat terdiri dari agregat, bahan pengisi, bahan aditif, dan
aspal.
Kadar Aspal dalam Campuran
Persentase aspal yang aktual ditambahkan ke dalam campuran ditentukan
berdasarkan percobaan laboratorium dan lapangan sebagaimana tertuang dalam
Rencana Campuran Kerja (JMF) dengan memperhatikan penyerapan agregat yang
digunakan.
Prosedur Rancangan Campuran
1. Sebelum diperkenankan untuk menghampar setiap campuran beraspal dalam
Pekerjaan, Penyedia Jasa disyaratkan untuk menunjukkan semua usulan
metoda kerja, agregat, aspal, dan campuran yang memadai dengan membuat
dan menguji campuran percobaan di laboratorium dan juga dengan
penghamparan campuran percobaan yang dibuat di instalasi pencampur aspal.
2. Pengujian yang diperlukan meliputi analisa ayakan, berat jenis dan penyerapan
air, dan semua jenis pengujian lainnya sebagaimana yang dipersyaratkan pada
seksi ini untuk semua agregat yang digunakan. Pengujian pada campuran
beraspal percobaan akan meliputi penentuan Berat Jenis Maksimum campuran
beraspal (SNI 03-6893-2002), pengujian sifat-sifat Marshall (SNI 06-2489-1990)
dan Kepadatan Membal (Refusal Density) campuran rancangan (BS 598 Part
104 - 1989).
3. Contoh agregat untuk rancangan campuran harus diambil dari pemasok dingin
(cold bin) dan dari penampung panas (hot bin). Rumusan campuran kerja yang
ditentukan dari campuran di laboratorium harus dianggap berlaku sementara
sampai diperkuat oleh hasil percobaan pada instalasi pencampur aspal dan
percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan.
4. Pengujian percobaan penghamparan dan pemadatan lapangan harus
dilaksanakan dalam tiga langkah dasar berikut ini :
- Penentuan proporsi takaran agregat dari pemasok dingin untuk dapat
menghasilkan komposisi yang optimum. Perhitungan proporsi takaran
agregat dari bahan tumpukan yang optimum harus digunakan untuk
penentuan awal bukaan pemasok dingin. Contoh dari pemasok panas harus
diambil setelah penentuan besarnya bukaan pemasok dingin. Selanjutnya
proporsi takaran pada pemasok panas dapat ditentukan. Suatu Rumusan
Campuran Rancangan (Design Mix Formula, DMF) kemudian akan
ditentukan berdasarkan prosedur Marshall. Dalam segala hal DMF harus
memenuhi semua sifat-sifat bahan dalam Pasal 6.3.2 dan sifat-sifat
campuran sebagaimana disyaratkan dalam Tabel 6.3.3(1a) s.d 6.3.3 (1d),
mana yang relevan.
6.3.3.(1a) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Latasir

Sifat-sifat Campuran Latasir


Kelas A & B
Penyerapan aspal (%) Maks. 2,0
Jumlah tumbukan per bidang 50
(2)
Rongga dalam campuran (%) Min. 3,0
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 20
Rongga terisi aspal (%) Min. 75
Stabilitas Marshall (kg) Min. 200
Pelelehan (mm) Min. 2
Maks. 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 80
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah perendaman Min. 90
(3)
selama 24 jam, 60 C

Tabel 6.3.3.(1b) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lataston

Lataston
Sifat-sifat Campuran Lapis Aus Lapis Pondasi
Senjang Semi Senjang Semi
Senjang Senjang
Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,9 5,5 5,5
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7
Jumlah tumbukan per bidang 75
(2)
Rongga dalam campuran (%) Min. 4,0
Maks. 6,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 18 17
Rongga terisi aspal (%) Min. 68
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800
Pelelehan (mm) Min 3
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah Min. 90
(3)
perendaman selama 24 jam, 60 C
Rongga dalam campuran (%) pada Min. 3
(4)
Kepadatan membal (refusal)

- DMF, data dan grafik percobaan campuran di laboratorium harus diserahkan


pada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan. Direksi Pekerjaan
akan menyetujui atau menolak usulan DMF tersebut dalam waktu tujuh hari.
Percobaan produksi dan penghamparan tidak boleh dilaksanakan sampai
DMF disetujui.
- Percobaan produksi dan penghamparan serta persetujuan terhadap
Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF).
JMF adalah suatu dokumen yang menyatakan bahwa rancangan campuran
laboratorium yang tertera dalam DMF dapat diproduksi dengan instalasi
pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP), dihampar dan dipadatkan di
lapangan dengan peralatan yang telah ditetapkan dan memenuhi derajat
kepadatan lapangan terhadap kepadatan laboratorium hasil pengujian
Marshall dari benda uji yang campuran beraspalnya diambil dari AMP.

Tabel 6.3.3.(1c) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston (AC)

Sifat-sifat Campuran Laston


Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Halus Kasar Halus Kasar Halus Kasar
Kadar aspal efektif (%) 5,1 4.3 4,3 4,0 4,0 3,5
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2
(1)
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
(2)
Rongga dalam campuran (%) Min. 3,5
Maks. 5,0
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60
(1)
Stabilitas Marshall (kg) Min. 800 1800
Maks. - -
(1)
Pelelehan (mm) Min. 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250 300
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah Min. 90
(3)
perendaman selama 24 jam, 60 C
Rongga dalam campuran (%) pada Min. 2,5
(4)
Kepadatan membal (refusal)
Tabel 6.3.3.(1d) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Laston yang Dimodifikasi
(AC Mod)

2
Sifat-sifat Campuran Laston
(6)
Lapis Aus Lapis Antara Pondasi
Kadar Aspal Efektif (%) 4,5 4,2 4,2
Penyerapan aspal (%) Maks. 1,2
(1)
Jumlah tumbukan per bidang 75 112
(2)
Rongga dalam campuran (%) Min. 3,0
Maks. 5,5
Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 15 14 13
Rongga Terisi Aspal (%) Min. 65 63 60
(1)
Stabilitas Marshall (kg) Min. 1000 2250
Maks. - -
(1)
Pelelehan (mm) Min. 3 4,5
Marshall Quotient (kg/mm) Min. 300 350
Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah Min. 90
(3)
perendaman selama 24 jam, 60 C
Rongga dalam campuran (%) pada Min. 2,5
(4)
Kepadatan membal (refusal)
(5)
Stabilitas Dinamis, lintasan/mm Min. 2500

Catatan :
o Modifikasi Marshall lihat Lampiran 6.3.B.
o Rongga dalam campuran dihitung berdasarkan pengujian Berat
Jenis Maksimum Agregat (Gmm test, SNI 03-6893-2002).
o Direksi Pekerjaan dapat atau menyetujui AASHTO T283-89
sebagai alternatif pengujian kepekaan terhadap kadar air.
Pengkondisian beku cair (freeze thaw conditioning) tidak
diperlukan.
o Untuk menentukan kepadatan membal (refusal), disranakan
menggunakan penumbuk bergetar (vibratory hammer) agar
pecahnya butiran agregat dalam campuran dapat dihimdari. Jika
digunakan penumbukan manual jumlah tumbukan per bidang
harus 600 untuk cetakan berdiamater 6 inch dan 400 untuk
cetakan berdiamater 4 inch
o Pengujian Wheel Tracking Machine (WTM) harus dilakukan pada
temperatur 60 C. Prosedur pengujian harus mengikuti serti pada
Manual untuk Rancangan dan Pelaksanaan Perkerasan Aspal, JRA
Japan Road Association (1980).
o Laston (AC Mod) harus campuran bergradasi kasar

Rumus Campuran Rancangan (Design Mix Formula)

Paling sedikit 30 hari sebelum dimulainya pekerjaan aspal, Penyedia Jasa harus
menyerahkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan, usulan DMF untuk
campuran yang akan digunakan dalam pekerjaan. Rumus yang diserahkan harus
menentukan untuk campuran berikut ini :
1. Sumber-sumber agregat.
2. Ukuran nominal maksimum partikel.
3. Persentase setiap fraksi agregat yang cenderung akan digunakan Penyedia
Jasa, pada penampung dingin maupun penampung panas.
4. Gradasi agregat gabungan yang memenuhi gradasi yang disyaratkan
dalam Tabel 6.3.2.(3)
5. Kadar aspal optimum dan efektif terhadap berat total campuran .
6. Rentang temperatur pencampuran aspal dengan agregat dan temperatur
saat campuran beraspal dikeluarkan dari alat pengaduk (mixer).
Penyedia Jasa harus menyediakan data dan grafik hubungan sifat-sifat campuran
beraspal terhadap variasi kadar aspal hasil percobaan laboratorium untuk
menunjukkan bahwa campuran memenuhi semua kriteria dalam Tabel 6.3.3.(1a)
sampai dengan Tabel 6.3.3.(1d) tergantung campuran aspal mana yang dipilih.
Dalam tujuh hari setalah DMF diterima, Direksi Pekerjaan harus :
1. Menyatakan bahwa usulan tersebut yang memenuhi Spesifikasi dan meng-
ijinkan Penyedia Jasa untuk menyiapkan instalasi pencampur aspal dan
peng-hamparan percobaan.
2. Menolak usulan tersebut jika tidak memenuhi Spesifikasi.
Bilamana DMF yang diusulkan ditolak oleh Direksi Pekerjaan, maka Penyedia Jasa
harus melakukan percobaan campuran tambahan dengan biaya sendiri untuk
memperoleh suatu campuran rancangan yang memenuhi Spesifikasi. Direksi
Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyarankan Penyedia Jasa untuk
memodifikasi sebagian rumusan rancangannya atau mencoba agregat lainnya.

Rumusan Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)

Percobaan campuran di instasi pencampur aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP) dan
penghamparan percobaan yang memenuhi ketentuan akan menjadikan DMF
dapat disetujui sebagai JMF.
Segera setelah DMF disetujui oleh Direski Pekerjaan, Penyedia Jasa harus
melakukan penghamparan percobaan paling sedikit 50 ton untuk setiap jenis
campuran yang diproduksi dengan AMP, dihampar dan dipadatkan dengan
peralatan dan prosedur yang diusulkan. Penyedia Jasa harus menunjukkan bahwa
setiap alat penghampar (paver) mampu menghampar bahan sesuai dengan tebal
yang disyaratkan tanpa segregasi, tergores, dsb. Kombinasi penggilas yang
diusulkan harus mampu mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam rentang
temperatur pemadatan sebagaimana yang dipersyaratkan dalam Tabel 6.3.5.1.e.
Contoh campuran harus dibawa ke laboratorium dan digunakan untuk membuat
benda uji Marshall maupun untuk pemadatan membal (refusal). Hasil pengujian
ini harus dibandingkan dengan Tabel 6.3.3.(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3.(1d) .
Bilamana percobaan tersebut gagal memenuhi Spesifikasi pada salah satu
ketentuannya maka perlu dilakukan penyesuaian dan percobaan harus diulang
kembali. Direksi pekerjaan tidak akan menyetujui DMF sebagai JMF sebelum
penghamparan percobaan yang dilakukan memenuhi semua ketentuan dan
disetujui.
Pekerjaan pengaspalan yang permanen belum dapat dimulai sebelum diperoleh
JMF yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana telah disetujui, JMF menjadi
definitif sampai Direksi Pekerjaan menyetujui JMF pengganti lainnya. Mutu
campuran harus dikendalikan, terutama dalam toleransi yang diijinkan, seperti
yang diuraikan pada Tabel 6.3.3.(2) di bawah ini.
Dua belas benda uji Marshall harus dibuat dari setiap penghamparan percobaan.
Contoh campuran beraspal dapat diambil dari instalasi pencampur aspal atau dari
truk di AMP, dan dibawa ke laboratorium dalam kotak yang terbungkus rapi.
Benda uji Marshall harus dicetak dan dipadatkan pada temperatur yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.5.(1) dan menggunakan jumlah penumbukan yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(1a) sampai dengan Tabel 6.3.3.(1d). Kepadatan
rata-rata (Gmb) dari semua benda uji yang diambil dari penghamparan percobaan
yang memenuhi ketentuan harus menjadi Kepadatan Standar Kerja (Job Standard
Density), yang harus dibandingkan dengan pemadatan campuran beraspal
terhampar dalam pekerjaan.

Penerapan JMF dan Toleransi Yang Diijinkan

1. Seluruh campuran yang dihampar dalam pekerjaan harus sesuai dengan JMF,
dalam batas rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2) di bawah
ini.
2. Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan maupun
campurannya seperti yang digariskan dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4) dari
Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang dianggap perlu untuk
pemeriksaan keseragaman campuran. Setiap bahan yang gagal memenuhi
batas-batas yang diperoleh dari JMF dan Toleransi Yang Diijinkan harus ditolak.
3. Bilamana setiap bahan pokok memenuhi batas-batas yang diperoleh dari JMF
dan Toleransi Yang Diijinkan, tetapi menunjukkan perubahan yang konsisten
dan sangat berarti atau perbedaan yang tidak dapat diterima atau jika sumber
setiap bahan berubah, maka suatu JMF baru harus diserahkan dengan cara
seperti yang disebut di atas dan atas biaya Penyedia Jasa sendiri untuk
disetujui, sebelum campuran beraspal baru dihampar di lapangan.

Tabel 6.3.3.(2) Toleransi Komposisi Campuran :

Agregat Gabungan Toleransi Komposisi


Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No.100 dan tertahan No.200 2 % berat total agregat
Lolos ayakan No.200 1 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal 0,3 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi


Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke - 10 C dari temperatur
tempat penghamparan campuran beraspal di truk
saat keluar dari AMP
4. Interpretasi Toleransi Yang Diijinkan
Batas-batas absolut yang ditentukan oleh JMF maupun Toleransi Yang diijinkan
menunjukkan bahawa Penyedia Jasa harus bekerja dalam batas-batas yang
digariskan pada setiap saat.
Ketentuan Instalansi Pencampur Aspal
Instalasi Pencampur Aspal (Asphalt Mixing Plant, AMP)
1. Harus disertifikasi oleh Instansi yang ditunjuk oleh Direksi Pekerjaan dalam
kurun waktu 12 bulan terakhir. Jika belum disertifikasi maka bukti-bukti yang
menyatakan bahwa sertifikasi sedang dilaksanakan, minimal bisa menunjukan
kalibrasi timbangan aspal dan agregat dari badan metrologi. Jika perlu Direksi
Pekerjaan dapat malkukan inspeksi dan membuat persetujuan sementara
sebagai pengganti dari sertifikasi yang tertunda tersebut;
2. Berupa pusat pencampuran dengan sistem penakaran (batching) atau drum
mix dan harus memiliki kapasitas minimum 800 kg dan mampu memasok
mesin penghampar secara terus menerus bilamana menghampar campuran
pada kecepatan normal dan ketebalan yang dikehendaki;
3. Harus dirancangi dan dioperasikan sedemikian hingga dapat menghasilkan
campuran dalam rentang toleransi JMF;
4. Harus dipasang di lokasi yang jauh dari pemukiman dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sehingga tidak mengganggu ataupun mengundang protes dari
penduduk di sekitarnya;
5. Harus dilengkapi dengan alat pengumpul debu (dust collector) yang lengkap
yaitu sistem pusaran kering (dry cyclone) dan pusaran basah (wet cyclone)
sehingga tidak menimbulkan pencemaran debu. Bilamana salah satu sistem di
atas rusak atau tidak berfungsi maka AMP tersebut tidak boleh dioperasikan;
6. Mempunyai pengaduk (pug mill) dengan kapasitas minimum 800 kg jika
diperlukan untuk memproduksi AC bergradasi kasar atau AC-Base selain dari
pekerjaan minor.
7. Jika digunakan untuk pembuatan campuran aspal yang dimodifikasi harus
dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik otomatis yang mampu
mempertahankan temperatur campuran sebesar 175 oC.
8. Jika digunakan untuk pembuatan AC-Base, mempunyai pemasok dingin (cold
bin) yang jumlahnya tidak kurang dari lima buah dan untuk jenis campuran
beraspal lainnya minimal tersedia 4 pemasok dingin..
9. Dirancang sebagaimana mestinya, dilengkapi dengan semua perlengkapan
khusus yang diperlukan
Tangki Penyimpan Aspal
Tangki penyimpan bahan aspal harus dilengkapi dengan pemanas yang
dapat dikendalikan dengan efektif dan handal sampai suatu temperatur dalam
rentang yang disyaratkan. Pemanasan harus dilakukan melalui kumparan uap
(steam coils), listrik, atau cara lainnya sehingga api tidak langsung memanasi
tangki aspal. Setiap tangki harus dilengkapi dengan sebuah termometer yang
terletak sedemikian hingga temperatur aspal dapat dengan mudah dilihat. Sebuah
keran harus dipasang pada pipa keluar dari setiap tangki untuk pengambilan
benda uji.
Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai
agar dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama periode
pengoperasian. Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik dengan selimut
uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk mempertahankan
temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat aspal dalam sistem
sirkulasi
Daya tampung tangki penyimpanan minimum adalah paling sedikit untuk
kuantitas dua hari produksi. Paling sedikit harus disediakan dua tangki yang
berkapasitas sama. Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi
sedemikian rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa
mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur
Untuk campuran aspal yang dimodifikasi, sekurang-kurangnya sebuah
tangki penyimpan aspal tambahan dengan kapasitas yang tidak kurang dari 20
ton, tidak boleh dipanaskan langsung dengan minyak atau pemanas listrik dan
harus dilengkapi dengan pengendali temperatur termostatik yang mampu
mempertahankan temperatur sebesar 175 oC harus disediakan. Tangki ini harus
disediakan untuk penyimpanan aspal yang dimodifikasi selama periode dimana
aspal tersebut diperlukan untuk proyek.
Semua tangki penyimpan aspal untuk pencampuran aspal alam yang
mengandung bahan mineral dan untuk aspal yang dimodifikasi lainnya, bilamana
akan terjadi pemisahan, harus dilengkapi dengan pengaduk mekanis yang
dirancang sedemikian hingga setiap saat dapat mempertahankan bahan mineral
didalam bahan pengikat sebagai suspensi.
Tangki Penyimpan Aditif
Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan bahan
aditif untuk satu hari produksi campuran beraspal dan harus dilengkapi dengan
dozing pump sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil dengan
kuantitas dan tekanan tertentu.
Ayakan Panas
Ukuran saringan panas yang disediakan harus sesuai dengan ukuran agregat
untuk setiap jenis campuran yang akan diproduksi dengan merujuk ke Tabel
6.3.2.(1b).
Pengendali Waktu Pencampuran
Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk
mengendalikan waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran tetap
konstan kecuali kalau diubah atas perintah Direksi Pekerjaan.
Timbangan dan Rumah Timbang
Timbangan harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan bahan pengisi.
Rumah timbang harus disediakan untuk menimbang truk bermuatan yang siap
dikirim ke tempat penghamparan. Timbangan tersebut harus memenuhi
ketentuan seperti yang dijelaskan di atas.
Penyimpanan dan Pemasokan Bahan Pengisi
Silo atau tempat penyimpanan yang tahan cuaca untuk menyimpan dan memasok
bahan pengisi dengan sistem penakaran berat harus disediakan
Penyimpanan dan Pemasokan Aspal Alam
Jika Aspal Alam Berbutir digunakan untuk pekerjaan sebuah tempat penyimpanan
yang tahan cuaca dan elevator yang cocok untuk memasok yang dilengkapi
dengan sistem penakaran berat harus disediakan.
Ketentuan Keselamatan Kerja
1. Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform) alat
pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai jalan antar unit
perlengkapan harus dipasang. Untuk mencapai puncak bak truk, perlengkapan
untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai harus disediakan sehingga
Direksi Pekerjaan dapat mengambil benda uji maupun memeriksa temperatur
campuran.
Untuk memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji
dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus disediakan
untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (platform) atau sebaliknya.
Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi dan bagian bergerak
lainnya yang berbahaya harus seluruhnya dipagar dan dilindungi.
2. Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan sekitar
tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga agar bebas dari
benda yang jatuh dari alat pencampur.
Peralatan Pengangkut
1. Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat dari
logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan sedikit air
sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya campuran aspal pada
bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk hasil penyemprotan
sebelumnya harus dibuang sebelum campuran aspal dimasukkan dalam truk.
2. Tiap muatan harus ditutup dengan kanvas/terpal atau bahan lainnya yang
cocok dengan ukuran yang sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran
aspal terhadap cuaca. Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi
dan seluruh penutup harus diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di
lapangan pada temperatur yang disyaratkan.
3. Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran aspal aki-
bat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang menunjukkan
kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan keterlambatan yang tidak
semestinya, atas perintah Direksi Pekerjaan harus dikeluarkan dari pekerjaan
sampai kondisinya diperbaiki.
4. Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan bukaan ke arah belakang
harus disetel agar seluruh campuran aspal dapat dituang ke dalam penampung
dari alat penghampar aspal tanpa mengganggu kerataan pengoperasian alat
penghampar dan truk harus tetap bersentuhan dengan alat penghampar. Truk
yang mempunyai lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat penghampar tidak
diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan muatan lebih tidak
diperkenankan.

5. Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan dikelola
sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat beroperasi secara
menerus dengan kecepatan yang disetujui.
Penghampar yang sering berhenti dan berjalan lagi akan menghasilkan
permukaan yang tidak rata sehingga tidak memberikan kenyamanan bagi
pengendara serta mengurangi umur rencana akibat beban dinamis. Penyedia
Jasa tidak diijinkan memulai penghamparan sampai minimum terdapat tiga
truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal ke peralatan
penghampar. Kecepatan peralatan penghampar harus dioperasikan sedemikian
rupa sehingga jumlah truk yang digunakan untuk mengangkut campuran aspal
setiap hari dapat menjamin berjalannya peralatan penghampar secara menerus
tanpa henti. Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan, maka Direksi
Pekerjaan hanya akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan bilamana
minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok campuran aspal
ke peralatan penghampar. Ketentuan ini merupakan petunjuk pelaksanaan
yang baik dan Penyedia Jasa tidak diperbolehkan menuntut tambahan biaya
atau waktu atas keterlambatan penghamparan yang diakibatkan oleh
kegagalan Penyedia Jasa untuk menjaga kesinambungan pemasokan
campuran aspal ke peralatan penghampar.
Peralatan Penghampar dan Pembentuk
1. Peralatan penghampar dan pembentuk harus penghampar mekanis bermesin
sendiri yang disetujui, yang mampu menghampar dan membentuk campuran
aspal sesuai dengan garis, kelandaian serta penampang melintang yang
diperlukan.
2. Alat penghampar harus dilengkapi dengan penampung dan dua ulir pembagi
dengan arah gerak yang berlawanan untuk menempatkan campuran aspal
secara merata di depan "screed" (sepatu) yang dapat disetel. Peralatan ini
harus dilengkapi dengan perangkat kemudi yang dapat digerakkan dengan
cepat dan efisien dan harus mempunyai kecepatan jalan mundur seperti halnya
maju. Penampung (hopper) harus mempunyai sayap-sayap yang dapat dilipat
pada saat setiap muatan campuran aspal hampir habis untuk menghindari sisa
bahan yang sudah mendingin di dalamnya.
3. Alat penghampar harus mempunyai perlengkapan elektronik dan/atau
mekanis pengendali kerataan seperti batang perata (leveling beams), kawat
dan sepatu pengarah kerataan (joint matching shoes) dan dan peralatan bentuk
penampang (cross fall devices) untuk mempertahankan ketepatan kelandaian
dan kelurusan garis tepi perkerasan tanpa perlu menggunakan acuan tepi yang
tetap (tidak bergerak).
4. Alat penghampar harus dilengkapi dengan "screed" (perata) baik dengan jenis
penumbuk (tamper) maupun jenis vibrasi dan perangkat untuk memanasi
"screed" (sepatu) pada temperatur yang diperlukan untuk menghampar
campuran aspal tanpa menggusur atau merusak permukaan hasil hamparan.
5. Istilah "screed" (perata) mengacu pada pengambang mekanis standar
(standard floating mechanism) yang dihubungkan dengan lengan arah samping
(side arms) pada titik penambat yang dipasang pada unit pengerak alat
penghampar pada bagian belakang roda penggerak dan dirancang untuk
menghasilkan permukaan tektur lurus dan rata tanpa terbelah, tergeser atau
beralur.
6. Bilamana selama pelaksanaan, hasil hamparan peralatan penghampar dan
pembentuk meninggalkan bekas pada permukaan, segregasi atau cacat atau
ketidak-rataan permukaan lainnya yang tidak dapat diperbaiki dengan cara
modifikasi prosedur pelaksanaan, maka penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan peralatan penghampar dan pembentuk lainnya yang memenuhi
ketentuan harus disediakan oleh Penyedia Jasa.
Peralatan Pemadat
1. Setiap alat penghampar harus disertai paling sedikit satu alat pemadat roda
baja (steel wheel roller) dan satu alat pemadat roda karet (tyre roller). Paling
sedikit harus disediakan satu tambahan alat pemadat roda karet (tire roller)
untuk setiap kapasitas produksi yang melebihi 40 ton perjam. Semua alat
pemadat harus mempunyai tenaga penggerak sendiri.
2. Alat pemadat roda karet harus dari jenis yang disetujui dan memiliki tidak
kurang dari sembilan roda yang permukaannya halus dengan ukuran yang
sama dan mampu dioperasikan pada tekanan ban pompa (6,0 - 6,5) kg/cm2
atau (85 90) psi pada jumlah lapis anyaman ban (ply) yang sama. Roda-roda
harus berjarak sama satu sama lain pada kedua sumbu dan diatur sedemikian
rupa sehingga tengah-tengah roda pada sumbu yang satu terletak di antara
roda-roda pada sumbu yang lainnya secara tumpang-tindih (overlap). Setiap
roda harus dipertahankan tekanan pompanya pada tekanan operasi yang
disyaratkan sehingga selisih tekanan pompa antara dua roda tidak melebihi
0,35 kg/cm2 (5 psi). Suatu perangkat pengukur tekanan ban harus disediakan
untuk memeriksa dan menyetel tekanan ban pompa di lapangan pada setiap
saat. Untuk setiap ukuran dan jenis ban yang digunakan, Penyedia Jasa harus
memberikan kepada Direksi Pekerjaan grafik atau tabel yang menunjukkan
hubungan antara beban roda, tekanan ban pompa, tekanan pada bidang
kontak, lebar dan luas bidang kontak. Setiap alat pemadat harus dilengkapi
dengan suatu cara penyetelan berat total dengan pengaturan beban
(ballasting) sehingga beban per lebar roda dapat diubah dalam rentang (300
600) kilogram per 0,1 meter. Tekanan dan beban roda harus disetel sesuai
dengan permintaan Direksi Pekerjaan, agar dapat memenuhi ketentuan setiap
aplikasi khusus. Pada umumnya pemadatan dengan alat pemadat roda karet
pada setiap lapis campuran aspal harus dengan tekanan yang setinggi
mungkin yang masih dapat dipikul bahan.
3. Alat pemadat roda baja yang bermesin sendiri dapat dibagi atas dua jenis:
- Alat pemadat tandem statis
- Alat pemadat vibrator ganda (twin drum vibratory)
Alat pemadat statis minimum harus mempunyai berat statis tidak kurang dari 8
ton. Alat pemadat vibrator ganda mempunyai berat statis tidak kurang dari 6
ton. Roda gilas harus bebas dari permukaan yang datar, penyok, robek-robek
atau tonjolan yang merusak permukaan perkerasan.
4. Dalam penghamparan percobaan, Penyedia Jasa harus dapat menunjukkan
kom- binasi jenis penggilas untuk memadatkan setiap jenis campuran sampai
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan, sebelum JMF disetujui. Penyedia Jasa
harus melanjutkan untuk menyimpan dan menggunakan kombinasi penggilas
yang disetujui untuk setiap campuran. Tidak ada alternatif lain yang dapat
diperkenankan kecuali jika Penyedia Jasa dapat menunjukkan kepada Direksi
Pekerjaan bahwa kombinasi penggilas yang baru paling sedikit seefektif yang
sudah disetujui.

Perlengkapan Lainnya
Semua perlengkapan lapangan yang harus disedikan termasuk tidak terbatas
pada :
1. Mesin Penumbuk (Petrol Driven Vibrating Plate).
2. Alat pemadat vibrator, 600 kg.
3. Mistar perata 3 meter.
4. Thermometer (jenis arloji) 200 C (minimum tiga unit).
5. Kompresor dan jack hammer.
6. Mistar perata 3 meter yang dilengkapi dengan waterpass dan dapat
disesuaikan untuk pembacaan 3% atau lereng melintang lainnya dan
super-elevasi antara 0 sampai 6%.
7. Mesin potong dengan mata intan atau serat.
8. Penyapu Mekanis Berputar.
9. Pengukur kedalaman aspal yang telah dikalibrasi.
10. Pengukur tekanan ban.
Pembuatan Dan Produksi Campuran Beraspal
Kemajuan Pekerjaan
Kecuali untuk pekerjaan manual atau penambalan, campuran beraspal tidak boleh
diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan pengangkutan,
penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat menjamin kemajuan
pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas instalasi
pencampuran.
Penyiapan Bahan Aspal
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur sampai dengan 160 C di
dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan langsung setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal
secara berkesinambungan ke alat pencampur secara terus menerus pada
temperatur yang merata setiap saat. Pada setiap hari sebelum proses
pencampuran dimulai, kuantitas aspal minimum harus mencukupi untuk
perkerjaan yang direncanakan pada hari itu yang siap untuk dialirkan ke alat
pencampur
Penyiapan Agregat
1. Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur aspal melalui
pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-pencampuran agregat dari
berbagai jenis atau dari sumber yang berbeda tidak diperkenankan. Agregat
untuk campuran beraspal harus dikeringkan dan dipanaskan pada alat
pengering sebelum dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api yang
terjadi dalam proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat
agar dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
2. Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat harus kering
dan dipanaskan terlebih dahulu dengan temperatur dalam rentang yang
disyaratkan untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 10 C di atas
temperatur bahan aspal.
3. Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka bahan
pengisi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam penampung
kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur. Bahan pengisi tidak boleh
ditabur di atas tumpukan agregat maupun dituang ke dalam penampung
instalasi pemecah batu. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler
dapat dijamin
Penyiapan Pencampuran
1. Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas, harus
dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap fraksi agregat yang
tepat agar memenuhi rumusan campuran kerja (JMF). Proporsi takaran ini
harus ditentukan dengan mencari gradasi secara basah dari contoh yang
diambil dari penampung panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran
dimulai dan pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran.
Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam alat
pencampur dengan jumlah yang ditetapkan sesuai dengan JMF. Bilamana
digunakan instalasi pencampur sistem penakaran, di dalam unit pengaduk
seluruh agregat harus dicampur kering terlebih dahulu, kemudian baru aspal
dan aditif dengan jumlah yang tepat disemprotkan langsung ke dalam unit
pengaduk dan diaduk dengan waktu sesingkat mungkin yang telah
ditentukan untuk menghasilkan campuran yang homogen dan semua butiran
agregat terselimuti aspal dengan merata. Waktu pencampuran total harus
ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan dan diatur dengan perangkat pengendali
waktu yang handal. Lamanya waktu pencampuran harus ditentukan secara
berkala atas perintah Direksi Pekerjaan melalui pengujian derajat
penyelimutan aspal terhadap butiran agregat kasar sesuai dengan prosedur
AASHTO T195-67 (biasanya sekitar 45 detik).

2. Temperatur campuran beraspal saat dikeluarkan dari alat pencampur harus


dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel 6.3.5.(1). Tidak ada
campuran beraspal yang diterima dalam Pekerjaan bilamana temperatur
pencampuran melampaui temperatur pencampuran maksimum yang
disyaratkan.
Temperatur Pembuatan dan Penghamparan Campuran
Viskositas aspal untuk masing-masing prosedur pelaksanaan dan rentang
temperatur untuk Aspal Tipe I yang umumnya harus seperti yang dicantumkan
dalam Tabel 6.3.5.1. Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui
rentang temperatur untuk Aspal Tipe II berdasarkan pengujian viskositas aktual
aspal yang dimodifikasi yang digunakan pada proyek tersebut, dalam rentang
viskositas seperti diberikan pada Tabel 6.3.5.1 dengan melihat sifat-sifat campuran
di lapangan saat penghamparan, selama pemadatan dan hasil pengujian
kepadatan pada ruas percobaan. Campuran aspal yang tidak memenuhi batas
temperatur yang disyaratkan pada saat pencurahan dari AMP kedalam truk, atau
pada saat pengiriman ke alat penghampar, tidak boleh diterima untuk digunakan
pada pekerjaan yang permanen
Tabel 6.3.5.1 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran &
Pemadatan
Viskosita Rentang
No. Prosedur Pelaksanaan s Aspal Temperatur Aspal
(PA.S) Tipe I (C)
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1
3 Pencampuran, rentang 0,2 - 0,5 145 155
temperatur sasaran
4 Menuangkan campuran aspal 0,5 135 150
dari alat pencampur ke dalam
truk
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 150
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 145
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 125
8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95

Temperatur pencampuran dan pemadatan untuk setiap jenis aspal


yang digunakan sesuai Pasal 6.3.2.6) adalah berbeda. Penentuan temperatur
pencampuran dan pemadatan masing-masing jenis aspal harus dilakukan
berdasarkan nilai viskositas seperti yang tertera dalam Tabel 6.3.5.1. Nilai
viskositas masing-masing aspal didapat dari hasil pengujian laboratorium sesuai
SNI 03-6721-2002. Contoh grafik hubungan antara viskositas dan temperatur
ditunjukkan pada Gambar 6.3.5.(1).
100.0
HANYA CONTOH

Rentang viskositas
10.0 pemadatan
Viskositas (Pa.s)

1.0 Rentang
viskositas
pencampuran

0.1
70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200
o
Temperatur ( C)

Rentang temperatur Rentang temperatur


pemadatan pencampuran

Gambar 6.3.5.(1) Contoh Hubungan antara Viskositas dan Temperatur


Penghamparan Campuran
Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
1. Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam
kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah
berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan
lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya, semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permukaannya
dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran beraspal atau bahan lain
yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana permukaan yang akan dilapisi
terdapat atau mengandung sejumlah bahan dengan rongga dalam campuran
yang tidak memadai, sebagimana yang ditunjukkan dengan adanya kelelehan
plastis dan/atau kegemukan (bleeding), seluruh lapisan dengan bahan plastis
ini harus dibongkar. Pembongkaran semacam ini harus diteruskan ke bawah
sampai diperoleh bahan yang keras (sound). Toleransi permukaan setelah
diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk pelaksanaan lapis
pondasi agregat.
2. Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber-
sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack
coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Seksi 6.1 dari Spesifikasi ini
Acuan Tepi
Besi atau kasau kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan
garis dan serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan
dihampar.
Penghamparan Dan Pembentukan
1. Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan. Campuran beraspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
2. Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
3. Mesin vibrasi pada screed alat penghampar harus dijalankan selama
penghamparan dan pembentukan.
4. Penampung alat penghampar (hopper) tidak boleh dikosongkan, sisa
campuran beraspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.5(1).
5. Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.
6. Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai
penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki.
Proses perbaikan lubang-lubang yang timbul karena terlalu kasar atau bahan
yang tersegregasi karena penaburan material yang halus sedapat mungkin
harus dihindari sebelum pemadatan. Butiran yang kasar tidak boleh
ditebarkan diatas permukan yang telah padat dan bergradasi rapat.
7. Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-
tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
8. Bilamana jalan akan dihampar hanya setengah lebar jalan atau hanya satu
lajur untuk setiap kali pengoperasian, maka urutan penghamparan harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga perbedaan akhir antara panjang
penghamparan lajur yang satu dengan yang bersebelahan pada setiap hari
produksi dibuat seminimal mungkin.
9. Selama pekerjaan penghamparan fungsi-fungsi berikut ini harus dipantau dan
dikendalikan secara elektronik atau secara manual sebagaimana yang
diperlukan untuk menjamin terpenuhinya elevasi rancangan dan toleransi
yang disyaratkan serta ketebalan dari lapisan beraspal :
- Tebal hamparan aspal gembur sebelum dipadatkan, sebelum
dibolehkannya pemadatan (diperlukan pemeriksaan secara manual)
- Kelandaian sepatu (screed) alat penghampar untuk menjamin
terpenuhinya lereng melintang dan super elevasi yang diperlukan.
- Elevasi yang sesuai pada sambungan dengan aspal yang telah
dihampar sebelumnya, sebelum dibolehkannya pemadatan.
- Untuk menjamin sambungan memanjang vertikal maka harus
digunakan besi profil siku dengan ukuran tinggi 5 mm lebih kecil dari
tebal rencana dan dipakukan pada perkerasan dibawahnya.
- Perbaikan penampang memanjang dari permukaan aspal lama dengan
menggunakan batang perata, kawat baja atau hasil penandaan survei.
Pemadatan
1. Segera setelah campuran beraspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut
harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki.
Temperatur campuran beraspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus
dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang
ditunjukkan pada Tabel 6.3.5.(1)

2. Pemadatan campuran beraspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
berikut ini :
- Pemadatan Awal
- Pemadatan Antara
- Pemadatan Akhir

3. Pemadatan awal atau breakdown rolling harus dilaksanakan baik dengan alat
pemadat roda baja. Pemadatan awal harus dioperasikan dengan roda penggerak
berada di dekat alat penghampar. Setiap titik perkerasan harus menerima
minimum dua lintasan pengilasan awal.
Pemadatan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda karet
sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Pemadatan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa penggetar
(vibrasi). Bila hamparan aspal tidak menunjukkan bekas jejak roda pemadatan
setelah pemadatan kedua, pemadatan akhir bisa tidak dilakukan.
4. Pertama-tama pemadatan harus dilakukan pada sambungan melintang yang
telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran beraspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang
dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan awal
harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak yang
pendek dengan posisi alat pemadat berada pada lajur yang telah dipadatkan
dengan tumpang tindih pada pekerjaan baru kira-kira 15 cm.
5. Pemadatan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian
dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada tikungan
harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi.
Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap) minimum
setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh berakhir pada titik
yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
6. Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk pemadatan
awal harus terlebih dahulu memadatkan lajur yang telah dihampar sebelumnya
sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda pemadat yang memadatkan tepi
sambungan yang belum dipadatkan. Pemadatan dengan lintasan yang berurutan
harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit demi sedikit
melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang dipadatkan dengan
rapi.
7. Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan arah
penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran beraspal.
8. Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran beraspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan
dapat dihilangkan.
9. Roda alat pemadat harus dibasahi dengan cara pengabutan secara terus menerus
untuk mencegah pelekatan campuran beraspal pada roda alat pemadat, tetapi air
yang berlebihan tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk
menghindari lengketnya campuran beraspal pada roda.
10. Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan yang
baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
11. Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Penyedia Jasa di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan oleh
Penyedia Jasa atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya
pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Penyedia Jasa.
12. Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran beraspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan lokasi
sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran beraspal terhampar
dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan atau kekurangan
bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan setempat, tonjolan
sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi permukaan yang keropos
harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
13. Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Penyedia Jasa harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah pemadatan akhir, dan dibuang oleh Penyedia
Jasa di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan yang lokasinya
disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
Sambungan
1. Sambungan memanjang maupun melintang pada lapisan yang berurutan harus
diatur sedemikian rupa agar sambungan pada lapis satu tidak terletak segaris
yang lainnya. Sambungan memanjang harus diatur sedemikian rupa agar
sambungan pada lapisan teratas berada di pemisah jalur atau pemisah lajur
lalu lintas.
2. Campuran beraspal tidak boleh dihampar di samping campuran beraspal yang
telah dipadatkan sebelumnya kecuali bilamana tepinya telah tegak lurus atau
telah dipotong tegak lurus atau dipanaskan dengan menggunakan lidah api
(dengan menggunakan alat burner). Bila tidak ada pemanasan, maka pada
bidang vertikal sambungan harus lapis perekat.
Pengendalian Mutu Dan Pemeriksaan Di Lapangan
Pengujian Permukaan Perkerasan
1. Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus sepanjang 3 m,
yang disediakan oleh Penyedia Jasa, dan harus dilaksanakan tegak lurus dan
sejajar dengan sumbu jalan sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan untuk
memeriksa seluruh permukaan perkerasan. Toleransi harus sesuai dengan
ketentuan dalam Pasal 6.3.1.(4).(f).
2. Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan harus
dilaksanakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi
harus diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana
diperlukan. Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan.
Setelah penggi-lasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan
setiap ketidak-rataan permukaan yang melampaui batas-batas yang
disyaratkan dan setiap lokasi yang cacat dalam tekstur, pemadatan atau
komposisi harus diperbaiki sebagaiamana yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
3. Kerataan permukaan perkerasan
- Kerataan permukaan lapis perkerasan penutup atau lapis aus segera
setelah pekerjaan selesai harus diperiksa kerataannya dengan
menggunakan alat ukur kerataan NAASRA-Meter sesuai SNI 03-3426-
1994.
- Cara pengukuran/pembacaan kerataan harus dilakukan setiap interval 100
m.

Ketentuan Kepadatan
1. Kepadatan semua jenis campuran beraspal yang telah dipadatkan, seperti yang
ditentukan dalam SNI 03-6757-2002, tidak boleh kurang dari 97 % Kepadatan
Standar Kerja (Job Standard Density) yang tertera dalam JMF untuk Lataston
(HRS) dan 98 % untuk semua campuran beraspal lainnya.
2. Benda uji inti untuk pengujian kepadatan harus sama dengan benda uji untuk
pengukuran tebal lapisan. Cara pengambilan benda uji campuran beraspal dan
pemadatan benda uji di laboratorium masing-masing harus sesuai dengan
SNI-06-2489-1991 untuk ukuran butir maksimum 25 mm atau ASTM D5581-96
untuk ukuran maksimum 50 mm.
3. Jumlah total benda uji inti yang diambil acak dalam setiap segmen tidak kurang
dari 3 (tiga) benda uji inti duplo untuk setiap kelipatan 200 meter panjang dan
jumlah 3 panjang untuk sisa panjang yang kurang dari 200 m dengan lokasi
titik uji ditentukan secara acak sesuai dengan SNI 03-6868-2002.
4. Penyedia Jasa dianggap telah memenuhi kewajibannya dalam memadatkan
cam-puran aspal bilamana kepadatan lapisan yang telah dipadatkan sama atau
lebih besar dari nilai-nilai yang diberikan Tabel 6.3.7.(1). Bilamana rasio
kepadatan maksimum dan minimum yang ditentukan dalam serangkaian
benda uji inti pertama yang mewakili setiap lokasi yang diukur untuk
pembayaran, lebih besar dari 1,08 maka benda uji inti tersebut harus dibuang
dan serangkaian benda uji inti baru harus diambil.
Tabel 6.3.7.(1) Ketentuan Kepadatan

Kepadatan yg. Jumlah ben-da Kepadatan Mini- Nilai minimum seti-


disyaratkan (% uji per mum Rata-rata ap pengujian
JSD) segmen (% JSD) tunggal (% JSD)
34 98,1 95
98 5 98,3 94,9
>6 98,5 94,8
34 97,1 94
97 5 97,3 93,9
>6 97,5 93,8

Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Beraspal

1. Pengambilan Benda Uji Campuran beraspal


Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampuran aspal,
tetapi Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi
penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama
pengangkutan dan penghamparan campuran beraspal.

2. Pengendalian Proses
Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Penyedia Jasa untuk
maksud pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel
6.3.7.(2) di bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Penyedia Jasa yang mengoperasikan rencana jaminan mutu produksi yang
disetujui, berdasarkan data statistik dan yang mencapai suatu tingkat tinggi
dari pemenuhan terhadap ketentuan-ketentuan spesifikasi dapat meminta
persetujuan dari Direksi Pekerjaan untuk pengurangan jumlah pengujian yang
dilaksanakan.
Contoh yang diambil dari penghamparan campuran beraspal setiap hari harus
dengan cara yang diuraikan di atas dan dengan frekuensi yang diperintahkan
dalam Pasal 6.3.7.(3) dan 6.3.7.(4). Enam cetakan Marshall harus dibuat dari
setiap contoh. Benda uji harus dipadatkan pada temperatur yang disyaratkan
dalam Tabel 6.3.5.(1) dan dalam jumlah tumbukan yang disyaratkan dalam
Tabel 6.3.3.(1). Kepadatan benda uji rata-rata (Gmb) dari semua cetakan
Marshall yang dibuat setiap hari akan menjadi Kepadatan Marshall Harian.
Direksi Pekerjaan harus memerintahkan Penyedia Jasa untuk mengulangi
proses campuran rancangan dengan biaya Penyedia Jasa sendiri bilamana
Kepadatan Marshall Harian rata-rata dari setiap produksi selama empat hari
berturut-turut berbeda lebih 1 % dari Kepadatan Standar Kerja (JSD).
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian
pengujian, Penyedia Jasa dapat memilih untuk mengambil contoh di atas ruas
yang lebih panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang
diperlukan dalam Tabel 6.3.7.(2).

3. Pemeriksaan dan Pengujian Rutin


Pemeriksaan dan pengujian rutin harus dilaksanakan oleh Penyedia Jasa di
bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah
diselesaikan sesuai toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan dan
setiap ketentuan lainnya yang disebutkan dalam Seksi ini.
Setiap bagian pekerjaan, yang menurut hasil pengujian tidak memenuhi
ketentuan yang disyaratkan harus diperbaiki sedemikian rupa sehingga setelah
diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua ketentuan yang disyaratkan,
semua biaya pembongkaran, pembuangan, penggantian bahan maupun
perbaikan dan pengujian kembali menjadi beban Penyedia Jasa.

4. Pengambilan Benda Uji Inti dan Uji Ekstraksi Lapisan Beraspal


Penyedia Jasa harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core)
yang mampu memotong benda uji inti berdiameter 4 maupun 6 pada lapisan
beraspal yang telah selesai dikerjakan. Benda uji inti tidak boleh digunakan
untuk pengujian ekstraksi. Uji ektraksi harus dilakukan menggunakan benda uji
campuran beraspal gembur yang ambil di belakang mesin penghampar

Tabel 6.3.7.(2) Pengendalian Mutu

Bahan dan Pengujian Frekwensi pengujian


Aspal :
3
Aspal berbentuk drum dari jumlah drum
Aspal curah Setiap tangki aspal
Jenis pengujian aspal drum dan curah
mencakup: Penetrasi dan Titik Lembek
3
Asbuton butir/Aditif Asbuton dari jumlah kemasan
- Kadar air
- Ekstraksi (kadar aspal)
- Ukuran butir maksimum
- Penetrasi aspal asbuton
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles Setiap 5.000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan ke Setiap 1.000 m3
tumpukan
- Gradasi agregat dari penampung Setiap 250 m3 (min. 2
panas (hot bin) pengujian per hari)
- Nilai setara pasir (sand equivalent) Setiap 250 m3

Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di Setiap batch dan pengiriman
lapangan
- Gradasi dan kadar aspal Setiap 200 ton (min. 2
pengujian per hari)
- Kepadatan, stabilitas, kelelehan, Setiap 200 ton (min. 2
Marshall Quo-tient, rongga dalam pengujian per hari)
campuran pd. 75 tumbukan
- Rongga dalam campuran pd. Setiap 3.000 ton
Kepadatan Membal
- Campuran Rancangan (Mix Design) Setiap perubahan
Marshall agregat/rancangan
Lapisan yang dihampar :
Bahan dan Pengujian Frekwensi pengujian
- Benda uji inti (core) berdiameter 4 3 benda uji duplo untuk setiap
untuk parti-kel ukuran maksimum 1 dan 200 m panjang dan
6 untuk partikel ukuran di atas 1, baik kelipatannya. Untuk sisa
untuk pemeriksaan pema-datan maupun panjang segmen < 200 m,
tebal lapisan : jumlah benda uji ditentukan
3
sebagai sisa panjang
segmen.
Toleransi Pelaksanaan :
- Elevasi permukaan, untuk penampang Paling sedikit 3 titik yang
melintang dari setiap jalur lalu lintas. diukur melintang pada paling
sedikit setiap 12,5 meter
memanjang sepanjang jalan
tersebut.

Pengujian Pengendalian Mutu Campuran Beraspal


1. Penyedia Jasa harus menyimpan catatan seluruh pengujian dan catatan
tersebut harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan tanpa keterlambatan.
2. Penyedia Jasa harus menyerahkan kepada Direksi Pekerjaan hasil dan catatan
pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari produksi, beserta lokasi
penghamparan yang sesuai :
- Analisa ayakan (cara basah), paling sedikit dua contoh agregat per hari
dari setiap penampung panas.
- Temperatur campuran saat pengambilan contoh di instalasi pencampur
aspal (AMP) maupun di lokasi penghamparan (satu per jam).
- Kepadatan Marshall Harian dengan detail dari semua benda uji yang
diperiksa.
- Kepadatan hasil pemadatan di lapangan dan persentase kepadatan
lapangan relatif terhadap Kepadatan Campuran Kerja (Job Mix Density)
untuk setiap benda uji inti (core).
- Stabilitas, kelelehan, Marshall Quotient, paling sedikit dua contoh per
hari.
- Kadar aspal dan gradasi agregat yang ditentukan dari hasil ekstraksi
kadar aspal paling sedikit dua contoh per hari. Bilamana cara ekstraksi
sentrifugal digunakan maka koreksi abu harus dilaksanakan seperti
yang disyaratkan SNI 03-3640-1994.
- Rongga dalam campuran pada kepadatan Marshall dan kepadatan
membal (refusal), yang dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum
campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-2002).
- Kadar aspal yang terserap oleh agregat, yang dihitung berdasarkan
Berat jenis Maksimum campuran perkerasan aspal (SNI 03-6893-2002).

Pengendalian Kuantitas dengan Menimbang Campuran Beraspal

Dalam pemeriksaan terhadap pengukuran kuantitas untuk pembayaran, campuran


beraspal yang dihampar harus selalu dipantau dengan tiket pengiriman campuran
beraspal dari rumah timbang sesuai dengan Pasal 6.3.1.(4).(e) dari Spesifikasi ini.
Pengukuran Dan Pembayaran
Pengukuran Pekerjaan
1. Kuantitas yang diukur untuk pembayaran campuran beraspal haruslah
berdasarkan ketentuan di bawah ini :
- Untuk lapisan bukan perata (misalnya HRS-WC, HRS-Base, AC-WC, AC-WC
Mod, AC-BC, AC-BC Mod. AC-Base, dan AC-Base Mod) jumlah tonase bersih
dari campuran yang telah dihampar dan diterima, yang dihitung sebagai
hasil perkalian luas lokasi yang diterima dan tebal yang diterima dengan
kepadatan campuran yang diperoleh dari pengujian benda uji inti (core).
Tonase bersih adalah selisih dari berat campuran dengan berat aspal, bahan
anti pengelupasan (anti stripping agent) dan bahan pengisi (filler) yang
ditambahkan.
- Untuk lapisan perata (misalnya HRS-WC(L), HRS-Base(L), AC-WC(L), AC-
BC(L), dsb) jumlah tonase bersih dari campuran yang telah dihampar dan
diterima sesuai dengan ketentuan pada Pasal 6.3.8 (1)(c). Tonase bersih
adalah selisih dari berat campuran dengan berat aspal bahan anti
pengelupasan (anti stripping agent) dan bahan pengisi (filler) yang
ditambahkan.
- Untuk aspal, aditif anti pengelupasan dan bahan pengisi (filler) yang
ditambahkan haruslah dalam jumlah ton untuk aspal dan dalam jumlah
kilogram untuk aditif anti pengelupasan dan bahan pengisi (filler) yang
ditambahkan
2. Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh meliputi lokasi dengan
tebal hamparan kurang dari tebal minimum kontruksi jenis campuran beraspal
yang dapat diterima atau setiap bagian yang terkelupas, terbelah, retak atau
menipis (tapered) di sepanjang tepi perkerasan atau di tempat lainnya. Lokasi
dengan kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang ditetapkan
dalam JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), tidak akan
diterima untuk pembayaran.
3. Campuran beraspal yang dihampar langsung di atas permukaan aspal lama
yang dilaksanakan pada kontrak yang lalu, menurut pendapat Direksi Pekerjaan
memerlukan koreksi bentuk yang cukup besar, harus dihitung berdasarkan nilai
terkecil antara a) jumlah tonase dari bahan yang telah dihampar dan diterima
berdasarkan berat campuran beraspal yang diperoleh dari penimbangan
muatan di rumah timbang, dan b) hasil perkalian antara tebal rata-rata yang
diterima dengan luas penghamparan aktual yang diterima dan kepadatan
lapangan rata-rata. Bilamana tebal rata-rata campuran beraspal yang telah
diperhitungkan, melebihi dari tebal aktual dibutuhkan (diperlukan untuk
perbaikan bentuk), maka tebal rata-rata yang ditentukan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan.
4. Kecuali yang disebutkan dalam (c) di atas, maka tebal campuran beraspal yang
diukur untuk pembayaran tidak boleh lebih besar dari tebal nominal rancangan
yang ditunjukkan dalam Tabel 6.3.1.(1) di atas atau tebal rancangan yang
ditentukan dalam Gambar Rencana.
Direksi Pekerjaan dapat menyetujui atau menerima suatu ketebalan yang
kurang berdasarkan pertimbangan teknis atau suatu ketebalan lebih untuk
lapis perata seperti yang diijinkan menurut Pasal 6.3.8.(1).(c) dari Spesifikasi ini.

Kuantitas hamparan dengan ketebalan yang melebihi tebal nominal rancangan


untuk campuran beraspal tersebut yang dihampar di atas permukaan yang
juga dikerjakan dalam Kontrak ini, kecuali jika diperintahlan lain oleh Direksi
Pekerjaan harus dihitung berdasarkan tebal ditunjukkan dalam Gambar
Rencana.
5. Bilamana perbaikan pada campuran aspal yang tidak memenuhi ketentuan
telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 6.3.1.(8) dari
Spesifikasi ini, maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah
kuantitas yang akan dibayar bila pekerjaan semula dapat diterima. Tidak ada
pembayaran tambahan untuk pekerjaan atau kuantitas tambahan yang diper-
lukan untuk perbaikan tersebut.
6. Lebar hamparan campuran beraspal yang akan dibayar harus seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana dan harus diukur dengan pita ukur oleh
Penyedia Jasa di bawah pengawasan Direksi Pekerjaan. Pengukuran harus
dilakukan tegak lurus sumbu jalan dan tidak termasuk lokasi hamparan yang
tipis atau tidak memenuhi ketentuan sepanjang tepi hamparan. Interval jarak
pengukuran memanjang harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan tetapi harus selalu berjarak sama dan tidak lebih dari 25 meter.
Lebar yang akan digunakan dalam menghitung luas untuk pembayaran setiap
lokasi perkerasan yang diukur, harus merupakan lebar rata-rata yang diukur
dan disetujui.
7. Pelapisan campuran beraspal dalam arah memanjang harus diukur sepanjang
sumbu jalan dengan menggunakan prosedur pengukuran standar ilmu ukur
tanah.
8. Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran beraspal dengan kadar
aspal rata-rata yang lebih tinggi dari kadar aspal optimum tetapi masih masuk
dalam rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang
ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)),
pembayaran aspal yang digunakan pada campuran beraspal harus dihitung
berdasarkan berat hamparan dikalikan dengan kadar aspal optimum yang
ditetapkan dalam JMF. Bilamana Direksi Pekerjaan menerima setiap campuran
beraspal dengan kadar aspal rata-rata yang lebih rendah dari kadar aspal
optimum tetapi masih masuk dalam rentang kadar aspal yang diperoleh dari
kadar aspal optimum yang ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang
disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)), pembayaran aspal yang digunakan pada
campuran beraspal harus dihitung berdasarkan berat hamparan dikalikan
dengan kadar aspal rata-rata tersebut. Tidak ada pembayaran yang dapat
dilakukan untuk campuran yang kadar aspalnya di bawah kadar aspal minimum
dari rentang kadar aspal yang diperoleh dari kadar aspal optimum yang
ditetapkan dalam JMF dan toleransi yang disyaratkan dalam Tabel 6.3.3.(2)).
Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditentukan di atas harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di
bawah ini dan dalam Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk mengadakan dan
memproduksi dan menguji dan mencampur serta menghampar semua bahan,
termasuk semua pekerja, peralatan, pengujian, perkakas dan pelengkapan lainnya
yang diperlukan untuk percobaan penghamparan dan menyelesaikan pekerjaan
yang diuraikan dalam Seksi ini.
Nomor Mata Satuan
Uraian
Pembayaran Pengukuran
6.3.1 Latasir Kelas A (tebal nominal) (SS-A) Ton
6.3.2 Latasir Kelas B (tebal nominal) (SS-B) Ton
6.3.3a Lataston Lapis Aus (HRS-WC) 3,0 cm (gradasi Ton
senjang/semi senjang)
6.3.3b Lataston Lapis Aus Perata (HRS-WC(L)) (gradasi Ton
senjang/semi senjang)
6.3.4a Lataston Lapis Pondasi (HRS-Base) (gradasi Ton
senjang/semi senjang)
6.3.4b Lataston Lapis Pondasi Perata (HRS-Base(L)) Ton
(gradasi senjang/semi senjang)
6.3.5a Laston Lapis Aus (AC-WC) (gradasi halus/kasar) Ton
6.3.5b Laston Lapis Aus Modifikasi (AC-WC Mod) Ton
(gradasi halus/kasar)
6.3.5c Laston Lapis Aus Perata (AC-WC(L)) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.5d Laston Lapis Aus Modifikasi Perata (AC-WC(L) Ton
Mod) (gradasi halus/kasar)
6.3.6a Laston Lapis Antara (AC-BC) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.6b Laston Lapis Antara Modifikasi (AC-BC Mod) Ton
(gradasi halus/kasar)
6.3.6c Laston Lapis Antara Perata (AC-BC(L)) (gradasi Ton
halus/kasar)
6.3.6d Laston Lapis Antara Modifikasi Perata (AC- Ton
BC(L) Mod) Leveling (gradasi halus/kasar)
6.3.7a Laston Lapis Pondasi (AC-Base) (gradasi halus Ton
/kasar)
6.3.7b Laston Lapis Pondasi Modifikasi (AC-Base Mod) Ton
(gradasi halus/kasar)
6.3.7c Laston Lapis Pondasi Perata (AC-Base(L)) Ton
(gradasi halus/kasar)
6.3.7d Laston Lapis Pondasi Modifikasi Perata (AC- Ton
Base(L) Mod) (gradasi halus/kasar)
6.3.8a Aspal Minyak Ton
6.3.8b Aspal Modifikasi
1. Asbuton yang diproses Ton
2. Elastomer Alam Ton
3. Elastomer Sintetis Ton
6.3.9 Aditif Anti Pengelupasan Kg
6.3.10a Bahan Pengisi (Filler) Tambahan (Kapur) Kg
6.3.10a Bahan Pengisi (Filler) Tambahan (Semen) Kg
6.3.10a Bahan Pengisi (Filler) Tambahan Asbuton Kg
PEKERJAAN LAIN LAIN

a) PEMBERSIHAN LOKASI
Yang termasuk dalam pekerjaan ini adalah pembersihan lingkungan area kerja selama
proyek berlangsung termasuk material yang harus dibuang dari areal lokasi pekerjaan
sesuai dengan petunjuk Direksi pekerjaan.Setelah pelaksanaan pekerjaan selesai
semua, lokasi areal pekerjaan juga harus dibersihkan dari sisa-sisa semua material
yang tidak terpakai, serta areal diratakan dan dirapikan kembali. Semua biaya yang
timbul akibat pekerjaan sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan beban Kontraktor,
serta sudah harus diperhitungkan termasuk Overhead pada analisa harga satuan
pekerjaan
b) PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA
Masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya
antara lain:
1. Penyempurnaan dan pemeliharaan.
2. Pembersihan
3. Penyerahan kedua dapat dilaksanakan apabila kontraktor telah melaksanakan
kewajiban pada masa pemeliharaan

Anda mungkin juga menyukai