Anda di halaman 1dari 6

Vol. 1 No. 2 Hal.

105 - 110 ISSN (Print) : 2337-6198


Juli Desember 2013 ISSN (Online) : 2337-618X

Kritik Terhadap Perkembangan Ilmu di Indonesia


Hadiani Fitri
Dosen Tetap Yayasan Dpk. FKIP UISU Medan Jl. Sisingamangaraja Medan
E-mail: hadiani.fitri@fkip.uisu.ac.id

ABSTRAK
1 2
Filsafat dan ilmu merupakan dua kata yang selalu berhubungan satu sama lain baik secara
substansial ataupun historis karena ilmu selalu berhubungan dengan peran dari filsafat atau dengan
kata lain bahwa perkembangan imu menjadikna filsafat sangat penting. Pola pikir bangsa Yunani
3
dan umat manusia telah berhasil diubah oleh filsafat yang semula mitosentris menjadi
4
logosentris . Mitologi bangsa Yunani atau bangsa lain didominasi oleh kejadian alam maupun
5
aktivitas dari para dewa . Oleh sebab itu, dewa harus sangat dihormati, disayangi ataupun ditakuti
menjadikan dewa harus disembah. Dengan filsafat pola pikir yang pada awalnya sangat
bergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang menggunakan ratio. Kejadian alam tidak
lagi menjadi kegiatan aktivitas dewa melainkan kejadian alam yang disebabkan oleh gravitasi
matahari, bulan, dan bumi berada pada satu garis yang sejajar.

Kata Kunci: Kritik, Perkembangan Ilmu, Indonesia

PENDAHULUAN

Pola pikir dari mitosentris ke logosentris berdampak pada implikasi alam yang semula ditakuti
kemudian didekati dan dieksploitasi, dari keadaan inni menyebabkan munculnya penemuan
terhadap hukum teori-teori yang berusaha menjelaskan keadaan yang terjadi terhadap alam jagat
raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos). Dasar penelitian alam jagat raya
melahirkan ilmu astronomi, kosmologi, fisika, dan kimia. Dari manusia melahirkan biologi,
psikologi, dan sosiologi yang terus berkembang sehingga lebih spesialisasi dan aplikatif. Ilmu
semakin subur dengan variasinya dan semakin terspesialisasi menimbulkan arogansi ilmu yang
awalnya untuk kesejahteraan umat manusia menjadi bencana bagi kehidupan manusia karena
eksploitasi dari alam menyebabkan globalisasi6 dan dehumanisasi7. Dengan perkembangan ilmu
pada satu sisi menimbulkan kekhawatiran karena tidak ada satu orangpun atau lembaga yang
mempunya otoritas untuk menghambat laju perkembangan dari ilmu sekalipun implikasinya
negatif. Manusia tanpa disadari telah menjadi budak ilmu dan teknologi maka peran filsafat
ilmu adalah berusaha untuk mengembalikantujuan ilmu pengetahuan kepada tujuannya yang
luhur berguna dan bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.

1
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hlm 11.
2
The Liang Gie, konsepsi tentang ilmu, jogjakarta: yayasan studi ilmu dan teknologi, 1984, hlm 6.
3
Mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang mengandalkan mitos.
4
Logosentris adalah pola pikir masyarakat yang mengandalkan pengetahuan atau keilmuan.
5
Dewa adalah keberadaan supranatural yang mnguasai unsur-unsur alam.
6
Globalisasi : keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa, antar manusia diseluruh dunia melalui
perdagangan, investasi dan lain-lain.
7
Dehumanisasi : suatu proses yang menjadikan manusia tidak sesuai dengan kodratnya sebagai
manusia.

105
Hadiani Fitri: Kritik Terhadap Perkembangan Ilmu di Indonesia

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Kata filsafat berasal dari kata philosophia yang artinya mencintai kebijaksanaan8 dalam bahasa
Inggris disebut philosphy dalam bahasa Arab disebut falsafah yang artinya cinta kearifan.
Filsafat berarti cinta kebijaksanaan, filosof 9 orang yang berusaha mencari kebijaksanaan untuk
memperoleh kebenaran. Proses mencari kebenaran dapat dilakukan tiga tahap yaitu :
a. Manusia berspekulasi dengan pemikiran tentang semua hal.
b. Spekulasi menjadi beberapa pikiran yang dapat diandalkan.
c. Pikiran merupakan titik awal dalam mencari kebenaran yang kemudian berkembang menjadi
ilmu pengetahuan.
2. Defenisi
Para filosof yang mengemukakan defenisi filsafat diantaranya adalah Pythagoras (572-497 SM).
Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM), Aristoteles (384-322 SM), Rene Descrates (1596-
1650), Immanuel Kant (1724-1804), Alkindi (801-873 M), Al Farabi (870-950 M), Francis
Bacon (1561-1621 M), John Dewey (1858-1952), Bertrand Russel (1872-1970), M.J.
Lengeveld, Harun Hadiwijono, dan Fuad Hasan. Berbagai defenisi dan konsepsi interpretasi
tentang filsafat merumuskan bahwa filsafat senantiasa erat hubungannya dengan tatanan kalimat
yang logis dengan bahasa keilmuan, ukuran baku tentang tindakan tertentu. Dimana filosof dari
aliran filsafat melahirkan defenisi yang sesuai dengan kesimpulannya, tidak ada justifikasi salah
benar tentang perumusan yang dikemukakan karena masing-masing dilihat dari pokok
persoalan, permasalahan, titik berat, tujuan atau metode yang dianut oleh filosof dalam
berfilsafat.

Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang
muncul dan berkenaan dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri
secara bersungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari
prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis, mendalam dan bebas, sehingga
dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan
manusia. Dengan kata lain, filsafat tersebut bukan hanya sebuah kajian yang sebatas pada ilmu
saja (science for science), tetapi filsafat dapat dipergunakan untuk memberikan inspirasi dan
aspirasi dalam mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi manusia. Dengan bantuan ilmu
filsafat akan ditemukan cara atau solusi yang paling elegan guna dapat memecahkan persoalan
yang rumit, yang mungkin tidak bisa diselesaikan dengan bantuan disiplin lain. Banyak
persoalan yang bisa didekati melalui bantuan ilmu filsafat ini, terutama berkaaitan dengan hal-
hal yang bersifat teoritis, paradigma, dan pandang (view), perkembangan ilmu pengetahuan
(knowledge), perkembanagn pemikiran (ratio), kajian ilmiah (scientific), masalah-masalah yang
berkaitan dengan kebijakan (policy), peraturan (rules), keputusan (judgement), perundang-
undangan, dan lain-lain. Kesemuanya sangat membutuhkan pandangan dan bantuan dari ilmu
filsafat. Dengan bantuan ilmu filsafat, segala persoalan yang muncul dapat dikaji lebih
mendalam, utuh, sistematis, dan fleksibel, karena memang pada dasarnya filsafat ingin

8
Drs. A. Susanto, M.Pd, Filsafat Ilmu, Jakarta: Bumi Aksara, 2011, hlm 1.
9
Ibid.

106
Hadiani Fitri: Kritik Terhadap Perkembangan Ilmu di Indonesia

menyelesaikan permasalahan secara lebih mendalam, kritis, rasional, logis, dan tuntas sampai ke
akar-akarnya (radikal).

3. Dimensi Kajian Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistomologi, Axiologi)


a. Ontologi
Merupakan salah satu diantara lapangan penyelidikan kefilsafatan yang paling kuno.
Pembahasan tentang ontologi10 sebagai dasar ilmu yang berusaha untuk menjawab apa yang
menurut Aristoteles11 merupakan The First Philosphy merupakan ilmu mengenai esensi benda.
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu, on atau ontos artinya ada dan logos artinya ilmu
maka ontologi berarti ilmu tentang yang ada. Istilah ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada. Term ontologi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Rudolf
Goclenius pada tahun 1636 M teorinya tentang hakikat yang ada metafisis, sedangkan
Christian Wolff (1679-1754) metafisika dibagi atas dua perspektif yaitu metafisika khusus dan
metafisika umum. Metafisika umum disebut ontologi berprinsip tentang hakikat ada, sedangkan
metafisika khusu menjadi kosmologi, psikologi, dan teologi. Dalam pemahaman ontologi ada
beberapa pokok penikiran seperti, monoisme (matrealisme, idealisme), dualisme, pluralisme,
nihilisme, dan aknotisisme.

b. Epistemologi
Sering disebut sebagai teori pengetahuan (Theory of Knowledge), secara etimologi
epistemologi12 berasal dari kata Yunani yaitu episteme artinya pengetahuan dan logos berarti
ilmu atau teori. Sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber struktur,
metode, syah (validitas) suatu pengetahuan, epistemologi berusaha menjawab pertanyaan yang
berhubungan dengan bagaimana proses, bagaimana prosedur, hal-hal yang diperhatikan agar
kita dapat mengetahui yang benar, cara menggunakan sarana untuk mencapai pengetahuan
secara ilmiah. Di dalam epistemologi ada beberapa model, yaitu rasionalisme, empirisme,
krisisme, rasionalisme kritis, positivisme, fenomenologis sehingga memerlukan beberapa
metode sebagai berikut: metode induktif, metode dekutif, metode positivisme, metode
kontemplatif, dan metode dialegtis.

Persyaratan epistemologi adalah dasar pembenaran, sifat sistematis, sifat intersubjektif agar
dapat dikatakan sebagai pengetahuan dikategorikan sebagai ilmu atau pengetahuan ilmiah maka
ilmu harus memiliki dasar pembenaran bersifat sistematis, sistemik, intersubjektif yang harus
saling berhubungan satu dengan yang lain. Cara kerja ilmiahnya harus:
1. Apriori.
2. Metode ilmiah.
3. Aposteori.

10
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hlm 131
11
Adam Kupper dan Jesica Kupper, Ensiklopedia Imlu-Ilmu Sosial, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2000, hlm 39.
12
Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA, Filsafat Ilmu, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012, hlm
148.

107
Hadiani Fitri: Kritik Terhadap Perkembangan Ilmu di Indonesia

c. Aksiologi
Pemahaman terhadap aksiologi dapat diketahui dari beberapa pengertian tentang asal kata
aksiologi berasal dari kata axios (Yunani) yang berarti nilai, logos berarti teori, maka aksiologi
artinya teori tentang nilai.

Menurut Jujun aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berhubungan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang didapat. Menurut Bramel aksiologi merupakan moral conduct yaitu tindakan
moral berarti etika, estetik, expression yaitu berarti keindahan dan sosio-political life yang
berarti kehidupan sosial politik. Aksiologi sama dengan value and valution yang mempunyai
tiga prinsip yaitu nilai merupakan kata yang abstrak, nilai merupakan kata yang konkrit, nilai
dapat digunakan sebagai kata kerja yaitu menilai perbuatan. Dewey memahami aksiologi
sebagai menghargai dan mengevaluasi.

4. Perkembangan keilmuan di Indonesia, permasalahannya dan kritikannya (pendidikan,


hukum, dan politik)
1. Pendidikan
Pandangan ontologi dalam dunia pendidikan implikasinya adalah bahwa pengalaman manusia
dan pengalaman peserta didik harus diperkaya kepribadiannya baik raga ataupun jiwanya
dengan kata lain bahwa pengalaman kesehariannya merupakan sesuatu yang tidak terbatas,
realitas visi yang tetap dan berubah. Contohnya yaitu bukanlah merupakan kewajiban dari
sekolah atau pendidik untuk membimbing peserta didik memahami dunia nyata, tetapi sekolah
berkewajiban membina peserta didik tentang kebenaran yang berpangkal pada realita, realita
merupakan sesuatu yang nyata sebagai tahapan pertama merupakan stimulus untuk memahami
kebenaran. Peserta didik wajib dibina potensi berpikir kritisnya untuk mengerti dan memahami
kebenaran, mereka harus mampu mengerti tentang perubahan dalam lingkungannya.
Permasalahannya untuk perkembangan ilmu di Indonesia masih terbelenggu oleh sesuatu yang
telah ditetapkan oleh misalnya kurikulum, GBPP yang merupakan instruksi dari atas untuk
diikuti oleh peserta didik. Sementara kurikulum ataupun GBPP ynag dibuat belum tentu teapt
sasaran, berguna ataupun bermanfaat bagi peserta didik. Realita bahwa tidak ada hubungan ilmu
pengetahuan yang diajarkan berdasarkan kurikulum yang telah ditetapkan dengan praktek di
lapangan. Kritiknya seharusnya pembuat kebijakan pendidikan di Indonesia harus memikirkan,
membuat kurikulum yang berhubungan dan bermanfaat secara realita di dalam aktivitas
kehidupan peserta didik di tengah-tengah masyarakat (profesi).

Epistemologi memberikan kepercayaan dan jaminan kepada pendidik bahwa ia memberikan


kebenaran kepada peserta didik. Permasalahannya untuk Indonesia bahwa tidak ada
kepercayaan ataupun jaminan kepada pendidik bahwa ia dapat memberikan kebenaran yang
sesungguhnya kepada peserta didik karena hal tersebut sehubungan dengan sumber daya
manusia yang kurang dan sistem rekrut terhadap profesi pendidik sangat jauh dari yang
diharapkan agar dapat memberikan kebenaran kepada peserta didik. Kritiknya seharusnya
pemerintah didalam hal merekrut tenaga pendidik harus yang SDM nya berkualitas.

Implikasi aksiologi dalam dunia pendidikan adalah menguji dan mengintegrasikan nilai tersebut
dalam kehidupan manusia dan membinakannya dalam kepribadian anak didik. Memang untuk
menjelaskan apakah yang baik itu, benar, buruk dan jahat bukanlah sesuatu yang mudah.

108
Hadiani Fitri: Kritik Terhadap Perkembangan Ilmu di Indonesia

Apalagi, baik, benar, indah dan buruk, dalam arti mendalam dimaksudkan untuk membina
kepribadian ideal anak, jelas merupakan tugas utama pendidikan.

2. Hukum
Atas nama hukum anti perjudian, anak-anak dipaksa pisah dari orangtua. Dijebloskan dalam
penjara. Dibiarkan ketakutan dan gemetaran. Demi kesetiaan kepada hukum yang bernama
perjudian, permainan sederhana untuk mengusir kebosanan dengan taruhan seribu perak
secara membabi buta diperkarakan dalam pengadilan seram. Episode memilukan anak-anak SD
Tangerang ini bukan hanya petaka bagi msa depan mereka dan keluarga yang jelas miskin dan
buta hukum, tetapi juga bencana nasional dalam ranah tata keadilan hukum yang masuk akal/
nalar sehat.

Menurut Leo Pospisil adalah bahwa hukum dapat digunakan untuk apa dan kapan saja termasuk
untuk politik dan kekuasaan. Hukum digunakan untuk orang miskin sangat jelas merupakan
fenomena di Indonesia. Hukum dapat terjadi dengan rekayasa tertentu untuk menjatuhkan
kredibilitas seseorang yang tujuannya adalah untuk kepntingan kekuasaan pada golongan
tertentu.

3. Politik
Etnografi politik yang pertama dan karyanya yang lain Ancient Society (1877) mengukuhkan
paradigma evolusioner yang dominan dalam antropologi politik. Seperti Montesquieu, Morgan
memproyeksikan masyarakat berkembang maju dari kebiadaban melalui barbarisme menuju
peradaban, muncul dari masyarakat sipil menuju masyarakat politik berdasarkan batas wilayah
dan kekayaan. Studi-studi profesional politik pertama dilakukan di Biro Etnologi Amerika yang
didirikan ketika pemerintahan Amerika Serikat sedang prihatin-prihatinnya pada masalah
ketertiban di wilayah penampungan Indian.

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat ditarik beberapa simpulan:


1. Bahwa ontologi adalah mengetahui tentang yang ada secara non material maupun material.
Epistemologi adalah mengetahui asal muasal, sumber, dan validasi tentang kebenaran.
Aksiologi adalah penialaian tentang kebenran, bagaimana yang ada dapat dinilai.
2. Kritik untuk keilmuan di Indonesia masih dalam taraf ontologi dan epistemologi, belum
sampai tahap aksiologi.
3. Untuk pendidikan masih dalam tahap ontologi, untuk hukum masih tahap ontologi dan
epistemologi, dan untuk politik masih tahap ontologi dan epistemologi.

Daftar Pustaka

Bakhtiar, A. (2012) Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.


Gie, T. L. (1984) Konsepsi Tentang Ilmu. Yogyakarta: Pusat Kemajuan Studi.
Hardiman, F. B. (2011) Pemikiran-pemikiran yang Membentuk Dunia Modern. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kuper, A. dan Kuper, J. (2000) Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial buku satu: accelerator - Lyotard.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

109
Hadiani Fitri: Kritik Terhadap Perkembangan Ilmu di Indonesia

Kuper, A. dan Kuper, J. (2000) Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial buku dua: Machiavelli World
System. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Pribadi, B. A. (2009) Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat.Riyanto, E. A. (2011) Berfilsafat Politik. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Susanto, A. (2011) Filsafat Ilmu: Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
Aksiologis. Jakarta: Bumi Aksara.

110

Anda mungkin juga menyukai