10 Oktober 2008
ABSTRAK
A. PENDAHULUAN
Penyusun adalah pemegang mata kuliah Civic Education pada STAI
MAARIF SINTANG sebagai dosen tetap sejak tahun : 2003 sekarang.
95
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
96
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
bernegara, yang meliputi filsafat Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
negara, identitas nasional, demokrasi Indonesia, negara dan konstitusi, rule
of law, geopolitik dan geostrategi Indonesia, hak dan kewajiban warga
negara dan bernegara, serta mampu sebagai pioner bela negara.
Tentang tatanan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, tentu
Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti sila-sila Pancasila. Dasar-dasar
rasional logis Pancasila menyangkut isi arti sila-sila Pancasila. Susunan isi
arti Pancasila meliputi 3 (tiga) hal yaitu : Pertama, isi arti Pancasila yang
umum universal yaitu hakikat sila-sila Pancasila. Isi arti sila-sila Pancasila
yang umum universal ini merupakan inti sari atau esensi Pancasila sehingga
merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam pelaksanaan pada bidang-
bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis
dalam berbagai bidang kehidupan kongkrit. Kedua, isi arti Pancasila yang
umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan
bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia. Ketiga, isi arti
Pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit yaitu isi arti Pancasila dalam
realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat
yang khusus kongkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975 : 36,40). 1
1
Notonagoro, tahun 1975, hal 36-40
97
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
2
Darmodiharjo, tahun 1978, hal 48.
3
Lihat buku Frondizi tahun 1963 dan buku susunan Driyakara, tahun 1978.
98
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
Keempat nilai tersebut diatas menurut ungkapan sarjana Barat, untuk itu
dibandingkan dengan pendapat cendekiawan Indonesia sebagai berikut :
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga yaitu :
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani.
Nilai kerokhanian ini dapat dibedakan atas empat macam.
a). Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)
manusia.
b). Nilai keindahan, atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan (aesthetis, gevoel, rasa) manusia.
c). Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur
kehendak (will, wollen, karsa) manusia.
d). Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan
mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinan manusia. 4
I. b) Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Hakikat sila-sila Pancasila (substansi Pancasila) adalah
merupakan nilai-nilai, sebagai pedoman negara adalah merupakan
norma, adapun aktualisasinya merupakan realisasi kongkrit Pancasila.
Substansi Pancasila dengan kelima silanya yang terdapat pada
ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Prinsip
dasar yang mengandung kualitas tertentu itu merupakan cita-cita dan
harapan atau hal yang ditujukan oleh bangsa Indonesia untuk
diwujudkan menjadi kenyataan (realitas) dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Di samping
itu, prinsip-prinsip dasar tersebut sebenarnya diangkat dari kenyataan.
Prinsip-prinsip tersebut telah menjelma dalam tertib sosial, tertib
masyarakat dan tertib kehidupan bangsa Indonesia, dapat ditemukan
dalam adat istiadat, kebudayaan dan kehidupan keagamaan atau
kepercayaan bangsa Indonesia. Sesuai dengan isi yang terkandung di
dalam Pancasila itu, mengandung 3 (tiga) masalah pokok dalam
4
Lihat buku Notonagoro, tahun 1975, hal 102.
99
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
5
Prof. Dr. Harun Nasution, tahun 1970, hal.10
6
Zakiah Drajat, tahun 1973, hal.14
7
Dra. Elly M. Setiadi, et.al, tahun 2007, hal 146-147.
100
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
101
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
4. Semangat humanisme
5. Dialog antar umat beragama
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antar agama, media massa, dan harmonisasi
dunia.
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang
bersifat inklusif, sserta kesadaran kebersamaan dalam mengarungi
sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi terwujudnya
sebuah bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Menyatu dalam prilaku
keragaman, dan beragam dalam suatu kesatuan.
8
Drs. H. Rohiman Notowidagdo, 1996, hal.156
102
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka itu
menyembah kepada-Ku. (QS. Az-Zariyat, 51 : 56). 9
Menyembah itu mengabdi kepada Tuhan, sebagai wujud
tanggung jawab kepada Tuhan. Tanggung jawab erat kaitannya dengan
kewajiban. Kewajiban adalah merupakan sesuatu yang dibebankan
terhadap seseorang. Namun Allah hanya memberikan beban kepada
seseorang disesuaikan dengan kemampuannya. Firman Allah SWT :
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (QS. Al-Baqarah, 2 : 286). 10
Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak, dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah
tanggung jawab terhadap kewajibannya. Manusia mempunyai kewajiban
terhadap Allah dan terhadap negara. Kewajiban terhadap Allah dengan
menyembah-Nya, dan kewajiban terhadap sesama dengan cara berbuat
baik.
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, ibnu sabil, teman sejawat ..... (QS. An-Nisa, 4 :
36). 11
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh haknya
berupa kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya.
Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau oleh orang lain.
Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi
kesulitan, sebab ia tidak mengikuti aturan, norma atau nilai-nilai yang
berlaku.
Sebagai anggota masyarakat dituntut untuk mengabdi kepada
negara. Hal demikian ini didasari oleh firman Allah SWT sebagai
berikut:
9
Al-Quran dan Terjemahnya, tahun 2007, hal.417
10
Ibid, _________, 2007, hal : 38.
11
Ibid, _________, 2007, hal : 66.
103
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
12
Ibid, _________, 2007, hal : 145.
104
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
13
Prof. Dr. H. Kaelan, MS, Pendidikan Kewarganegaraan, tahun 2007, hal 177.
105
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
106
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
14
Parmono, tahun 1995, hal : 86.
107
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
15
Prof. Dr. Koentjaraningrat, tahun 1987, hal. 87.
108
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
16
Opcit, H. Kaelan, tahun 2007, hal 143.
17
Notonagoro, tahun 1975, hal. 106
109
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
18
Suradinata, tahun 2005, hal. 33 dan Armawi, tahun 2005, hal. 17.
110
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
hidup yang aman tanpa hak milik pribadi, tanpa pertentangan, sarana dan
alat produksi tidak berdasarkan atas hak milik pribadi melainkan
komunal. Namun demikian perjalanan sejarah menunjukkan bahwa
dalam kenyataanya cita-cita tersebut tidak kunjung datang karena
munculnya kontradiksi intern yaitu ternyata muncullah kelas-kelas baru
dalam tubuh pemerintahan komunis yaitu kaum kamrat dan kaum elit
partai komunis yang memiliki kekuasaan mutlak.
Untuk membentengi faham dan berkembangnya ideologi sesat
komunis diatas, masyarakat Indonesia harus mawas diri dan kembali
kepada ideologi keagamaan.
Ideologi keagamaan pada hakikatnya memiliki perspektif dan
tujuan yang berbeda dengan ideologi liberalisme dan komunisme.
Sebenarnya sangatlah sulit untuk menentukan tipologi ideologi
keagamaan, karena sangat banyak dan beraneka ragamnya wujud, gerak
dan tujuan dari ideologi tersebut. Namun secara keseluruhan terdapat
suatu ciri bahwa ideologi keagamaan senantiasa mendasarkan pemikiran,
cita-cita serta moralnya pada suatu ajaran agama tertentu.
Atas dasar kenyataan politik dunia yang demikian ini, muncullah
berbagai gerakan yang berbasis pada ideologi keagamaan, untuk
melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan bangsa satu terhadap
bangsa lainnya. Misalnya di Belfas Inggris persoalan Irlandia Utara dan
Selatan oleh karena tekanan Inggris maka muncullah gerakan Tentara
Republik Irlandia Utara yang berbasis pada ideologi Nasrani, sehingga
kekerasan terjadi di Inggris. Di Pilipina merasa kelompok Muslim
diperlakukan tidak adil atas kelompok lainnya maka muncullah gerakan
politik yang berbasis ideologi keagamaan yaitu gerakan pembebasan
rakyat Moro. Di Indonesia sendiri karena ketidakpuasan politik maka
timbullah gerakan untuk mendirikan suatu negara Islam yaitu Darul
Islam di bawah pimpinan Kartosuwiryo.
Pada era reformasi dan era global dewasa ini dunia dikuasai oleh
kekuatan Sekutu di bawah komando Amerika. Berbagai praktek
eksploitasi bangsa di berbagai negara terutama negara yang sedang
berkembang dewasa ini di bawah tekanan internasional baik ekonomi,
politik maupun keamanan. Amerika dengan sekutu-sekutunya tidak
segan-segan melakukan invasi pada suatu negara dengan secara arogan,
tanpa mempertimbangkan hak-hak dari bangsa lain di dunia, dengan
alasan menegakkan hak asasi, demokrasi dan terakhir pasca peristiwa
runtuhnya gedung WTC 11 September 2001, dengan alasan
memberantas terorisme, dialamatkan kepada ummat Islam.
111
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
112
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
D. PENUTUP
113
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
114
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
DAFTAR PUSTAKA
115
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008
116