Anda di halaman 1dari 22

Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.

10 Oktober 2008

GEOSTRATEGI UPAYA STRATEGI TEPAT MEMPERTAHANKAN


KEUTUHAN BERNEGARA
Oleh : Drs. H. Syarif Muhammad Taufik, M.Si.

ABSTRAK

Sering dirasakan oleh masyarakat hidup di negara sendiri seolah


tidak merasa bahwa negara itu adalah tumpah darahnya sendiri. Hal ini
cukup terasa dalam era globalisasi sekarang ini, terasa amat sengsara dan
menyakitkan, orang yang kaya semakin kaya, korupsi hampir di semua lini,
dari tingkat atas sampai pada akar rumput (grass root). Contoh beras miskin
(raskin), tega nian Ketua RT nya tidak membagikan secara merata kepada
masyarakat di lingkungan. Hal ini karena tidak ada nilai-nilai kebaikan
yang melekat pada diri oknum tersebut, seperti nilai kenikmatan hidup
sejahtera, tanpa mengambil hak orang lain, nilai kerokhanian yang kurang
serta nilai kehidupan dan nilai kejujuran bidang agama (religious sense)
hampir sirna dalam dirinya, tidak lagi nilai keagamaan memberi warna
kebahagiaan pada insan penduduk bangsa Indonesia. Pada gilirannya nilai-
nilai inilah yang mampu memperkokoh dan mempertahankan keutuhan
bernegara. Pemahaman tentang geostrategi, geopolitik dan implementasinya
diperlukan strategi yang bersifat Nasional. Pemetaan strategi global ke
depan sangat diperlukan bagi bangsa Indonesia. Hal ini tidak lain dalam
rangka mempertahankan kehidupan berbangsa, bernegara dan eksistensinya
agar mampu mempersatukan rakyat Indonesia berdaulat, berkemakmuran
dan damai sejahtera sesuai dengan isi UUD 1945.
Kata-kata Kunci : Geostrategi, unsur-unsur pertahanan, keutuhan
bernegara.

A. PENDAHULUAN

Gugusan kepulauan Nusantara dari Sabang sampai Merauke adalah


negara Indonesia yang berdaulat, merdeka. Sekalipun dalam perjalanan
sejarahnya banyak mengalami rintangan, hambatan dan ancaman baik dari
dalam negeri maupun yang datang dari luar.
Sejarah perkembangan kehidupan kenegaraan Indonesia mengalami
suatu perubahan dan perkembangan yang sangat besar terutama berkaitan
dengan gerakan reformasi. Namun demikian setelah kurang lebih sembilan


Penyusun adalah pemegang mata kuliah Civic Education pada STAI
MAARIF SINTANG sebagai dosen tetap sejak tahun : 2003 sekarang.

95
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

tahun bangsa Indonesia melakukan reformasi di segala bidang, fakta


menunjukkan terjadinya carut marut dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara. Reformasi di bidang hukum dan politik telah
banyak dilakukan, namun kenyataannya tidak membawa perubahan yang
berarti dalam kehidupan rakyat, terutama menyangkut kesejahteraan, baik
lahir maupun batin. Dalam perkembangan kehidupan kenegaraan, nampak
arah prinsip konstitusionalisme dan demokrasi sangat dominan, namun
mengabaikan prinsip walfare state.
Meskipun proses demokratisasi melalui aspek normatif kenegaraan
telah banyak dilakukan setelah reformasi, namun secara esensial pengertian
kekuasan di tangan rakyat menjadi bias. Kekuasaan rakyat nampak dominan
tatkala melakukan Pemilu atau Pilkada, namun setelah itu saluran demokrasi
tersumbat, permasalahan yang dihadapi oleh rakyat kurang terakomodir
dalam kehidupan kenegaraan. Oleh karena itu sistem demokrasi dewasa ini,
justru memberikan kekuasaan yang sangat besar terhadap Presiden dan DPR,
nampak dalam berbagai kebijakan bukan atas dasar kehendak rakyat,
melainkan kehendak penguasa baik eksekutif maupun legislatif.
Pasca reformasi rakyat seakan-akan nampak mengenyam kebebasan,
dalam kenyataannya kebebasan itu bersifat semu. Kenyataannya, kalangan
elit politiklah yang mengenyam kebebasan, dan menikmati beraneka fasilitas
kenyamanan dan kemudahan. Fakta menunjukkan bahwa untuk
berpartisipasi dalam kekuasaan politik baik eksekutif maupun legislatif,
nampak berkorelasi positif dengan biaya yang sangat tinggi, sehingga
kondisi seperti ini rakyat kecil sulit ikut berpartisipasi.
Pasca reformasi dewasa ini semua warga negara merasakan betapa
sangat rapuhnya nasionalisme Indonesia. Banyak anak-anak bangsa
Indonesia mengembangkan organisasi swadaya masyarakat, namun dalam
kenyataan loyalitasnya lebih kuat pada kekuatan internasional, atau bahkan
transnasional, sehingga dukungan internasional sangat dominan. Akibatnya
persoalan-persoalan bangsa terutama yang menyangkut persatuan dan
kesatuan tidak mendapat perhatian, akibatnya rasa nasionalisme juga
semakin pudar dan mengalami erosi moral dan akhlak.
Kaburnya pengertian bernegara pada warga negara merupakan
kenyataan pahit yang di lihat pada era reformasi dewasa ini. Banyak elemen
dan kelompok masyarakat mengembangkan potensinya, tidak jarang
mengarah pada gerakan separatis yang menggoyahkan persatuan dan
kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan adalah materi studi yang menyangkut
pemahaman persatuan dan kesatuan, kesadaran warga negara dalam

96
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

bernegara, yang meliputi filsafat Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan
negara, identitas nasional, demokrasi Indonesia, negara dan konstitusi, rule
of law, geopolitik dan geostrategi Indonesia, hak dan kewajiban warga
negara dan bernegara, serta mampu sebagai pioner bela negara.
Tentang tatanan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, tentu
Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis baik dalam arti
susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti sila-sila Pancasila. Dasar-dasar
rasional logis Pancasila menyangkut isi arti sila-sila Pancasila. Susunan isi
arti Pancasila meliputi 3 (tiga) hal yaitu : Pertama, isi arti Pancasila yang
umum universal yaitu hakikat sila-sila Pancasila. Isi arti sila-sila Pancasila
yang umum universal ini merupakan inti sari atau esensi Pancasila sehingga
merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam pelaksanaan pada bidang-
bidang kenegaraan dan tertib hukum Indonesia serta dalam realisasi praksis
dalam berbagai bidang kehidupan kongkrit. Kedua, isi arti Pancasila yang
umum kolektif, yaitu isi arti Pancasila sebagai pedoman kolektif negara dan
bangsa Indonesia terutama dalam tertib hukum Indonesia. Ketiga, isi arti
Pancasila yang bersifat khusus dan kongkrit yaitu isi arti Pancasila dalam
realisasi praksis dalam berbagai bidang kehidupan sehingga memiliki sifat
yang khusus kongkrit serta dinamis (lihat Notonagoro, 1975 : 36,40). 1

B. UNSUR-UNSUR KETAHANAN BERNEGARA

Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang


umurnya sampai di tahun 2008 ini sudah berumur 63 (enam puluh tiga)
tahun. Menurut rekaman sejarah Indonesia yang berumur sekian tahun
tersebut dapat / mampu bertahan, tentu ada tatanan yang cukup handal
dimiliki oleh bangsa yang besar ini.
Utamanya ada hal-hal yang berkaitan dengan tata nilai yang
diperpegangi dan patut menjadi acuan dalam kehidupan bernegara antara lain
:
I. a) Teori Nilai
Menurut Notonagoro bahwa nilai-nilai Pancasila termasuk nilai
kerokhanian, tetapi nilai-nilai kerokhanian yang mengakui nilai material
dan nilai vital. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila yang tergolong
nilai kerokhanian itu juga mengandung nilai-nilai lain secara lengkap
dan harmonis yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai
keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral, maupun nilai

1
Notonagoro, tahun 1975, hal 36-40

97
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

kesucian yang secara keseluruhan bersifat sistematik hierarkhis,


dimana sila pertama yaitu Ketuhan yang Maha Esa sebagai basisnya
sampai dengan sila Keadilan Sosial sebagai tujuannya (Darmodihardjo,
1978). 2
Terdapat berbagai macam pandangan tentang nilai dan hal ini
sangat tergantung pada titik tolak dan sudut pandangnya masing-masing
dalam menentukan tentang pengertian serta hierarkhi nilai. Misalnya
kalangan materialis memandang bahwa nilai tertinggi adalah nilai
material, kalangan hedonis berpandangan bahwa nilai yang tertinggi
adalah nilai kenikmatan. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai,
hanya nilai macam apa yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut
dan penggolongan tersebut amat beranekaragam, tergantung pada sudut
pandang dalam rangka penggolongan itu.
Sebagaimana dijelaskan di muka, Max Scheler mengemukakan
bahwa nilai-nilai yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya.
Nilai-nilai itu secara senyatanya ada yang lebih tinggi dan ada yang lebih
rendah dibandingkan dengan nilai-nilai lainnya. Menurut tinggi
rendahnya, nilai-nilai dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan
sebagai berikut :
1) Nilai-nilai kenikmatan : dalam tingkat ini terdapat deretan nilai-
nilai yang mengenakkan dan tidak mengenakkan (Die Wertreihedes
Angnehmen und Unangehmen), yang menyebabkan orang senang
atau menderita tidak enak.
2) Nilai-nilai kehidupan : dalam tingkat ini terdapatlah nilai-nilai yang
penting bagi kehidupan (Werte des vitalen Fuhlens) misalnya
kesehatan.
3) Nilai-nilai kejiwaan : dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan
(geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan
jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah
keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam
filsafat.
4) Nilai-nilai kerokhanian : dalam tingkat ini terdapatlah modalitas
nilai dari yang suci dan tak suci (wermodalitas des Heiligen und
Unheiligen). Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai
pribadi (Frondizi, 1963 : Driyarkara, 1978).3

2
Darmodiharjo, tahun 1978, hal 48.
3
Lihat buku Frondizi tahun 1963 dan buku susunan Driyakara, tahun 1978.

98
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Keempat nilai tersebut diatas menurut ungkapan sarjana Barat, untuk itu
dibandingkan dengan pendapat cendekiawan Indonesia sebagai berikut :
Notonagoro membagi nilai menjadi tiga yaitu :
1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk
dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3) Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani.
Nilai kerokhanian ini dapat dibedakan atas empat macam.
a). Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta)
manusia.
b). Nilai keindahan, atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan (aesthetis, gevoel, rasa) manusia.
c). Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur
kehendak (will, wollen, karsa) manusia.
d). Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan
mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau
keyakinan manusia. 4
I. b) Nilai-nilai Pancasila sebagai Suatu Sistem
Hakikat sila-sila Pancasila (substansi Pancasila) adalah
merupakan nilai-nilai, sebagai pedoman negara adalah merupakan
norma, adapun aktualisasinya merupakan realisasi kongkrit Pancasila.
Substansi Pancasila dengan kelima silanya yang terdapat pada
ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Prinsip
dasar yang mengandung kualitas tertentu itu merupakan cita-cita dan
harapan atau hal yang ditujukan oleh bangsa Indonesia untuk
diwujudkan menjadi kenyataan (realitas) dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Di samping
itu, prinsip-prinsip dasar tersebut sebenarnya diangkat dari kenyataan.
Prinsip-prinsip tersebut telah menjelma dalam tertib sosial, tertib
masyarakat dan tertib kehidupan bangsa Indonesia, dapat ditemukan
dalam adat istiadat, kebudayaan dan kehidupan keagamaan atau
kepercayaan bangsa Indonesia. Sesuai dengan isi yang terkandung di
dalam Pancasila itu, mengandung 3 (tiga) masalah pokok dalam

4
Lihat buku Notonagoro, tahun 1975, hal 102.

99
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

kehidupan manusia Indonesia yaitu bagaimana seharusnya manusia itu


terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan sesuatu di luar dirinya, dalam hal
ini dapat diketahui adanya implikasi nilai-nilai moral. Dengan demikian
substansi Pancasila itu merupakan nilai, yang harus dijabarkan lebih
lanjut ke dalam suatu norma dan selanjutnya direalisasikan dalam
kehidupan nyata.
I. c) Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan
yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tak dapat
ditangkap dengan panca indra, namun mempunyai pengaruh yang besar
sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Harun Nasution : 10). 5
Agama sebagai bentuk keyakinan memang sulit diukur secara
tepat dan rinci. Hal ini pula yang barangkali menyulitkan para ahli
untuk memberikan definisi yang tepat tentang agama. Namun apa pun
bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai agama, tampaknya memang
memiliki ciri umum yang hampir sama, baik dalam agama primitif
maupun agama monoteisme. Menurut Robert H. Thouless fakta
menunjukkan bahwa agama berpusat pada Tuhan atau dewa-dewa
sebagai ukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan. 6
Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat. Dalam praktiknya fungsi agama dalam
masyarakat antara lain adalah :
1. Berfungsi edukatif : ajaran agama secara yuridis berfungsi menyuruh
dan melarang
2. Berfungsi penyelamat
3. Berfungsi sebagai perdamaian
4. Berfungsi sebagai social control
5. Berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas
6. Berfungsi transformatif
7. Berfungsi kreatif
8. Berfungsi sublimatif. 7

5
Prof. Dr. Harun Nasution, tahun 1970, hal.10
6
Zakiah Drajat, tahun 1973, hal.14
7
Dra. Elly M. Setiadi, et.al, tahun 2007, hal 146-147.

100
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Pada dasarnya agama dan keyakinan merupakan unsur penting


dalam keragaman bangsa Indonesia. Hal ini terlihat dari banyaknya
agama yang diakui di Indonesia.
I. d) Ideologi dan Politik
Ideologi ialah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang
berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena
merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental.
Ideologi membantu untuk lebih memperkuat landasan moral bagi
sebuah tindakan. Politik mencakup baik konflik antara individu-
individu dan kelompok untuk memperoleh kekuasaan, yang digunakan
oleh pemenang bagi keuntungannya sendiri atas kerugian dari yang
ditaklukkan. Politik juga bermakna usaha untuk menegakkan ketertiban
sosial.
Keragaman masyarakat Indonesia dalam ideologi dan politik
dapat dilihat dari banyaknya partai politik sejak berakhirnya Orde
Lama. Meskipun pada dasarnya Indonesia hanya mengakui satu
ideologi, yaitu Pancasila yang benar-benar mencerminkan kepribadian
bangsa Indonesia.
I. e) Tata Krama
Tata krama yang dianggap dari bahasa Jawa yang berarti
adat sopan santun, basa-basi pada dasarnya ialah segala tindakan,
perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau
norma tertentu.
Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat dan
terdiri dari aturan-aturan yang kalau dipatuhi diharapkan akan tercipta
interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat yang
bersangkutan. Indonesia memiliki beragam suku bangsa dimana setiap
suku bangsa memiliki adat tersendiri meskipun karena adanya
sosialisasi nilai-nilai dan norma secara turun temurun dan
berkesinambungan dari generasi ke generasi menyebabkan suatu
masyarakat yang ada dalam suatu suku bangsa yang sama akan
memiliki adat dan kesopanan yang relatif sama.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil
masalah yang diakibatkan oleh pengaruh tata krama dan keragaman,
demi mempersatukan rasa sebangsa dan setanah air, antara lain :
1. Semangat religius
2. Semangat nasionalisme
3. Semangat pluralisme

101
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

4. Semangat humanisme
5. Dialog antar umat beragama
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun
konfigurasi hubungan antar agama, media massa, dan harmonisasi
dunia.
Keterbukaan, kedewasaan sikap, pemikiran global yang
bersifat inklusif, sserta kesadaran kebersamaan dalam mengarungi
sejarah, merupakan modal yang sangat menentukan bagi terwujudnya
sebuah bangsa yang Bhineka Tunggal Ika. Menyatu dalam prilaku
keragaman, dan beragam dalam suatu kesatuan.

II. Unsur Tanggung Jawab Masyarakat Pada Negara, yaitu :

a) Tanggung Jawab Kepada Bangsa Negara


Suatu kenyataan bahwa tiap manusia adalah warga negara suatu
negara. Dalam berpikir dan bertindak, manusia terikat oleh norma-norma
yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri.
Bila perbuatan manusia salah, ia harus bertanggung jawab kepada
Negara dan juga terhadap Tuhan Y.M.E.
Contoh :
Dalam novel Jalan Tak Ada Ujung karya Mochtar Lubis. Guru Isa
yang terkenal sebagai guru yang baik terpaksa mencuri barang-barang
milik sekolah, demi rumah tangganya. Perbuatan guru Isa ini harus
dipertanggungjawabkan kepada Pemerintah. Kalau perbuatan ini
diketahui pihak berwajib, ia harus berurusan dengan pihak kepolisian
dan pengadilan. 8
b) Tanggung Jawab Kepada Tuhan
Tanggung jawab kepada Tuhan menuntut kesadaran manusia
untuk memenuhi kewajiban dan pengabdiannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia harus bersyukur
kepada Tuhan atas karunia-Nya, menciptakan manusia dan memberi
rizki kepadanya. Karena itu manusia wajib mengabdi kepada Tuhan. Ini
sesuai dengan firman Allah SWT :

8
Drs. H. Rohiman Notowidagdo, 1996, hal.156

102
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, melainkan supaya mereka itu
menyembah kepada-Ku. (QS. Az-Zariyat, 51 : 56). 9
Menyembah itu mengabdi kepada Tuhan, sebagai wujud
tanggung jawab kepada Tuhan. Tanggung jawab erat kaitannya dengan
kewajiban. Kewajiban adalah merupakan sesuatu yang dibebankan
terhadap seseorang. Namun Allah hanya memberikan beban kepada
seseorang disesuaikan dengan kemampuannya. Firman Allah SWT :
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (QS. Al-Baqarah, 2 : 286). 10
Kewajiban merupakan bandingan terhadap hak, dan dapat juga
tidak mengacu kepada hak. Maka tanggung jawab dalam hal ini adalah
tanggung jawab terhadap kewajibannya. Manusia mempunyai kewajiban
terhadap Allah dan terhadap negara. Kewajiban terhadap Allah dengan
menyembah-Nya, dan kewajiban terhadap sesama dengan cara berbuat
baik.
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan
sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-
kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan
tetangga yang jauh, ibnu sabil, teman sejawat ..... (QS. An-Nisa, 4 :
36). 11
Orang yang bertanggung jawab dapat memperoleh haknya
berupa kebahagiaan, sebab ia dapat menunaikan kewajibannya.
Kebahagiaan tersebut dapat dirasakan oleh dirinya atau oleh orang lain.
Sebaliknya, orang yang tidak bertanggung jawab akan menghadapi
kesulitan, sebab ia tidak mengikuti aturan, norma atau nilai-nilai yang
berlaku.
Sebagai anggota masyarakat dituntut untuk mengabdi kepada
negara. Hal demikian ini didasari oleh firman Allah SWT sebagai
berikut:

9
Al-Quran dan Terjemahnya, tahun 2007, hal.417
10
Ibid, _________, 2007, hal : 38.
11
Ibid, _________, 2007, hal : 66.

103
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu


berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan
hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang sabar. (QS. Al-Anfal, 8 : 46). 12
Sabda Nabi Muhammad SAW :
Wajib atas manusia mendengar dan mentaati yang diperintahkan baik
tentang apa yang ia sukai maupun yang tidak, terkecuali jika
diperintahkan berbuat maksiat, maka tidaklah lagi boleh didengar dan
ditaati. (HR. Bukhari dari Abdullah Ibnu Umar).
Ayat dan Hadis di atas menerangkan bahwa kepala-kepala
Instansi Pemerintah yang wajib ditaati rakyat, tidak boleh ditentang. Juga
ayat dan hadis-hadis yang menerangkan tentang siapa-siapa kepala
instansi pemerintahan yang tidak wajib ditaati ; tidak wajib dituruti.
Tuhan memang memerintahkan kita menaati semua orang yang
memegang urusan umat (pemegang kekuasaan). Misalnya : Presiden,
Menteri, Gubernur, Bupati, Polisi, Tentara dan sebagainya. Segala
perintah mereka wajib segera dilaksanakan, baik yang diperintahkan itu
disenangi atau tidak. Jika diperintahkan memanggul senjata untuk
mengusir musuh yang hendak menghancurkan negara kita, wajiblah
perintah itu segera dilaksanakan. Melaksanakan perintah Negara dengan
ikhlas, tanpa pamrih, kecuali hanya mengharapkan pahala dari Allah, ia
adalah pahlawan bangsa dan negara yang telah mengorbankan jiwa
raganya sebagai pengabdiannya kepada Negara. Hal ini telah
dicontohkan oleh para syuhada dan pahlawan bangsa yang telah
mendahului kita.

C. ANEKA STRATEGI DALAM PERTAHANAN NEGARA

Dalam hal bela negara dan mempertahankan kedaulatan Negara


Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), setiap warga negara bangsa Indonesia
wajib memiliki rasa nasionalitas yang kuat kokoh dalam dada demi keutuhan
bangsa. Setiap individu mutlak mempunyai rasa nasionalitas (sense of
nationality) diatas dalam rangka mempertahankan, melanggengkan dan
mengejawantahkan hasil perjuangan para pejuang yang sudah tiada,
mendahului kita karena korban perang maupun yang kini masih hidup namun
sudah tua renta itulah para anggota Veteran RI.

12
Ibid, _________, 2007, hal : 145.

104
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Strategi pertahanan negara bangsa Indonesia secara rinci dapat


diuraikan sebagai berikut :
1) Ketahanan Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri adalah kehidupan kenegaraan berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945 yang mampu menyerap aspirasi dan dapat
mendorong partisipasi masyarakat dalam suatu sistem. Unsur-unsurnya
terdiri atas struktur politik, proses politik, budaya politik, komunikasi
politik, dan partisipasi politik.
(1) Struktur politik merupakan wadah penyaluran kepentingan
masyarakat dan sekaligus wadah pengkaderan pimpinan nasional.
(2) Proses politik merupakan suatu rangkaian pengambilan keputusan
tentang berbagai kepentingan politik maupun kepentingan umum
yang bersifat nasional dan penentuan dalam pemilihan
kepemimpinan yang puncaknya terselenggara melalui pemilu.
(3) Budaya politik merupakan pencerminan dari aktualisasi hak dan
kewajiban rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang dilaksanakan secara sadar dan rasional melalui
pendidikan politik maupun kegiatan politik yang sesuai dengan
disiplin nasional.
(4) Komunikasi politik merupakan suatu hubungan timbal balik dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di mana rakyat
merupakan sumber aspirasi dan sumber pimpinan nasional. 13
Dalam menjalin rasa kesepahaman, rasa sepenanggungan dan
tanggung jawab diharapkan komunikasi yang erat. Diupayakan agar
terjalin komunikasi politik timbal balik antara pemerintah dan
masyarakat, dan antar kelompok / golongan dalam masyarakat dalam
rangka mencapai tujuan nasional dan kepentingan nasional (Lemhanas,
SUSCADOSWAR, 2000). Dalam era reformasi dewasa ini memang
banyak menghadapi kendala, karena banyak kelompok yang hanya
menekankan pada kepentingan golongannya sehingga kepentingan
bangsa serta rakyat sebagai inti tujuan nasional menjadi tersisihkan.
Akibatnya banyak terjadi kekecewaan pada rakyat yang terekspresi pada
unjuk rasa, atau gerakan-gerakan yang kadangkala melemahkan
ketahanan pada bidang politik. Oleh karena itu kesadaran untuk kembali
kepada tujuan bangsa sebagai tujuan yang esensial harus dipahami oleh
semua pihak.

13
Prof. Dr. H. Kaelan, MS, Pendidikan Kewarganegaraan, tahun 2007, hal 177.

105
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

2) Ketahanan Politik Luar Negeri


Politik luar negeri adalah salah satu sarana pencapaian
kepentingan nasional dalam pergaulan antar bangsa. Politik luar negeri
Indonesia yang berlandaskan pada Pembukaan UUD 1945, yaitu
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial, serta anti penjajahan bangsa satu
terhadap bangsa lainnya karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan
dan peri keadilan.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka rincian politik luar
negeri Indonesia adalah sebagai berikut :
(1) Sebagai bagian integral dari strategi nasional. Politik luar negeri
merupakan proyeksi kepentingan nasional dalam kehidupan antar
bangsa. Hal tersebut dijiwai oleh filsafat negara Pancasila sebagai
tuntutan moral dan etika, politik luar negeri Indonesia ditujukan
pada kepentingan nasional terutama pembangunan nasional.
Dengan demikian, politik luar negeri merupakan bagian integral
dari strategi nasional dan secara keseluruhan merupakan salah satu
sarana pencapaian tujuan nasional.
(2) Garis politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif. Bebas
artinya bahwa negara Indonesia tidak memihak pada kekuatan-
kekuatan yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
3) Ketahanan Perekonomian dan Aspek Ekonomi
Bidang ekonomi merupakan suatu bidang kegiatan manusia
dalam rangka mencukupi kebutuhannya di samping alat pemuas
kebutuhan yang terbatas. Hal tersebut dalam ilmu ekonomi menyangkut
berbagai bidang antara lain permintaan, penawaran, produksi, distribusi
barang dan jasa.
Bidang ekonomi tidak bisa dilepaskan dengan faktor-faktor
lainnya yang saling berkaitan. Perekonomian selain berkaitan dengan
wilayah geografi suatu negara, juga sumber kekayaan alam, sumber daya
manusia, cita-cita masyarakat yang lazimnya disebut ideologi, akumulasi
kekuatan, kekuasaan, serta kebijaksanaan yang akan diterapkan dalam
kegiatan produksi dan distribusi, nilai sosial budaya, serta pertahanan
dan keamanan yang memberikan jaminan lancarnya roda kegiatan
ekonomi suatu bangsa. Proses tersebut akan mempunyai dampak positif
dalam arti meningkatkan kesejahteraan suatu bangsa manakala kegiatan

106
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

ekonomi itu terselenggara dalam posisi keseimbangan antara permintaan


dan penawaran, produksi, distribusi barang dan jasa. 14
Proses inilah yang kemudian sangat ditentukan oleh suatu sistem
dimana suatu bangsa tertentu mengambil suatu kebijakan untuk
menentukan bagaiaman keseimbangan tersebut dapat diwujudkan.
Ekonomi kapitalis akan memberikan kebebasan persaingan (free fight
liberalism) kepada para pelaku ekonomi, sehingga setiap individu
memiliki kesempatan untuk bersaing.
Gelombang globalisasi yang melanda seantero dunia sejak tahun
1980, jauh berbeda dari segi intensitas dan cakupannya. Proses
konvergensi yang kita saksikan akibat dari globalisasi dewasa ini praktis
telah menyentuh berbagai sendi kehidupan, tidak saja menyangkut
ekonomi, politik, sosial, budaya, ideologi, melainkan juga telah
menjamah ke tataran sistem, proses, aktor dan events, sekalipun
prosesnya tidak berjalan mulus. Hal inilah yang sangat mempengaruhi
perkembangan ekonomi terutama di Indonesia pada masa reformasi
dewasa ini. Peristiwa pada suatu negara terutama negara besar yang
berperan dalam bidang ekonomi akan mempengaruhi gelombang pasang
surut perekonomian negara lain. tragedi 11 September yang melanda
gedung kembar World Trade Centre (WTC) telah dirasakan membawa
kelesuan perekonomian dunia. Oleh karena itu dewasa ini tidak satu
negarapun yang mampu mengembangkan perekonomiannya bertumpu
hanya pada negara tersebut, tanpa keterlibatan negara lain.
4) Ketahanan Aspek Sosial Budaya
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa di dalam
kehidupan ini mempunyai kedudukan yang tinggi, dibandingkan dengan
makhluk-makhluk lainnya. Jika dicermati dengan seksama, perbedaan itu
terjadi karena manusia dikaruniai kemampuan jiwa, yaitu akal, rasa,
kehendak serta keyakinan. Dengan kemampuan jiwanya, kehidupan
manusia mampu menghasilkan serentetan produk yang disebut
kebudayaan.
Menurut Koentjaraningrat produk kebudayaan dibedakan atas
tiga macam yaitu :
(1) Sistem nilai, gagasan-gagasan atau sistem pemikiran yang bersifat
abstrak yang hanya mampu dipahami, dimengerti dan dipikirkan.

14
Parmono, tahun 1995, hal : 86.

107
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

(2) Benda-benda budaya, yaitu suatu karya kebudayaan manusia yang


berupa benda-benda, baik berupa prasasti, candi, lembaran sejarah,
pusaka, rumah, kerajinan, benda seni.
(3) Suatu sistem interaksi antar manusia dalam kehidupan bersama
atau sering diistilahkan dengan kehidupan sosial. Manusia
berinteraksi antara satu dengan lainnya untuk memenuhi
kebutuhannya, ekspresi, kerjasama atau untuk memenuhi hasrat
emosi dan lain sebagainya. Yang terakhir ini di istilahkan dengan
sistem sosial. 15
Melalui budayanya itulah manusia berkarya, sehingga manusia
menjadi makhluk yang berbudaya, terhormat dan beradab. Melalui
kebudayaan kehidupan manusia menjadi serasi, selaras serta mempunyai
dinamika yang normatif menuju taraf kehidupan yang lebih tinggi.
Dinamika kehidupan manusia, terus dinamis dan berkembang melalui
sistem nilai dan norma-norma. Dengan demikian individu sebagai
anggota masyarakat dalam berbuat itu mengembangkan kepribadiannya
ke arah yang lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Dengan kata lain, perkembangan kepribadian itu dapat terwujud,
manakala setiap individu konsisten terhadap sistem nilai dan norma,
menempatkan kepentingan individu dan sosial secara selaras, serasi dan
seimbang, serta setiap kegiatan individu atau kelompok itu mengacu
kepada terwujudnya kesejahteraan bersama. Sebaliknya kehidupan
masyarakat akan timpang manakala perilaku individu atau kelompok,
terdapat kontradiksi-kontradiksi di dalamnya. Demikian pula kehidupan
berbangsa dan bernegara, adanya erosi penghayatan nilai-nilai luhur
kebudayaan bangsa, dapat menimbulkan ketegangan sosial serta
membahayakan ketahanan nasional.
5) Geostrategi Indonesia
Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan kehidupannya,
eksistensinya dan untuk mewujudkan cita-cita serta tujuan nasionalnya
perlu memiliki pemahaman tentang geopolitik dan dalam
impelementasinya diperlukan suatu strategi yang bersifat nasional, dan
hal inilah yang disebut sebagai GEOSTRATEGI. Mapping global
strategy ke depan sangat diperlukan bagi setiap bangsa, dan bagi bangsa
Indonesia. Wawasan Nusantara merupakan konsep nasional dan ilmu
geopolitik mengenai persatuan dan kesatuan dalam berbagai bidang

15
Prof. Dr. Koentjaraningrat, tahun 1987, hal. 87.

108
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

kehidupan, sebagai perekat bangsa Indonesia dalam kehidupan


bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Geostrategi diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk
mewujudkan cita-cita dan tujuan melalui proses pembangunan yang
memberikan arahan tentang bagaimana membuat strategi pembangunan
dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa
depan yang lebih baik, lebih aman, dan bermartabat. 16
Berdasarkan pemahaman tersebut maka berkembangnya
geostrategi Indonesia sangat terkait erat dengan hakikat terbentuknya
bangsa Indonesia yang terbentuk dari berbagai macam etnis, suku, ras,
golongan, agama bahkan terletak dalam teritorial yang terpisahkan oleh
pulau-pulau dan lautan. Selain itu hal itu terwujud karena adanya proses
sejarah, nasib serta tujuan untuk mencapai martabat kehidupan yang
lebih baik. Dengan lain perkataan menurut Notonagoro terbentuknya
bangsa Indonesia merupakan proses persatuan monopluralis. Oleh
karena itu prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kesatuan sejarah, yaitu bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang
dalam suatu proses sejarah, sejak zaman pra-sejarah, Sriwijaya,
Majapahit, Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan sampai
proklamasi 17 Agustus 1945, dan kemudian membentuk bangsa dan
negara Indonesia.
2. Kesatuan nasib, yaitu segenap unsur bangsa berada dalam suatu
proses sejarah yang sama dan mengalami nasib yang sama, yaitu
dalam penderitaan penjajahan dan kebahagiaan bersama.
3. Kesatuan kebudayaan, yaitu beraneka ragam kebudayaan tumbuh
dan berkembang dan secara bersama-sama membentuk puncak-
puncak kebudayaan nasional Indonesia.
4. Kesatuan wilayah, yaitu segenap unsur bangsa Indonesia berdiam di
segenap wilayah teritorial yang dalam wujud berbagai pulau, dengan
lautannya, namun merupakan satu kesatuan wilayah tumpah darah
negara dan bangsa Indonesia.
5. Kesatuan asas kerokhanian, yaitu adanya kesatuan ide, tujuan, cita-
cita dan nilai-nilai kerokhanian yang secara keseluruhan tersimpul
dalam dasar filosofis negara Indonesia Pancasila. 17

16
Opcit, H. Kaelan, tahun 2007, hal 143.
17
Notonagoro, tahun 1975, hal. 106

109
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Berbeda dengan prinsip-prinsip geostrategi yang dikembangkan


oleh Rudolf Kjelle, Karl Haushoffer, Frederich Ratzel yang
mengembangkan geostrategi demi kepentingan militer, bagi bangsa
Indonesia geostrategi dikembangkan demi tujuan bangsa dan Negara
Indonesia yang bersifat mulia, yaitu kesejahteraan dalam kehidupan
bersama.
Oleh karena itu geostrategi Indonesia sebagai suatu cara atau
metode dalam memanfaatkan segenap konstelasi geografi negara
Indonesia dalam menentukan kebijakan, arahan serta sarana-sarana
dalam mencapai tujuan seluruh bangsa dengan berdasar asas
kemanusiaan dan keadilan sosial. Dapat pula dikatakan bahwa
geostrategi Indonesia adalah memanfaatkan segenap kondisi geografi
Indonesia untuk tujuan politik, dan hal itu secara rinci dikembangkan
dalam pembangunan nasional. 18
Berdasarkan pengertian tersebut di atas, geostrategi Indonesia
diperlukan dan dikembangkan untuk mewujudkan dan mempertahankan
integritas bangsa dan wilayah tumpah darah negara Indonesia, mengingat
kemajemukan bangsa Indonesia serta sifat khas wilayah tumpah darah
negara Indonesia, maka geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk
Ketahanan Nasional (Tannas) dan SISHANKAMNAS.
Ketahanan sosial harus ditopang dengan kekuatan sosial,
kemantapan politik, perasaan budaya asli sendiri tidak terpengaruh oleh
budaya Barat yang merugikan dan yang paling vital adalah unsur
keagamaan yang dianut masyarakat.
Justeru itu kekuatan sosial, politik, budaya dan keagamaan yang
merupakan unsur vital bagi bangsa Indonesia sangat rentan untuk
dikembangkan ke arah tingkat konflik, dan hal ini sangat jelas terlihat
pada reformasi dewasa ini isu demokrasi, kebebasan dan HAM
dimanfaatkan demi tujuan politik, sehingga berkembanglah konflik di
berbagai daerah baik konflik horisontal maupun vertikal, seperti di
Kalimantan yaitu Sambas Kalimantan Barat, Sampit, Poso, Ambon dan
lain sebagainya.
Dalam hal berideologi, janganlah teranut ideologi komunis.
Ideologi ini cukup membahayakan sebagai suatu ideologi komunisme
mencanangkan cita-cita yang bersifat utopis yaitu suatu masyarakat
tanpa kelas, masyarakat yang sama rata dan sama rasa. Masyarakat tanpa
kelas dilukiskan suatu masyarakat yang dapat memberikan suasana

18
Suradinata, tahun 2005, hal. 33 dan Armawi, tahun 2005, hal. 17.

110
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

hidup yang aman tanpa hak milik pribadi, tanpa pertentangan, sarana dan
alat produksi tidak berdasarkan atas hak milik pribadi melainkan
komunal. Namun demikian perjalanan sejarah menunjukkan bahwa
dalam kenyataanya cita-cita tersebut tidak kunjung datang karena
munculnya kontradiksi intern yaitu ternyata muncullah kelas-kelas baru
dalam tubuh pemerintahan komunis yaitu kaum kamrat dan kaum elit
partai komunis yang memiliki kekuasaan mutlak.
Untuk membentengi faham dan berkembangnya ideologi sesat
komunis diatas, masyarakat Indonesia harus mawas diri dan kembali
kepada ideologi keagamaan.
Ideologi keagamaan pada hakikatnya memiliki perspektif dan
tujuan yang berbeda dengan ideologi liberalisme dan komunisme.
Sebenarnya sangatlah sulit untuk menentukan tipologi ideologi
keagamaan, karena sangat banyak dan beraneka ragamnya wujud, gerak
dan tujuan dari ideologi tersebut. Namun secara keseluruhan terdapat
suatu ciri bahwa ideologi keagamaan senantiasa mendasarkan pemikiran,
cita-cita serta moralnya pada suatu ajaran agama tertentu.
Atas dasar kenyataan politik dunia yang demikian ini, muncullah
berbagai gerakan yang berbasis pada ideologi keagamaan, untuk
melawan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan bangsa satu terhadap
bangsa lainnya. Misalnya di Belfas Inggris persoalan Irlandia Utara dan
Selatan oleh karena tekanan Inggris maka muncullah gerakan Tentara
Republik Irlandia Utara yang berbasis pada ideologi Nasrani, sehingga
kekerasan terjadi di Inggris. Di Pilipina merasa kelompok Muslim
diperlakukan tidak adil atas kelompok lainnya maka muncullah gerakan
politik yang berbasis ideologi keagamaan yaitu gerakan pembebasan
rakyat Moro. Di Indonesia sendiri karena ketidakpuasan politik maka
timbullah gerakan untuk mendirikan suatu negara Islam yaitu Darul
Islam di bawah pimpinan Kartosuwiryo.
Pada era reformasi dan era global dewasa ini dunia dikuasai oleh
kekuatan Sekutu di bawah komando Amerika. Berbagai praktek
eksploitasi bangsa di berbagai negara terutama negara yang sedang
berkembang dewasa ini di bawah tekanan internasional baik ekonomi,
politik maupun keamanan. Amerika dengan sekutu-sekutunya tidak
segan-segan melakukan invasi pada suatu negara dengan secara arogan,
tanpa mempertimbangkan hak-hak dari bangsa lain di dunia, dengan
alasan menegakkan hak asasi, demokrasi dan terakhir pasca peristiwa
runtuhnya gedung WTC 11 September 2001, dengan alasan
memberantas terorisme, dialamatkan kepada ummat Islam.

111
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Manakala dibandingkan dua peristiwa di dunia yaitu kasus


Rakyat Palestina dan negara Timur Tengah lainnya atas pendudukan dan
penjajahan Israel dan kasus Timor Timur yang melibatkan negara
Indonesia. Masih ingat peristiwa penyerahan Timor Timur tahun 1998
yang lalu bagaimana bangsa Indonesia menjadi bulan-bulanan negara-
negara Sekutu di bawah pimpinan Amerika. Bangsa Indonesia yang
dahulu disponsori oleh Amerika untuk menarik rakyat Timor Timur
berintegrasi ke dalam wilayah kekuasaan negara Indonesia, sebab
muncul suatu kekhawatiran gerakan komunis Fretelin di Timor Timur
akan menguasai dan Timor Timur dijadikan basis pangkalan Uni Sovyet
saat itu. Namun setelah Indonesia dilanda krisis dan muncullah gerakan
reformasi yang menumbangkan kekuasaan Orde Baru, kekuatan dunia di
bawah Sekutu menekan Indonesia melalui politik terutama ekonomi
untuk melepaskan Timor Timur dari wilayah negara Republik Indonesia.
Secara konspiratif jajak pendapat dilakukan yang sudah dapat dipastikan
Timor Timur lepas dari negara Indonesia dan bangsa Indonesia dengan
rela melepaskannya. Namun kenyataannya tidak demikian, tekanan
masih dilakukan oleh Sekutu Amerika melalui PBB, berbagai tuduhan
dan tudingan dialamatkan kepada bangsa Indonesia, antara lain bangsa
Indonesia terutama ABRI banyak melakukan pelanggaran HAM berat di
Timor Timur. Anehnya banyak anak-anak bangsa Indonesia sendiri yang
menjadi budak-budak sekutu mendirikan berbagai bentuk organisasi
terutama organisasi kemasyarakatan yang mendapat subsidi dollar, ikut
merongrong kewibawaan pemerintahnya sendiri dengan menumpang
jargon populer yaitu melaksanakan Reformasi Total. Akibatnya hasil
dapat disaksikan sendiri hancurnya nasionalisme Indonesia, lemahnya
ideologi nasional dan rakyat bertambah menderita, pengangguran
bertambah, subsidi minyak tanah akan dihapuskan.
Sebaliknya bangsa Israel yang melakukan penjajahan di berbagai
wilayah di negara Timur Tengah sejak tahun 1967 tidak pernah bisa
diselesaikan karena kekuasaan hak veto oleh negara-negara sekutu.
Pelanggaran HAM berat telah dilakukan di berbagai wilayah misalnya di
Libanon, pembantaian atas rakyat sipil di kamp pengungsian Sabra dan
Satilla, pembantaian di Hebron atas rakyat sipil penyerangan dan
pembantaian di wilayah rakyat Palestina, sampai saat ini tidak pernah
bisa diselesaikan oleh PBB karena kekuasaan sekutu. Akibatnya saat ini
banyak bangsa yang tertindas baik secara ekonomi maupun politik dan
berbagai lobi politik apalagi konfrontasi senjata akan sia-sia. Hal inilah
yang mengakibatkan munculnya berbagai gerakan radikal yang berbasis
pada ideologi agama, misalnya gerakan Hisbollah, gerakan Hammas, Al-
Qaeda yang melakukan gerakan bawah tanah karena tertutupnya lobi

112
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

politik pada tingkat apapun. Atas gerakan tersebut akhir-akhir ini


Amerika dengan sekutunya melakukan gerakan untuk menguasai dunia
dengan mempopulerkan melalui pers memberantas terorisme. Semua
itu hanya sebagai Lip servicenya Amerika.

D. PENUTUP

Dari beberapa uraian terdahulu bahwa strategi tepat


mempertahankan keutuhan bernegara itu bertumpu pada :
1. Ketahanan Nasional dengan memanfaatkan potensi geostrategi
Indonesia, diuraikan sebagai berikut :
Ketahanan adalah suatu kekuatan yang membuat suatu bangsa dan
negara dapat bertahan, kuat menghadapi ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan. Konsekuensinya suatu ketahanan harus disertai dengan
keuletan, yaitu usaha secara terus menerus giat dan terus menerus kokoh,
giat dan berkemauan keras menggunakan segala kemampuan, kecakapan
guna mencapai tujuan dan cita-cita nasional. Identitas merupakan ciri
khas suatu negara dilihat sebagai suatu totalitas, yaitu suatu negara yang
dibatasi oleh wilayah, penduduk, sejarah, pemerintahan dan tujuan
nasionalnya, serta peranan yang dimainkan di dunia internasional.
Pengertian lain yang berkaitan dengan integritas merupakan kesatuan
yang menyeluruh dalam kehidupan bangsa, baik sosial maupun alamiah,
potensial maupun non potensial. Tantangan adalah merupakan suatu
usaha yang bersifat menggugah kemampuan, Ancaman adalah suatu
usaha untuk mengubah atau merombak kebijaksanaan atau keadaan
secara konsepsional dari sudut kriminal maupun politis. Hambatan
adalah suatu kendala yang bersifat atau bertujuan melemahkan yang
bersifat konseptual yang berasal dari dalam sendiri. Apabila hal tersebut
berasal dari luar maka dapat disebut sebagai kategori gangguan.
2. Hubungannya dengan keutuhan bernegara perlu adanya pemahaman
Wawasan Nusantara secara mantap dan berurat berakar dalam sanubari
setiap suku bangsa Indonesia. Usaha konkrit wawasan ini harus ada
upaya mewujudkan aspirasi bangsa serta kepentingan dan tujuan
nasional. Upaya pencapaian tujuan nasional dilakukan dengan
pembangunan nasional yang juga harus berpedoman pada wawasan
nasional.

113
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Dalam proses pembangunan nasional untuk mencapai tujuan


nasional selalu akan menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk
mengatasi perlu di bangun suatu kondisi kehidupan nasional yang
disebut ketahanan nasional.. keberhasilan pembangunan nasional akan
meningkatkan kondisi dinamik kehidupan nasional dalam wujud
ketahanan nasional yang tangguh. Sebaliknya, ketahanan nasional yang
tangguh akan mendorong pembangunan nasional semakin baik.
Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah Wawasan Nusantara
yang merupakan pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju
tujuan nasional. Sedangkan ketahanan nasional merupakan kondisi yang
harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional tersebut dapat
berjalan dengan sukses. Oleh karena itu diperlukan suatu konsepsi
Ketahanan Nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Wawasan Nusantara dan
ketahanan nasional merupakan dua konsepsi dasar yang saling
mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara agar tetap jaya dan berkembang seterusnya.

114
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Ruslan, 1998, Pancasila dan Reformasi, Makalah Seminar Nasional


KAGAMA, 8 Juli 1998 di Yogyakarta.
Andrews, William G, 1968, Constitutions and Constitutionalism, Van Nostrand
Company, New Jersey.
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,
Konstitusi Press, Jakarta.
Asshiddiqie, Jimly, 2006, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Konstitusi Press,
Jakarta.
Armawi, Armaeidi, 2006, Geostrategi Indonesia, Makalah Pelatihan Dosen
Kewarganegaraan, 2006, Dikti, Surabaya.
Azhary, 1995, Negara Hukum Indonesia : Analisis Yuridis Normatif tentang
Unsur-unsurnya, UI Press, Jakarta.
Basri Faisal, 1998, Krisis Ekonomi Indonesia, Antara Gelombang Globalisasi
dan Tuntutan Reformasi Total, dalam Menuju Indonesia Baru (ed)
Musa Kazhim, Pustaka Hidayah, Bandung.
Departemen Agama RI, 2007, Al-Quran dan Terjemahnya, CV. Diponegoro,
Bandung.
Dewey, John, 1910, How We Think, Boston : DC. Health and Co.
Duverger, Maurice, 1993, Sosiologi Politik, Jakarta : PT. Gramedia.
Fraenkel, Jack, R, 1977, How to Teach about Values : An Analytic Approach,
Prentice Hall, Inc, New Jersey.
Frondizi, Risieri, 2001, Pengantar Filsafat Etika, Terjemahan Cuk Ananta
Wijaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Kusnadi, M., dan Harmaily Ibrahim, 1995, Pengantar Hukum Tata Negara
Indonesia, Pusat Studi HTN Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan
CV Sinar Bakti, Jakarta.
Lasky, Harold, J. 1947, The State in Theory and Practice, The Viking Press,
New York.

115
Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Volume 6 No.10 Oktober 2008

Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas), 1991, Kewiraan Untuk Mahasiswa,


Dirjen Dikti Depdikbud dan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lemhanas RI, 2000, Pendidikan Kewarganegaraan, Diktat SUSCADOSWAR,
XLIV Lemhanas RI.
Mahfud, Moh. MD., 1999, Hukum dan Pilar-pilar Demokrasi, Gama Media,
Yogyakarta.
Mahasin, Aswab, 1984, Negara dan Kuasa, dalam Prisma No.8, Tahun 1984.
Mahendra Yusril Ihza, Ideologi dan Negara, dalam Gazali (ed), Yusril Ihza
Mahendra Tokoh Intelektual Muda, Rajawali, Jakarta.
Notowidagdo, H. Rohiman, 1996, Ilmu Budaya Dasar Berdasarkan Al-Quran
dan Hadits, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Shrode, William A. and Don Voich, Jr., 1974, Organization and Management :
Basic System Concept, Irwin Book Co., Malaysia.

116

Anda mungkin juga menyukai