Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dampak negatif dari globalisasi, modernisasi dan perkembangan teknologi yang
begitu pesatnya terhadap perkembangan generasi-generasi bangsa ini tentunya bukan
merupakan rahasia lagi. Hampir tiap hari kita disuguhi dengan informasi-informasi
mengenai pelajar yang membolos sekolah dan keluyuran dijalanan, pelajar yang
terlibat perkelahian, pelajar yang terlibat perilaku seks bebas, pelajar yang terlibat
penyalah gunaan narkoba dan masih banyak lagi.
Realitas perilaku para pelajar sebagaimana telah digambarkan diatas, jelas sangat
menuntut keterampilan para tenaga pendidik dalam memahami perkembangan
kognitif, afektif, dan psikomotorik para pelajar jika menginginkan para pelajar
tersebut tidak gagal di bangku sekolah dan tidak kehilangan masa depan mereka.

Ilmu psikologi pendidikan adalah ilmu yang sangat penting dikuasai oleh seorang
guru sebagai pendidik dan pengajar.Guru dalam menjalankan perannya sebagai
pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek
perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama
perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan
perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata
bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Peranan psikologi dalam dunia pendidikan sangatlah penting dalam rangka


mewujudkan tindakan psikologis yang tepat dalam interaksi antara setiap faktor
pendidikan. Pengetahuan psikologis tentang peserta didik menjadi hal yang sangat
penting dalam pendidikan. Karena itu, pengetahuan tentang psikologi pendidikan
seharusnya menjadi kebutuhan bagi para guru, bahkan bagi tiap orang yang
menyadari dirinya sebagai pendidik.

Pendidikan memang tidak bisa dilepaskan dari psikologi. Sumbangsih psikologi


terhadap pendidikan sangatlah besar. Kegiatan pendidikan, khususnya pada
pendidikan formal, seperti pengembangan kurikulum, Proses Belajar Mengajar,
sistem evaluasi, dan layanan Bimbingan dan Konseling merupakan beberapa kegiatan
utama dalam pendidikan yang di dalamnya tidak bisa dilepaskan dari psikologi.
Disinilah pentingnya penguasaan psikologi pendidikan bagi para tenaga pendidik dan
disinilah pentingnya peran seorang Psikolog dalam dunia pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan psikologi pendidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan guru?
3. Bagaimana syarat, sikap dan kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang
guru?
4. Apa saja manfaat psikologi pendidikan bagi guru?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian psikologi pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengertian guru.
3. Untuk mengetahui syarat, sikap, dan kepribadian yang harus dimiliki oleh
seorang guru.
4. Untuk mengetahui manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru.

1.4 Manfaat
1. Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai pendalaman terhadap
masalah-masalah yang berhubungan dengan psikologi pendidikan.
2. Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menjadi referensi
bagi pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Psikologi Pendidikan
Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari bahasa Yunani psyche yang artinya jiwa dan logos yang
artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Abu (2003:3) menyebutkan
psikologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa
manusia. Lebih lanjut Dalyono (2009:2) menjelaskan macam-macam definisi psikologi, seperti:

1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behaviour).

Pengertian Pendidikan

Adapun mengenai pendidikan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya bpengajaran dan pelatihan. (KBBI, 1991:232 dalam
Dalyono). Dalam bahasa inggris, pendidikan berarti education yang berasal dari kata educate
yang artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve,
to develop). Dalam arti sempit berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan. (Mc. Leoc, 1989 dalam Dalyono).

Sementara itu menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdesan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengertian Psikologi Pendidikan

Salah seorang ahli yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi
terapan adalah Arthur S. Reber, seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University
of New York City, University of British Colombia Canada dan juga pada University of Insbruck
Austria. Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi
yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai
berikut:
1. Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas

2. Pengembangan dan pembaruan kurikulum

3. Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan

4. Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan


ranah kognitif

5. Penyelenggaraan pendidikan keguruan. (Arthur S. Reber, 1998 dalam Dalyono)

Abu (2003:7) menyebutkan psikologi pendidikan yaitu psikologi yang khusus menguraikan
kegiatan-kegiatan atau aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi
pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah
diterima oleh peserta didik, bagaimana cara belajar dan mengajar yang baik dan sebagainya.
Pendidikan memerlukan psikologi karena dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, seorang
guru harus memperhatikan kondisi kejiwaan peserta didiknya. Semakin siap kondisi jiwa peserta
didik dalam menerima materi pelajaran, akan semakin baik hasil yang diperoleh. (Wiji, 2009:7)

2.1 Guru
Pengertian Guru

Menurut Drs. H.A. Ametembum, guru adalah semua orang yang berwenang dan
bertanggung jawab terhadap pendidikan murid/siswa baik secara individual ataupun klasikal,
baik disekolah maupun di luar sekolah. (Akmal: 2013:9). Dalam UU Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa guru adalah pendidik professional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Sementara dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, sebutan
guru mencakup:

1. Guru itu sendiri, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan dan
konseling atau guru bimbingan karier
2. Guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah, dan
3. Guru dalam jabatan pengawas. (Ali, 2013:120).

Kepribadian Dan Sifat Guru

Faktor terpenting dari seorang guru adalah kepribadiannya. Karena dengan kepribadian
itulah seorang guru bisa menjadi seorang pendidik dn pembina bagi anak didiknya atau bahkan
malah sebaliknya akan menjadi perusak dan penghancur bagi masa depan anak didiknya. Guru
adalah seseorang yang bukan hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan saja. Tetapi guru
juga adalah seorang yang patut dicontoh. Oleh karena itu, guru harus mempunyai kepribadian,
tingkah laku, moral, emosi dan sikap yang baik yang dapat mempengaruhi anak didiknya.

Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat, ada dua macam kepribadian guru, yaitu:

1. Guru yang menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang memerintah dan menyuruh. Hal
seperti ini kurang menyenangkan dalam pendidikan.
2. Guru yang menempatkan dirinya sebagai mitra bagi anak didiknya. Biasanya guru seperti
ini menarik dan menyenangkan, ia akan dihormatidan disayangi oleh anak didiknya.
(Akmal, 2013:56).

Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru

1. Memahami Perbedaan Siswa (Diversity of Student)

Setiap individu dilahirkan dengan membawa potensi yang berbeda-beda, tidak ada yang sama
antara siwa satu dengan siswa yang lainnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memahami
keberagaman antara siswa satu dengan siswa yang lainnya, mulai dari perbedaan tingkat
pertumbuhannya, tugas perkembangannya sampai pada masing-masing potensi yang dimiliki
oleh anak. Dengan pemahaman guru yang baik terhadap siswanya, maka bisa menciptakan hasil
pembelajaran yang efektif dan efisien serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
kondusif.

2. Untuk menciptakan Iklim Belajar yang Kondusif di dalam Kelas

Kemampuan guru dalam menciptakan iklim dan kondisi pembelajaran yang kondusif mampu
membantu proses pembelajaran berjalan secara efektif. Seorang pendidik harus mengetahui
prinsip-prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda
menyesuaikan karakteristik siswa dalam mengajar untuk menghasilkan proses belajar mengajar
yang lebih baik. Disinilah peran psikologi pendidikan yang mampu mengajarkan bagaimana
seorang pendidik mampu memahami kondisi psikologis dan menciptakan suasana pembelajaran
yang kondusif, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan secara efektif.

3. Untuk Memilih Strategi dan Metode Pembelajaran

Sebagai sorang pendidik dalam memilih strategi dan metode pembelajaran harus
menyesuaikan dengan tugas perkembangan dan karakteristik masing-masing peserta didiknya.
Hal ini bisa didapatkan oleh seorang guru dengan mempelajari psikologi terutama tugas-tugas
perkembangan manusia. Jika metode dan model pendidikan sudah bisa disesuaikan dengan
kondisi peserta didik, maka proses pembelajaran bisa berjalan dengan maksimal.

4. Memberikan Bimbingan dan Pengarahan kepada Siswa (Konseling)

Selain berperan sebagai pengajar di dalam kelas, seorang guru juga diharapkan bisa menjadi
seorang pembimbing yang mempu memberikan bimbingan kepada peserta didiknya, terutama
ketika peserta didik mendapatkan permasalahan akademik. Dengan berperan sebagai seorang
pembimbing seorang pendidik juga lebih bisa melakukan pendekatan secara emosional terhadap
peserta didiknya. Jika sudah tercipta hubungan emosional yang positif antara pendidik dan
peserta didiknya, maka proses pembelajaran juga akan tercipta secara menyenangkan.

5. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Tugas utama guru/pendidik adalah mengajar di dalam kelas dan melakukan evaluasi dari
hasil pengajaran yang sudah dilakukan. Dengan mempelajari psikologi pendidikan diharapkan
seorang pendidik mampu memberikan penilaian dan evaluasi secara adil menyesuikan dengan
kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik tanpa membedakan antara satu
dengan yang lainnya.

6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi


dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di
hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam


mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian,
pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

8. Menetapkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah
dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam menentukan
bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.

9. Penggunaan Media Pembelajaran

Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan dengan tepat
media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-visual, sehingga
dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.

10. Penyusunan Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran harus disusun berdasarkan kondisi psikologi peserta didik. Misalnya mata
pelajaran yang dianggap sulit bagi siswa seperti matematika ditempatkan di awal pelajaran, di
mana kondisi siswa masih segar dan semangat dalam menerima materi pelajaran.

11. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa,
seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya
memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan
belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan
mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar
siswanya.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan psikologi
pendidikan berperan dalam membantu guru untuk merencanakan, mengatur dan mengevaluasi
kegiatan belajar mengajar di sekolah.

Contoh Kasus-Kasus Guru yang tidak Menerapkan Psikologi Pendidikan

Dalam tahun 2015 ini, terdapat beberapa kasus yang tidak semestinya dilakukan oleh guru

terhadap murid/siswanya. Kasus-kasus itu terjadi diindikasikan akibat guru yang tidak

menerapkan, memahami dan mempelajari psikologi pendidikan dengan baik dan menyeluruh.

Beberapa kasus tersebut antara lain seperti dirangkum dariwww.sindonews.com:

Kasus guru wanita SDN 7 Matangkuli Aceh Utara, yang berinisial AN (53) yang

melakukan tindak kekerasan terhadap FN (12) murid kelas 5 SD dengan memukul bagian

kepala siswa tersebut dengan martil/palu. (Agustus, 2015).

Penganiayaan terhadap guru bernama Dasrul di SMKN 2 Makassar yang menjadi korban

penganiayaan siswanya bernama Mas (16) karena tidak mengerjakan tugas rumah

(September 2016)

Seorang siswa lempari guru di SMPN 1 Woha,Kabupaten Bima (January 2017)

Seorang guru Bahasa Jerman di SMAN 2 Kota Kefamenanu Timor Tengah Utara, NTT,

memberikan hukuman kepada seorang murid bernama Melson Aluet (17) karena tidak

mengerjakan PR dengan cara menyuruh membenturkan kepalanya sendiri di meja

sebanyak 80 kali. Akibatnya Melson mengalami gegar otar hingga muntah darah.

Kasus-kasus seperti diatas diharapkan semakin minim terjadi dalam dunia pendidikan. Guru

diharapkan dapat mempelajari, memahami dan mendalami psikologi pendidikan dalam dirinya

sebagai bagian penting dalam menjalankan profesinya sebagai pendidik generasi bangsa. Sebab

di dalam dunia pendidikan, untuk mencapai pendidikan yang maksimal dan efektif bukan hanya
terkait pembahasan kurikulum belaka, namun juga permasalahan psikologis peserta didik dan

model pengajaran pendidiknya juga harus tetap diperhatikan. Oleh karena itu, psikologi

pendidikan menjadi penting untuk dipelajari oleh setiap pendidik ataupun calon pendidik.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam-macam gejalanya,

prosesnya maupun latar belakangnya atau dengan kata lain psikologi adalah ilmu yang

mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdesan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Psikologi pendidikan yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau

aktivitas-aktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana

cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik,

bagaimana cara belajar dan mengajar yang baik dan sebagainya.

Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru harus mempunyai kepribadian, tingkah laku, moral, emosi dan sikap yang baik yang

dapat mempengaruhi anak didiknya. Ada dua macam kepribadian guru, yaitu: guru yang

menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang memerintah dan menyuruh dan guru yang

menempatkan dirinya sebagai mitra bagi anak didiknya.

Manfaat bagi guru dalam mempelajari psikologi pendidikan, antara lain: agar guru

memahami perbedaan siswa (Diversity of Student), untuk menciptakan iklim belajar yang

kondusif di dalam kelas, untuk memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat,

memberikan bimbingan dan pengarahan kepada siswa (konseling), mengevaluasi hasil

pembelajaran, berinteraksi secara tepat dengan siswanya, menilai hasil pembelajaran dengan
adil, menetapkan tujuan pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penyusunan jadwal

pelajaran, dan memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai