Proposal skripsi
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Skripsi pada Program Studi Teknik Pertambangan
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
GRENDIKA DENISAKTIAN
112.13.0048
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB.
I PENDAHULUAN
1 Judul
2 Latar Belakang
3 Rumusan Masalah
4 Maksud dan tujuan penelitian
5 Batasan Masalah
6 Metode Penelitian
7 Manfaat Penelitian
II METODOLOGI PENELITIAN
1 Dasar Teori
2 Siklus Hidrologi
3 Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
4 Tujuan Sistem Penyaliran Tambang
5 Penanganan Sistem Penyaliran Tambang
6 Faktor-faktor yang mempengaruhi Sistem Penyaliran Tambang
III RENCANA PENYELESAIAN PENELITIAN
1 Pengolahan dan Analisis Data
2 Pembuktian Masalah
3 Rencana Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. JUDUL
KAJIAN PEMISAHAN PASIR BESI MENGGUNAKAN
MAGNETIC SEPARATOR DENGAN PEUBAH UKURAN BUTIR
DAN KECEPATAN SERTA TEBAL LAPISAN PENGUMPANAN
DI PANTAI DEPOK, DESA PARANGTRITIS, KECAMATAN
KRETEK, KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.
1.2. LATAR BELAKANG
Pasir besi Indonesia mempunyai cadangan cukup besar terutama di daerah
sekitar pantai Selatan Jawa. Salah satu potensi pasir besi yang akan di teliti adalah
pasir besi dari daerah Pantai Depok, Parangtritis, Bantul . Pemanfaatan pasir besi
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja yang dalam
perkembangan dan kebutuhannya semakin meningkat. Tujuan penelitian untuk
mendapatkan kualitas pasir besi yang baik untuk proses selanjutnya, sehingga
perlu dilakukan konsentrasi untuk meningkatkan kadar besi dengan cara
magnetik.
Pemisahan secara magnetik terjadi karena adanya perbedaan sifat fisik
antar mineral magnetik dan mineral nonmagnetik yang dipengaruhi oleh kuat
arus, sehingga mineral yang magnetik dan bersifat non-magnetik dapat terpisah.
Kedudukan magnet permanen yang tetap pada posisinya, menyebabkan medan
magnet selama proses akan tetap. Sebaliknya, perbedaan arus dapat menyebabkan
perubahan jarak medan magnet terhadap daerah aliran muatan sehingga akan
terjadi perubahan pemisahan antara mineral magnetik (konsentrat), namun pada
penelitian ini tidak terdapat peubah arus sehingga tidak terjadi perubahan jarak
medan magnet terhadap mineral magnetik. Proses pemisahan pada magnetik
separator terjadi akibat adannya perbedaan sifat magnetik dari mineral. Dimana
mineral yang bersifat ferromagnetik dan magnetik akan tertarik ke daerah medan
magnetnya paling besar (produk), kemudian para magnetik dan dia magnetik tidak
akan tertarik dan akan menuju ke tempat tailing (produk D), untuk mineral non
magnetik.mekanisme pemisahan adalah bijih pasir besi yang sudah dipreparasi
masuk pada cover A, dengan adanya pemisahan secara magnetik sedemikian
mineral terbagi dalam mineral yang bersifat magnetik ( konsentrat ) pada posisi
dekat medan magnet terangkut ke tempat konsentrat ( produk ), sedang
nonmagnetik ( tailing ) jauh dari posisi magnet dan lepas sebagai tailling.
Gambar 1.1
Magnetic Separator
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Berikut adalah bagan alir dari penelitian dengan data yang akan dicari dan
digunakan dalam pengolahan data :
Gambar 2.1.
Siklus Hidrologi
2.3. Pengertian Sistem Penyaliran Tambang
Sistem penyaliran tambang adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan
untuk mencegah masuknya air atau mengeluarkan air yang telah masuk ke front
penambangan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencegah terganggunya aktivitas
penambangan akibat adanya air dalam jumlah yang berlebihan terutama pada saat
musim penghujan. Selain itu, sistem penyaliran tambang ini juga dimaksudkan
untuk memperlambat kerusakan alat serta mempertahankan kondisi kerja yang
aman, sehingga alat mekanis yang digunakan mempunyai umur yang lama.
2. Mine dewatering system, merupakan upaya untuk mengeluarkan air yang telah
masuk ke front penambangan, terutama untuk penanganan air hujan.
Beberapa metode penyaliran mine dewatering system adalah :
a. Sistem Paritan
Merupakan metode penyaliran yang paling murah dibandingkan dengan
metode yang lainya. Pembuatan parit sangat ideal diterapkan pada tambang
terbuka open cast atau kuari. Beberapa lubang paritan dibuat pada lokasi
penambangan guna menampung sementara serta mengalirkan air limpasan
menuju kolam penampungan kemudian dialirkan ke sungai atau diarahkan ke
selokan. Jumlah parit ini disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga bisa lebih
dari satu. Apabila parit harus dibuat melalui lalulintas tambang maka dapat
dipasang gorong-gorong yang terbuat dari beton atau galvanis. Dimensi parit
diukur berdasarkan volume maksimum pada saat musim penghujan dengan
memperhitungkan kemiringan lereng. Bentuk saluran terbuka yang paling
sederhana dan umum digunakan saat ini adalah saluran dengan bentuk
trapesium.
b. Sistem Adit
Cara ini biasanya digunakan untuk pembuangan air pada tambang
terbuka yang mempunyai banyak jenjang. Saluran horisontal yang dibuat dari
tempat kerja menembus ke shaft yang dibuat disisi bukit untuk pembuangan
air yang masuk ke dalam tempat kerja. Pembuangan dengan sistem ini
biasanya mahal, disebabkan oleh biaya pembuatan saluran horisontal tersebut
dan shaft.
c. Sistem Kolam Terbuka (Open Sump System)
Sistem ini diterapkan untuk membuang air yang telah masuk ke daerah
penambangan. Air dikumpulkan pada sumur (sump), kemudian di pompa
keluar dan pemasangan jumlah pompa tergantung kedalaman penggalian.
Dengan kapasitas pompa menyesuaikan debit air yang masuk kedalam lokasi
penambangan. Apabila kapasitas pompa lebih besar dari yang debit air yang
masuk, maka penggunaan pompa bisa secara periodik sehingga pompa tidak
mengalami kelelahan.
a. Curah hujan
Satuan curah hujan adalah mm, yang berarti jumlah air hujan yang jatuh pada
satu satuan luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m 2 jumlah air hujan yang
jatuh sebanyak 1 liter. Data curah hujan yang akan dianalisa adalah besar curah
hujan harian maksimum dalam satu tahun selama 10-20 tahun. Pengolahan data
dilakukan dengan distribusi Gumbels yang didasarkan atas distribusi normal.
Distribusi ini beranggapan bahwa variabel-variabel hidrologi tidak terbatas
sehingga digunakan data-data distribusi dengan harga yang paling besar
(maksimum). Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis frekuensi
langsung (direct frequency analysis). Analisis ini dilakukan untuk menentukan
curah hujan rencana berdasarkan data curah hujan yang tersedia. Untuk
menghitung nilai hujan maksimum menggunakan persamaan Gumbels :
x
(Yr Yn )
n
Xr = x +
Keterangan :
Xr = hujan harian maksimum
x = curah hujan rata-rata
x = standar deviasi curah hujan
n = standar deviasi dari reduksi variat
Yr = nilai reduksi variat dari variabel yang diharapkan terjadi pada PUH
Yn = nilai rata-rata dari reduksi variat
Tabel 2.1.
Periode Ulang Hujan Recana
t = waktu (jam)
R24 = curah hujan maksimum (mm)
3. Resiko hidrologi
Resiko hidrologi adalah kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal
satu kali pada periode ulang tertentu.
1
P =
1 1 ( Tr ) TL
Keterangan :
P = resiko hidrologi
Tr = periode ulang
TL = umur tambang
c. Air limpasan
Air limpasan merupakan bagian dari curah hujan yang mengalir diatas
permukaan tanah. Air hujan yang jatuh ke permukaan tanah ada yang
langsung masuk ke dalam tanah sedangkan ada sebagian air hujan yang
langsung mengalir diatas permukaan tanah dari tempat tinggi ke tempat yang
lebih rendah.
Besarnya limpasan adalah besarnya curah hujan dikurangi dengan
besarnya penyerapan (infiltrasi) dan penguapan. Besarnya air limpasan
tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah jenis presipitasi,
intensitas curah hujan, lamanya hujan, distribusi curah hujan dalam daerah
penyaliran, arah pergerakan curah hujan, dan lain-lain. Faktor yang paling
berpengaruh adalah kondisi penggunaan lahan dan kemiringan atau
perbedaan ketinggian.
Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan Metode
Rasional sebagai berikut :
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
m3
Q = debit limpasan ( s )
C = koefisien limpasan
mm
I = intensitas curah hujan ( h)
- Koefisien limpasan
Koefisien air limpasan adalah angka yang menunjukkan
perbandingan antara jumlah air hujan yang mengalir diatas permukaan
tanah dengan curah hujan. Koefisien limpasan dapat ditentukan
berdasarkan pengamatan di lapangan yang tergantung pada keadaan
tanah, jenis tanaman, dan vegetasi. Dari hasil pengamatan kemudian
disesuaikan dengan tabel koefisien limpasan (Tabel 2.2.).
Tabel 2.2.
Beberapa Harga Koefisien Limpasan
Koefisien
Kemiringan Lahan Kegunaan Lahan
Limpasan
Persawahan rawa-rawa 0,2
Datar
Hutan, perkebunan 0,3
Kemiringan < 3%
Pemukiman 0,4
Hutan, perkebunan 0,4
Agak miring Pemukiman 0,5
(3-15%) Vegetasi ringan 0,6
- Kerapatan vegetasi
Daerah dengan vegetasi yang rapat, akan memberikan nilai C yang kecil,
karena air hujan yang masuk tidak dapat langsung mengenai tanah, melainkan
akan tertahan oleh tumbuh-tumbuhan, sedangkan tanah yang gundul akan
memberi nilai C yang besar.
d. Infiltrasi
Infiltrasi adalah proses merembesnya air ke dalam tanah. Kapasitas infiltrasi
air hujan bervariasi tergantung pada kondisi tanah pada saat itu. Disamping itu
infiltrasi dapat berubah-ubah sesuai dengan intensitas curah hujan. Kecepatan
infiltrasi disebut laju infiltrasi, sedangkan laju infiltrasi maksimum yang terjadi
pada kondisi tertentu disebut kapasitas infiltrasi. Penentuan kapasitas infiltrasi
dapat dilakukan dengan pengukuran langsung dan dengan menggunakan analisis
hidrograf.
Faktor-faktor yang mempengaruhi infiltrasi diantaranya, dalamnya genangan
diatas permukaan tanah dan tebal lapisan yang jenuh, kelembaban tanah,
pemampatan oleh curah hujan, struktur tanah, tumbuh-tumbuhan, penyumbatan
ruang antara padatan di dalam tanah, serta udara yang terdapat di dalam tanah.
a. Saluran Terbuka
Saluran terbuka berfungsi untuk menampung dan mengalirkan air tambang
dari bukaan tambang menuju lokasi yang telah ditentukan. Pemilihan bentuk
penampang saluran didasarkan pada debit air, jenis tanah/batuan, serta kemudahan
dalam pembuatannya dan keekonomisannya. Tidak lupa juga memperhitungkan
kecepatan air sehingga tidak terjadi pengendapan pada dasar saluran dan tidak
terjadi erosi pada dinding saluran. Cara ini cukup banyak digunakan karena
mudah dan relatif murah, serta cukup efisien untuk mencegah masuknya air yang
berasal dari sekitar bukaan tambang. Berikut ini beberapa bentuk penampang
saluran terbuka yang biasa digunakan pada kegiatan penambangan, terlihat pada
Gambar 2.2.
Gambar 2.2.
Bentuk - Bentuk Penampang Saluran
Dimensi penampang yang paling efisien untuk beberapa bentuk penampang
saluran air adalah sebagai berikut :
1) Bentuk segi empat
B = 2d
Luas penampang basah (A) = 2d2
Keliling Basah (P) = 4d
Jari-jari hidrolik (R) = A/P = d/2
2) Bentuk segi tiga
Sudut tengah = 90o
Luas penampang basah (A) = d2
2d . 2
Keliling basah (P) =
d
Jari-jari hidrolik (R) = 2 2
3) Bentuk trapesium
A = b . d + m . d2
R = 0,5 . d
B = b + 2m . d
b/d = 2 {(1 + m2)0,5 - m)
a = d/sin
Dengan penambahan tinggi jagaan adalah 20 % dari d.
Kemiringan dinding saluran tergantung pada macam material atau bahan yang
membentuk tubuh saluran. Sedangkan kemiringan dasar saluran, ditentukan
dengan pertimbangan bahwa suatu aliran dapat memgalir secara alamiah tanpa
terjadi pengendapan lumpur pada dasar saluran, dimana kemiringan antara 0,25
0,5 % sudah cukup untuk mencegah adanya pengendapan lumpur. Dalam hal ini
maka harga S = (0,25 %). Besar nilai koefisien kekasaran dinding dapat dilihat
pada Tabel 2.3. dan perhitungan kapasitas pengaliran suatu saluran dapat dihitung
menggunakan rumus Manning, yaitu :
Tabel 2.3
Beberapa Harga Koefisien Kekerasan
Tipe Dinding Saluran Harga n
Semen 0,010-0,014
Beton 0,011-0,016
Bata 0,012-0,020
Besi 0,013-0,017
Tanah 0,020-0,030
Gravel 0,022-0,035
Tanah yang ditanami 0,025-0,040
b. Sumuran
Sumuran berfungsi sebagai penampung air sebelum dipompa ke luar tambang.
Dengan demikian, dimensi sumuran sangat tergantung dari jumlah air yang masuk
serta keluar dari sumuran.
Jumlah air yang masuk ke dalam sumuran merupakan jumlah air yang dialirkan
oleh saluran-saluran, jumlah limpasan permukaan yang langsung mengalir ke
sumuran, dan curah hujan yang jatuh di sumuran. Sedangkan jumlah air yang
keluar dapat dianggap sebagai kapasitas pompa, karena penguapan dianggap tidak
berarti.
Volume sumuran ditentukan dengan menggabungkan grafik intensitas hujan yang
dihitung dengan teori Mononobe versus waktu, dan grafik debit pemompaan
versus waktu (Gambar 2.3).
Gambar 2.3.
Grafik Penentuan Volume Sumuran Air Tambang
a. Pompa
Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari
suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.
Kenaikan tekanan cairan tersebut digunakan untuk mengatasi hambatan-hambatan
pengaliran. Hambatan-hambatan pengaliran itu dapat berupa perbedaan tekanan,
perbedaan ketinggian atau hambatan gesek. Sesuai dengan prinsip kerjanya,
pompa dibedakan menjadi :
1) Reciprocating Pump
Bekerja berdasarkan torak maju mundur secara horizontal di dalam
silinder. Keuntungan jenis ini adalah efisien untuk kapasitas kecil dan
umumnya dapat mengatasi kebutuhan energi (julang) yang tinggi.
Kerugiannya adalah beban yang berat serta perlu perawatan yang teliti.
Pompa jenis ini kurang sesuai untuk air berlumpur karena katup pompa akan
cepat rusak. Oleh karena itu jenis pompa ini kurang sesuai untuk digunakan di
tambang.
2) Centrifugal Pump
Pompa ini bekerja berdasarkan putaran impeller di dalam pompa. Air
yang masuk akan diputar oleh impeller, akibat gaya sentrifugal yang terjadi
air akan dilemparkan dengan kuat ke arah lubang pengeluaran pompa. Pompa
jenis ini banyak digunakan di tambang, karena dapat melayani air berlumpur,
kapasitasnya besar dan perawatannya mudah.
3) Axial Pump
Pada pompa aksial, zat cair mengalir pada arah aksial (sejajar poros)
melalui kipas. Umumnya bentuk kipas menyerupai baling-baling kapal.
Pompa ini dapat beroperasi secara vertikal maupun horizontal. Jenis pompa
ini digunakan untuk julang yang rendah.
Keterangan :
hf = head kerugian belokan (m)
f = koefisien kerugian
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
D = diameter dalam pipa (m)
R = jari-jari lengkung sumbu belokan (m)
= sudut belokan ( )
Keterangan :
hf = head kerugian gesekan (m)
f = koefisien gesek
k = koefisien kekasaran pipa
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
D = diameter dalam pipa (m)
L = panjang pipa (m)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
Harga koefisien kekasaran pipa (k) dapat dilihat pada Tabel 2.4. berikut ini :
Tabel 2.4
Keterangan :
hf = head kerugian (m)
f = koefisien kerugian pada katup isap
v = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
g = kecepatan gravitasi bumi (m/detik2)
Tabel 2.6
Diameter (mm)
Jenis katup 100 200
100 150 200 300 400 500 600 700 800 900 0 0
Katupkupukup
u 0.6 - 0.16 (bervariasi menurut konstruksi dan diameternya)
Katup putar 0.09 - 0.026 (bervariasi menurut diameternya)
Katup cegah 1.2 1.1 1.1 1.0 0.9 0.9 0.9 0.9
0.88
kipas ayun 0 5 0 0 8 4 2 0
Pw = QH
Keterangan :
Pw = daya air
= bobot isi air (kN/m3)
Q = kapasitas (m3/detik)
H = head total (m)
- Daya poros
Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan pompa adalah sama dengan
daya air ditambah kerugian daya di dalam pompa. Daya poros dirumuskan sebagai
berikut :
P = Pw / p
Keterangan :
Pw = daya air
= efisiensi pompa
p
- Efisiensi pompa
Efisiensi pompa didefinisikan sebagai nisbah antara tenaga yang dikeluarkan
(power output) dan tenaga masukan (power input). Efisiensi pompa dirumuskan
sebagai berikut :
= x x
tot mano v mek
Keterangan :
= efisiensi manometrik
mano
v = efisiensi volumetrik
= efisiensi mekanis
mek
d. Pipa
Pipa berfungsi sebagai sarana untuk mengeluarkan zat cair dari suatu tempat
menuju tempat lainnya. Zat cair yang mengalir dalam pipa akan mengalami
gesekan pada dinding sebelah dalam pipa. Besar kecilnya gesekan yang terjadi
dipengaruhi oleh jenis zat cair yang mengalir dan jenis pipa yang digunakan.
Gambar 2.4.
Keterangan :
Qs = debit padatan (m/detik)
Qair = debit air (m/detik)
%TSS = nilai Total Suspended Solid (%), (1% TSS = 10.000 mg/liter)
h
tv = vt
Keterangan :
tv = waktu pengendapan partikel (menit)
vt = kecepatan pengendapan partikel (m/detik)
h = kedalaman saluran (m)
Qtotal
vh = A
Keterangan :
vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)
Qtotal = debit aliran yang masuk ke kolam pengendapan (m/detik)
A = luas permukaan kolam pengendapan (m2)
Waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan dengan
kecepatan vh adalah :
P
th = vh
Keterangan :
th = waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar dari kolam pengendapan
(menit)
vh = kecepatan mendatar partikel (m/detik)
Dalam proses pengendapan ini partikel mampu mengendap dengan baik jika tv
tidak lebih besar dari th. Sebab, jika waktu yang diperlukan untuk mengendap
lebih kecil dari waktu yang diperlukan untuk mengalir ke luar kolam atau dengan
kata lain proses pengendapan lebih cepat dari aliran air maka proses pengendapan
dapat terjadi.
Prosentase pengendapan dirumuskan sebagai berikut :
Debit air yang masuk ke dalam pit diasumsikan adalah dari air limpasan
yang mengalir dari ketinggian.
1) Waktu konsentrasi
Jarak yang ditempuh oleh air untuk mengalir di atas permukaan menuju
sump adalah 734 m dengan kemiringan tanah 8,6%. Waktu konsentrasi untuk
sump adalah 8,14 menit.
2) Intensitas curah hujan
Intensitas curah hujan di daerah penelitian sebesar 98,64 mm/jam. Nilai
intensitas curah hujan digunakan dalam perhitungan debit air yang masuk ke
areal bukaan tambang.
3) Daerah tangkapan hujan (catchment Area)
Luas daerah tangkapan hujan dihitung dengan menggunakan program
Autocad 2008. Besarnya luas daerah tangkapan hujan adalah 0,8 km.
4) Koefisien air limpasan
Nilai koefisien limpasan (C) untuk kajian teknis sistem penyaliran adalah
0,75 dengan pertimbangan bahwa kondisi pada lokasi penelitian adalah dasar
pit dan jenjang (pit floor and bench).
Debit air lampisan adalah debit air hujan rencana dalam suatu daerah
tangkapan hujan yang diperkirakan akan masuk ke dalam lokasi tambang.
Perhitungan debit air limpasan menggunakan persamaan rasional :
3.1.5. Sump
Air yang terkumpul pada sump akan dipompakan keluar pit. Pompa yang
digunakan adalah 1 unit pompa tipe Mutiflo 390. Kapasitas pompa Multiflo 390
yaitu 300 l/detik, dengan RPM maksimal adalah 1120. Kemampuan head total
pompa ini adalah 130 m dengan tingkat efisiensi 70%. Grafik performance
pompa, diketahui kapasitas pompa (Q) yang digunakan adalah 480 m, total head
(julang) yaitu 74,2 m.
3.1.7. Saluran
Air yang masuk ke sump kemudian dipompa keluar dari tambang dan
dialirkan melewati saluran terbuka menuju kolam pengendapan. Hasil pengamatan
di lapangan, saluran terbuka yang ada berada pada sebelah barat sump, sehingga
air dipompa kearah barat menuju saluran terbuka. Saluran yang digunakan adalah
saluran berbentuk trapezium karena lebih mudah dalam pembuatan dan
perawatannya, baik dengan tenaga manusia maupun dengan alat-alat mekanis .
Kelebihan bentuk ini dapat menampung volume air yang lebih besar. Penentuan
dimensi saluran terbuka menggunakan persamaan Manning.
a. Metode Siemens
4. Super Conducting
2.7. Perhitungan
Kadar
Dalam hal ini perhitungan kadar akan di titik beratkan pada mineral utama
pasir besi yaitu Si, S, Cr, Mn, Ti, Al, Fe, C.
Derajat Kemagnetan
Perhitungan Derajat kemagnetan akan dilakukan dengan alat magnetic
separator dimana pasir besi yang tertarik oleh magnet akan dibagi dengan
jumlah keseluruhan feed kemudian dikalikan 100%. Dalam hal ini derajat
kemagnetan tidak dipengaruhi/ terlepas dari derajat liberasi.
Material Balance
Perhitungan Material Balance ditujukan untuk menjadi indicator
kesetimbangan.
Nisbah Konsentrasi
adalah salah satu kriteria keberhasilan pengolahan. Dengan rumus Feed
dibagi dengan C (berat konsentrat) K=F/C
% Kehilangan
Perhitungan persen kehilangan dapat dilakukan dengan rumus F (C+T)
atau feed dikurangi konsentrat ditambah tailing
% Loose
Yaitu indikator banyaknya tailing pada masukan atau feed. % loose adalah
tailing dibagi dengan feed.
% Recovery
Yaitu salah satu indikator keberhasilan PBG dimana bila nilai % recovery
tinggi maka tingkat keberhasilan PBG semakin tinggi. %R = C.c / F.f
Diagram Analitik
Dimana di akhir pengolahan data akan dilakukan pembuatan diagram
untuk menganalisis hasil dari penelitian.
Barry A. Wills, James Finch. 2016. Wills Mineral Proccesing Technology (Eight
Edition). Elsevier ltd. UK.