www.kotatanpakumuh.id
PETUNJUK
PELAKSANAAN
PROGRAM
KOTAKU
TINGKAT
KELURAHAN/DESA
TAHUN
2016
Diterbitkan Oleh:
Petunjuk
Pelaksanaan
ini
adalah
turunan
dari
Pedoman
Teknis
Program
KOTAKU.
Pedoman
Teknis
menyajikan
panduan
dan
informasi
menyeluruh
tentang
program
KOTAKU
bagi
seluruh
pemangku
kepentingan
di
tingkat
pusat,
Provinsi,
Kabupaten/Kota,
masyarakat
dan
sebagainya.
Semua
hal
yang
diatur
dalam
pedoman
teknis
namun
tidak
dimuat
dalam
pedoman
ini
secara
otomatis
berlaku
untuk
penyelenggaraan
program
di
tingkat
Desa/Kelurahan
seperti
misalnya
Kerangka
dasar
pengelolaan
pengamanan
lingkungan
dan
sosial;
Kerangka
rencana
aksi
tata
kelola
pemerintahan
yang
baik;
serta
Penanganan
pengaduan
dan
pengelolaan
konflik.
1.3
TUJUAN
Tujuan
petunjuk
pelaksanaan
ini
mengacu
pada
tujuan
program
dalam
Pedoman
Umun
KOTAKU.
1.5
KELUARAN
a. Tersusunnya
Dokumen
Rencana
Penataan
Lingkungan
Permukiman
(RPLP)
dengan
kedalaman
Rencana
Teknis
permukiman
kumuh
prioritas
tingkat
kelurahan/desa
dan
atau
antar
kelurahan/desa
dibawah
koordinasi
pemerintah
kecamatan.
Perencanaan
RPLP
disusun
terpadu
dengan
perencanaan
penanganan
permukiman
kumuh
tingkat
Kabupaten/Kota
(RP2KPKP,
RKPKP,
SIAP
dan
perencanaan
sejenis).
Hasil
perencanaan
disajikan
pada
peta
dengan
skala
ketelitian
1:500
sd
1:1000
b. Tersusunnya
Rencana
Teknis
Penataan
Lingkungan
Permukiman
kumuh
(RTPLP)1
tingkat
kelurahan/desa
dan
atau
antar
kelurahan/desa
dibawah
koordinasi
pemerintah
kecamatan.
Perencanaan
Teknis
ini
disusun
bilamana
dari
hasil
kajian
kawasan
prioritas
ditetapkan
dan
disepakati
untuk
menyusun
dokumen
perencanaan
teknis
tersebut.
Perencanaan
Teknis
disajikan
pada
peta
dengan
skala
ketelitian
1:1000
c. Tersusunnya
Aturan
Bersama
(AB),
rencana
pengelolaan
kawasan,
termasuk
di
dalamnya
kelembagaan
yang
mengelola
lingkungan
permukiman;
d. Terlaksananya
pembangunan
infrastruktur
dan
pelayanan
dasar
sesuai
standar
pelayanan
minimum
permukiman2;
e. Menurunnya
luas
permukiman
kumuh
menjadi
0
Ha;
1
Untuk
desa,
RPLP
dan
RTPLP
menjadi
bagian
yang
dari
RPJM
Desa
dan
RKP
Desa
atau
Renstra
Kecamatan.
Pengertian
RPLP
dengan
kedalaman
rencana
teknis
dan
RTPLP
dapat
dilihat
pada
Bab
3
Tahapan
Program
Kotaku
tingkat
2
Standar
pelayanan
minimum
permukiman
mengacu
pada
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
No.
1
Tahun
2014
tentang
Standar
Pelayanan
Minimal
Bidang
Pekerjaan
Umum
dan
Penataan
Ruang
1.6 PRINSIP-PRINSIP
Selain
prinsip-prinsip
yang
sudah
disebutkan
dalam
Pedoman
Umum
KOTAKU,
di
bawah
ini
prinsip-prinsip
penataan
permukiman
di
tingkat
kelurahan/desa:
a. Berorientasi
pada
pembangunan
manusia
dan
aktifitasnya
Penataan
permukiman
mengakomodasi
pembangunan
manusia
-
masyarakat
penghuninya
dan
kegiatan
yang
ditimbulkan
dalam
bermukim.
Kegiatan
sosial,
ekonomi
dan
lingkungan/infastruktur
(SEL)
dalam
penataan
lingkungan
permukiman
harus
berorientasi
pada
peningkatan
kualitas
hidup
masyarakat
penghuninya.
b. Penataan
permukiman
berbasis
komunitas
Masyarakat
kelurahan/desa
merupakan
salah
satu
pelaku
utama
pembangunan
tingkat
kelurahan/desa.
Masyarakat
mempunyai
hak
dan
kewajiban
untuk
seluruh
proses
pengambilan
keputusan
berkaitan
dengan
penataan
lingkungan
permukimannya,
mulai
dari
persiapan,
perencanaan,
pelaksanaan,
operasi
&
pemeliharaan,
dan
keberlanjutan
program.
Masyarakat
dimampukan
untuk
berpartisipasi
aktif
dan
bekerja
bersama
dengan
pemerintahan
kelurahan/desa,
antar
pemerintah
kelurahan/desa
dibawah
koordinasi
pemerintah
kecamatan
dan
kelompok
peduli
dalam
penataan
lingkungan
permukimannya.
Masyarakat
kelurahan/desa
merupakan
bagian
dari
masyarakat
kabupaten/kota.
Masyarakat
bukan
hanya
berperan
di
kawasan
prioritas
dan
tingkat
kelurahan/desa,
namun
juga
berperan
di
tingkat
kabupaten/kota.
Partisipasi
masyarakat
di
tingkat
kelurahan/desa
harus
dikaitkan
dengan
kepentingan
penataan
permukiman
antar
kelurahan/desa
dibawah
koordinasi
pemerintah
kecamatan
dan
kepentingan
di
tingkat
kabupaten/kota
secara
menyeluruh
dan
terpadu.
c. Penataan
permukiman
kelurahan/desa
merupakan
urusan
bersama
Permukiman
kelurahan/desa
merupakan
bagian
dan
pembentuk
wajah
permukiman
kabupaten/kota.
Pemerintah
pusat,
pemerintah
daerah,
pemerintahan
kelurahan/desa
dan
kecamatan,
BKM/LKM,
kelompok
peduli,
serta
masyarakat
harus
aktif
berpartisipasi
dan
bekerja
bersama
dalam
kegiatan
penataan
lingkungan
permukiman
tingkat
kelurahan/desa
tersebut,
utamanya
penanganan
permukiman
kumuh.
Demikian
pula
sebaliknya,
penataan
permukiman
tingkat
kelurahan/desa
atau
antar
kelurahan/desa
merupakan
bagian
dari
penataan
permukiman
tingkat
kabupaten/kota.
Seluruh
proses
kegiatan
penataan
permukiman
yang
melibatkan
pelaku
tingkat
kelurahan/desa
perlu
memperhatikan
kepentingan
yang
lebih
luas
dari
sekedar
kelurahan/desanya,
yaitu
kepentingan
wilayah
3
Untuk
kelurahan/desa
yang
belum
memiliki
BKM/LKM
akan
difasilitasi
oleh
tim
faskel
sesuai
rekomendasi
Pemerintah
Kab/Kota
dengan
pembiayaan
dari
APBD
BAB
II
Komponen
Program
BAB
III
Penyelenggaraan
1. Tahap
Persiapan
2. Tahap
Perencanaan
3. Tahap
Pelaksanaan
4. Tahap
Keberlanjutan
Tahapan
tersebut
dapat
berulang
secara
dalam
kurun
waktu
tertentu
mengikuti
tahapan
kegiatan
perencanaan
pembangunan
regular.
Gambar
2.3.
Tahapan
I
Persiapan
Program
KOTAKU
Tingkat
Desa/Kel
.
Tahap
persiapan
dilaksanakan
untuk
membangun
kapasitas,
peran
dan
kontribusi
Pemerintah
kecamatan,
pemerintah
Desa/Kelurahan,
masyarakat
dan
pemangku
kepentingan
pembangunan
Desa/Kel
dalam
peyelenggaraan
kolaborasi;
menyepakati
penyebab
utama
kekumuhan
dan
menggalang
komitmen
kumuh
menjadi
musuh
bersama
yang
harus
ditangani;
Tahap
persiapan
meliputi
dua
kegiatan
utama,
yaitu:
(1)
sosialisasi
yang
dilakukan
melalui
berbagai
kegiatan
termasuk
lokakarya
orientasi
tingkat
Desa/Kel
,
(2)
Pembentukan/Penguatan
TIPP,
Sebagai
bahan
sosialisasi,
pemerintah
Kec/Desa/Kel
memulai
dengan
mempersiapkan:
Identifikasi
pelaku
yang
sekiranya
terkait
dengan
isu
kekumuhan
di
Kecamatan
maupun
di
desa/kelurahan
dan
dokumen-dokumen
perencanaan.
Pelaku
tersebut
akan
berkumpul
dalam
Tahapan
sosialisasi
awal
program
KOTAKU
dilakukan
melalui
berbagai
kegiatan,
berbagai
media
dan
dilakukan
dari
tingkat
Kecamatan/Desa/Kel
hingga
ke
tingkat
lingkungan
dengan
target
sebanyak
mungkin
warga
kota
tahu
dan
memahami
program
KOTAKU.
4
Relawan
dapat
berpartisipasi
di
seluruh
tahapan
Program
KOTAKU
atau
pada
tahapan
tertentu
yang
menjadi
keahlian,
kesediaan
atau
komitmennya.
Misalnya,
relawan
untuk
Tim
Inti
Perencanaan
Partisipatif
(TIPP)
Tujuan
1. Terlaksananya
review
kelembagaan
di
tingkat
kelurahan/desa
yang
bertanggungjawab
untuk
merencanakan
penataan
permukiman
secara
partisipatif.
2. Berfungsinya
lembaga
perencanaan
partisipatif
permukiman
yang
ada
di
kelurahan/desa
atau
Tim
Inti
Perencanaan
Partisipatif
(TIPP).
3. Terlaksananya
penguatan
kapasitas
lembaga
perencana/TIPP,
lurah/kades,
camat
dan
BKM/LKM
untuk
memberikan
peningkatan
pengetahuan,
pemahaman,
dan
keterampilan
dalam
memfasilitasi
perencanaan
partisipatif
penataan
lingkungan
permukiman.
4. Terbangunnya
komitmen
dan
rencana
kerja
lembaga
perencana/TIPP
untuk
melaksanakan
program
KOTAKU
dengan
sepenuh
hati,
mencurahkan
5 Tahapan Review Kelembagaaan dapat diselenggarakan bersamaan dengan Lokakarya sosialisasi awal dan RKM
6
Untuk
status
administrasi
desa,
Review
Kelembagaan
dapat
mengkaji
Tim
Penyusun
RPJM
Desa
yang
ada
sudah
apakah
memenuhi
syarat,
komitmen
dan
kapasitas
sebagai
perencana
permukiman
tingkat
desa.
7
Tahapan
ini
dapat
dilakukan
bersamaan
dengan
tahap
penggalangan
relawan
dan
agen
sosialisasi
saat
sosialisasi
awal.
Penanggung
jawab
perencanaan
penanganan
permukiman
kumuh
di
tingkat
kelurahan/desa
adalah
lurah/kepala
desa,
sedangkan
permukiman
kumuh
antar
kelurahan/desa
dalam
pelaksanaannya
dibawah
koordinasi
pemerintah
kecamatan.
Pelaksanaan
penanganan
permukiman
kumuh
kelurahan/desa
dibantu
oleh
BKM/LKM,
TIPP,
serta
lembaga
yang
ada
di
kelurahan/desa
atau
di
wilayah
kecamatan.
Masyarakat
bekerja
bersama
dengan
pemerintah
kelurahan/desa,
kecamatan,
dan
kota/kelurahan
dengan
didampingi
fasilitator
dan
tenaga
ahli
terlibat
aktif
dalam
seluruh
proses
pengambilan
keputusan
perencanaan
partisipatif
ini.
Persiapan
perencanaan
ini
adalah
tahapan
kegiatan
yang
menjadi
kunci
utama
sehingga
kegiatan
yang
lainya
dalam
penyusunan
perencanaan
menjadi
terarah
dan
sesuai
harapan,
adapun
tahapan
persiapan
perencanaan
ini
meliputi
kegiatan;
1.
Membangun
visi
permukiman
Kab/Kota,
2.
Refleksi
Perkara
Kritis
Kumuh
Kota,
3.
Konsolidasi
Data
Permukiman
Kumuh
Perkotaan
Terbangunnya
visi
&
Misi
atau
gagasan
dan
cita-cita
masyarakat
untuk
Tujuan
mewujudkan
kondisi
ideal
kawasan
permukiman
kelurahan/desa
yang
layak
huni
dan
berkelanjutan
Metode
Rembug,
diskusi
kelompok
terarah
(Focus
Group
Discussion/FGD),
dan
kegiatan
inovatif
lain.
Tahapan
1. Melakukan
coaching/on
the
job
training
(OJT)
mengenai
membangun
visi
Proses
dan
misi
permukiman
kepada
perangkat
kelurahan/desa,
TIPP,
BKM/LKM.
2. Menyusun
rencana
dan
jadwal
pelaksanaan
membangun
visi
&
misi
permukiman.
3. Melakukan
sosialisasi
kegiatan
membangun
visi
&
misi
Permukiman
melalui
berbagai
media.
4. Melakukan
kegiatan
membangun
visi
&
misi
permukiman
melalui
serangkaian
rembug
dan
kegiatan
lainnya.
Proses
membangun
visi
&
misi
Permukiman
ini
dapat
dilaksanakan
dengan
berbagai
cara
dan
metode
seperti
FGD,
perlombaan,
maupun
ide-ide
kreatif
lainnya.
Visi
&
misi
Permukiman
tingkat
kelurahan/desa
harus
sejalan
dengan
visi/misi
kelurahan/desa
di
dalam
Renstra
Kecamatan
/
RPJM
Desa.
5. Melakukan
lokakarya
tingkat
kelurahan/desa
untuk
menetapkan
visi
&
misi
permukiman
serta
komitmen
untuk
pencapaian
visi
&
misi
permukiman
tersebut.
8
Hasil
baseline
100-0-100
berupa
Profil
Permukiman
Kelurahan/Desa
digunakan
sebagai
bahan
penggerak
diskusi
FGD
RPK.
Kegiatan
Pemetaan
Swadaya
adalah
proses
tindaklanjut
dari
kegiatan
konsolidasi
data,
meliputi:
kegiatan
pengumpulan
dan
melengkapi
kekurangan
data,
identifikasi
dan
kajian
persoalan,
kendala
serta
potensi
yang
dilakukan
oleh
TIPP
bersama
warga
masyarakat
terhadap
kondisi
riil/eksisting
kawasan
permukiman
diwilayah
kelurahan/desa.
Proses
pemetaan
swadaya
utamanya
mencakup
kegiatan
persiapan
dan
pelaksanaan
PS,
sebagai
berikut:
Catatan:
Data
atau
peta
yang
diperlukan
terkait
isu
permukiman
antara
lain
mencakup
data
kependudukan,
tata
guna
lahan/pola
ruang,
kondisi
dan
keteraturan
bangunan,
status
kepemilikan
tanah,
kondisi
sosial-ekonomi/sumber
penghidupan,
ketersediaan
sarana
prasarana
(khususnya
data
7
indikator
kumuh),
nilai-nilai/budaya
masyarakat,
kelembagaan,
risiko
bencana,
maupun
data-data
lain
yang
tematis
sesuai
kebutuhan
pencapaian
visi
serta
karakteristik
lokal.
Tujuan
1. Memahami
isi
data
base
(base
line)
100
0
100
&
profil
permukiman
termasuk
peta
deliniasi
kawasan
kumuh
2. Melakukan
identifikasi
kelengkapan
dan
akurasi
data
(khususnya
terkait
batas
deliniasi
dan
luas
kawasan
permukiman
kumuh)
3. Melakukan
sinkronisasi
data
antar
Kelurahan/Desa
yang
berbatasan
dan
dengan
data
profil
permukiman
kabupaten/kota
4. Membangun
kesepakatan
untuk
memanfaatkan
data
base
(base
line)
dan
profil
permukiman
sebagai
data
dasar
penyusunan
perencanaan
di
tingkat
kelurahan/desa
Metode
Rembug
,
FGD
Proses
1. Melakukan
coaching/on
the
job
training
mengenai
kegiatan
review
data
base
(base
line
100
0
100)
dan
profil
permukiman
kepada
Lurah/kepala
Desa,
Camat,
TIPP,
BKM/LKM
2. Mempersiapkan
kelengkapan
data
base
(base
line)
100
0
100
dan
profil
permukiman
kelurahan/desa
termasuk
peta-peta
tematiknya.
3. Melakukan
rembug/FGD
untuk
memahami
kelengkapan
dan
akurasi
data
base
(base
line)
100
0
100
dan
profil
permukiman
di
tingkat
Kelurahan/Desa.
4. Melakukan
rembug/FGD
di
tingkat
Kecamatan
untuk
sinkronisasi
data
base
100
0
100
dan
profil
permukiman
antar
Kelurahan/Desa
yang
berbatasan.
Kegiatan
ini
dilakukan
di
wilayah
kelurahan/desa
5. Melakukan
forum
konsultasi
di
tingkat
kota
untuk
menyepakati
b. Identifikasi
persoalan,
potensi
dan
kendala
pengembangan
permukiman
Kegiatan
ini
merupakan
tindak
lanjut
dari
kegiatan
revew
data
profil
permukiman
yang
dapat
dilakukan
secara
berkala
dan
bisa
berulang
untuk
melengkapi
kekurangan
data
hasil
identifikasi
persoalan,
potensi
dan
kendala
pengembangan
permukiman
kelurahan/
desa
dan
antar
kelurahan/desa
sesuai
kebutuhan.
Kegiatan
identifikasi
tersebut
diorientasikan
untuk
mewujudkan
visi,
misi
dan
cita-cita
yang
diharapkan.
Tujuan
Melakukan
identifikasi
persoalan,
potensi
dan
kendala
pengembangan
permukiman
(sosial,
ekonomi,
lingkungan,
nilai-nilai)
untuk
melengkapi
hasil
review
data
base
(base
line)
100
0
100
dan
profil
permukiman
kelurahan/desa
dan
antra
kelurahan/desa
Memberikan
pembelajaran
pada
masyarakat
untuk
melakukan
proses
pemetaan
persoalan
utama,
kendala
dan
potensi
yang
ada
di
wilayah
Kelurahan/Desa
secara
partisipatif,
sebagai
salah
satu
pertimbangan
untuk
mewujudkan
visi
dan
misi
Metode
Rembug
,
FGD,
transek
Survei
Pengumpulan
data
primer,
antara
lain
dilakukan
dengan:
- Pengamatan
Lapang
- Wawancara/kuesioner/FGD
Proses
1.
Menyiapkan
peta
dasar,
profil
Permukiman,
alat
ukur
dan
peralatan
survey
lainnya.
Isi
peta
dasar
dengan
skala
ketelitian
1:5000,
minimal
memuat
:
a. Jaringan
Jaringan
jalan
dan
batas-batasnya
Jaringan
pola
aliran
air
(spt
selokan,
drainase,
sungai,
dsb)
b. Hamparan
Batas-batas
administratif
desa/kelurahan
Batas-batas
lahan/persil
Batas-batas
deliniasi
kawasan
permukiman
kumuh
dan
kawasan
permukiman
yang
berpotensi
menjadi
kumuh.
Batas-batas
kawasan
sesuai
fungsinya
seperti
kawasan
industri,
kebun,
sawah,
bukit,
danau,
sungai,
jurang
dll.
Batas-batas
dataran
rendah
atau
tanah
yang
terendam
air.
Batas-batas
kawasan
khusus
(kuburan,
lindung,
dsb)
c. Bangunan
Bangunan
rumah
yang
masih
berdiri.
Bangunan
khusus
(mesjid,
gereja,
kantor
kelurahan/desa,
dsb)
Sisa-sisa
bangunan
dll.
2.
Menyiapkan
dokumen
peraturan
daerah,
kebijakan
dan
perencanaan-
perencanaan
pembangunan
Kabupaten/kota
yang
akan
mempengaruhi
perkembangan
kawasan
permukiman
tingkat
Desa/Kelurahan,
seperti
RKPKP,
RP2KPKP,
SIAP,Perda
Bangunan
dan
gedung,
Perda
tentang
air
minum,
Standar
permukiman
(SNI),
RTRW,
RDTR,
RTBL,
SPPIP,
RISPAM,
SSK,
dan
perencanaan
lain
yang
terkait.
Data
Kebijakan
ini
penting
sebagai
materi
pendukung
kegiatan
kajian
hasil
PS
3.
Melakukan
Transek
pengamatan
wilayah
Kelurahan/desa
dan
sekitarnya,
khususnya
mengamati
kondisi
kawasan
permukiman.
Pada
tahap
berikutnya
mencatat
temuan
persoalan,
potensi
dan
kendala
pengembangan
kawasan
permukiman
(sosial,
ekonomi
,
lingkungan
dan
nilai-nilai).
Persoalan
bisa
ditimbulkan
dari
dalam
kawasan
permukiman
(faktor
internal)
dan
bisa
juga
karena
dipengaruhi
c. Kajian/analisis
Hasil
Pemetaan
Swadaya
Berbagai
data
yang
sudah
disajikan
dalam
peta,
grafik,
dan
tabel,
pada
tahap
berikutnya
TIPP
melakukan
analisis/kajian-kajian
terhadap
hasil
Pemetaan
Swadaya
tersebut.
Tujuan
analisis
adalah
untuk
menemukenali
dan
merumuskan
berbagai
solusi
penyelesaian
persoalan
dan
mendayagunakan
potensi,
melakukan
sinkronisasi
kajian
kebijakan
perencanaan
dengan
persoalan
serta
memperkirakan
proyeksi
dan
kebutuhan
penanganan
kawasan
permukiman
kumuh
untuk
mewujudkan
visi
dan
misi
permukiman
layak
huni
yang
disepakati
Kegiatan
analisis
yang
dilakukan,
meliputi
analisis
makro
dan
mikro
kawasan.
Tujuan
1. Menemukenali
dan
menyepakati
kawasan
permukiman
kumuh
yang
diprioritaskan
penanganannya
dalam
skala
kota
dan
kawasan
permukiman
kumuh
yang
ditangani
di
tingkat
kelurahan/desa
2. Mewujudkan
sinkronisasi
dan
keterpaduan
pengembangan
permukiman
wilayah
Kelurahan/desa,
antar
kelurahan/
desa
dan
keterpaduan
pengembangan
permukiman
di
wilayah
kabupaten/kota
3. Menyelesaiakan
persoalan
utama
dan
pemanfaatan
potensi
(utamanya
dikawasan
permukiman)
4. Menemukenali
langkah-langkah
pencegahan
tumbuhnya
kawasan
kumuh
baru
di
kawasan
rawan
kumuh
5. Memperkirakan
kebutuhan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
dan
pengembangan
pola
penghidupan
masyarakat/penghuni
6. melakukan
kajian
pengembangan
sosial,
nilai-nilai
terkait
perubahan
prilaku
masyarakat
7. Memberikan
pembelajaran
pada
masyarakat
untuk
melakukan
proses
kajian/analisis
penyelesaian
persoalan
utama
dan
pendayagunaan
potensi
pengembangan
permukiman
di
wilayah
Kelurahan/Desa
secara
partisipatif,
dalam
rangka
mewujudkan
visi,
misi
dan
cita-cita
yang
diharapkan
Metode
FGD,
review
kebijakan,
superimpos
peta
tematik
dan
peta
perencanaan,
analisis
koneksitas
sistem
pelayanan
infrastruktur,
analisis
kebutuhan
sesuai
standar
pelayanan
minimal
dan
SNI
dan
2. Penguatan
TIPP
Melakukan
penguatan
kembali
TIPP,
agar
memahami
dan
mampu
melakukan
penyusunan
perencanaan
yang
lebih
rinci
dan
terukur
dengan
kedalaman
rencana
tapak
(site
plan)
3.2.5.2
Penajaman
Visi
dan
misi
Pada
tahap
ini
dilakukan
dengan
cara
yang
sama
pada
saat
penyusunan
RPLP
dengan
kedalaman
rencana
teknis.
Namun
pada
tahap
ini
tidak
merumuskan
visi
dan
misi
baru,
tapi
lebih
menjabarkan
visi
dan
visi
yang
telah
disepakati
kedalam
alternatif
konsep
dan
gagasan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
kelurahan/desa
3.2.5.3
Pemetaan
Swadaya
di
Kawasan
Prioritas
Pelaksanaan
kegiatan
pemetaan
swadaya
di
kawasan
prioritas
kelurahan/desa
dilakukan
bila
hasil
PS
di
tingkat
Kelurahan/Desa
dan
data
base
line/profil
permukiman
masih
perlu
dilengkapi.
Kegiatan
PS
di
kawasan
prioritas
dilakukan
secara
lebih
rinci
dan
terukur
dan
disajikan
pada
peta
berskala
1:1000
atau
pada
lokasi
tertentu
disajikan
pada
peta
skala
1:500.
Tahapan
yang
dilakukan,
adalah:
Tujuan
1. Melakukan
pemetaan
kondisi
eksisting
kawasan
prioritas
2. Melakukan
identifikasi
persoalan,
potensi
dan
kendala
penataan
dan
peningkatan
kualitas
kawasan
permukiman
kumuh
di
kawasan
prioritas
3. Melakukan
kajian
persoalan,
potensi
dan
kebijakan
perencanaan
pembangunan
tingkat
kota
serta
melakukan
analisis
kebutuhan
penanganan
kawasan
permukiman
kumuh
termasuk
analisis
resiko
bencana.
Pelaksana
TIPP
Peserta
Lurah,
Kepala
Desa,
RT/RW
dan
kelompok
peduli
lainnya
serta
Warga
masyarakat
termasuk
perempuan,
masyarakat
rentan
dan
remaja
Narasumber
Pemerintah
Kabupaten/Kota,
Camat,
city
changer
dan
kelompok
peduli
lainnya
Fasilitator
Tim
Fasilitator
Tahap
berikutnya
TIPP
difasilitasi
dan
didampingi
untuk
melakukann
tahap
kajian
hasil
Pemetaan
Swadaya
Kawasan
Prioritas
RTPLP.
Langkah-langkah
kajian
yang
dilakukan,
seperti
tersaji
pada
matriks
berikut
ini:
Tujuan
1. Mewujudkan
sinkronisasi
dan
keterpaduan
pengembangan/penataan
permukiman
kawasan
prioritas
(RTPLP)
dengan
rencana
permukiman
wilayah
Kelurahan/desa
dan
antar
kelurahan/
desa
(RPLP)
2.
Menyelesaiakan
persoalan
utama
dan
pemanfaatan
potensi
(utamanya
dikawasan
permukiman
prioritas)
3. Memperkirakan
kebutuhan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
di
kawasan
prioritas
4. Memberikan
pembelajaran
pada
masyarakat
untuk
melakukan
proses
kajian/analisis
penyelesaian
persoalan
utama
dan
pendayagunaan
potensi
dalam
rangka
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
di
kawasan
prioritas
secara
partisipatif,
untuk
mewujudkan
visi,
misi
dan
cita-cita
yang
diharapkan
Metode
FGD,
review
kebijakan,
superimpos
peta
tematik
dan
peta
perencanaan,
analisis
koneksitas
sistem
pelayanan
infrastruktur,
analisis
kebutuhan
sesuai
standar
pelayanan
minimal
dan
SNI
dan
analisis
keterpaduan
penyelesaian
persoalan
kawasan
prioritas
dengan
perencanaan
tingkat
kelurahan/desa
dan
antar
kelurahan/desa
dan
kelurahan/desa
Proses
1. Melakukan
kajian
kebijakan
dan
isi
dokumen
perencanaan
kabupaten/kota
yang
mempengaruhi
perkembangan
kawasan
Pelaksana
TIPP
Peserta
Lurah,
Kepala
Desa,
RT/RW
dan
kelompok
peduli
lainnya
serta
Warga
masyarakat
termasuk
perempuan,
masyarakat
rentan
dan
remaja
Narasumber
Pokja
PKP,
Pemerintah
Kabupaten/Kota,
Camat
dan
kelompok
peduli
lainnya
Fasilitator
Tim
Fasilitator
dan
Tim
Korkot
4.
dst....
Setelah
di
lakukan
rencana
Invstasi
dan
pelaksanaan
pembuatan
DED
maka
disarankan
untuk
menindaklanjuti
RPLP/RTPL
menjadi
salah
satu
BAB/Sub
BAB
dari
RPJMDes.
3.2.5.5
Perumusan
Aturan
Bersama
a. Pengertian
Aturan
bersama
adalah
aturan-aturan
kesepakatan
dan
komitmen
warga/komunitas
dikawasan
prioritas
permukiman
kumuh
dan
Kelurahan,
untuk
mewujudkan
lingkungan
permukiman
yang
teratur
dan
layak
huni,
sesuai
kesepakatan
dalam
proses
penyusunan
RTPLP
Kawasan
prioritas
b. Tujuan
Alat
kontrol
bagi
warga/komunitas
untuk
mewujudkan
lingkungan
permukiman
yang
teratur,
aman
dan
sehat
serta
layak
huni.
c. Isi
aturan
bersama
Isi
aturan
bersama
bersifat
tumbuh
dan
dapat
dilengkapi
secara
bertahap
sesuai
kebutuhan.
Untuk
memudahkan
upaya
implementasi
dan
alat
kontrol
pembangunan,
maka
sebaiknya
isi
dokumen
aturan
bersama
dapat
dikelompokan,
sebagai
berikut:
Urusan
pembangunan
dan
penataan
lingkungan
permukiman
kumuh
dan
rawan
kumuh.
Urusan
pengembangan
kegiatan
usaha/ekonomi
lokal
dengan
pola
PPMK/P2B.
Urusan
sosial
dan
pelestarian
nilai
dan
kearifan
lokal.
Urusan
kelembagaan/unit
pengelola
pembangunan.
d. Proses
Perumusan
Aturan
Bersama
Menyusun
kembali
catatan-catatan
hasil
kesepakatan
rembug
warga
pada
saat
proses
penyusunan
RTPLP
Kawasan
Prioritas
kumuh,
kedalam
kelompok
isi
dokumen
aturan
bersama
yang
disepakati,
seperti:
kesepakatan
pengelolaan
sampah,
kesepakatan
sempadan
bangunan,
ketinggian
bangunan,
sempadan
sungai,
kesepakatan
nilai
retribusi
untuk
kegiatan
tertentu,
kesepakatan
penerapan
sanksi
pelanggaran
tingkat
komunitas
dll.
Menggali
dan
menyepakati
nilai-nilai
budaya
masyarakat
(kearifan
lokal)
yang
dapat
melengkapi
dan
memperkuat
isi
Aturan
Kesepakatan
Bersama
a. Pengertian
Rencana
pengelolaan
adalah
dokumen
perencanaan
yang
memuat
aturan-aturan/ketentuan
pengelolaan
hasil-hasil
pembangunan
Kawasan
prioritas
kumuh
dan
Kelurahan
yang
disusun
dan
disepakati
masyarakat,
seperti:
Lembaga
pengelola
pembangunan
Kawasan
prioritas
dan
Kelurahan
yang
dapat
dibagi
kedalam
Bidang
Urusan
Perencanaan,
Bidang
Urusan
Kerjasama
&
Kemitraan
dan
Bidang
Urusan
Pelaksanaan
dan
pemeliharaan
pembangunan
fisik.
b. Tujuan
Membangun
sistem
ditingkat
masyarakat/komunitas
untuk
melaksanakan
fungsi
kontrol,
perencanaan,
pengendalian,
pengawasan
dan
pemeliharaan
hasil-hasil
pembangunan
di
Kawasan
Prioritas
Kumuh
dan
Kelurahan
secara
menyeluruh.
Memastikan
proses
pembelajaran
perencanaan
partisipatif,
kolaborasi
dan
pelaksanaan
pembangunan
dapat
dilanjutkan
oleh
masyarakat
secara
mandiri,
melalui
optimalisasi
peran
dan
fungsi
lembaga
pengelola
pembangunan
kawasan/kelurahan
yang
dibentuk
dan
disepakati
bersama.
Membangun
sistem
yang
mampu
mengendalikan
pengelolaan
hasil-hasil
pembangunan
hanya
dikuasai
kelompok-kelompok
tertentu
yang
tidak
berpihak
pada
upaya
untuk
mewujudkan
kesejahteraan
warga
miskin.
Membangun
kepercayaan
(trust)
kepada
para
pihak
termasuk
dunia
usaha
yang
akan
berkolaborasi
dengan
masyarakat
dalam
merealisasikan
rencana
investasi
yang
telah
disusun
dan
disepakati
masyarakat.
c. Ruang
Lingkup
Rencana
Pengelolaan
Dalam
menyusun
rencana
pengelolaan
setidaknya
berisi
:
Organisasi
Pengelola
antara
lain
:
o Strutur
organisasi
o Peran,
tugas,
fungsi
dan
tanggungjawab
(Job
desc)
o Status
hukum
organisasi
(legalitas)
Aturan
main:
o Mekanisme
pengelolaan
o Kemanfaatan
bagi
orang
miskin
o Strategi
pemasaran
o Mekanisme
kerjasama
dengan
pemanfaat
dan
pihak
ketiga
o Pembagian
keuntungan
Hubungan
antar
lembaga:
6.1
6.2 6.3 6.4 6.5
Perumusan
Skenario Penyusunan Penyusunan Uji Publik Draft Pengesahan
Penanganan RPLP RTPLP RP2KP-KP RPLP/RTPLP
kumuh
Gambar
2.15.
Tahapan
II
Perencanaan
Penyusunan
RTPLP
Melakukan
uji
publik
dokumen
perencanaan
RPLP
dan
RTPLP
secara
bersamaan
di
tingkat
Kabupaten/Kota
dan
Kelurahan/Desa,
untuk
mendapatkan
masukan
dan
koreksi
penyempurnaan
isi
dokumen
perencanaan
tersebut.
Tujuan
Menyelenggarakan
uji
publik
dokumen
RPLP
kedaqlaman
rencana
teknis
di
tingkat
kecamatan
dan
kabupaten/Kota
untuk
memahami
isi
dokumen
perencanaan
kepada
masyarakat
luas
dan
sekaligus
untuk
mendapatkan
masukan
penyempurnaan
kedua
dokumen
perencanaan
tersebut
Metode
Pameran,
Bazar
dan
lain-lain
Proses
1. Melakukan
coaching/on
the
job
training
terkait
penyelenggaraan
uji
publik
dokumen
perencanaan
RPLP
dengan
kedalaman
rencana
teknis
kepada
Lurah/kepala
Desa,
Camat,
TIPP,
BKM/LKM
dan
Pokja
PKP
2. Menyusun
rencana
kegiatan
3. Menyelenggarakan
pameran,
bazar
dokumen
perencanaan
RPLP
dan
RTPLP
6.1
6.2 6.3 6.4 6.5
Perumusan
Skenario Penyusunan Penyusunan Uji Publik Draft Pengesahan
Penanganan RPLP RTPLP RP2KP-KP RPLP/RTPLP
kumuh
Gambar
2.15.
Tahapan
II
Perencanaan
Pengesahan
RPLP
Dokumen
RPLP
yang
telah
disempurnakan
diajukan
oleh
TIPP
kepada
Pokja
PKP
untuk
selanjutnya
diajukan
kepada
Bupati/Walikota
atau
kepada
pejabat
yang
didelegasikan
oleh
Bupati/Walikota
untuk
menandatangani
pengesahan
dokumen
perencanaan
RPLP
dan
RTPLP.
Tahapan
ini
difasilitasi
oleh
tim
Korkot
Gambar
2.16.
Tahapan
III
Pelaksanaan
Program
KOTAKU
Tingkat
Desa/Kel
Tahapan
pelaksanaan
kegiatan
dilaksanakan
setelah
dokumen
RPLP/RTPLP
dan
RA-P2B
disahkan
oleh
pihak
yang
berwenang.
Kegiatan
yang
dilaksanakan
merupakan
kegiatan
yang
tertera
di
RPLP/RTPLP
dan
RA-P2B
serta
merupakan
kegiatan
prioritas
penanganan
permukiman
kumuh
yang
sudah
ditetapkan
sebelumnya.
Adapun
sumber
pembiayaan
kegiatan
pembangunan
dapat
berasal
dari
beberapa
sumber
diantaranya
:
1. APBN/
Bantuan
dana
investasi
2. APBD
3. APB
desa
4. Swasta
5. Swadaya
6. Dll
Pelaksanaan
tingkat
kelurahan/desa
meliputi
kegiatan
ekonomi,
social,
dan
infrastruktur,
antara
lain
sbb:
Pelaksanaan
kegiatan
umum
dapat
dilakukan
secara
tahunan
atau
berdasarkan
kebutuhan.
Prioritas
kegiatan
yang
akan
dilaksanakan
diseleksi
berdasarkan
kriteria
berbasis
kebutuhan
dan
2. Pelaksanaan
Konstruksi
tingkat
kelurahan/desa
Tabel
21.
Kegiatan
Pelaksanaan
Konstruksi
tingkat
kelurahan/desa
Tujuan
Terlaksananya
kegiatan
konstruksi
agar
terbangun
infrastruktur
skala
kelurahan/desa
yang
berkualitas,
berfungsi,
dan
dimanfaatkan
dengan
baik.
Metode
Pelaksanaan
konstruksi,
monitoring,
pencatatan
pelaporan
Proses
1. Melakukan
coaching/on
the
job
training
mengenai
pelaksanaan
kegiatan
konstruksi
agar
terbangun
infrastruktur
skala
kelurahan/desa
yang
berkualitas,
berfungsi,
dan
dimanfaatkan
dengan
baik
kepada
perangkat
kelurahan/desa,
TIPP,
BKM/LKM,
Unit
Pengelola
Lingkungan
(UPL).
2. Melakukan
sosialisasi
kegiatan
pelaksanaan
kegiatan
infrastruktur
skala
kelurahan/desa
melalui
berbagai
media.
3. Melaksanakan
penyusunan
rencana
kerja
konstruksi.
Untuk
infrastruktur
kelurahan/desa
yang
terkait
dengan
infrastruktur
skala
kota/kabupaten
atau
infrastruktur
yang
berada
di
wilayah
kelurahan/desa
lain,
maka
rencana
kerja
konstruksi
harus
memperhatikan
sinergi
waktu
dan
sumber
daya
pelaksanaaan
konstrusi
untuk
seluruh
infrastruktur
tersbut.
4. Penggalangan
relawan
pemantau
konstruksi.
Relawan
ini
bersama-sama
dengan
BKM/LKM
dan
lurah/kades
berperan
untuk
turut
memastikan
pelaksanaan
konstruksi
dilaksanakan
dengan
baik.
5. Pelaksanaan
konstruksi.
6. Penyusunan
laporan
pertanggungjawaban
pekerjaan
konstruksi,
baik
pembukuan
keuangan
maupun
pelaporan
infrastruktur.
7. Serah
terima
asset
infrastruktur,
jika
pendanaan
bersumber
dari
APBD
dan/atau
APBN.
8. Melakukan
sosialisasi
hasil
persiapan
pelaksanaan
kegiatan
investasi
infrastruktur
skala
tersier/lingkungan.
Keluaran
1. infrastruktur
skala
kelurahan/desa
yang
berkualitas,
berfungsi,
dan
dimanfaatkan
dengan
baik
2. laporan
pertanggungjawaban
kegiatan
infrastruktur
Pelaksana
1. UPL
2. KSM/panitia
pelaksana
3. Relawan
pemantau
kegiatan
konstruksi
Peserta
KSM/panitia
pelaksana,
relawan
Gambar
2.17.
Tahapan
IV
Keberlanjutan
KOTAKU
Tingkat
Desa/Kel
Tahapan
keberlanjutan
ini
diartikan
sebagai
tahap
setelah
pelaksaaan
lapangan
dilakukan
meskipun
demikian
hal
tersebut
tidak
dapat
terjadi
dengan
sendirinya,
melainkan
harus
diupayakan
sejak
awal
proses
dari
tahapan
persiapan,
perencanaan
dan
pelaksanaan
di
mana
di
dalamnya
ada
tahapan
monitoring
dan
evaluasi.
Upaya
keberlanjutan
pada
program
ini
diuraikan
sebagai
berikut:
3.
Proses
penyusunan
RPJM
Desa
Dalam
Sistem
Penganggaran
Daerah
Sebagian
wilayah
sasaran
program
KOTAKU
adalah
wilayah
Desa
yang
telah
di
atur
sistem
penganggaran
daerah.
Sistem
penganggaran
pembangunan
Desa
secara
otonom
memiliki
alokasi
anggaran
pembangunan
Desa
untuk
berbagai
sektor
yang
mendorong
kemajuan
pembangunan
desa
tersebut.
Penganggaran
pembangunan
ini
tentunya
termasuk
juga
untuk
merealisasikan
program
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh.
Proses
penyusunan
RPJM
Desa
secara
jelas
disajikan
pada
gambar
berikut
ini:
5.
Proses
Integrasi
RPLP
Kedalam
RPJM
Desa
Sebagai
penjabaran
dari
kedudukan/Posisi
RPLP
dalam
muatan
RPJM
Desa,
dapat
memberipeluang
kemudahan
untuk
melakukan
integrasi
isi
perencanaan
peningkatan
kualitas
permukiman
kumuh
(RPLP)
kedalam
dokumen
RPJM
Desa
sampai
pada
penyusunan
RKP
dan
akhirnya
diharapkan
dapat
untuk
mengakses
anggaran
pembiayaan
pembangunan
Desa
melalui
proses
Musrenbang
Desa,
seperti
tersaji
pada
gambar
berikut
ini:
BAB
IV
Peran
Pelaku
KOTAKU
Tingkat
Kelurahan/Desa