Anda di halaman 1dari 17

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DAN NON BAKU DI LING

KUNGAN
SEKITAR

YUSNIA SATYAWATI HARDININGTYAS


Prodi Arsitektur
Jurusan Arsitektur
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstrak

Penulisan kata yang benar merupakan suatu hal ya


ng
sangat penting, terutama dalam Bahasa Indonesia. Deng
an
adanya bahasa, manusia dapat saling berinteraksi
dan
berkomunikasi satu sama lain dengan mudah. Pengguna
an
bahasa sebenarnya memiliki peraturan-peraturan baku ya
ng
telah ditentukan sesuai EYD. Namun, masyarakat saat
ini
kurang memperhatikan keberadaan aturan-aturan terseb
ut.
Sehingga muncullah berbagai macam kata non-baku y
ang
sering digunakan oleh masyarakat dalam bahasa sehari-
hari.
Dan hal ini telah berkembang seiring dengan perkemban
gan
zaman. Hal ini tersebar karena penggunaan bahasa non-
baku
secara turun temurun dari satu orang ke orang lainnya y
ang
disampaikan melalui interaksi dan komunikasi. Hal itu mun
cul
karena kurangnya pengetahuanmasyarakat terhadap
peraturan tersebut. Hingga kini masyarakat lebih mem
ilih
menggunakan bahasa non-baku daripada bahasa baku
karena
mudah dipahaminya bahasa non-baku. Dengan adany
a
pemberitahuan dan penjelasan mengenai kata baku dan n
on-
baku, masyarakat diharapkan dapat dengan menggunakan d
an
memahami kata-kata baku tersebut dalam bahasa sehari-
hari.

Kata kunci: kata, baku, non-baku, masyarakat, bahasa, ejaan

I. PENDAHULUAN
Kata merupakan suatu hal yang
bermakna, terutama dalam
pembelajaran bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat beri
nteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain. Bahasa Indonesia memiliki aturan
-aturan baku

dalam penggunaannya sehingga muncullah kata-kata baku dalam


penggunaan
bahasa Indonesia, namun dalam prakteknya hingga sekarang masih
sering terjadi
penyimpangan penggunaan bahasa dari aturan baku yang telah dite
ntukan. Kata-
kata yang ada dalam bahasa haruslah ditulis dengan benar dan
tepat sesuai
dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Sekarang ini, banyak sekali orang-orang khususnya para r
emaja yang
menyampaikan dan menuliskan kata-kata tertentu tidak tepat dan
tidak sesuai
dengan EYD atau bisa juga disebut kata non-baku. Hal itu bany
ak diterapkan
pada kehidupan sehari-hari karena kata non-baku lebih mudah
dipahami jika
dibandingkan dengan pemakaian kata baku pada sebuah bahasa da
n kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap ragam bahasa baku.
Pemahiran ragam tinggi diperoleh lewat pendidikan.Kalau pe
nutur dan
penulis teladan bahasa,tidak perlu dicari pada elit kekuasaan
saja, justru
terhadap perilaku kebahasaan pejabat-pejabat dapat dicapai
dan dikritik
dikalangan masyarakat dan menaruh minat
pada pengembangan dan
pembinaan. Kenyataan initidak berarti bahwa yang bukan pe
jabat seperti
golongan jurnalistik dan sastrawan lebih banyak dapat diteladani. Na
mun, secara
potensial keduanya dapat merupakan saluran yang amat baik bagi p
emercepatan
pemantapan norma bahasa. (Moeliono, 1981: 91)
Variasi atau ragam bahasa ada dua pandangan:
Pertama variasi atau ragam bahasa itu dilihat sebagai ak
ibat adanya
keragaman sosial penutur bahasa itu dan keanekaragaman fungs
i bahasa itu.
Jadi, variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai akibat adan
ya keragaman
sosial dan keragaman fungsi bahasa.
Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk
memenuhi
fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat y
ang beraneka
ragam. (Chaer, 1995: 81)

Penggunaan kata non-baku dan kata baku juga dipengaruhi


oleh faktor
waktu dan kondisi. Oleh karena itu, penulis akan menyampaik
an beberapa
penulisan ejaan yang benar dan sesuai dengan EYD.

II. PENULISAN BAHASA BAKU


Melihat dari perkembangan zaman saat ini, banyak sekali
masyarakat
yang kurang memahami penulisan kata yang benar dan sesuai den
gan EYD. Hal
ini dikarenakan kurangnya media pembelajaran yang disamp
aikan kepada
masyarakat. Kesalahan penulisan ini sering terjadi, baik pada t
ulisan catatan
sehari-hari maupun pada penulisan surat yang bersifat formal.
Padahal penulisan
pada surat-surat resmi seharusnya sesuai dengan EYD atau
menggunakan bahasa
baku. Penerapan kata-kata non-baku dalam sebuah bahasa biasa
nya terdapat
pada catatan-catatan pribadi atau diary yang ditulis oleh seseora
ng. Selain itu,
kata-kata non-baku tersebut juga digunakan sebagai bahasa seha
ri-hari dalam
berbicara dan bergaul. Hal itu dilakukan dengan alasan mudahnya
pemahaman
terhadap kata non-baku dibandingkan dengan kata baku pada b
ahasa sehari-
hari. Pada umumnya, kata non-baku merupakan kata yang tidak
menjadi standar
dalam penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. K
ata non-baku
sudah pasti tidak akan ditemukan dalam KBBI ( Kamus Besar Bahas
a Indonesia)
karena yang terdapat dalam KBBI hanyalah kata-kata baku yang
sesuai dengan
EYD yang telah ditentukan.
Sedangkan untuk bahasa baku sifatnya lebih sulit untuk di
pahami dan
dimengerti dan lebih cenderung tidak komunikatif jika dibandin
gkan dengan
bahasa non-baku. Penerapan bahasa baku ini biasanya terdapat
dalam penulisan
proposal dan makalah. Selain itu, seharusnya bahasa baku juga digu
nakan dalam
seminar, pidato, kajian, dan hal-hal lainnya yang bersifat formal.
Pada dasarnya,
bahasa Indonesia baku merupakan variasi atau ragam bahasa y
ang dijadikan
ragam bahasa resmi suatu kenegaraan atau pun kedaerahan serta
usaha-usaha
pembinaan dan pengembangan yang dilakukan secara terus mener
us yang biasa
3
disebut dengan standardisasi bahasa. Seperti bahasan sebelumn
ya, pelafalan
suatu bahasa bisa juga dipengaruhi oleh logat dari daerah masing-
masing.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut:


1. Pelafalan sebagai bagian fonologi bahasa Indonesia baku
adalah
pelafalan yang relatif bebas dari atau sedikit diwarnai ba
hasa
daerah atau dialek.
2. Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain se
b agai
KATA NON-BAKU KATA BAKU bagian morfologi bahasa In
d Pebruari Februari onesia baku ditulis atau diu
c Nopember November apkan
Nasehat Nasihat secara jelas dan tetap di d
a Antri Antre lam kata. (Qifli, Zul, 2012:
2 Pondasi Fondasi )

Tiga langkah yang harus ditempuh dalam usaha pembakuan bahasa.

Kodifikasi, yaitu himpunan dari hasil pemilihan mana lebih

baik antara satu bahasa dengan bahasa lainnya.

Elaborasi, yaitu penyebarluasan hasil kodifikasi.

Iplementasi yaitu proses terakhir dalam usaha pembakuan

bahasa. (Fachruddin, 1987: 20-22)

Berikut beberapa contoh tentang kata non-baku dan kata


baku yang
biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari:
Karir Karier
Metoda Metode
Resiko Risiko
Obyek Objek
Tandatangan tanda tangan
Terimakasih terima kasih
Apotik Apotek
Subyek Subjek
4
Walikota wali kota
Ijasah Ijazah
Exsterior Eksterior
Standarisasi Standardisasi
Fariasi Variasi
Aktifitas Aktivitas
Sistim System
Telor Telur
Beaya Biaya
Pedato Pidato
Berobah Berubah
Kata telor biasanya sering digunakan oleh para penjual. Pe
njual sering
kita lihat di pinggir-pinggir jalan sehingga tulisan tersebut sering
kita lihat ketika
kita melintasi jalan tersebut. Bagi orang awam yang tidak menge
tahui tentang
penulisan kata baku dan kata non-baku dalam bahasa Indonesia,
orang tersebut
akan menganggap kata tersebut sebagai kata baku yang biasa di
gunakan oleh
warga di Indonesia. Penulisan kata wali kota sering digab
ung. Padahal
penulisan itu terdapat dalam tulisan resmi atau formal. Dari penulisa
n ini, sangat

terlihat bahwa pengetahuan orang-orang Indonesia mengenai


pemahaman
terhadap pemakaian kata baku dalam suatu bahasa sangatlah
kurang. (ASM.
(ASM.2)
Romli, 2009: Romli, 2009: 1
)
Kata tanda tangan dan terima kasih pada surat resmi j
uga banyak
yang penulisannya salah, yaitu penulisannya digabung, seperti tand
atangan dan
terimakasih. Orang-orang yang membacanya tidak begitu m
enggagas hal
tersebut. Yang mereka gagas hanyalah isi dari surat tersebut. Namun
, hal ini akan
berbeda jika surat ini dibaca oleh seseorang yang memahami tenta
ng penulisan
kata baku dan non-baku. Orang tersebut akan akan mengoreksi
kesalahan yang
ada pada tulisan tersebut. (ASM. Romli, 2009: 2)
Kata baku dan non-baku juga berhubungan dengan per
soalan tata
bahasa dan kaidah penulisan.
Contoh :
Penulisan antar kota antar provinsi pada angkutan um
um adalah
salah. Penulisan yang benar yaitu antarkota antarprovinsi.
Penulisan maha dahsyat seharusnya digabung menjadi mah
adahsyat.
Penulisan maha besar seharusnya ditulis mahabesar
Namun, untuk penulisan Yang Maha Esa harus dipisah k
arena frase
tersebut merupakan satu kesatuan dengan kata Yang sebagai kata
ganti Tuhan.
(Ahira, Anne, 2012: 1)
Dalam penulisan karya ilmiah, makalah, proposal, m
aupun esai,
seharusnya diperhatikan dengan benar dan teliti mengenai pen
ggunaan kata
(kata baku atau kata non-baku) karena dalam hal ini penulisan
menggunakan
kata baku dan non-baku akan berdampak pada kualitas tulisan
tersebut. Apabila
dalam tulisan tersebut terdapat kata non-baku dan penulisan k
ata non-baku
tersebut tidak dicetak miring, maka pembaca akan menganggapnya
sebagai kata
baku. Namun, apabila yang membaca merupakan orang yang kriti
s dan benar-
benar memahami persoalan kaidah kebahasaan, maka pembaca t
ersebut akan
merasa terganggu dan berupaya untuk membenarkan tulisan dalam
teks yang ia

baca dengan kata-kata yang seharusnya menggunakan kata baku.


Jika ini terjadi,
maka tulisan yang kita tulis tersebut bisa dianggap remeh oleh pem
baca karena
tidak bisa menuliskan kata-kata baku yang benar sesuai deng
an EYD. Jadi,
sebaiknya apabila kita ingin membuat tulisan, kita harus mengetah
ui penulisan-
penulisan kata baku.
Seperti halnya penulisan kata aktivitas. Tidak sedikit
orang yang
menulis kata tersebut seperti aktifitas. Hal ini terjadi kemun
gkinan besar
karena orang-orang memahami kata dasarnya, yaitu aktif b
ukan aktiv.
Sehingga orang-orang menuliskannya berawal dari kata dasar a
ktif menjadi
aktifitas. Tetapi penulisan yang benar ialah aktivitas. (Ahira, Anne, 20
12: 1)
Namun, apabila kata aktif bertemu dengan imbuhan sepert
i isasi atau
itas, maka bentuk katanya akan menjadi aktivisasi dan aktivitas. K
ata baku dan
kata non-baku bukanlah persoalan yang mudah sebab bahasa
selalu mengalami
perkembangan jadi selalu ada perubahan dalam ilmu bahasa. S
ehingga agar
penulisan makalah atau karya tulis tersebut tetap benar seiring pe
rkembangan
zaman, maka kita harus selalu mengikuti perkembangan bahasa
yang ada di
dunia ini terutama perkembangan bahasa Indonesia saat ini.

III. PERKEMBANGAN BAHASA BAKU DI INDONESIA


Penggunaan bahasa Indonesia saat ini mengalami pen
urunan dan
mendapatkan penilaian yang kurang memuaskan karena orang-
orang Indonesia
lebih menyukai bahasa dari negara asing.
Orang-orang di Indonesia khususnya para remaja
menggunakan bahasa
Indonesia yang tidak baku untuk berkomunikasi dan berinteraksi d
engan orang
lain. Hal ini secara tidak langsung akan membuat sulit orang-
orang tersebut
ketika berada dalam situasi yang formal atau resmi. Dalam situasi ya
ng resmi dan
formal seperti di kantor, mereka dituntut untuk berbicara dengan
bahsa yang
baku, benar, dan sesuai dengan EYD yang telah ditentukan. Meskipu
n pemakaian
kata-kata baku dalam penggunaan bahasa sulit untuk dip
ahami, tetapi
7
penggunaan bahasa baku di situasi formal atau resmi merupaka
n bagian dari
nilai kesopanan yang ada.
Masyarakat di Indonesia lebih sering menggunakan kata-kata
non-baku
dalam penggunaan bahasa sehari-hari, seperti kata-kata yang ada
di dalam tabel
sebelumnya. Kata-kata itu sering digunakan oleh masyarakat Indo
nesia karena
mereka tidak mengetahui salah atau benarnya kata-kata terse
but. Sehingga
masyarakat menggunakan bahasa tersebut karena kenyamanan
pelafalan dan
pemahaman. Pemahaman di sini maksudnya adalah pemahaman y
ang di dapat
dari orang-orang sebelumnya.
Seseorang yang menggunakan kata-kata non-baku dalam
penggunaan
bahasa secara tidak langsung telah menyebarkannya ke masyarakat
luas melalui
interaksi dan komunikasi antara warga sekitar. Hal ini sampai se
karang masih
terjadi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Akibat d
ari hal inilah,
pemakaian bahasa baku dalam bahasa Indonesia pada zaman sekar
ang sangatlah
banyak.
Penggunaan bahasa baku sebaiknya mulai ditanamkan oleh
anak-anak
sejak usia dini sehingga anak-anak tersebut tidak akan kaget dan
kewalahan saat
diperkenalkan dengan penggunaan bahasa baku. Penggunaan
bahasa baku
dalam bahasa sehari-hari secara tidak langsung akan m
embantu dan
mempermudah anak tersebut ketika anak tersebut telah bera
njak remaja,
dewasa, bahkan tua.
Terutama ketika mereka akan melamar pekerjaan. Ketik
a melamar
pekerjaan, mereka harus lolos dari penyeleksian. Penyeleks
ian tersebut
dilakukan dengan beberapa tes. Salah satu tesnya yaitu tes wawanc
ara. Biasanya
tes wawancara ini dilakukan saat ujian terakhir. Jadi, pada tes w
awancara ini
merupakan penentuan diterima atau tidaknya mereka setelah
melalui tes
wawancara tersebut. Dalam tes wawancara ini diperlukan pen
guasaan dan
pengolahan kosa kata yang baik dan benar serta bahasa baku yang s
esuai dengan
EYD yang telah ditentukan.

IV. KESIMPULAN
Dari pembahasan sebelumnya mengenai penggunaan kat
a baku dan
non-bakudalam bahasa sehari-hari, dapat diambil
kesimpulan bahwa
masyarakat di Indonesia lebih suka menggunakan bahasa no
n-baku dalam
bahasa sehari-hari karena bahasa non-baku lebih mudah dipaha
mi dan lebih
komunikatif. Padahal keterpautan bahasa baku dengan materi ya
ng ada pada
media massa menunjukkan bahwa ragam bahasa baku lah yang
paling tepat
digunakan agar bahasa Indonesia mampu berkembang dan me
njadi bahasa
iptek, bahasa sosial, atau pun bahasa pergaulan yang modern.
Ragam bahasa baku akan menuntun pembacanya ke arah c
ara berpikir
yang bernalar, jernih, dan masuk akal. Seseorang yang mempunyai
cara pikir dan
daya nalar yang baik akan mempermudah orang tersebut dalam m
enyeleseikan
sebuah masalah. Di samping itu, penggunaan ragam bahasa yang s
esuai dengan
kaidah yang telah ditentukan atau sesuai dengan EYD akan me
mbantu dalam
perkembangan bahasa Indonesia. Selain itu, penggunaan ejaan kata
pada bahasa
Indonesia juga sangat berpengaruh dalam perkembangan bahasa
Indonesia di
kancah internasional.
Sangat terlihat bahwa penggunaan kata-kata baku dal
am bahasa
Indonesia sangatlah penting untuk kehidupan masyarakat di Indo
nesia karena
masyarakat Indonesia masih kurang dalam pemahaman pengguna
an kata baku
dalam penggunaan bahasa baku. Untuk itu, pembelajaran baha
sa Indonesia
sangatlah penting untuk dipelajari demi kesuksesan yang akan dirai
h untuk masa
depan.
Jika pengetahuan yang didapat dari bahasa Indonesia

V. DAFTAR PUSTAKA
Yasyin, Sulchan. (1997).Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:
Amanah

Badudu, Yus. (1989). Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: CV Pustaka


Utama

M.Moeliono, Anton. (1984). Santun Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pus


taka
Utama

Artikel non-personal. Penjelasan Kata Baku dan Tidak Baku.


http://www.anneahira.com/kata-baku-dan-tidak-baku.htm
Diakses 10 Desember 2012

Asmromli. (2012). Daftar Kata Baku-Tidak Baku.Update!.


http://romeltea.com/daftar-kata-baku-tidak-baku/. Diakses 10
Desember
2012

Qifli, Zul. (2012). Makalah Kata Baku dan Tidak Baku.


http://jamwekerprinciple.blogspot.com/2012/05/makalah-kata-
baku-
dan-tidak-baku.html. Diakses 11 Desember 2012
10

Anda mungkin juga menyukai