OLEH:
BAHARUDDIN ST., MT.
Referensi:
Bambang Setiono Adi, (2008), Nautika Kapal Penangkap Ikan, Untuk SMK
Jilid 3 , Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan, Jakarta.
http://www.imo.org
Evaluasi Pembelajaran
1. Menugaskan mahasiswa mencari struktur organisasi IMO, kedudukan,
serta wewenangnya sebagai bagian dari organisasi perserikatan
bangsa-bangsa.
2. Menugaskan mahasiswa untuk mencari contoh beberapa contoh
kasus kecelakaan kapal yang pernah terjadi dan membuat laporan
hasil investigasi untuk didiskusikan pada pertemuan berikutnya.
BAB III
SAFETY OF LIFE AT SEA (SOLAS)
Sasaran Pembelajaran
Metode Pembelajaran
III.1. Pendahuluan
Atas undangan dari IMCO, di London, Inggris, dari tanggal 21 Oktober sampai 1
November 1974 telah diselenggarakan konferensi yang dihadiri oleh 65 utusan negara
penandatangan, belum termasuk peninjau dari negara-negara bukan penandatangan
dan peninjau dari organisasi-organisasi non-pemerintah. Hasil dari konferensi tersebut
adalah SOLAS 1974 atau of 1974.
Terjadinya suatu kecelakaan kapal, yaitu tenggelamnya S.S. TITANIC milik the
pada pelayaran perdananya dalam tahun 1912 menelan korban lebih
dari 1500 penumpang dan awak kapal meninggal dunia dan musibah ini memunculkan
banyak pertanyaan tentang standar-standar keselamatan yang ada.
Konferensi dihadiri oleh 13 negara dan Konvensi yang dihasilkan disahkan pada
tanggal 20 Januari 1914, menjadi SOLAS yang pertama 1914, yang kedua disahkan
tahun 1929 dan diberlakukan tahun 1933; yang ketiga disahkan tahun 1948 dan
diberlakukan tahun 1952; yang keempat disahkan oleh IMO tahun 1960 dan
diberlakukan tahun 1965; yang kelima adalah versi sekarang (SOLAS 1974) disahkan
IMO tahun 1974 dan diberlakukan tahun 1980.
Konvensi SOLAS dalam bentuk berturut-turut adalah umumnya dianggap sebagai yang
paling penting dari semua perjanjian internasional tentang keselamatan kapal dagang.
Versi pertama diadopsi tahun 1914, sebagai tanggapan terhadap bencana Titanic, yang
kedua pada tahun 1929, ketiga tahun 1948, dan keempat pada tahun 1960.
Konvensi 1960 - yang diadopsi pada tanggal 17 Juni 1960 dan mulai berlaku pada
tanggal 26 Mei 1965 - adalah tugas utama dari IMO setelah Organisasi penciptaan dan
merupakan langkah yang cukup maju dalam modernisasi peraturan dan seiring dengan
perkembangan teknis di industri pelayaran. Tujuannya adalah untuk menjaga Konvensi
up to date dengan perubahan periodik tetapi dalam prakteknya prosedur amandemen
terbukti sangat lambat. Ini menjadi jelas bahwa tidak mungkin untuk mengamankan
berlakunya perubahan dalam jangka waktu yang wajar.
Sebagai hasilnya, baru benar-benar Konvensi diadopsi pada tahun 1974 yang
mencakup tidak hanya perubahan yang telah disepakati sampai tanggal tersebut tetapi
perubahan prosedur baru - prosedur penerimaan diam-diam dirancang untuk
memastikan bahwa perubahan bisa dilakukan dalam waktu yang ditetapkan (dan bisa
diterima pendek) jangka waktu tertentu.
Konvensi SOLAS yang secara terus menerus diperbaiki telah mencakup banyak aspek
tentang keselamatan jiwa dilaut.
Pada konferensi yang diselenggarakan di Geneva yang diprakarsai oleh PBB (UNO),
disahkan satu konvensi tentang pendirian IMCO (International Maritime Consultative
Organization) yang kemudian tahun 1982 menjadi IMO (International Maritime
Organization)
Konvensi SOLAS 1960 (55 negara)
a. Pengawasan dan persyaratan untuk berbagai survey dan sertipikat untuk kapal-
kapal barang 500 GT ke atas yang melayari Internasional Voyages.
b. Setiap negara mengadakan penyelidikan-penyelidikan terhadap kecelakaan dan
memberikan informasi kepada IMO.
c. Beberapa ketentuan yang wajib dipenuhi oleh kapal penumpang mulai
diberlakukan juga bagi kapal barang seperti mengenai tenaga, penerangan
darurat dan perlindungan terhadap bahaya kebakaran.
Aturan 2. Definisi
Aturan berarti aturan-aturan yang berisi dalam lampiran pada konvensi yang
sedang berlaku
Administration berarti pemerintah yang memberikan ijin untuk bendera kapal
dapat dikibarkan
Approved berarti disetujui oleh pemerintah
International voyage berarti perjalanan dari negara ke negara lain yang mengacu
konvensi atau bolak balik
Penumpang adalah setiap orang selain dari:
- awak kapal atau orang yang sedang melaksanakan tugas di atas kapal
- anak-anak di bawah umur satu tahun
Kapal penumpang adalah sebuah kapal yang dapat mengangkut lebih dari 12
penumpang
Kapal barang adalah sebuah kapal yang bukan kapal penumpang
Kapal tanker adalah sebuah kapal yang konstruksinya memungkinkan untuk
mengangkut muatan cair yang mudah terbakar
Kapal ikan adalah sebuah kapal yang digunakan untuk menangkap ikan, ikan
paus, anjing laut atau kehidupan laut lainnya
Kapal nuklir adalah sebuah kapal yang digerakkan dengan tenaga nuklir
Kapal baru adalah sebuah kapal yang lunasnya diletakkan atau dibangun
sesudah tanggal 25 Mei 1980
Existing ship adalah sebuah kapal yang bukan kapal baru
Aturan 3. Pengecualian
Perubahan prosedur
Pasal VIII tahun 1974 Konvensi SOLAS menyatakan bahwa perubahan dapat dibuat
baik:
Perubahan yang diusulkan oleh pihak Pemerintah diedarkan sedikitnya enam bulan
sebelum dipertimbangkan oleh Maritime Safety Committee (MSC) yang bisa merujuk
diskusi untuk satu atau lebih IMO Sub-komite - dan amandemen diadopsi oleh sebagian
dua pertiga dari pihak Pemerintah hadir dan pemungutan suara di MSC. Pihak
Pemerintah SOLAS, apakah atau tidak Anggota IMO berhak untuk berpartisipasi dalam
pertimbangan perubahan dalam apa yang disebut "diperluas MSC".
Koreksi terhadap Bab I dianggap diterima setelah penerimaan positif oleh duapertiga
dari pihak Pemerintah.
Perubahan mulai berlaku enam bulan setelah dianggap penerimaan mereka. Panjang
minimum waktu dari peredaran perubahan yang diusulkan melalui berlakunya adalah
24 bulan - sirkulasi: enam bulan, adopsi untuk tanggal penerimaan dianggap: 12 bulan
minimum; dianggap penerimaan untuk memaksa masuk ke: enam bulan.
Namun, resolusi yang diadopsi tahun 1994 membuat ketentuan untuk prosedur
amandemen dipercepat untuk digunakan dalam keadaan luar biasa yang
memungkinkan untuk jangka waktu dari komunikasi perubahan dianggap penerimaan
harus dipotong sampai enam bulan dalam keadaan luar biasa dan saat ini diputuskan
oleh Konferensi. Dalam prakteknya sampai saat ini, MSC diperluas telah mengadopsi
perubahan paling SOLAS, sementara Pertemuan telah diselenggarakan pada beberapa
kesempatan - terutama untuk mengadopsi Bab baru untuk SOLAS atau untuk
mengadopsi perubahan yang diusulkan dalam menanggapi insiden tertentu.
Ketentuan Teknis
Tujuan utama Konvensi SOLAS adalah untuk menentukan standar minimum untuk
konstruksi, peralatan dan pengoperasian kapal, kompatibel dengan keselamatan
mereka. Bendera Negara-negara bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kapal di
bawah bendera mereka memenuhi persyaratan, dan sejumlah sertifikat yang diatur
dalam Konvensi sebagai bukti bahwa ini telah dilakukan. ketentuan Control juga
memungkinkan pihak Pemerintah untuk memeriksa kapal-kapal dari Pihak lainnya jika
ada alasan yang jelas untuk percaya bahwa kapal dan peralatannya secara substansial
tidak memenuhi persyaratan dari Konvensi - prosedur ini dikenal sebagai
. Saat ini Konvensi SOLAS menetapkan kewajiban umum, termasuk artikel,
prosedur perubahan dan seterusnya, diikuti dengan Lampiran terbagi menjadi 12 Bab.
Bab ini berhubungan erat dengan peraturan-peraturan Radio dari ITU (International
Telecommunication Union)
Bab V : Keselamatan Navigasi
Bersifat operasional dan diaplikasikan pada semua kapal. Ini berbeda dengan
konvensi secara keseluruhan, yang hanya diaplikasikan pada kapal-kapal yang
terlibat pada pelayaran-pelayaran Internasional
Termasuk pemeliharaan dari pelayanan meteorologi untuk kapal-kapal;
pelayanan patroli es; pengaturan rute kapal-kapal dan ketentuan pelayanan-
pelayanan pencarian dan penyelamatan (SAR)
Kewajiban umum untuk negara peserta guna memastikan bahwa semua kapal
cukup diawaki dan efisien dilihat dari sudut pandang keselamatan
Persyaratan-persyaratan untuk pemasangan radar dan sarana-sarana bantu
navigasi lainnya
Berpindah tempat (shifting) adalah suatu karakteristik yang melekat dari muatan
curah (biji/padi-padian, gandum, dll), dan pengaruhnya terhadap stabilitas kapal
dapat mendatangkan malapetaka. Ketentuan-ketentuan yang berhubungan
dengan pemadatan muatan, trimming dan menyelamatkan muatan.
Kapal-kapal yang dikonstruksikan secara khusus untuk mengangkut muatan
curah (grain) dan menetapkan suatu mode untuk menghitung momen tegak
(adverse heeling moment) yang diakibatkan oleh perpindahan/pergeseran
muatan dalam kapal-kapal yang mengangkut muatan curah dalam jumlah besar.
Setiap kapal harus membawa dokumen angkutan, data stabilitas pemuatan
curah dan rencana-rencana yang berkaitan dengan pemuatan
Sebagai payung tentang International Safety Management (ISM) Code for the
Safe Operation of Ships and for Pollution Prevention, yang memuat petunjuk-
petunjuk pelaksanaannya.
Bab ini terdiri dari 6 aturan pokok sebagai berikut:
1. Definisi
2. Penerapan
3. Keperluan manajemen keselamatan
4. Pemeliharaan
5. Verifikasi dan pengawasan
Pemberlakuan:
Definisi-Definisi:
Pengecualian:
Pembebasan:
Kapal yang secara normal tidak melayari Pelayaran Internasional tetapi karena situasi
yang dikecualikan terpaksa mengadakan pelayaran internasional untuk satu kali
perjalanan dapat dibebaskan oleh Administration asalkan memenuhi sarat-sarat
keselamatan Kapal.
Kapal yang bentuknya khusus dapat dibebaskan dari persyaratan Bab II-I,II-2,III dan IV
asalkan, menurut pendapat Administration masih memenuhi syarat-syarat keselamatan.
Initial survey
Renewal survey, untuk pembaruan sertifikat.
Periodical survey 3 bulan sebelum/sesudah anniversary ke 2 atau ke 3.
Annual survey 3 bulan sebelum/sesudah anniversary date
Additional survey, bila diperlukan
Survei Instalasi Radio Kapal Barang:
a. Initial survey sebelum dioperasikan.
b. Renewal survey, untuk pembaruan sertifikat.
c. Periodical survey,3 bulan sebelum/sesudah anniversary date.
d. Additional survey bila diperlukan.
Survei konstruksi dan permesinan:
a. Initial survey sebelum kapal dioperasikan.
b. Renewal survey, untuk pembaruan sertifikat.
c. Intermediate survey, yakni 3 bulan sebelum/sesudah anniversary date ke-2
atau ke 3
d. Annual survey,3 bulan sebelum/sesudah anniversary date
e. Additional survey bila diperlukan.
f. Minimum 2 inspeksi lambung dan bagian bawah air dalam 5 tahun.
Mempertahankan kondisi sesudah survey
Sertifikat-Sertifikat
Pengawasan:
1. Setiap kapal yang masuk dari Negara lain tunduk terhadap pemeriksaan yang
dilakukan oleh Perwira-Perwira yang betul-betul ditugaskan (Port State Control
Officer) untuk meneliti apakah sertifikat masih berlaku.
2. Apabila masih berlaku Sertifikat tersebut harus diakui kecuali ada bukti yang
jelas (clear ground) bahwa kondisi kapal atau perlengkapannya tidak sesuai
dengan sertifikat atau tidak sesuai dengan peraturan.
3. Apabila sertifikat tidak berlaku atau kalau kapal ada kekurangan maka kapal
tidak diijinkan berangkat sebelum kekurangan dipenuhi
4. Dalam hal demikian harus memberi tahu secara tertulis Perwakilan Negara
Bendera dan class yang mengeluarkan sertifikat.
5. PSC juga harus menyampaikan mengenai kapal tersebut ke pejabat pelabuhan
tujuan, apabila kapal tidak dapat melengkapi kekurangannya di pelabuhan
tersebut.
Kecelakaan:
1. Setiap Negara harus mengadakan penyelidikan terhadap kecelakaan yang
menimpa kapal-kapal mereka mengenai persyaratan dalam konvensi ini dan
mengusulkan apakah ada perubahan yang diinginkan terhadap aturan-aturan ini.
2. Setiap Negara harus melaporkan hasil penyelidikan tersebut kepada IMO.
BAB II-1 : Konstruksi, Subdivisi dan Stabilitas, Instalasi Mesin dan Instalasi
Listrik
Bagian A. Umum
1. Kecuali dengan tegas ditentukan lain bab ini berlaku bagi kapal yang peletakan
lunasnya atau cara pembangunan lain pada atau sesudah 1 Juli 1986.
2. Untuk kapal yang dibangun sebelum 1 Juli 1986 Pemerintah harus menjamin
bahwa persyaratan-persyaratan yang terdapat pada Bab II-1 SOLAS 1974 yang
telah diamandmen dengan Resolusi MSC.1(XLV) dipenuhi.
3. Semua kapal yang melakukan perbaikan, perubahan, modifikasi dan outfitting
harus dilanjutkan untuk memenuhi persyaratan untuk kapal yang dibangun
sebelum 1 Juli 1986.
4. Pemerintah jika beranggapan bahwa sifat dan keadaan pelayaran terlindung
sedemikian rupa dapat membebaskan sebagian persyaratan dari bab ini
terhadap kapal-kapal yang pelayarannya tidak melebihi 20 mil dari daratan yang
terdekat
Definisi-definisi
1. Garis muat sub divisi adalah suatu garis air yang digunakan untuk menentukan
sub divisi dari kapal.
2. Panjang kapal adalah panjang yang diukur diantara garis-garis tegaklurus yang
ditarik dari ujung-ujung garis muat sub-divisi yang terdalam.
3. Lebar kapal ialah lebar terbesar yang diukur dari sisi luar gading-gading di garis
muat sub divisi yang terdalam atau dibawahnya.
4. Sarat kapal adalah jarak tegak lurus yang diukur dari lunas dipertengahan
panjang kapal sampai ke garis muat sub divisi yang dimaksud,
5. Geladak sekat adalah geladak paling atas sampai ke mana sekat-sekat kedap air
dipasang.
6. Garis margin adalah sebuah garis yang ditarik sekurang-kurangnya 76 milimeter
di bawah bidang permukaan atas geladak sekat dilambung.
7. Permeabilitas sebuah ruangan adalah prosentase ruangan itu yang dapat
digenangi air.
a = volume dari ruang penumpang yang terletak di bawah margin line dalam
batas-batas ruang permesinan.
c = volume dari ruang dek antara di bawah margin line dalam batas-batas
ruang permesinan yang digunakan untuk cargo atau stores
v = seluruh volume dari ruang permesinan di bawah margin line.
1. Di kapal-kapal penumpang:
a. Kapal yang panjangnya antara 50 meter sampai 61 meter dasar berganda
sekurang-kurangnya dari kamar mesin sampai sekat atau sedekat-
dekatnya dengan itu.
b. Kapal yang panjangnya antara 61 sampai 76 meter dasar berganda
sekurang-kurangnya di luar kamar mesin sampai sekat dan
c. Kapal yang panjangnya 76 meter atau lebih dasar berganda harus dipasang
di pertengahan kapal dan diperpanjang sampai sekat dan
Aturan ini berlaku untuk tanker yang dibangun pada atau sesudah 1 Oktober 1994.
1. Akses ke cofferdam, tanki ballast dan tanki muatan serta ruangan lain dalam
daerah cargo harus langsung dari dek terbuka dan untuk menjamin inspeksi
secara lengkap. Akses ke dasar berganda boleh melalui kamar pompa, deep
cofferdam, pipa tunnel atau kompartemen sejenis berdasarkan pertimbangan
aspek ventilasi.
2. Untuk akses melalui bukaan horizontal, palka atau manhole ukurannya harus
mencukupi untuk memungkinkan seseorang mengenakan alat pernafasan
portable dan perlengkapan pelindung untuk menaiki atau menuruni tangga tanpa
halangan dan juga menyediakan bukaan yang bebas untuk mengangkat orang
yang terluka dari dasar ruangan. Minimum bukaan bebas tidak kurang dari 600
mm X 600 mm.
3. Untuk akses melalui bukaan vertikal atau manhole melalui panjang dan lebar dari
ruangan, minimum bukaan bebas tidak kurang dari 600 X 800 mm pada
ketinggian tidak lebih dari 600 mm dari dasar plat dasar kecuali ada injakan naik
yang tersedia.
Konstruksi dan test awal sekat kedap air di kapal penumpang dan kapal barang
Semua sekat kedap air baik yang melintang ataupun membujur harus dibangun
sedemikian sehingga sanggup menopang dengan tahanan yang cukup, tekanan
yang disebabkan tinggi maksimum dari air yang mungkin terjadi pada saat
kerusakan sekurang-kurangnya tekanan dari air yang mencapai margin line.
Penaikan atau penurunan dari sekat harus kedap air dan mempunyai kekuatan
yang sama dengan sekat dimana hal itu terjadi.
Dimana frame atau beam menembus dek atau sekat kedap air maka dek dan
sekat itu harus dibuat kedap air tanpa menggunakan kayu atau semen.
Testing dengan cara mengisi air tidak diwajibkan. Bila ini tidak dilaksanakan
maka test dengan semprotan selang harus dilaksanakan pada tahap-tahap awal
pembangunan.
Forepeak dasar berganda harus dites dengan air sesuai par.1
Pintu kedap air
Pada sekat tubrukan di bawah margin line tidak boleh ada bukaan. Pada sekat
melintang yang membatasi ruangan yang diperbolehkan ada bukaan harus dilengkapi
dengan pintu kedap air. Pintu kedap air ada beberapa tipe:
a) Pintu berengsel.
b) Pintu digeser (sliding door) baik yang horizontal maupun yang vertical. baik yang
digerakkan dengan tangan atau dengan mesin. Pintu yang digerakkan dengan
mesin ada yang dapat dibuka dan ditutup secara sentral dan ada yang hanya
digerakkan setempat. Pintu yang digerakkan secara sentral harus dilengkapi
dengan alarm dan bisa dimonitor pergerakannya di sentral.
Tiap kapal harus dilengkapi dengan sekat tubrukan (collision bulk head)
Di kapal-kapal penumpang sekat tubrukan ditempatkan pada jarak tidak kurang
dari 5% panjang kapal dari garis tegak depan (fore perpendicular) tetapi tidak
boleh lebih dari 5% + 3 m dari panjang kapal.
Di kapal barang sekat tubrukan ditempatkan pada tidak kurang dari 5 % panjang
kapal atau 10 meter mana yang kecil dari gari tegak depan.
Informasi stabilitas
Setiap kapal yang panjangnya 24 meter atau lebih harus diadakan percobaan
stabilitas sebelum kapal dioperasikan.
Nakhoda harus diberikan informasi mengenai stabilitas yang memungkinkannya
dengan cepat dan mudah untuk menghitung stabilitas kapal pada setiap kondisi
pengoperasian.
Bila kemudian ada perubahan terhadap material yang mempengaruhi stabilitas
maka perlu diberikan perubahan informasi stabilitas.
Pada interval waktu tertentu tetapi tidak boleh lebih dari 5 tahun harus disurvey
kembali mengenai berat kapal kosong. Bila terjadi perubahan lebih dari 2% atau
perubahan titik berat secara membujur lebih dari 1% dari panjang kapal harus
diadakan pencobaan stabilitas ulang.
a. Pengaturan untuk bisa start secara otomatis apabila listrik menyala kembali
sesudah blackout.
b. Bisa dioperasikan dari suatu posisi di anjungan. Dalam keadaan putus aliran
alarm yang bisa didengar dan dilihat harus ada di anjungan.
Bila mesin kemudi utama terdiri dari dua atau lebih sumber kekuatan auxiliary steering
tidak diperlukan dengan ketentuan:
a. Di kapal penumpang mesin kemudi utama masih dapat dioperasikan walaupun
salah satu power unit tidak berfungsi.
b. Di kapal cargo mesin kemudi utama mampu mengoperasikan kemudi bila
beroperasi dengan semua power unit
c. Mesin kemudi utama diatur bahwa sesudah suatu kerusakan pada sistem pipa
atau pada salah satu power unit kerusakan dapat diisolasi sehingga kemampuan
pengemudian dapat dipertahankan atau dengan cepat dapat pulih.
Pemadam kebakaran
1. Steering Gear
Setiap kapal harus dilengkapi dengan mesin kemudi utama dan mesin kemudi
tambahan (Auxiliary) sehingga apabila kerusakan pada salah satu tidak
mengganggu operasi yang lainnya.
Persyaratan mesin kemudi utama dan rudder stock:
a. Mampu mengemudikan kapal pada kecepatan maksimum
b. Mampu memutar daun kemudi dari 35 derajat kanan ke 35 derajat kiri atau
sebaliknya dalam 28 detik.
c. Tidak akan rusak pada keadaan kapal mundur penuh dan kemudi cikar
Persyaratan kemudi tambahan (auxiliary):
a. Cukup kuat untuk mengemudikan kapal pada kecepatan normal dan dapat
segera digunakan dalam keadaan darurat.
b. Mampu memutar kemudi dari 15 derajat kanan ke 15 derajat kiri atau
sebaliknya dalam 60 detik pada sarat terdalam dan mesin setengah atau 7
knots (mana yang besar)
Setiap Nakhoda yang menemui gunung es yang berbahaya bagi pelayaran, kerangka
kapal yang membahayakan atau segala sesuatu yang menimbulkan bahaya langsung
terhadap navigasi, atau tropical storm atau menemui udara dingin disertai hujan es atau
menjumpai angin kencang mencapai 10 skala Beaufort yang belum disiarkan harus
menyiarkan penemuannya tersebut kepada kapal-kapal yang ada di sekitarnya dan
kepada Pejabat yang berkompeten. Berita yang dikirim boleh dalam bentuk berita biasa
dalam bahasa Inggris atau dalam bentuk kode Internasional.
Hal-hal yang harus dikirim dalam berita tersebut,
1) Es, kerangka dan hal lain yang merupakan bahaya langsung terhadap Navigasi:
a. Bentuk dari es, kerangka atau bahaya langsung lainnya
b. Posisi dari es, kerangka kapal atau bahaya lain ketika terakhir dijumpai.
c. Tanggal dan waktu terakhir terlihat (GMT)
2) Tropical storm:
a. Pernyataan bahwa ditemui sebuah tropical storm.
b. Jam, tanggal dan posisi kapal pada waktu menemukan tersebut
c. Informasi mengenai tropical storm tersebut:
- pembacaan barometer yang sudah dikoreksi
- Kecenderungan barometer (naik atau turun) selama 3 jam terakhir
- -Arah angin, kekuatan angin, kewadaan laut, alun, haluan dan kecepatan
kapal.
Apabila dilaporkan adanya es dekat garis haluan maka Nakhoda pada malam hari
harus berlayar dengan kecepatan sedang atau merubah haluan agar terbebas dari
bahaya itu
Rute-rute kapal
Sistem rute kapal dimaksudkan untuk keselamatan jiwa di laut, keselamatan dan
efisiensi navigasi dan perlindungan lingkungan laut. Sistem rute direkomendasikan
untuk digunakan dan kadang-kadang diwajibkan untuk semua kapal, kapal-kapal jenis
tertentu atau kapal dengan muatan tertentu. IMO adalah satu-satunya Organisasi yang
berhak untuk membuat petunjuk, kriteria dan peraturan yang bersifat Internasional
mengenai routing system.
Penggunaan isyarat bahaya, kecuali untuk maksud yang menunjukkan bahwa kapal
atau orang berada dalam keadaan bahaya dan penggunaan setiap isyarat yang dapat
disalahartikan sebagai isyarat tanda bahaya sesuai isyarat bahaya Internasional
dilarang.
Setiap Nakhoda kapal yang menerima tanda bahaya dari kapal lain dan berada dalam
posisi yang memungkinkan untuk memberikan pertolongan harus menuju ke kapal itu
dengan kecepatan penuh untuk memberikan pertolongan dan memberitahukan kepada
kapal itu dan team SAR tentang keberadaannya. Jika kapal yang menerima isyarat
tanda bahaya tidak memungkinkan untuk menolong atau dalam keadaan khusus
merasa tidak beralasan atau tidak perlu untuk menuju kesana untuk membantu harus
mencatat dalam log book alasan mengapa dia tidak menolong dengan memperhatikan
sesuai rekomendasi dari IMO serta menginformasikan kepada kapal yang akan ditolong
tim SAR.
Nakhoda kapal yang dalam keadaan bahaya atau tim SAR yang bersangkutan sesudah
berkonsultasi dengan Nakhoda-Nakhoda kapal yang menjawab isyarat bahayanya,
mempunyai hak untuk meminta satu atau lebih dari kapal-kapal itu yang memungkinkan
untuk lebih cepat menolong. Kapal-kapal yang diminta harus memenuhi permintaan itu
dan berusaha secepat mungkin menuju ke kapal itu.
Nakhoda-Nakhoda kapal-kapal lain yang tidak diminta oleh kapal yang dalam bahaya
terbebas dari tanggung jawab ini dan bila memungkinkan dikomunikasikan dengan
kapal yang telah diminta dan tim SAR.
Nakhoda tidak boleh dihalangi oleh Pemilik kapal, pencarter atau orang lain dalam
mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesional sebagai seorang
Nakhoda yang diperlukan untuk keselamatan kapal terutama dalam keadaan cuaca
yang jelek dan laut yang berombak besar.
Sebuah kapal GT 500 atau lebih harus dilengkapi dengan gyro kompas yang memenuhi
persyaratan berikut:
1. Master atau repeater dapat dibaca dengan jelas oleh pemegang kemudi
2. kapal ukuran GT 1600 atau lebih harus ada repeater dan alat baring yang dapat
membaring 360 derajat.
Kapal-kapal yang dilengkapi dengan kemudi darurat harus ada alat komunikasi antara
anjungan dan tempat kemudi darurat.
Kapal-kapal GT 500 atau lebih yang dibangun pada atau sesudah 1 September 1984
atau kapal GT 1600 atau lebih yang dibangun sebelum tanggal itu harus dilengkapi
dengan radar dari type yang diakui Pemerintah dan beroperasi pada 9 GHz.
Kapal GT 10.000 atau lebih harus dilengkapi dengan 2 set radar salah satu radar ini
harus dioperasikan pada 9GHz. Harus juga tersedia radar plotting sheet. Sebuah
automatic radar plotting harus dipasang pada kapal-kapal:
1. Kapal GT 10.000 yang dibangun pada atau sesudah 1 September 1984.
2. Tanker yang dibangun sebelum 1 September 1984 harus dipasang pada:
a. GT 40.000 atau lebih pada 1 Januari 1985
b. Antara GT 10.000 dan GT 40.000 1 Januari 1986.
3. Kapal yang dibangun sebelum 1 September 1084 yang bukan tanker:
a. GT 40.000 atau lebih 1 September 1986.
b. GT 20.000 atau lebih 1 September 1987
c. GT 15.000 atau lebih tetapi kurang dari GT 20.000 1 September 1988.
Automatic radar plotting yang dipasang sebelum 1 September 1984 yang tidak sesuai
dengan persyaratan Pemerintah boleh digunakan sampai 1 Januari 1991 Pemerintah
dapat memberi kebebasan kepada kapal-kapal yang menurut pertimbangan Pemerintah
tidak perlu dipasang atau kapal-kapal yang sudah direncanakan tidak beroperasi lagi
sesudah 2 tahun yang akan datang.
Kapal-kapal GT 1600 atau lebih yang dibangun sesudah 25 Mei 1980 haru dilengkapi
dengan echo sounder.
Kapal GT 1600 yang dibangun sebelum 1 September 1984 atau kapal GT 500 yang
dibangun sesudah 1 September 1984 harus dilengkapi dengan rudder angel dan RPM
indikator.
Kapal GT 100.000 atau lebih yang dibangun sesudah 1 September 1984 harus
dilengkapi alat penunjuk kecepatan berputar
Sampai 1 Februari 1999 kapal GT 1600 atau lebih sampai 25 Mei 1980 harus
dilengkapi dengan perlengkapan radio homing pada frekwensi mara bahaya teleponi.
Semua perlengkapan yang dipasang harus sesuai dengan type yang diakui
Pemerintah.
Kapal pusher yang disertai dengan kapal yang didorong dalam penentuan tonnase
dianggap sebagai sebuah kapal dalam memenuhi persyaratan aturan ini.
Manning
Negara bendera dari sebuah kapal harus mempertahankan, atau jika perlu mengadopsi
langkah-langkah untuk menjamin bahwa kapal-kapal diawaki dengan cukup.
Kapal harus dilengkapi dengan Safe Manning Certificate sebagai bukti bahwa kapal
mereka telah diawaki sesuai dengan persyaratan.
Steering gear
Dalam waktu 12 jam sebelum berangkat peralatan kemudi harus diperiksa dan dicoba
oleh crew dimana bila memungkinkan operasi dari hal-hal berikut:
1. Perangkat kemudi utama
2. Perangkat kemudi tambahan
3. Remote steering gear control system
4. Posisi kemudi yang di anjungan
5. Emergency power supply
6. Kedudukan penunjukan sudut kemudi di anjungan dan di kamar mesin kemudi
7. Alarm atas gangguan power supply untuk steering gear
8. Alarm untuk kegagalan remote steering gear system
9. Alat-alat otomatis
10. Gerakan penuh dari daun kemudi sesuai kemampuan kemudi
11. Melihat secara visual sistem kemudi dan hubungannya
12. Alat-alat komunikasi antara anjungan dan kamar mesin kemudi
Instruksi cara pengoperasian yang simpel dengan blok diagram yang memperlihatkan
cara pemindahan untuk sistem remote dan power unit harus tersedia di anjungan dan di
ruang mesin kemudi.
Semua Perwira yang terlibat dengan pengoperasian dan perawatan kemudi harus
betul-betul familiar dengan pemindahan dari sistem yang satu ke sistem yang lain.
Disamping pengecekan secara rutin di atas sekurang-kurangnya sekali tiga bulan harus
diadakan latihan penggunaan kemudi darurat. Latihan ini termasuk pengawasan
langsung ke ruang kemudi, prosedur komunikasi dengan anjungan.
Kapal yang melayari pelayaran yang tetap boleh tidak melaksanakan test 12 jam
sebelum berangkat tetapi sebagai gantinya harus diadakan pengecekan setiap minggu.
Tanggal pengecekan kemudi dan latihan penggunaan kemudi darurat harus dicatat
dalam log book.
Nautical Publication
Setiap kapal harus membawa peta-peta yang up to date dan sailing direction, daftar
suar, NTM, tabel-tabel pasang surut dan buku-buku lain yang diperlukan untuk
pelayaran itu. Setiap kapal harus membawa International code of Signal and IAMSAR
Manual.
Semua kapal yang dilengkapi dengan instalasi radio harus membawa International
Code of Signal.
Semua kapal harus membawa copy terbaru dari Vol. III dari International Aeronautical
and Maritime Search and Rescue (IAMSAR) Manual.
Referensi:
http://www.imo.org
International Maritime Organization (IMO), Safety of Life at Sea (SOLAS)
United Nation, United Nation Law of the Sea Convention (UNCLOS) 1982
Sanusi Setrodjijo, (2010), SOLAS, the International Convention for the Safety Of
Life At Sea, 1974 .
SK. Dirjen Hubla NO: PY.67/1/6-96 tgl.12 Juli 1996
SOLAS 1974 Chapter IX: Management for the safe operation of ships
Evaluasi Pembelajaran
1. Tugas individu membaca dan mendalami aturan SOLAS
2. Tugas kelompok membuat resume solas BAB per BAB dan membuat
analis implementasi aturan pada bidang yang terkait.
3. Pengayaan materi dengan berdiskusi kelompok.
BAB IV
INTERNATIONAL SAFETY MANAGEMENT CODE (ISM CODE)
Sasaran Pembelajaran
Kemampuan mahasiswa dalam memahami peraturan keselamatan maritim internasional dalam
upaya pencegahan kecelakaan kapal, memahami kode manajemen operasional kapal,
memahami implementasi kode, dan mampu mengintegrasikan dalam organisasi manajemen
perusahaan perkapalan
Pertemuan/Metode Pembelajaran
Pertemuan ke V dan VII
1. Kuliah
2. Mendiskusikan dengan kasus dalam negeri yang relevan dengan topik yang
dibahas dalam topik perkuliahan
ISM Code adalah suatu koda (petunjuk rinci) tentang manajemen internasional untuk
mengoperasikan kapal dengan aman dan perlindungan terhadap lingkungan.
ISM Code bukanlah ketentuan yang bisa menjamin tidak terjadinya kecelakaan laut.
Akan tetapi, ISM Code lebih pada membantu dalam memperkecil atau mengurangi
kecelakaan dan pencemaran laut dengan diberlakukan ketentuan-ketentuan
Internasional mengenai manajemen untuk keselamatan pengoperasian kapal dan
pencegahan polusi di laut. Sedangkan sertifikasi untuk ISM Code sendiri ada 2, yaitu
DOC (Document of Compliance) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk perusahaan pelayaran yang telah memenuhi persyaratan ISM Code. Dan SMC
(Safety Management Certificate) adalah dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah
untuk kapal apabila perusahaan dan kapal tersebut telah memenuhi persyaratan ISM
Code.
Beberapa peristiwa yang melatarbelakangi ISM Code secara garis besar diuraikan
sebagai berikut:
Kapal/industri adalah sebuah industri dimana banyak pihak yang terlibat seperti:
Owner kapal (Keselamatan dan Administrasi)
Biro klasifikasi (perangkat aturan yang dijalankan)
Nahkoda dan para ABK (keselamatan kapal dan ABKnya)
Pihak asuransi (keselamatan kapal dan klien)
Pemerintah, penyediaan fasilitas pelabuhan
Galangan
Dll
Hal ini juga sekaligus mencerminkan ada berbagai kepentingan di dalamnya. Tetapi
ada 2 kepentingan yang paling dominan yakni aspek ekonomi dan keselamatan.
Tahapan pertama
Dimana tahapan ini sangat mendasar dan menfokuskan pada konsekuensi
kegagalan keselamatan, baik secara personil maupun kerusakan terhadap kapal,
muatan kapal, maupun pencemaran lingkungan.
Tahapan ketiga
Tahapan yang paling maju karena sudah merupakan penciptaan dari suatu
budaya pengaturan sendiri akan keselamatan. Peraturan dalam tahapan ini
melebihi kriteria pemenuhan eksternal. Tahapan ini memusatkan pada
manajemen internal dan organisasi untuk keselamatan dan target-target kinerja
untuk keselamatan.
Penerapan dan pemenuhan ISM Code ini diberlakukan secara internasional dengan
jadwal sebagai berikut:
Tanggal Ukuran dan Tipe Kapal
01 Juli 1998 Semua Ukuran untuk Kapal Penumpang dan Kapal Penumpang
Kecepatan Tinggi
GT 500 untuk Kapal Tangki Minyak, Kapal Tangki Bahan Kimia,
Kapal Tangki Gas Cair, Kapal Muatan Curah, Kapal Barang
Kecepatan Tinggi
01 Juli 2002 GT 500 untuk Kapal Barang lainnya dan Mobile Offshore Drilling
Unit (MODU)
BKI sebagai Organisasi yang diakui (RO) oleh Pemerintah Indonesia telah ditunjuk atas
nama Pemerintah untuk melaksanakan approval, verifikasi dan menerbitkan sertifikat
DOC & SMC Interim atau short term. Sedangkan sertifikat permanen akan diterbitkan
oleh Pemerintah cq Ditjen Perhubungan Laut. Data perusahaan dan kapal yang telah
disertifikasi akan didaftarkan dan dipublikasikan dalam Buku Register ISM Code oleh
BKI.
Setelah mendapatkan sertifikat, baik DOC atau SMC, maka ada kewajiban dari
Perusahaan dan kapalnya untuk mempertahankan sertifikat tersebut dengan
mengajukan permohonan verifikasi periodik kepada BKI dengan jadwal sebagai berikut:
Sertifikat Verifikasi Periodik
DOC Verifikasi Tahunan (Annual Verification), setiap tahun dengan masa
pengajuan antara 3 bulan sebelum s/d 3 bulan sesudah dari ulang tahun
sertifikat.
Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 dengan
masa pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat.
SMC Verifikasi Antara (Intermediate Verification), dengan masa pengajuan
antara tahun ke 2 hingga tahun ke 3 dari ulang tahun sertifikat.
Verifikasi Pembaruan (Renewal Verification), pada tahun ke 5 dengan
masa pengajuan 6 bulan sebelum habisnya masa berlaku sertifikat.
Selain itu, BKI juga diberi otorisasi untuk menerbitkan sertifikat DOC atau SMC Interim
yang ditujukan bagi perusahaan atau kapal dengan kondisi sebagai berikut:
Perusahaan yang baru didirikan.
Tipe Kapal baru ditambahkan pada dokumen DOC yang sudah ada.
Kapal yang baru selesai dibangun.
Kapal yang baru bergabung dengan perusahaan.
Kapal baru berganti bendera kapal.
Sertifikasi
DOC diberikan kepada perusahaan yang telah memenuhi persyaratan ISM Code.
Dokumen ini diterbitkan oleh pemerintah, organisasi yang diberi kewenangan, atau atas
permintaan pemerintah kepada negara anggota lain. Salinan DOC harus ada di kapal,
sehingga Nakhoda dapat menunjukkan kepada petugas yang melakukan
pemerikasaan. Sebuah sertifikat yang disebut SMC, diberikan kepada setiap kapal oleh
Pemerintah atau suatu organisasi yang diberi wewenang oleh Pemerintah. Pemerintah
atau organisasi tersebut sebelum menerbitkan SMC harus memeriksa apakah
perusahaan dan manajemen di darat dijalankan menurut sistem manajemen
keselamatan yang telah disetujui.
Pemeliharaan Kondisi
Pemerintah, negara anggota lain atas permintaan Pemerintah, atau lembaga yang
diberi wewenang, secara berkala harus melakukan pemeriksaan fungsi-fungsi dari
sistem manajemen keselamatan di kapal).
Berkaitan dengan ketentuan paragrap 3 dari peraturan ini, sebuah kapal yang
diharuskan memiliki sertifikat yang diterbitkan sesuai dengan ketentuan 4.3, harus
diperiksa sesuai dengan ketentuan peraturan XI/4. Untuk keperluan inisertifikat tersebut
harus ditangani sebagai sertifikat yang diterbitkan sesuai ketentuan peraturan 1/12 dan
1/13).
Jika terjadi pergantian bendera atau perusahaan, pengaturan transisi tertentu harus
dibuat, sesuai dengan petunjuk yang dibuat oleh IMO.
Maksud:
Dewan:
Tidak ada dua buah perusahaan yang sama, dan kapal-kapal dioperasikan pada
kondisi yang berbeda-beda, ISM Code didasarkan pada prinsip-prinsip dan tujuan
umum.
ISM Code dibuat dalam bentuk umum, sehingga dapat diterapkan secara luas. Setiap
tingkat manajemen, di darat maupun di kapal, membutuhkan tingkat pengetahuan yang
berbeda-beda.
BAGIAN A: IMPLEMENTASI
1. Umum
1.2.1. Sasaran
menjamin keselamatan di kapal;
mencegah kecelakaan dan korban jiwa;
mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan laut dan kerusakan harta
benda.
3.1. Jika yang bertanggung jawab terhadap pengoperasian kapal adalah bukan pemilik
(telah dilimpahkan kepada pihak lain):
pemilik harus melaporkan nama lengkap dan data dari pihak yang menerima
tanggung jawab tersebut;
Setiap personil yang mengatur (para manajer), melaksanakan (para pelaksana) dan
memeriksa pekerjaan (para pengawas) yang berkaitan dengan dan berpengaruh
terhadap keselamatan dan pencegahan pencemaran;
Perusahaan harus menunjuk seorang atau beberapa orang sebagai DPA, untuk
menjamin agar pengoperasian Kapal secara aman dan membuat jalur hubungan antara
darat dan kapal:
diberi akses langsung ke puncak pimpinan;
mempunyai kewajiban dan kewenangan memantau pengoperasian setiap
kapal dalam aspek keselamatan dan pencegahan pencemaran;
menjamin bahwa sumber daya dan bantuan dari darat diberikan sesuai
kebutuhan.
6.2. Perusahaan harus menjamin bahwa setiap kapal diawaki oleh pelaut-pelaut:
qualified (mampu & kompeten);
memiliki sertifikat yang sesuai;
sehat;
Sesuai dengan persyaratan nasional dan internasional.
6.4. Perusahaan harus menjamin bahwa setiap personil yang terlibat SMS memahami:
peraturan-peraturan;
ketentuan-ketentuan;
persyaratan-persyaratan;
petunjuk-petunjuk;
yang terkait dengan SMS dan dengan setiap kegiatan.
6.5. Perusahaan harus membuat prosedur:
untuk mengidentifikasi pelatihan yang mungkin diperlukan untuk menunjang
SMS;
pelatihan tersebut diberikan kepada semua personil terkait.
10. Maintenance o the Ship and Equipment (Pemeliharaan Kapal dan Peralatannya)
10.1. Perusahaan harus membuat prosedur untuk menjamin kapal dirawat sesuai
dengan:
persyaratan peraturan yang berlaku;
persyaratan ketentuan dari perusahaan.
11.1. Perusahaan harus membuat prosedur untuk mengendalikan dokumen dan data
yang relevan dengan SMS.
11.3. Dokumen yang digunakan sebagai panduan disebut Safety Management Manual:
dokumen dibuat dalam bentuk yang paling efektif;
setiap kapal membawa semua dokumen yang diperlukan.
12. Company Verification, Review and Evaluation (Verifikasi, Tinjauan dan Evaluasi
Perusahaan)
12.1. Perusahaan harus melaksanakan internal audit:
untuk memverifikasi apakah kegiatan-kegiatan keselamatan dan pencegahan
pencemaran sesuai dengan SMS.
12.3. Pelaksanaan:
audit dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat;
langkah perbaikan dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah dibuat.
13.1. Kapal harus dioperasikan oleh perusahaan yang memiliki DOC (dokumen
kesesuaian) atau DOC sementara (interim)
13.2. Penerbitan DOC:
oleh pemerintah negara bendera;
oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah;
oleh pemerintah atas nama pemerintah negara bendera.
tidak lebih dari 5 (lima) tahun
DOC merupakan bukti bahwa perusahaan mampu melaksanakan
persyaratan-persyaratan ISM Code
13.3. DOC hanya berlaku untuk satu jenis kapal, yang disebut dalam dokumen tersebut
untuk jenis kapal lain dapat ditambahkan dalam DOC apabila perusahaan
telah dapat menunjukkan kemampuan memenuhi persyaratan ISM Code
untuk mengoperasikan kapal lain tersebut
13.5. DOC harus dicabut oleh pemerintah negara bendera, atau pemerintah lain yang
menerbitkan atas permintaan negara bendera, jika diketemukan "major
13.5.1. Dokumen lain yang berkaitan dengan DOC juga harus dicabut, apabila DOC
dicabut.
13.8. Berlakunya SMC tergantung hasil pemeriksaan antar waktu yang dilaksanakan
oleh pemerintah atau lembaga/pemerintah negara lain yang diminta; Apabila
pemeriksaan antar waktu hanya dilakukan sekali, sedangkan masa berlakunya 5
(lima) tahun, maka pemeriksaan dilaksanakan antara ulang tahun (anniversary)
kedua dan ketiga.
13.9. SMC harus dicabut oleh pemerintah negara bendera atau pemerintah negara lain
yang diminta, apabila diketemukan major NC.
13.10. Apabila pemeriksaan untuk pembaharauan DOC atau SMC dapat selesai di
dalam tiga bulan sebelum tanggal akhir masa berlaku, maka DOC atau SMC yang
baru, mulai berlaku pada saat selesai pemeriksaan; DOC atau SMC tersebut
berlaku untuk tidak lebih dari 5 (lima) tahun.
13.11. Apabila pemeriksaan untuk pembaharuan DOC atau SMC dapat selesai di dalam
lebih dari tiga bulan sebelum tanggal akhir masa berlaku, maka DOC atau SMC
yang baru, mulai berlaku pada saat selesai pemeriksaan; DOC atau SMC
tersebut berlaku untuk tidak lebih dari 5 (lima) tahun.
14.1. - DOC sementara diterbitkan oleh pemerintah negara bendera, untuk perusahaan:
yang baru mulai (pertama kali) melaksanakan ISM Code
yang menambah jumlah kapal dengan jenis baru.
DOC sementara diberikan kepada perusahaan yang telah melaksanakan
SMS, dgn masa berlaku tidak lebih dari 12 bulan.
Salinan (fotokopi) DOC sementara harus ada di kapal, untuk ditunjukkan apabila
ada pemeriksaan.
Salinan (fotokopi) DOC sementara tidak harus disahkan.
14.3. Pemerintah negara bendera atau negara lain yang diminta, dalam keadaan
khusus dapat memperpanjang masa berlakunya SMC sementara (interim) untuk
waktu tidak lebih dari 6 (enam) bulan.
16.1. DOC, SMC, DOC sementara, SMC sementara harus dibuat dengan bentuk sesuai
dengan model sebagaimana ditunjukkan dalam apendiks.
Jika bahasa yang digunakan bukan bahasa Inggris atau bahasa Perancis,
maka harus diterjemahkan ke dalam salah satu bahasa tersebut.
16.2. Sebagai tambahan persyaratan dalam paragrap 13.3, jenis kapal yang disebut
dalam DOC dan di dalam DOC sementara, dapat dikukuhkan untuk menunjukkan
batas-batas pengoperasian kapal-kapal, diuraikan dalam sistem manajemen
keselamatan.
Tahapan langkah-langkah persiapan kegiatan kapal/perusahaan
1. Tahap peninjauan Ulang (review) dan penilaian kembali
2. Tahap persiapan
3. Tahap Uji Coba
4. Tahap evaluasi dan penyempurnaan
5. Tahap persiapan Akhir
Contoh: Company Safety Policy
The Company, from top to lower management committed to enhance maritime
safety and marine environment protection at highest level of priority.
Designated Person Ashore (D.P.A) has authority and responsibility direct under
the top management to perform inspection and facilitate all ships which are
operated by the company.
Referensi:
Capt. Drs. Proling Tarigan S., (2010), International Safety Management (ISM)
Code 2002 .
Capt. Hadi Supriono, International Safety Management Code (ISM CODE .
http://www.imo.org
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idnya=422
International Maritime Organization (IMO), Safety of Life at Sea (SOLAS)
Resolusi IMO A.741(18) & amendment MSC.104(73)
Resolusi IMO A.913(22): Revised Guidelines on implementation of the ISM
Code by Administrations
Sanusi Setrodjijo, (2010), International Safety Management .
Evaluasi Pembelajaran
1. Tugas individu membaca dan mendalami aturan ISM Code
2. Tugas kelompok membuat resume pokok aturan ISM code dan
penimplmentasiannya dalam aturan dalam safety management
system perusahaan perkapalan.
3. Pengayaan materi dengan berdiskusi
BAB V
KLASIFIKASI DAN SURVEY KAPAL
Sasaran Pembelajaran
Memberikan pemahaman akan kegiatan survey dan klasifikasi kapal, badan
yang melakukan klasifikasi nasional dan asing, prosedur survey dan
pengkelasan kapal
Metode Pembelajaran
1. Kuliah
2. Presentasi kelompok dan berdiskusi
3. Tugas individu: mengecek tanda-tanda kelas kapal di lapangan
Sebelum kapal dapat diregister di BKI, maka kapal tersebut harus memenuhi
persyaratan dan peraturan teknik BKI. Pemenuhan tersebut melalui proses
persetujuan gambar teknik yang selanjutnya dilakukan survey di lapangan.
Untuk kapal yang sudah dioperasikan, BKI juga melasanakan survey periodik
untuk menjamin bahwa kapal masih memenuhi persyaratan klasifikasi
tersebut. Seandainya terjadi kerusakan yang mungkin berpengaruh terhadap
kondisi klasifikasi diantara masa survey periodik, maka pemilik kapal
dan/atau operatornya diwajibkan menginformasikan kerusakan tersebut
kepada BKI.
Semua status klasifikasi kapal, berupa sertifikat dan laporan survey yang
dikeluarkan oleh BKI dijadikan referensi dalam pengambilan keputusan oleh
pihak-pihak yang terlibat dalam operasional kapal tersebut. Pihak asuransi
mempergunakannnya untuk menetapkan premi asuransi dan klaim asuransi,
pihak pemilik muatan mempergunakannya untuk jaminan bahwa muatannya
diangkut oleh kapal yang laik, pihak pemilik kapal mempergunakannya untuk
mengetahui status kondisi kapal dan perawatannya serta untuk kepentingan
komersial memasarkan jasanya angkutannya dan pihak Pemerintah
mempergunakannya sebagai law enforcement untuk memberikan clearance
atau surat ijin berlayar.
Tanda Kelas
Daerah pelayaran
Daerah pelayaran ini untuk pelayaran samudera bebas
Samudera
tanpa batas
Material:
Steel
HTS High Tensile Steel
AL Aluminium
FRP Fiber Reinforced
K Kayu
Notasi tambahan mesin bisa berupa salah satu atau lebih dari notasi-notasi
berikut:
Otomasi:
Instalasi mesin dilengkapi dengan perlengkapan untuk kamar
OT mesin yang tidak dijaga, sehingga tidak diperlukan pengoperasian
dan/atau perawatan untuk periode paling kurang 24 jam.
Waktu tanpa penjagaan di kamar mesin dan tanpa perawatan
OT-nh peralatan kurang dari 24 jam dengan tanda nh menunjukkan
bahwa kamar mesin boleh tanpa penjagaan selama n jam.
Instalasi mesin dioperasikan dengan kehadiran tetap di ruang
kendali mesin (kendali terpusat) dan dilengkapi dengan sistem
OT-S
kendali jarak jauh dari anjungan untuk mesin penggerak utama
atau pengaturan untuk olah gerak dari ruang kendali mesin.
Gambar lambung:
o General Arrangement (Rencana
Umum)
o Midship Section (Penampang
Melintang)
o Construction Profile (Rencana
konstruksi)
o Deck Construction (Konstruksi
Geladak)
o Bulkhead Construction (Konstruksi Sekat Melintang/Membujur)
o Shell Expantion (Bukaan Kulit)
o Lines Plan (Rencana Garis)
o Fore Peak Construction (Konstruksi Ceruk Haluan)
o After Peak Construction (Konstruksi Ceruk Buritan)
o Rudder & Rudder Stock (Kemudi & Tongkat Kemudi)
o Engine Bed Construction (Konstruksi Pondasi Mesin)
o Aux. Engine/Equipment Bed (Konstruksi Pondasi Mesin/Peralatan
Bantu)
o Single/Double Bottom Construction (Konstruksi Dasar
Tunggal/Ganda)
o Superstructure & Deck House (Bangunan Atas & Rumah Geladak)
o Hawse Pipe & Anchor Equipment (Urlup & Perlengkapan Jangkar)
o David Construction (Konstruksi Dewi-dewi Sekoci)
o Mast Construction (Konstruksi Tiang Mast, termasuk Boom, Gosse
Neck dan Rigging Plan)
Gambar mesin:
o Lay Out Engine Room (Rencana Kamar Mesin)
o Piping System (Sistem Perpipaan) untuk bilga, ballast, air tawar,
air laut, pemadam kebakaran, bahan bakar & minyak lumas
termasuk pipa udara, pipa duga & pipa isi
o Steering Gear & Emergency Steering Gear (Sistem Kemudi &
Kemudi Darurat)
o Shafting Arrangement (Rencana Sistem Poros)
o Propeller Shaft (Poros Baling-baling) & Intermediate Shaft (Poros
Antara, bila ada)
o Stern Tube & Stern Tube Bearing (Tabung Poros & Bantalannya)
o Propeller (Baling-baling)
o Electrical Instalation (Instalasi Listrik)
- Wiring Diagram (Diagram Pengawatan)
- Power Balance (Balans Daya)
- Main Switchboard (Papan Hubung Utama)
Prosedur yang disepakati untuk pindah kelas dari anggota IACS ke BKI terdiri
dari 3 (tiga) tahapan:
Penyerahan gambar-gambar rangkap 3 (tiga) untuk pengesahan.
Pelaksanaan minimum survey tergantung pada status kelas kapal,
sesuai dengan yang diinformasikan oleh kelas sebelumnya, umur dan
jenis kapal.
Melengkapi dokumen dan menerbitkan sertifikat kelas baru, bersama
dengan sertifikat statutoria yang diperlukan.
Waktu dan tempat yang tepat untuk survey kapal dapat ditentukan oleh
pemilik. Untuk mempersiapkan survey kapal, ruang muat dan tangki-tangki
harus disiapkan untuk inspeksi sebagaimana ditentukan dengan instruksi
pindah kelas. Survey akan dilaksanakan sesuai dengan persyaratan BKI.
Penerbitan sertifikat
Lambung
1. Capacity plan (Rencana kapasitas)
2. General arrangement (Rencana umum)
3. Hydrostatic curves (Kurfa hidrostatis)
4. Scantling plans (Rencana konstruksi)
5. Midship section (Penampang tengah kapal)
6. Shell expansion (Bukaan kulit)
7. Profile and decks (Profil dan geladak)
8. Longitudinal and transverse bulkhead (Sekat memanjang dan melintang)
9. Fore and aft end structures (Konstruksi ceruk haluan dan buritan)
10. Rudder and rudder stock (Kemudi dan tongkat kemudi)
11. Hatch covers (Penutup palka)
12. Loading manual untuk kapal dengan panjang lebih dari 65 m
13. Loading instrument (bila dilengkapi) user manual and test conditions
Mesin
1. Bilge and ballast piping diagram (diagram pipa bilga dan ballast)
2. Intermediate shaft, dan thrust shaft
3. Machinery arrangements
4. Main boilers, superheaters, economisers dan steam piping
5. Main engines, propulsion gears dan clutch sistim.
6. Propeller (baling-baling)
7. Stern tube dan glands
8. Wiring diagram (diagram pengawatan).
9. Steering gear sistims
10. Piping sistim and arrangements.
11. Untuk kapal di bawah 2 (dua) tahun, perhitungan getaran torsi
Kapal tangki minyak, kapal tangki kimia dan kapal pengangkut muatan
curah/minyak:
1. Sistem pipa muatan di dalam tangki dan diatas geladak.
2. Sistem pemompaan pada ujung-ujung depan dan belakang dan sistem
pengeringan pada koferdam dan ruang pompa.
Kapal tangki kimia:
1. Salinan sertifikat kelaikan
2. Rincian kondisi dan jenis muatan yang diangkut
Kapal tangki gas/minyak:
1. Penopang tangki muatan
2. Tangki geladak dan penopangnya
3. Rincian jenis muatan yang diangkut
4. Sistim pengendalian muatan
Kapal penyeberangan dan kapal ro-ro:
1. Outer and inner bow door/ramp
2. Stern door/ramp
3. Side doors
Informasi khusus/gambar tambahan:
Ice class notation:
1. Ice strengthening
2. Main propulsion line shafting
3. Reduction gears
4. Details of any clutch sistim
AS (Survey Tahunan)
Survey tahunan dilaksanakan untuk lambung, instalasi mesin termasuk
instalasi listrik dan perlengkapan khusus yang dikelaskan harus
dilaksanakan pada selang waktu 12 bulan, terhitung dari tanggal
dimulai periode kelas seperti yang tercantum dalam sertifikat kelas.
Survey bisa dilaksanakan dalam jendela waktu 3 bulan dihitung dari
hari terakhir dari bulan kalender dimana periode kelas yang sedang
berjalan akan genap berumur satu tahun.
Untuk kapal dengan akomodasi lebih dari 12 penumpang survey
tahunan harus dilaksanakan tidak lebih lambat dari tanggal jatuh
temponya.
IS (Survey Antara)
Survey antara adalah survey tahunan yang diperluas.
Jatuh tempo survey antara secara nominal pada tahunan kedua atau
tahunan ketiga sejak selesai survey Penerimaan/Pembaruan kelas.
DS (Survey Pengedokan)
Survey pengedokan dilaksanakan sebagai pemeriksaan berkala
terhadap kondisi lambung dibawahair, bukaan dan perlengkapan
penutupan pada pelat kulit yang berhubungan dengan instalasi mesin
dan komponen bagian luar dari sistem penggerak dan kemudi.
Kapal dengan tanda kelas A100 harus menjalani survey pengedokan 2
kali dalam satu periode kelas 5 tahun. Survey pengedokan yang
pertama dilaksanakan pada survey tahunan ke-2 atau paling lambat
survey tahunan ke-3.
Selang waktu maksimum antara survey pengedokan yang berurutan
tidak boleh lebih dari 36 bulan. Survey pengedokan berikutnya harus
dilaksanakan paling lambat setelah 24 bulan.
Kapal dengan tanda kelas A90 harus menjalani survey pengedokan
pada selang waktu 18 bulan.
Kapal dengan akomodasi untuk lebih dari 12 penumpang harus
menjalani survey pengedokan pada selang waktu 1 tahun.
Selain survey periodik, terdapat pula jenis survey khusus yang bisa berupa:
Survey kerusakan dan perbaikan. Survey kerusakan dan survey
perbaikan berlaku bila lambung kapal, instalasi mesin dan listrik dan
perlengkapan khusus yang dikelaskan mengalami kerusakan yang
mungkin mempengaruhi berlakunya kelas, atau apabila kerusakan
diperkirakan dapat mengakibatkan kecelakaan atau kejadian lain.
Survey perombakan. Dalam hal perombakan lambung atau mesin
kapal, survey harus dilaksanakan sesuai dengan data terkait yang
telah disetujui, sama halnya dengan bangunan baru.
Survey khusus. BKI berhak mensyaratkan pelaksanaan Survey
Khusus diluar dari survey berkala yang ada. Survey tersebut
diperlukan untuk pemeriksaan kondisi teknis kapal dan dipahami
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Mutu BKI.
Terdapat dua jenis perusahaan teknik yang dapat disertifikasi oleh BKI yaitu:
Perusahaan penyedia jasa teknik dan perusahaan yang memproduksi
material/komponen kapal.
Referensi:
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=415#
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=415
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=41
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=411
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=412
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=413
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=414
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=417
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=42
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idny
a=416
http://sites.google.com/site/ebookship01/ebook-ship-
01/certification/085-
SURVEYANDCERTIFICATION.pdf?attredirects=0&d=1
http://adhikarablog.wordpress.com/2010/06/18/macam-survey-kapal/
Evaluasi Pembelajaran
1. Studi literatur mengumpulkan dan mempelajari aturan klasifikasi
kapal nasional maupun asing
2. Pengayaan materi dengan berdiskusi tanda-tanda kelas dan
prosedur survey dan sertifikasi kapal
BAB VI
SURVEY DAN SERTIFIKASI KAPAL
Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa memahami prosedur standar survey dan pengklasan kapal, mempelajari
beberapa dokumen dan sertifikat kelayakan kapal
Metode Pembelajaran
1. Kuliah
2. Studi literatur aturan dan dokumen sertifikasi kapal
Untuk Chemical Tankers yang dibangun setelah 1 July 1986, yang muat barang
kimia cair curah, selain memenuhi ketentuan SOLAS harus pula memenuhi
ketentuan IBC (International Bulk Chemical Code). Kapal chemical tanker ini
berhak mendapatkan Certificate of Fitness.
Kapal yang dibangun menurut Rules and Regulation akan mendapat sertifikat
+100 A I untuk Hull dan +LMC untuk mesin.
Sertifikat yang dikeluarkan oleh Biro Klasifikasi:
Hull Certificate
Machinery Certificate & Boiler
Cargo Gear Certificate
Refrigeration Certificate
Sertifikat ini harus selalu ada di kapal (dalam tas surat kapal)
Keselamatan Kapal
Pasal 53
Pasal 54
(1) Jenis pemeriksan keselamatan kapal sebagaimana dimaksud dalam pasal 53,
berdasarkan waktu pelaksanaan, terdiri dari:
a. pemeriksaan pertama;
b. pemeriksaan tahunan;
c. pemerkisaan pembaharuan;
d. pemeriksaan antara;
e. pemeriksaan di luar jadwal; dan
f. pemeriksaan karena kerusakan dan perbaikan.
Pasal 55
(1) Setiap kapal yang berdasarkan hasil pengujian dan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 53 dan pasal 54 memenuhi persyaratan keselamatan
kapal, diberikan sertifikat keselamatan kapal.
(2) Setiap kapal yang berlayar di perairan Indonesia, harus memiliki:
a. Sertifikat Keselamatan Kapal;
b. Sertifikat Keselamatan Radio; dan
c. Sertifikat Garis Muat.
(3) Khusus kapal penumpang yang berlayar di perairan Indonesia, wajib dilengkapi
dengan sertifikat Keselamatan Kapal Penumpang.
(4) Kapal harus memiliki sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) sesuai
dengan daerah pelayarannya.
(5) Kapal untuk daerah pelayaran semua lautan atau pelayaran internasional harus
memiliki sertifikat sesuai dengan ketentuan konvensi Internasional.
(6) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3), berdasarkan jenis
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 54 digolongkan sebagai:
a. sertifikat sementara;
b. sertifikat pertama; dan
c. sertifikat pembaharuan.
(7) Sertifikat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) diberikan oleh
Menteri.
Pasal 57
Pasal 58
(1) Pemilik, operator, nakhoda atau pemimpin kapal wajib memelihara dan merawat
kapalnya sehingga kapal selama dioperasikan tetap memenuhi persyaratan
keselamatan kapal dan sesuai dengan data yang terdapat pada sertifikat kapal.
(2) Setiap kapal wajib dilimbungkan sesuai dengan jadwal yang ditentukan untuk
pelaksanaan pemeliharaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
Pasal 59
(1) Untuk keperluan persyaratan keselamatan kapal, kapal berdasarkan jenis dan
ukuran tertentu, wajib diklasifikasikan pada badan klasifikasi.
(2) Badan klasifikasi nasional atau badan klasifikasi asing yang diakui dapat ditunjuk
untuk melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap kapal dengan jenis
dan ukuran tertentu yang berkenaan dengan pemenuhan persyaratan
keselamatan kapal.
(3) Penunjukan dan pengakuhan badan klasifikasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan (2) dilakukan oleh Menteri.
Referensi:
http://www.klasifikasiindonesia.com/ajax/lain.php?menuku=mpat&idnya=425#
http://sites.google.com/site/ebookship01/ebook-ship-01/certification/085-
SURVEYANDCERTIFICATION.pdf?attredirects=0&d=1
Sanusi Setrodjijo, (2010), Survey & Certification .
Evaluasi Pembelajaran
1. Pengayaan materi dengan membuat tugas terkait dengan
kewenangan yang diberikan pemerintah pada badan klasifikasi yang
ditunjuk.
2. Berdiskusi tanda-tanda kelas dan prosedur survey dan sertifikasi
kapal
BAB VII
PORT STATE CONTROL
Sasaran Pembelajaran
Mahasiswa memahami pentingnya port state control serta kewenangan PSC officer,
memahami konsep pengamanan pelabuhan dan persyaratan yang diwajibkan
pelabuhan sebagai penyelenggara/officer PSC.
Metode Pembelajaran
Pertemuan ke IX dan XI
1. Kuliah dan berdiskusi
2. Tugas menjawab pertanyaan pada sesi akhir perkuliahan
Port State Control (PSC) adalah pemeriksaan kapal asing di pelabuhan nasional untuk
memverifikasi bahwa kondisi kapal dan peralatan sesuai dengan persyaratan peraturan
internasional dan bahwa kapal yang diawaki dan dioperasikan sesuai dengan aturan-
aturan ini.
Pada tahun 1978, sejumlah negara Eropa sepakat di Den Haag pada memorandum
yang setuju untuk mengaudit apakah kondisi tenaga kerja di kapal itu sesuai aturan
ILO. Setelah tenggelam tahun itu, diputuskan juga audit terhadap
keamanan dan polusi. Untuk tujuan ini, di tahun 1982 Nota Kesepahaman di Paris
(Paris MoU) yang telah disepakati, membangun Pengendalian Negara Pelabuhan, saat
ini 26 negara Eropa dan Kanada. Dalam prakteknya, ini adalah reaksi pada kegagalan
negara bendera - terutama flags of convenience yang telah didelegasikan tugas mereka
untuk klasifikasi masyarakat - untuk memenuhi tugas-tugas inspeksi mereka.
Setelah di atas fondasi yang dibangun oleh Paris MOU, beberapa daerah lainnya MoU
telah ditandatangani, termasuk Tokyo MOU (Samudera Pasifik), Acuerdo Latino atau
Acuerdo de Vina del Mar (Amerika Selatan dan Tengah), Karibia MOU, Mediterania
MOU , Samudra Hindia MOU , Abuja MOU (Barat dan Tengah Atlantik Afrika), Laut
Hitam MOU, dan Riyadh MOU (Teluk Persia).
Para United States Coast Guard memverifikasi bahwa semua kapal asing yang
beroperasi di Amerika Serikat perairan yang sesuai substansial dengan konvensi
internasional, serta semua AS berlaku undang-undang, peraturan dan perjanjian. AS
bukan anggota dari setiap Kontrol Port State MOU.
Banyak dari konvensi IMO paling penting berisi ketentuan-ketentuan teknis kapal untuk
diperiksa ketika mereka mengunjungi pelabuhan asing untuk memastikan bahwa
mereka memenuhi persyaratan IMO.
a. Kekurangan harus diperbaiki sebelum kapal dapat berangkat port;
b. Penahanan kapal
Hal ini memastikan bahwa sebanyak mungkin kapal yang diperiksa, tetapi pada saat
yang sama mencegah kapal-kapal yang tertunda oleh inspeksi yang tidak perlu.
Tanggung jawab utama untuk standar kapal dimiliki oleh Negara bendera - tetapi
kontrol Negara pelabuhan menyediakan "jaring pengaman" untuk menangkap kapal
standar.
IMO telah mendorong pembentukan organisasi regional pelabuhan Negara kontrol dan
perjanjian pada kontrol Negara pelabuhan - Memorandum of Understanding atau MoU -
telah ditandatangani mencakup seluruh lautan di dunia: Eropa dan Atlantik utara (Paris
MoU), Asia dan Pasifik (Tokyo MoU); Amerika Latin (Acuerdo de Vina del Mar); Karibia
(Karibia MoU); Barat dan Afrika Tengah (Abuja MoU); wilayah Laut Hitam (Laut Hitam
MoU); Mediterania (Mediterania MoU); Samudera Hindia (Indian Samudera MoU), dan
Riyadh MoU.
IMO host Kelima IMO Lokakarya untuk PSC MoU / Kesepakatan Sekretaris dan
Manajer Database dari 14-16 Juni 2011. Lokakarya ini didanai oleh Dana Teknis IMO
Kerjasama dan bertujuan untuk memberikan dukungan kepada rezim kontrol port
Negara regional dengan membangun sebuah platform untuk kerjasama dan juga
menyediakan sebuah forum bagi orang yang terlibat untuk bertemu dan bertukar ide
dan pengalaman, mereka juga bertujuan untuk mendorong harmonisasi dan koordinasi
kegiatan PSC dan pengembangan rekomendasi praktis yang dapat diteruskan ke IMO
untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh Komite relevan Organisasi dan Sub-Komite.
Lokakarya Keenam dijadwalkan berlangsung pada tahun 2013.
Konvensi IMO yang berhubungan dengan kapal menempatkan tanggung jawab untuk
keselamatan dan perlindungan lingkungan laut pada Negara bendera. Negara
pelabuhan dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk tujuan dimaksud.
Beberapa konvensi ( SOLAS 74/78, MARPOL 73/78, Load Line 66, SCTW 78/95 dan
ILO No. 147) memuat ketentuan-ketentuan yang memberikan kewenangan kepada
Negara-Negara Pelabuhan untuk melakukan pengawasan terhadap diterapkannya
persyaratan-persyaratan konvensi di bidang keselamatan dan pencegahan-
pencegahan.
Pengawasan dilakukan oleh Negara Pelabuhan didasarkan pada prinsip bahwa Negara
Pelabuhan mengakui sertifikat-sertifikat Internasional yang diterbitkan oleh atau atas
nama Negara Bendera Pengakuan dimaksud adalah suatu hak istimewa yang hanya
diberikan kepada negara peserta konvensi.
Suatu prinsip yang perlu diingat adalah perlengkapan yang diisyaratkan oleh konvensi
harus ada dan telah diservis, kedua-duanya. Jika tidak, maka kapal tidak sesuai dengan
sertifikat dan tindakan perbaikan harus segera diambil.
Dituangkan dalam M
( , Paris on 1 July 1982;
, Vina del Mar (Chile) on 5 November
1992.
, Tokyo (Japan) on 1 December 1993;
, Christchurch (Barbados) on 9 February 1996;
Malta on 11 Juli 1997.
, Pretoria (SOUTH Africa) on 5 June 1998 ;
, Abuja on 22 October 1999;
Pengawasan melalui Pemonitoran ( )
Jika PSCO merasa pasti ada dasar-dasar yang kuat bahwa sebuah
kapal mungkin di bawah standar , suatu pemeriksaan yang lebih rinci
dapat dilakukan. Langkah tindakan kedua yang didesain untuk menambah atau
suplemen pengaturan pengawasan negara bendera.
Pemeriksaan (
1. Pemeriksaan juga dapat dilakukan misalnya dari informasi yang diberikan oleh
suatu negara pelabuhan sehubungan dengan keadaan suatu kapal dan seorang
PSCO (Port State Control Officer) dapat langsung menuju ke kapal dimaksud.
Sebelum naik ke kapal, ia akan mengamati penampilan kapal di laut atau
dermaga.
2. Pada kesempatan pertama dimungkinkan, PSCO harus meyakinkan akan tahun
pembangunannya dan ukuran kapal untuk menetapkan ketentuan-
ketentuan/peraturan-peraturan mana dari konvensi-konvensi yang akan
diterapkan
3. Pada waktu naik ke kapal dan memperkenalkan diri kepada Nahkoda atau
perwira kapal yang bertanggung jawab, PSCO kemudian memeriksa dan
meneliti sertifikat-sertifikat serta dokumen-dokumen kapal yang disyaratkan.
4. Jika semua sertifikat masih berlaku dan kesan umum PSCO serta observasi-
observasi yang nampak di kapal memastikan bahwa suatu pemeliharaan kapal
terlihat baik, maka pada umumnya ia akan membatasi langkah-langkah
pemeriksaannya dan hanya mengisi form A , sedangkan form B jika dari
observasi yang dilakukan dijumpai kekurangan-kekurangan
5. Namun, apabila dari kesan umum PSCO atau observasinya di atas kapal ada
dasar-dasar yang kuat untuk meyakinkan bahwa kapal,
perlengkapannya atau awak kapalnya secara substansial tidak memenuhi
persyaratan-persyaratan, maka PSCO harus meneruskan pemeriksaannya
secara lebih rinci
Clear Grounds
Evaluasi Pembelajaran
Memberikan soal pertanyaan untuk diselesaikan di rumah sebagai berikut:
1. Tuliskan pendapat anda perihal perntingnya penegakan PSC di
pelabuhan.
2. Sebutkan dan jelaskan beberapa wewenang yang melekat pada PSC
officer dalam menangani keamanan di pelabuhan kaitannya dengan
pemerikasaan kapal.
3. Bagian-bagian apa saja yang diperiksa untuk menjamin keselamatan dan
keamanan pelabuhan.
BAB VIII
STANDARDS OF TRAINING, CERTIFICATION AND WATCHKEEPING
(STCW)
Sasaran Pembelajaran
Memahami dan mendalami aturan yang terkait dengan peningkatan kemampuan
dan sertifikasi kelayakan ABK kapal.
Metode Pembelajaran
Pertemuan ke XII dan XIII
Metode pembelajaran
1. Kuliah dan berdiskusi
2. Diskusi panel pada minggu ke XIII
Konvensi STCW tahun 1978 adalah yang pertama untuk menetapkan persyaratan
dasar tentang pelatihan, Sertifikasi dan Watchkeeping untuk pelaut di tingkat
internasional. Sebelumnya standar pelatihan, sertifikasi dan Watchkeeping
petugas dan peringkat didirikan oleh pemerintah masing-masing, biasanya tanpa
mengacu pada praktik di negara lain. Akibatnya standar dan prosedur bervariasi
secara luas, meskipun pengiriman adalah yang paling internasional dari semua
industri.
Konvensi STCW tahun 1978 adalah yang pertama untuk menetapkan persyaratan
dasar tentang pelatihan, Sertifikasi dan Watchkeeping untuk pelaut di tingkat
internasional. Sebelumnya standar pelatihan, sertifikasi dan Watchkeeping
petugas dan peringkat didirikan oleh pemerintah masing-masing, biasanya tanpa
mengacu pada praktik di negara lain. Akibatnya standar dan prosedur bervariasi
secara luas, meskipun pengiriman adalah yang paling internasional dari semua
industri.
Salah satu fitur utama penting Konvensi adalah bahwa hal itu berlaku untuk kapal-
kapal non-Amerika ketika mengunjungi pelabuhan Negara yang menjadi Pihak
Konvensi. Pasal X membutuhkan Pihak untuk menerapkan tindakan pengendalian
untuk kapal semua bendera sejauh yang diperlukan untuk memastikan bahwa
tidak ada perlakuan yang lebih menguntungkan diberikan kepada kapal-kapal
berhak mengibarkan bendera Negara yang tidak Partai daripada diberikan kepada
kapal-kapal berhak untuk terbang bendera dari suatu Negara.
Kesulitan yang bisa timbul untuk kapal negara yang bukan Pihak pada Konvensi
adalah salah satu alasan mengapa Konvensi telah menerima penerimaan luas
tersebut. Pada tahun 2011, Konvensi STCW memiliki 155 Pihak, mewakili 98,9
persen dari tonase pengiriman dunia.
Revisi 1995
Pada tanggal 7 Juli 1995, IMO mengadopsi revisi komprehensif STCW. Mereka
juga termasuk proposal untuk mengembangkan Kode STCW baru, yang akan
berisi rincian teknis terkait dengan ketentuan-ketentuan Konvensi. Amandemen
memasuki berlaku pada tanggal 1 Februari 1997. Implementasi penuh diperlukan
per 1 Februari 2002. Pelaut sudah memegang lisensi memiliki opsi untuk
memperbaharui lisensi mereka sesuai dengan aturan lama selama
periode yang berakhir pada tanggal 1 Februari 2002. Pelaut memasuki program
pelatihan setelah tanggal 1 Agustus 1998 adalah diperlukan untuk memenuhi
standar kompetensi dari tahun baru.
Bambang Setiono Adi, (2008), Nautika Kapal Penangkap Ikan, Untuk SMK
Jilid 3 , Direktorat Pembinaan Sekolah Mengengah Kejuruan, Jakarta.
http://www.imo.org/About/Conventions/ListOfConventions/Pages/International-
Convention-on-Standards-of-Training,-Certification-and-Watchkeeping-for-
Seafarers-(STCW).aspx
Evaluasi Pembelajaran
1. memberikan nilai khusus bagi mahasiswa yang aktif berdiskusi dan
mengutarakan pendapat
2. Pengayaan materi dengan membaca atura STCW
BAB IX MAHKAMAH
PELAYARAN
Sasaran Pembelajaran
Memahami kedudukan da wewenang mahkamah pelayaran dalam menjalankan
aturan UUD pelayaran dan kewenangan yang melekat pada mahkamah pelayaran
Metode Pembelajaran
Minggu ke XIV dan XV
Metode :
1. Presentase kelompok dan berdiskusi antar kelompok
2. Membaca dan mendalami aturan dan UUD yang digunakan oleh
mahkamah pelayaran
Kedudukan:
Tugas pokok:
Dasar hukum:
Fungsi
Tujuan
Kegiatan
Admiralty Court
Syahbandar:
Dasar Hukum:
pasal 25 Ordonansi Kapal 1935
peraturan 21 Solas 1974
UU 21 1992 tentang Pelayaran
Flag state wajib melakukan pemeriksaan terhadap kecelakaan kapal dan
melaporkan ke IMO
Syahbandar sangat berkepentingan untuk mendapatkan data-data teknis
kapal dan tingkat pengetahuan keterampilan awak kapal dalam melakukan
olah gerak kapal
Bahwa kapal dapat bertindak sesuai tingkat keamanan yang ditentukan negara
peserta. Pada keamanan tingkat-1 (satu) harus melaksanakan aktivitas:
Memastikan pelaksanaan tugas keamanan;
Mengawasi akses ke kapal, orang dan bawaan serta penanganan muatan
dan gudang;
Monitor area terbatas hanya orang yang diberi hak yang mempunyai akses;
Monitor area di geladak dan sekeliling kapal;
Memastikan komunikasi siap tersedia.
SSO Yang ditunjuk untuk kapal yang bersangkutan mempunyai tugas dan
tanggung jawab pada kapal tersebut akan tetapi tugas tersebut tidak terbatas.
Tugas dimaksud adalah:
Melakukan pemeriksaan keamanan kapal secara regular;
Memelihara dan sebagai supervisi pelaksanaan SSP;
Berkoordinasi aspek keamanan dengan personil kapal dan PFSO dalam
hal pengamanan muatan dan perbekalan kapal;
Mengusulkan modifikasi SSP;
Melaporkan ke perusahaan kekurangan dan NC pada saat internal audit,
review, inspeksi keamanan, verifikasi ketidaksesuaian serta pelaksanaan
tindakan perbaikan;
Peningkatan kepedulian dan kewaspadaan keamanan dikapal;
Pelaksanaan pelatihan dan gladi diatas kapal;
Melaporkan insiden diatas kapal jika ada;
Mengkoordinasikan pelaksanaan SSP kepada CSO dan PFSO;
Memastikan bahwa perlengkapan keamanan yang dioperasikan telah diuji,
dikalibrasi dan terpelihara dengan baik;
Permintaan khusus dari Perusahaan.
Awak kapal dengan tugas keamanan yang spesifik harus memiliki pengetahuan
dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan yang
diperlukan yaitu:
Pengetahuan tentang pola dan ancaman saat itu;
Pengenalan dan pendeteksian persenjataan, alat-alat yang berbahaya dan
zat-zat yang membahayakan;
Pengetahuan tentang karakteristik dan pola tingkah laku manusia yang
cenderung membahayakan keamanan;
Teknik yang digunakan untuk menghindari tindakan keamanan;
Manejemen mengatasi kerusuhan dan teknik pengendaliannya;
Komunikasi Keamanan;
Pengetahuan tentang Prosedur darurat dan penanganan keadaan darurat;
Pengoperasian peralatan dan system keamanan;
Pengujian kalibrasi dan pemeliharaan peralatan serta system keamanan
dilaut;
Teknik-teknik pemeriksaan pengawasan, dan pemantauan;
Metode penggeledahan phisik terhadap manusia, barang pribadi, bagasi,
barang muatan dan barang persediaan untuk keperluan kapal.
Referensi:
Evaluasi Pembelajaran
1. Penilaian bobot tugas kelompok dan hasil diskusi
2. Pengayaan materi dengan berdiskusi