Kelas :X MIPA 1
Semasa mahasiswa Taufiq Ismail aktif dalam berbagai kegiatan. Tercatat, ia pernah
menjadi Ketua Senat Mahasiswa FKHP UI (19601961) dan Wakil Ketua Dewan Mahasiswa
(19601962). Ia pernah mengajar sebagai guru bahasa di SMA Regina Pacis, Bogor (1963-
1965), guru Ilmu Pengantar Peternakan di Pesantren Darul Fallah, Ciampea (1962), dan
asisten dosen Manajemen Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Indonesia Bogor dan
IPB (1961-1964). Karena menandatangani Manifes Kebudayaan, yang dinyatakan terlarang
oleh Presiden Soekarno, ia batal dikirim untuk studi lanjutan ke Universitas Kentucky dan
Florida. Ia kemudian dipecat sebagai pegawai negeri pada tahun 1964.
Taufiq menjadi kolumnis Harian KAMI pada tahun 1966-1970. Kemudian, Taufiq
bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong, Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan
Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison (1966). Sampai sekarang
ini ia memimpin majalah itu. Taufiq Ismail menikah dengan Esiyati Yatim pada tahun 1971
dan dikaruniai seorang anak laki-laki, Bram Ismail. Bersama keluarga ia tinggal di Jalan Utan
Kayu Raya 66-E, Jakarta 13120.
Taufiq merupakan salah seorang pendiri Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Taman
Ismail Marzuki (TIM), dan Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ) (1968). Di ketiga
lembaga itu Taufiq mendapat berbagai tugas, yaitu Sekretaris Pelaksana DKJ, Pj. Direktur
TIM, dan Rektor LPKJ (19681978). Setelah berhenti dari tugas itu, Taufiq bekerja di
perusahaan swasta, sebagai Manajer Hubungan Luar PT Unilever Indonesia (1978-1990).
Pada tahun 1993 Taufik diundang menjadi pengarang tamu di Dewan Bahasa dan
Pustaka, Kuala Lumpur, Malaysia. Sebagai penyair, Taufiq telah membacakan puisinya di
berbagai tempat, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam setiap peristiwa yang
bersejarah di Indonesia Taufiq selalu tampil dengan membacakan puisi-puisinya, seperti
jatuhnya Rezim Soeharto, peristiwa Trisakti, dan peristiwa Pengeboman Bali.
Hasil karya:
3. Buku Tamu Musium Perjuangan, Dewan Kesenian Jakarta (buklet baca puisi) (1972)
9. Ketika Kata Ketika Warna (editor bersama Sutardji Calzoum Bachri, Hamid Jabbar,
Amri Yahya, dan Agus Dermawan, antologi puisi 50 penyair dan repoduksi lukisan 50
pelukis, dua bahasa, memperingati ulangtahun ke-50 RI), Yayasan Ananda (1995)
10. Seulawah Antologi Sastra Aceh (editor bersama L.K. Ara dan Hasyim K.S.),
Yayasan Nusantara bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Istimewa Aceh
(1995)
12. Dari Fansuri ke Handayani (editor bersama Hamid Jabbar, Herry Dim, Agus R.
Sarjono, Joni Ariadinata, Jamal D. Rahman, Cecep Syamsul Hari, dan Moh. Wan
Anwar, antologi sastra Indonesia dalam program SBSB 2001), Horison-Kakilangit-
Ford Foundation (2001)
Karya terjemahan:
Membangun Kembali Pikiran Agama dalam Islam (dari buku The Reconstruction of
Religious Thought in Islam, M. Iqbal (bersama Ali Audah dan Goenawan Mohamad),
Tintamas (1964)
Atas kerja sama dengan musisi sejak 1974, terutama dengan Himpunan Musik Bimbo
(Hardjakusumah bersaudara), Chrisye, Ian Antono, dan Ucok Harahap, Taufiq telah
menghasilkan sebanyak 75 lagu.
Ia pernah mewakili Indonesia baca puisi dan festival sastra di 24 kota di Asia, Amerika,
Australia, Eropa, dan Afrika sejak 1970. Puisinya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa,
Sunda, Bali, Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan Cina.
South East Asia (SEA) Write Award dari Kerajaan Thailand (1994)