Anda di halaman 1dari 28

http://yayukandina.blogspot.co.id/2013/04/uji-potensi-antibiotik.

html

UJI POTENSI ANTIBIOTIK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antibiotika sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan

berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Akan tetapi akibat pemakaian yang tidak

rasional dan pemakaian yang tidak tuntas dari antimikroba malah dapat

membahayakan bagi pasien. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi

terhadap pengobatan dengan antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengobati

berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada

pembedahan besar.

Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk

menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut

terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang

ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan.

Antibiotika adalah suatu substansi kimia yang dibentuk atau diperoleh dari

berbagai spesies mikroorganisme, yang dalam konsentrasi rendah mampu

menghambat pertumbuhan mikroorganisme lainnya. Antibiotika tersebar di dalam alam

dan memegang peranan penting dalam mengatur populasi mikroba dalam tanah, air,

limbah, dan kompos. Antibiotika ini memiliki susunan kimia dan cara kerja yang

berbeda-beda sehingga masing-masing antibiotika memiliki kuman standar tertentu.


Dari sekian banyak antibiotika yang telah berhasil ditemukan, hanya beberapa saja

yang cukup tidak toksik untuk dapat dipakai dalam pengobatan.

B. Maksud
Maksud dari percobaan ini untuk mengetahui zona hambat pertumbuhan

mikroba oleh zat baku standar dan zat baku uji.

C. Tujuan
Adapun tujuan praktikum mengenai penentuan potensi antibiotic ini adalah untuk

mengukur luas hambatan pertumbuhan mikroba uji yang disebabkan oleh zat baku

standard an zat yang diuji.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama

fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat

pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi

manusia relatif kecil (Tjay, 1978).

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr.

Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru

diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).
Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di

seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang

dapat digunakan sebagai obat (Tjay, 1978).

Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam

zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak

menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan

bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut

chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat

dipengaruhi oleh zat-zat kimiab peristiwa itu disebut chemotropis (soemarno, 1976).

Suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila (Djide, 2005) :

Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami maupun sintesis).


Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu

antibiotika yang terdapat di alam.


Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies

mikroorganisme atau lebih.


Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah.

Secara umum antibiotika terbagi atas (Raharja, 2002) :

Penisilin

Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman Gram-positif

(khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Contohnya :

Benzilpenisilin, Fenoksimetilpenisilin Kloksasilin, Asam Klavulanat, Ampisilin.

Sefalosporin

Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif

termasuk Escherichia coli. Berkhasiat bakterisid dalam fase pembunuhan kuman,

berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk


ketangguhan dindingnya. Contohnya : Sefaleksin, Sefamandol, Sefouroksin,

Sefotaksim, Seftazidim, Aztreonam.

Aminoglikosida

Aktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan

mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu

sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase

pertumbuhan juga bila kuman tidak membelah diri. Contohnya : Streptomisin,

Gentamisin, Amiksin, Neomisin Paromomisin.

Tetrasiklin

Mekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spectrum kerjanya

luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli,

kecuali pseudomonas dan proteus. Contohnya : Tetrasiklin, Doksisiklin,

Makrolida dan linkomisin

Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif, dan spectrum

kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversible pada

ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Contohnya : Eritromisin,

Azitromisin, Spiramisin, Linkomisin.

Polipeptida

Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan kemampuannya

untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel meningkat

dan akhirnya sel meletus. Contohnya : Polimiksin B, Basitrasin, Gramsidin.

Antibiotika lainnya
Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap enterobacter dan Staphylococcus

aureus berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya : Kloramfenikol,

Vankomisin, Asam fusidat, Mupirosin, Spektinomisin.

Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi dalam lima kelompok

(Ganiswarna, 1995) :

Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam

p-aminosalisilat dan sulfon.

Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sfalosforin, basitrasin,

vankomisin, dan sikloserin.

Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel

Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah polimiksin, golongan polien serta

berbagai antimikroba kemoteraupetik, seperti antiseptik surface active agents.

Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golonbgangna aminoglikosid, makrolid,

linkimisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.

Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba

Antimikroba yang termasuk kelompok ini ialah rimpisin dan golongan kuinolon.

Prinsip penggunaan antibiotik didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu

(Ditjen POM, 2001) :

Penyebab infeksi
Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan

mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak

melakukan pemeriksaan mikro-biologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita

suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera

dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan

kepekaan kuman. Pemberian antibiotik tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat

didasarkan pada educated guess.

Faktor pasien

Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik antara lain

fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi (status imunologis),

daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil

atau menyusui, dan lain-lain.

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel

mikroba oelh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk

bertahan hidup. Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu

(Ganiswara, 1995) :

Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.


Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.
Inaktivasi obat oleh mikroba.
Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh

antimikroba.
Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.

Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan

mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak

mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien yang dicurigai menderita


suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah pengambilan

sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman (Ditjen POM,

2001).

Suatu zat antimikroba yang ideal, memiliki toksisitas selektif. Istilah ini berarti

bahwa suatu obat berbahaya bagi parasit tapi tidak membahayakan bagi inang.

Umumnya toksisitas selektif lebih bersifat relatif dan bukan absolud, ini berarti bahwa

suatu obat yang pada konsentrasi tertentu dapat ditoleransi oleh inang umum dapat

merusak parasit (Tjay, 2003).


Aktifitas mikroba dapat dikendalikan dengan mengatur faktor-faktor lingkungan

yang meliputi faktor biotik dan abiotik (temperatur, pH, kelembaban, radiasi)

(Dwidjesoputro, 1994).
Uji potensi antibiotika dilakukan dalam dua metode yaitu metode kertas saring

(Kirby and Bauer) dan metode dAubert. Metode kertas saring menghambat

pertumbuhan mikroorganisme dengan menggunakan zat-zat kimia seperti fungisida,

bakterisida, dan insektisida. Dengan perlakuan fisik seperti dengan sinar UV,

pemanasan yang tinggi, serta dengan perlakuan biologi seperti menggunakan

mikroorganisme lain sebagai antagonis. Metode dAubert yaitu metode yang digunakan

untuk memeriksa kadar anibiotika dalam bahan makanan sebagai bahan pengawet

(Ramona dkk., 2007).


BAB III
PROSEDUR KERJA
A. Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi botol roux, cawan petri,

erlenmeyer, gelas ukur, spektrofotometer, tabung reaksi, pinset, pencadang, piper disk,

vial.
B. Bahan

Bahan yang digunakan yaitu GNA (glucosa natrium agar), bakteri Sterptococus

Aureus, antibiotik tetrasiklin, ampicilin, amoxicilin,dan cefadroxcil.

C. Cara Kerja
1. Pertama-tama dibuat pengenceran dengan 5 variasi dosis baku (S1 sampai S5).
2. Dibuat 1 variasi dosis uji (U3) yang sesuai dengan S3 kurva baku.
3. Dibuat suspensi inokulum dengan mencampurkan GNA steril.
4. Dituang kedalam tiap-tiap cawan petri
5. Setelah inokulum padat kemudian diletakkan piper disk yang telah direndam dengan

larutan antibiotik.
6. Diinkubasi selama 1x24 jam pada suhu 37C.
7. Diamati zona hambat yang terbentuk dan dilakukan pengukuran garis tengah dengan

menggunakan penggaris.
8. Dihitung potensi antibiotik dari hasil pengukuran.

BAB IV

HASIL PRAKTIKUM

A. Data Hasil Pengamatan


No Diameter Zona Hambat pertumbuhan
Baku Pembanding Sampel
S1 S3 S2 S3 S4 S3 S5 S3 U3 S3
1 10 11 10 11 12 12 8 9 15 15
2 11 10 12 10 10 11 10 9 11 13
3 10 10 12 10 10 10 9 10 12 14
4 10 12 8 9 5 0 8 10 14 12
5 3 12 9 8 7 0 10 11 11 9
6 8 11 7 9 8 0 9 9 12 7
7 11 10 10 10 0 0 10 10 11 11
8 10 12 9 9 0 0 10 9 12 11
9 12 11 10 5 0 0 10 9 13 13
Jumlah 85 99 87 81 52 33 84 86 111 105
Rata-rata 9,4 11 9,6 9 8,6 11 9,3 9,5 12.3 11,6
Korektor 0,8 -0,3 0,7 0,1 -0,35
Hasil Koreksi 10,2 9,3 9,3 9,4 11,95
B. Perhitungan

Rata-rataS1 + rata-rata S3
2
Perhitungan hasil koreksi
a. Hasil koreksi =

9,4+ 11
2

= 10, 2
BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan tentang pengujian antibiotik, maka

dapat diketahui bahwa antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme

atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh

mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.

Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-

Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri.

Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat

yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat

pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri

itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.

Pada pengujian yang telah dilakukan, terbentuk zona bening disekitar piper disk.

Ini menunjukan bahwa antibiotik yang digunakan berpotensi menghambat pertumbuhan

Streptococus Aureus.

Bakteri Gram positif meliputi bakteri koken (streptokokus, stafilokokus), basilus

(saprofit), spiral (treponema dan leptospira), batang (korinebakteria) dan lain-lain. Untuk

bakteri Gram positif ini, antibiotika pilihan utama adalah penisilin spektrum sempit

(asalkan tidak ada resistensi karena produksi enzim penilisinase). Penisilin spektrum
luas, eritromisin, sefalosporin, mempunyai aktifitas anti bakteri terhadap golongan

Gram positif , tetapi tidak sekuat penisilin spektrum sempit di atas.

Bakteri gram negatif termasuk koken (N. gonorrhoeae, N. meningitidis atau

pnemokokus), kuman-kuman enterik (E.coli, klebsiela dan enterobakter), salmonela,

sigela, vibrio, pseudomonas, hemofilus dan lain-lain. Untuk bakteri-bakteri kelompok ini,

pilihan antibiotik dapat berupa penisilin spektrum luas, tetrasiklin, kloramfenikol,

sefalosporin dan lain-lain. Sebagai contoh, antibiotik pilihan untuk kuman vibrio adalah

tetrasiklin, untuk salmonela adalah kloramfenikol, untuk hemofilus adalah kloramfenikol.

BAB VI

PENUTUP
Kesimpulan

1. Terbentuknya zona bening atau zona hambat yang menandakan adanya potensi dari

antibiotik yang digunakan dalam menghambat dan membunuh bakteri gram positif yaitu

Streptococus Aureus.

2. Pengaruh komsentrasi antibiotika terhadap pertumbuhan bakteri adalah semakin besar

konsentrasi dari antibiotika maka kemampuan antibiotika untuk menghambat atau

membunuh bakteri akan semakin besar (efektifitas kerja antibiotia meningkat).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim., 2010. Kombinasi Antimikroba.

Available at : http://www.medicastore.com/antibiotika/kombinasi_antimikroba.

Last opened : 24 April 2010.


Craig, W.A. 1998. Choosing An Antibiotic On The Basis of Pharmacodynamics. Ear NoseThroat
J. New England.

Dwidjoseputro, D. 2003. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.

Jawetz, Melnick, Adelbergs. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.

Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Lim, D. 1998. Microbiology 2nd Edition. McGraw Hill. United of States America.

Mc Evoy, G.K., J.L. Miller, J. Shick and E.D. Milikan. 2002. AHFS Drug Information. American
Society of Health: USA.

Pelczar, M., E.C.S. Chan. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.

Tjay, Tann Hoan., Rahardja, Kirana. 2008. Obat-Obat Penting. Penerbit Elexmedia Komputindo.
Jakarta.

Van Saene, H.K.F, Silvestri L, De la Cal MA. 2005. Infection Control In The Intensive Care
Unit. 2nd ed. Springer. Milan.
Laporan praktikum mikrobiologi uji antibiotik mikroba

http://disachem.blogspot.co.id/2012/04/laporan-praktikum-mikrobiologi-
uji_28.html

http://dokumen.tips/download/link/uji-potensi-antibiotik

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada ilmu mikrobiologi ini kita mempelajari banyak tentang jasad-jasad renik yang
disebut juga dengan microba atau protista, di mana adanya, ciri-cirinya, kekerabatan antara
sesamanya seperti juga dengan kelompok organisme lainnya, penggunaan dan peranannya dalam
kesehatan serta kesejahteraan kita. Mikroorganisme sangat erat kaitannya dengan kehidupan kita,
beberapa di antaranya bermanfaat dan yang lain merugikan. Banyak di antaranya menjadi
penghuni dalam tubuh manusia. Beberapa mikroorganisme menyebabkan penyakit dan yang lain
terlibat dalam kegiatan manusia sehari-hari seperti misalnya pembuatan anggur, keju, yogurt,
produksi penicillin, serta proses-proses perlakuan yang berkaitan dengan pembuangan limbah.
Uji sensitivitas bakteri merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan produk alam
yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.
Metode uji sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan
mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang
rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan
bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas
antibakteri.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menguji antibiotik dapat menghambat pertumbuhan khamir jenis Candida albicans.
2. Untuk menguji bahan logam sebagai zat yang dapat menghambat pertumbuhan khamir jenis
Candida albicans.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa
murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode cara
bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti
bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri
pada konsentrasi yang rendah. uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan
tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang
memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode difusi
agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip
dari metode ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona
hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Gaman, dkk. 1992).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri adalah metode
Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan mikroorganisme oleh
ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi
oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap bahan anti bakteri (Jawelz, 1995).
Tujuan dari proses uji sensisitivitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling
cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang
kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik. Penyebab
kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik
yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat penghentian obat
sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh oleh antibiotic (Dwidjoseputro, 1998).
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman-kuman sedangkan toksisitasnya bagi
manusia relatif kecil. Para peneliti diseluruh dunia memperoleh banyak zat lain dengan khasiat
antibiotik namun berhubung dengan adanya sifat toksis bagi manusia, hanya sebagian kecil saja
yang dapat digunakan sebagai obat diantaranya adalah streptomycin vial injeksi, Tetrasiklin
kapsul, Kanamicin kapsul, Erytromicin kapsul, Colistin tablet, Cefadroxil tablet dan Rifampisin
kapsul (Djide, 2003).
Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris dr. Alexander
Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Penemuan ini baru dikembangkan dan dipergunakan
dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford) yang kemudian banyak zat lain dengan
khasiat antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di seluruh dunia, akan tetapi berhubung
dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang dapat digunakan sebagai obat (Djide, 2003).
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala
infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan
mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun
adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan
untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif.
Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya
dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna,
1995).
Sensitivitas bakteri terhadap antibiotik tergantung kapada kemampuan antibiotik tersebut
untuk menembus dinding sel bakteri. Antibiotik lebih banyak yang efektif bekerja terhadap
bakteri Gram positif karena permeabilitas dinding selnya lebih tinggi dibandingkan bakteri Gram
negatif. Jadi suatu antibiotik dikatakan mempunyai spektrum sempit apabila mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif, sedangkan antibiotik berspektrum luas jika
pertumbuhan bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif dapat dihambat oleh antibiotik
tersebut (Sumadio, dkk. 1994).
Berdasarkan sasaran tindakan antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat
dikelompokkan menjadi lima golongan yaitu antibiotik penghambat sintesis dinding sel mikroba,
antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah penisilin, sefalosporin, basitrasin, dan vankomisin.
Yang kedua yaitu antibiotik penghambat sintesis protein sel mikroba, antibiotik yang termasuk
kelompok ini ialah golongan aminoglikosida, makrolida, kloramfenikol, linkomisin dan
tetrasilin. Yang ketiga yaitu antibiotik penghambat sintesis asam nukleat sel mikroba, antibiotik
yang termasuk kelompok ini ialah rifampisin dan golongan kuinolon. Keempat yaitu antibiotik
pengganggu fungsi membran sel mikroba, antibiotik yang termasuk kelompok ini ialah golongan
polien. Dan yang kelima yaitu antibiotik penghambat metabolisme mikroba, antibiotik yang
termasuk kelompok ini ialah sulfonamida, trimetoprin dan asam p-amino salisilat (Ganiswarna,
1995).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhamabat pertumbuhannya akibat
antibakteri atau antimikroba. Zona hambat adalah daerah untuk menghambat pertumbuhan
mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik. Contohnya: tetracycline, erytromycin, dan
streptomycin. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Pelczar, 1986).
Logam berat terbagi atas 2 kelompok yaitu logam berat yang bersifat sangat beracun
(toksik) seperti: Arsen (As), Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Cadmium (Cd) danChromium (Cr) dan
logam esensial yang juga dapat menjadi racun apabila dikonsumsi secara berlebihan, antara lain:
Tembaga (Cu), Besi (Fe), Zink (Zn) dan Selenium (Se) (Suhendrayatma, 2001).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Rabu, 18 April 2012
Waktu : 13.15 Selesai WITA
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi Dasar FMIPA UNTAD

B. Alat dan Bahan


1. Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Bunsen 7. Cawan petri 4 buah
2. Kertas 8. Botol semprot
3. Kapas 9. Erlenmeyer 50 ml & 250 ml
4. Tabung reaksi 10.Jarum Ose
5. Spoid 1 ml 11.Inkubator
6. Pinset
2. Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Alkohol 70 %
2. Uang logam kuning 4 buah
3. Antibiotik Tetracycline
4. Medium NA (Nutrien Agar)
5. Sampel khamir jenis Candida albicans.
C. Prosedur Kerja
1. Mensterilkan tangan dengan menyemprotkan alcohol 70 % secara menyeluruh pada telapak
sampai permukaan lengan.
2. Mensterilkan cawan petri dengan melidah-apikan cawan petri secara merata.
3. Mensterilkan mulut Erlenmeyer dengan cara melidah-apikan pada api Bunsen.
4. Memasukkan medium dengan cara membuka penutup cawan petri dengan sudut 30 o dan
mendekatkannya pada api Bunsen.
5. Mensterilkan jarum ose dengan melidah-apikan pada api Bunsen dan mencelupkan pada alkohol
70%.
3. Membuka kapas penutup sampel bakteri pada medium agar miring, mensterilkan ujung tabung
reaksi. Kemudian menggesekkan jarum ose pada khamir jenis Candida albicans..
4. Mengambil sampel khamir jenis Candida albicans dengan menggunakan spoid 1 ml.
5. Membuka cawan petri dengan sudut 30o dan memasukkan masing-masing 3 ml sampel khamir
jenis Candida albicans ke dalamnya. Kemudian menutup cawan petri.
6. Menunggu medium sampai memadat.
7. Mensterilkan uang logam dengan melidah-apikan pada api Bunsen, lalu mencelupkannya ke
dalam alkohol 70%, kemudian melidah-apikan kembali dan mendinginkan.
8. Membuka 2 buah cawan petri dengan sudut 30 o dan memasukkan masing-masing 2 uang logam
dengan menggunakan pinset. Kemudian menutup cawan petri.
9. Membuka 2 buah cawan petri yang lain dengan sudut 30 o dan memasukkan masing-masing
antibiotik Tetracycline ke dalamnya. Kemudian menutup cawan petri.
10. Membungkus agar cawan tersebut dengan menggunakan kertas secara terbalik dan setelah itu
menyimpan ke inkubator dengan suhu 37 oC selama 48 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan uji antibiotik dan logam terhadap pertumbuhan
mikoba. Antibiotik yang digunakan adalah antibiotik tetracycline dan logam yang digunakan
adalah uang logam kuning, logam ini kebanyakan mengandung unsur kimia tembaga (Cu).
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam
jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik
memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara lain
adalah menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas membran sel, menghambat
sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat sintesis protein (proses translasi), menghambat
replikasi DNA. Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit
ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom,
sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Antibiotik tetracycline bersifat
bakteriostatik pada bakteri gram positif maupun gram negatif. Mekanisme kerjanya mengganggu
sintesis protein kuman spektrum kerjanya luas kecuali terhadap Psudomonas & Proteus.
Tetracycline berasal dari jamur Streptomyces aurefaciens dan Streptomyces viridifaciens.
Tembaga adalah salah satu jenis logam berat, tembaga digunakan karena diketahui bahwa
logam berat merupakan salah satu zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba.
Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme,
yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar daerah yang mengandung zat
antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri
terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif.
Pada percobaan ini medium yang digunakan adalah medium NA (Nutrien Agar), karena
medium ini dispesifikasikan untuk pembiakan bakteri dan sampel fungi yang digunakan adalah
khamir jenis Candida albicans.
Berdasarkan hasil pengamatan setelah sampel diinkubasi selama 48 jam, diperoleh hasil
bahwa pada cawan petri yang diberikan antibiotik tetracycline, terdapat zona hambat yang
ditandai dengan daerah sekitar antibiotik berwarna bening. Terdapatnya zona hambat pada
percobaan tersebut disebabkan karena khamir tersebut tidak resisten terhadap antibiotik yang
ditanam pada media yang sama. Resistensi ini merupakan suatu sifat tidak terganggunya
kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk
bertahan hidup. Resistensi dari khamir tersebut biasanya disebabkan karena khamir tersebut
dapat menghasilkan suatu enzim yang dapat menghancurkan antibiotik tersebut.
Sedangkan pada cawan petri yang diberikan uang logam tidak ditemukan adanya zona
hambat pada daerah sekitar logam. Tidak terjadinya zona hambat pada daerah sekitar logam
disebabkan karena khamir tersebut memiliki resistensi terhadap logam yang ditanam pada media
yang sama. Jadi khamir tersebut dapat tumbuh walaupun terdapat logam di sekitarnya karena
memiliki sifat resistensi yaitu kemampuan untuk bertahan hidup. Selain itu hal lain yang dapat
menyebabkan tidak adanya zona hambat, yaitu faktor dari logam itu sendiri. Logam yang
digunakan adalah uang logam kuning yang tidak sepenuhnya tersusun atas unsur kimia tembaga
(Cu), tetapi masih banyak terdapat unsur-unsur lain yang menjadi penyusun logam tersebut.
Sebab lain yang menyebabkan tidak adanya zona hambat pada media tersebut
dikarenakan oleh kesalahan dalam proses pengujian sensitivitasnya. Pada saat memasukkan
logam, keadaan logam masih sangat panas dan medium juga masih belum terlalu memadat
sehingga mengakibatkan medium mengalami kerusakan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Uji antibiotik mikroba adalah pengujian suatu antibiotik terhadap pertumbuhan mikroba.
2. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah
kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya.
3. Tetracycline merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat
menghambat pertumbuhan khamir secara luas.
4. Berdasarkan hasil pengamatan antiobiotik tetracycline terbukti dapat menghambat pertumbuhan
khamir jenis Candida albicans yang tandai dengan adanya zona hambat pada daerah sekitar
antiobiotik. Sedangkan pada logam tidak terbukti dapat menghambat pertumbuhan khamir jenis
Candida albicans.

B. Saran
Diharapkan kepada praktikan lebih memahami prinsip percobaan dan prosedur kerja pada
percobaan.

DAFTAR PUSTAKA

Djide, M.N, 2003. Mikrobiologi Farmasi, Jurusan Farmasi Unhas, Makassar.

Dwidjoseputro, D.1998, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta.

Gaman, P. M., dan Sherrington, K. B., 1992, Ilmu Pangan : Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi, dan
Mikrobiologi, Edisi Kedua, Yogyakarta, UGM Press.
Ganiswarna, S.G, 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

Jawetz, G., Melnick, J. L., dan Adelberg, E. A. 1991, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, Jakarta,
EGC.

Pelczar, Michael J, 1986, Dasar-Dasar Mikrobiologi, UI-Press, Jakarta.

Suhendrayatna, 2001, Bioremoval logam berat dengan menggunakan mikroorganisme, Disampaikan pada
seminar on-Air Bioteknologi untuk Indonesia Abad 21. 1-14 Februari 2001, Sinergy Forum-PPI
Tokyo Institute of Technology.

Sumadio, H., dan Harahap, 1994, Biokimia dan Farmakologi Antibiotika, USU Press, Medan.

http://ikhapharmacis.blogspot.co.id/2011/11/potensi-antibiotik.html

Potensi Antibiotik

Antibiotika sudah banyak digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan

berbagai penyakit terutama penyakit infeksi. Akan tetapi akibat pemakaian yang tidak

rasional dan pemakaian yang tidak tuntas dari antimikroba malah dapat

membahayakan bagi pasien. Bakteri penyebab penyakit ini dapat menjadi resistensi

terhadap pengobatan dengan antimikroba. Antibiotik digunakan untuk mengobati

berbagai jenis infeksi akibat kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada

pembedahan besar.

Uji potensi antibiotika secara mikrobiologik adalah suatu teknik untuk


menetapkan suatu potensi antibiotika dengan mengukur efek senyawa tersebut
terhadap pertumbuhan mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang
ditimbulkan pada senyawa uji dapat berupa hambatan pertumbuhan.

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan mikro-organisme hidup terutama

fungi dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat

pertumbuhan banyak bakteri dan beberapa virus besar, sedangkan toksisitasnya bagi

manusia relatif kecil (1).

Kegiatan antibiotika untuk pertama kalinya ditemukan oleh sarjana Inggris

dr. Alexander Flemming pada tahun 1928 (penisilin). Tetapi penemuan ini baru

diperkembangkan dan dipergunakan dalam terapi di tahun 1941 oleh dr.Florey (Oxford).

Kemudian banyak zat lain dengan khasita antibiotik diisolir oleh penyelidik-penyelidik di

seluruh dunia, akan tetapi berhubung dengan sifat toksisnya hanya beberapa saja yang

dapat digunakan sebagai obat (1).

Pertumbuhan dan pengerasan bakteri-bakteri dipengaruhi oleh berbagai macam

zat kimia dalam lingkungan karena pengaruh zat kimia, maka bakteri seperti bergerak

menuju atau menjauhi zat kimia itu. Peristiwa. Bila bakteri-bakteri itu tertarik dan

bergerak menuju kearah zat kimia kita sebut chemotaxis (+) dan sebaliknya kita sebut

chemotaxis (-). Bakteri-bakteri yang tidak bergerak, peretumbuhan koloninya dapat

dipengaruhi oleh zat-zat kimiab peristiwa itu disebut chemotropis (2).

Suatu bahan diklasifikasikan sebagai antibiotika apabila (3) :

1. Bahan tersebut merupakan produk metabolisme (alami maupun sintesis).

2. Bahan tersebut adalah produk sintesis yang dihasilkan sebagai analog struktur suatu

antibiotika yang terdapat di alam.

3. Bahan tersebut mengantagonis pertumbuhan atau keselamatan suatu spesies

mikroorganisme atau lebih.


4. Bahan tersebut efektif dalam konsentrasi rendah.

Secara umum antibiotika terbagi atas (4) :

1. Penisilin

Penisilin-G dan turunannya bersifat bakterisid terhadap terutama kuman Gram-positif

(khususnya Cocci) dan hanya beberapa kuman Gram-negatif. Contohnya :

Benzilpenisilin, Fenoksimetilpenisilin Kloksasilin, Asam Klavulanat, Ampisilin.

2. Sefalosporin

Spektrum kerjanya luas dan meliputi banyak kuman Gram-positif dan Gram-negatif

termasuk Escherichia coli. Berkhasiat bakterisid dalam fase pembunuhan kuman,

berdasarkan penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk

ketangguhan dindingnya. Contohnya : Sefaleksin, Sefamandol, Sefouroksin,

Sefotaksim, Seftazidim, Aztreonam.

3. Aminoglikosida

Aktivitasnya bakterisid, berdasarkan dayanya untuk mempenetrasi dinding bakteri dan

mengikat diri pada ribosom di dalam sel. Proses translasi (RNA dan DNA) diganggu

sehingga biosintesa proteinnya dikacaukan. Efek ini tidak saja terjadi pada fase

pertumbuhan juga bila kuman tidak membelah diri. Contohnya : Streptomisin,

Gentamisin, Amiksin, Neomisin Paromomisin.

4. Tetrasiklin

Mekanisme kerja berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spectrum kerjanya

luas dan meliputi banyak cocci Gram-positif dan Gram-negatif serta kebanyakan bacilli,

kecuali pseudomonas dan proteus. Contohnya : Tetrasiklin, Doksisiklin,

5. Makrolida dan linkomisin


Eritromisin bekerja bakteriostatis terhadap terutama bakteri Gram-positif, dan spectrum

kerjanya mirip penisilin-G. Mekanisme kerjanya melalui pengikatan reversible pada

ribosom kuman, sehingga sintesis proteinnya dirintangi. Contohnya : Eritromisin,

Azitromisin, Spiramisin, Linkomisin.

6. Polipeptida

Khasiatnya adalah bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya dan

kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga

permeabilitas sel meningkat dan akhirnya sel meletus. Contohnya : Polimiksin B,

Basitrasin, Gramsidin.

7. Antibiotika lainnya

Khasiatnya bersifat bakteriostatis terhadap enterobacter dan Staphylococcus aureus

berdasarkan perintangan sintesa polipeptida kuman. Contohnya : Kloramfenikol,

Vankomisin, Asam fusidat, Mupirosin, Spektinomisin.

Berdasarkan mekanisme kerjanya antimikroba dibagi dalam lima kelompok (5) :

1. Antimikroba yang menghambat metabolisme sel mikroba

Antimikroba yang termasuk dalam kelompok ini adalah sulfonamid, trimetoprim, asam

p-aminosalisilat dan sulfon.

2. Antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah penisilin, sfalosforin, basitrasin,

vankomisin, dan sikloserin.

3. Antimikroba yang mengganggu keutuhan membran sel

Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah polimiksin, golongan polien serta

berbagai antimikroba kemoteraupetik, seperti antiseptik surface active agents.


4. Antimikroba yang menghambat sintesis protein sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok ini adalah golonbgangna aminoglikosid, makrolid,

linkimisin, tetrasiklin dan kloramfenikol.

5. Antimikroba yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba

Antimikroba yang termasuk kelompok ini ialah rimpisin dan golongan kuinolon.

Prinsip penggunaan antibiotik didasarkan pada dua pertimbangan utama, yaitu

(6) :

1. Penyebab infeksi

Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan

mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak

melakukan pemeriksaan mikro-biologis untuk setiap pasien yang dicurigai menderita

suatu infeksi. Di samping itu, untuk infeksi berat yang memerlukan penanganan segera

dimulai setelah pengambilan sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan

kepekaan kuman. Pemberian antibiotik tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat

didasarkan pada educated guess.

2. Faktor pasien

Diantara faktor pasien yang perlu diperhatikan dalam pemberian antibiotik antara lain

fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi (status imunologis),

daya tahan terhadap obat, beratnya infeksi, usia, untuk wanita apakah sedang hamil

atau menyusui, dan lain-lain.

Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel

mikroba oelh antimikroba. Sifat ini dapat merupakan suatu mekanisme alamiah untuk

bertahan hidup. Ada 5 mekanisme resistensi kuman terhadap antimikroba yaitu (5) :
1. Perubahan tempat kerja (target site) obat pada mikroba.

2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk ke dalam sel.

3. Inaktivasi obat oleh mikroba.

4. Mikroba yang membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh

antimikroba.

5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba.

Pemberian antibiotik yang paling ideal adalah berdasarkan hasil pemeriksaan

mikrobiologis dan uji kepekaan kuman. Namun dalam praktek sehari-hari, tidak

mungkin melakukan pemeriksaan mikrobiologis untuk pasien yang dicurigai menderita

suatu infeksi berat yang memerlukan penanganan segera dimulai setelah pengambilan

sampel bahan biologik untuk biakan dan pemeriksaan kepekaan kuman (6)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjay, T.H., Kirana, K., (1978), Obat-Obat Penting, Edisi IV, Dep.Kes.RI, Jakarta.

2. Soemarno. dr, Prof., (1976. Mikrobilogi. LEPHAS (Lembaga Penerbitan Universitas

Hasanuddin), Unhas, Makassar.

3. Djidje, M.N., Sartini., (2005), Instrumentasi Mikrobiologi Farmasi, Lab. Mikrobiologi Farmasi,

Jurusan Farmasi, UNHAS, Makassar.


4. Tjay, T.H., Rahardja, K., (2002), Obat-Obat Penting, Edisi V, PT Elex Media Komputindo,

Gramedia, Jakarta.

5. Ganiswarna, S. G., et all., (1995), Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

6. Ditjen POM., (2001), Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Dep.Kes.RI, Jakarta.

7. Ditjen POM., (1979), Farmakope Indonesia, Edisi III, Dep.Kes.RI, Jakarta

8. Fardiaz, S., (1992), Mikrobiologi Pangan, Pangan dan Gizi IPP, Jakarta.

9. Pelczar, Michael, J., dan E.C.S. Chan, (1986), Dasar-dasar Mikrobiologi I, UI Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai