PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
akan diterima sebagai pendapatan dan pengeluaran apa saja yang harus
dikeluarkan, selama satu tahun. Dengan adanya APBD sebagai pedoman,
kesalahan, pemborosan, dan penyelewengan yang merugikan dapat dihindari.
Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1
Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Sesuai dengan pendekatan kinerja
yang diterapkan pemerintah saat ini, maka setiap alokasi APBD harus disesuaikan
dengan tingkat pelayanan yang akan dicapai. Sehingga kinerja pemerintah daerah
dapat diukur melalui evaluasi terhadap laporan APBD. APBD terdiri atas:
3
Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus.
Pendapatan lain-lain yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan di daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
4
satu tahun anggaran dan tidak diperoleh kembali pembayarannya oleh
daerah. Belanja daerah selanjutnya dikelompokan atas: belanja tidak
langsung dan belanja langsung.
5
perencanaan pemerintah daerah untuk periode 5 tahun; dan Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan perencanaan tahunan daerah.
Sedangkan perencanaan di tingkat SKPD terdiri dari: Rencana Strategi
(Renstra) SKPD merupakan rencana untuk periode 5 tahun.
2. Yang dilibatkan dalam penyusunan APBD adalah rakyat, eksekutif, dan
legislatif. Pada proses penyusunan APBD rakyat hanya dilibatkan pada
tingkat Musyawarah Pembangunan Kelurahan (Musbangkel) dan Unit
Daerah Kerja Pembangunan (UDKP) saja. Pada tingkat Rapat Koordinasi
Pembangunan (Rakorbang) dan Pengesahan RAPBD rakyat sama sekali
tidak dilibatkan. Dalam menyusun APBD ada prinsip-prinsip yang tidak
boleh ditinggalkan, yaitu adalah
a. Transparansi dan Akuntabilitas
b. Disiplin Anggaran
c. Keadilan Anggaran
d. Efesiensi dan Efektifitas
e. Format Anggaran
f. Rasional dan Terukur
g. Pendekatan Kinerja Dokumen Publik
3. Perubahan APBD merupakan penyesuaian target kinerja dan/atau
prakiraan/rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk dibahas dan disetujui bersama oleh
pemerintah daerah dan DPRD serta ditetapkan dengan peraturan daerah.
Menurut penjelasan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Kepala Daerah
(Bupati/Walikota) selaku pemegang kekuasaan penyelenggaraan,
pemerintahan juga bertindak sebagai pemegang kekuasaan dalam
pengelolaan keuangan daerah. Selanjutnya, kekuasaan tersebut
dilimpahkan kepada Kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah
selaku pejabat pengelola keuangan daerah dan dilaksanakan oleh Satuan
Kerja Perangkat Daerah itu sendiri sebagai pengguna anggaran/barang
daerah di bawah koordinasi dari Sekretaris Daerah.
4. Perubahan Peraturan Daerah tentang APBD hanya dapat dilakukan 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa.
Perubahan Peraturan Daerah tentang APBD dapat dilakukan apabila
terjadi: Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA.
6
Perkembangan yang tidak sesuai adalah pelampauan atau tidak tercapainya
proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, dan lain-lain.
APBD
Paling lambat 1 bulan sebelum tahun anggaran
ditetapk APBD Pengambilan Pembahasan
an disetujui keputusan rancangan perda
dengan
tentang APBD
Perda
Gambar 1.2
8
Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah Pasal 12 Ayat (6) dijelaskan bahwa dokumen administratif yang disiapkan
oleh PPTK meliputi dokumen administratif kegiatan dan dokumen administratif
yang terkait dengan persyaratan pembayaran. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
maupun Peraturan Menteri Dalam Negeri yang menjadi pedoman pengelolaan
keuangan daerah (APBD), tidak digunakan terminologi pembuat komitmen
maupun nama jabatan pejabat pembuat komitmen.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 memberikan
penegasan kedudukan PPK dalam rangka pelaksanaan APBD, tanpa menjelaskan
definisi PPK. Terdapat 2 pasal yang mengatur tentang PPK yaitu Pasal 10A dan 11
Ayat (5) yang menyatakan bahwa dalam pengadaan barang/jasa, Pengguna
Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran bertindak sebagai PPK sesuai Peraturan
Perundang-Undangan di bidang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Peraturan
Perundang-Undangan dimaksud adalah Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2010
yang salah satu pengaturannya adalah PPK wajib memiliki Sertifikat Keahlian
Pengadaan Barang/Jasa. Pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 mengalami hambatan di lapangan apabila Pengguna Anggaran/Kuasa
Pengguna Anggaran yang tidak memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan
Barang/Jasa, krena Peraturan Menteri Dalam Negeri tersebut tidak memberikan
kewenangan kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran untuk
menunjuk pegawai/pejabat lainnya yang memenuhi persyaratan menjadi PPK
berdasarkan Perpres Nomor 54 Tahun 2010.
9
penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam satu rekening yang disebut
rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di Bank Sentral. Pada dasarnya
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Seluruh penerimaan dan pengeluaran harus dimasukkan dalam rekening
tersebut, kecuali pada alasan berikut :
a. Untuk mengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana
disyaratkan oleh pemberi pinjaman.
b. Untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana tertentu seperti dana
cadangan dan dana penjamin deposito.
c. Untuk mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaraan lainnya yang
dianggap perlu untuk dipisah dari rekening BUN, dimana suatu
penerimaan harus digunakan untuk tujuan tertentu.
10
proyek pembangunan jalan dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan proyek tersebut agar bisa
berjalan dengan lancar.
11
Dalam penyusunan APBN, pemerintah menggunakan 7 indikator
perekonomian makro, yaitu: Produk Domestik Bruto (PDB) dalam rupiah,
pertumbuhan ekonomi tahunan (%), Inflasi (%), Nilai tukar rupiah per USD, Suku
bunga SBI 3 bulan (%), Harga minyak indonesia (USD/barel), Produksi minyak
Indonesia (barel/hari).
12
2.2.4. Struktur Penyusunan APBN
1. Pendapatan Negara dan Hibah
a. Penerimaan Dalam Negeri, terdiri atas:
Penerimaan Perpajakan, Pajak Dalam Negeri, terdiri atas Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB), Cukai, dan pajak lainnya. Pajak Perdagangan
Internasional, terdiri atas Bea Masuk dan Tarif Ekspor.
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), terdiri atas: Penerimaan
SDA (Migas dan Non Migas). Bagian Laba BUMN, Pendapatan
Nasional Bukan Pajak (PNBP) lainnya.
b. Hibah
Hibah mempunyai pengertian bantuan yang berasal dari swasta, baik
dalam negeri maupun luar negeri, dan pemerintah luar negeri
2. Belanja Negara
a. Belanja Pemerintah Pusat: belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal, pembiayaan bunga utang, subsidi BBM dan subsidi non-BBM,
belanja hibah, belanja sosial (termasuk penanggulangan bencana), dan
belanja lainnya.
b. Belanja Pemerintah Daerah: dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana
alokasi khusus, dana otonomi khusus.
3. Pembiayaan
a. Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi pembiayaan perbankan,
privatisasi, surat utang negara, serta penyertaan modal negara.
b. Pembiayaan Luar Negeri, meliputi: penarikan pinjaman luar negeri,
terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek.
c. Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri, terdiri atas jatuh
tempo dan moratorium.
13
2.2.5. Proses Penyusunan APBN
Gambar 2.1
14
perkiraan penerimaan dan pengeluaran, skala prioritas, dan penyusunan
budget exercise. Tahapan ini diakhiri dengan proses finalisasi penyusunan
RAPBN oleh pemerintah.
2. Tahap pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN. Tahapan dimulai
dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota
Keuangan. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara Menteri
Keuangan dan Panitia Anggaran DPR, maupun antara komisi-komisi
dengan departemen/lembaga teknis terkait. Hasil dari pembahasan ini
adalah UU APBN, yang di dalamnya memuat satuan anggaran. Satuan
anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per
departemen/lembaga, sektor, subsektor, program dan proyek/kegiatan.
3. Tahap ketiga, pengawasan APBN. Fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan APBN dilakukan oleh pengawas fungsional baik eksternal
maupun internal pemerintah. Sebelum tahun anggaran berakhir sekitar
Bulan November, pemerintah dalam hal ini Menteri keuangan membuat
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan melaporkannya
dalam bentuk Rancangan Undang-Undang Perhitungan Anggaran Negara
(RUU PAN), yang paling lambat lima belas bulan setelah berakhirnya
pelaksanaan APBN tahun anggaran bersangkutan. Laporan ini disusun atas
dasar realisasi yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
15
Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, menteri/pimpinan lembaga
selaku pengguna anggaran/pengguna barang, menyusun rencana kerja dan
anggaran kementerian negara/lembaga tahun berikutnya, berdasarkan prestasi
kerja yang akan dicapainya. Rencana kerja dan anggaran tersebut disertai
perkiraan belanja untuk tahun berikutnya setelah tahun anggaran yang sedang
disusun, disampaikan kepada DPR untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan
rancangan APBN, dan hasil pembahasan tersebut disampaikan kepada Menteri
Keuangan sebagai bahan penyusunan rancangan undang-undang tentang APBN
tahun berikutnya, sedangkan ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan rencana
kerja dan anggaran kementerian negara/lembaga diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Pemerintah Pusat mengajukan rancangan UU APBN, disertai Nota
Keuangan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPR Bulan Agustus
tahun sebelumnya. DPR dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan
jumlah penerimaan dan pengeluaran dalam RUU APBN. Pengambilan keputusan
oleh DPR selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum tahun anggaran yang
bersangkutan dilaksanakan. APBN yang disetujui DPR terinci sampai dengan unit
organisasi, fungsi, program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPR tidak
menyutujui RUU APBN, Pemerintah Pusat dapat melakukan pengeluaran
setinggi-tingginya sebesar angka APBN tahun anggaran sebelumnya.
16
2.3. Contoh Kasus
Indonesia Budget Center menemukan fakta adanya usulan proyek oleh DPRD saat
pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jakarta tahun 2015.
Sebanyak 4.399 kegiatan bernilai Rp 10,64 triliun merupakan program kegiatan usulan
baru yang muncul saat pembahasan dengan DPRD. Proses permainan anggaran
pengadaan sarana dan prasarana dimulai saat anggaran berada dibawah pembahasan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Dalam penyusunan APBD, Gubernur sebagai eksekutif berhak atau bertindak
sebagai Badan Pengajuan Anggaran. Sedangkan lembaga legislatif atau DPRD
bertanggung jawab pada pembahasan dan persetujuan atas pengajuan anggaran oleh
pemerintah daerah.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Sesuai fungsinya, keberadaan DPRD dalam anggaran hanya bertanggung jawab atas
proses pembahasan dan persetujuan. "Tidak ada kata DPRD boleh mengajukan
anggaran. Faktanya, Indonesia Budget Center menemukan usulan kegiatan oleh oknum
DPRD selama pembahasan di lembaga legislatif ini. Praktek semacam ini yang disebut
sebagai anggaran siluman karena pengusulannya di balik meja.
Oleh karena itu, diduga proses korupsi sudah terjadi sejak perencanaan anggaran
dilakukan. Ia menduga permainan dengan pihak ketiga sudah dilakukkan sejak
penganggaran dalam tahap pembahasan DPRD.
Keduanya saling melempar bola panas berisikan argumen. Ahok menyebut
legislatif telah 'menyunat' anggaran sebesar 10-15 persen dari program-program
unggulan Pemprov hingga muncul Rp 12,1 triliun yang dialokasikan untuk pos yang
dinilainya tidak logis. Adapun kronologi awal mula kekisruhan antara ekeskutif dan
legislatiF adalah sebagai berikut:
17
pembahasan oleh Badan Anggaran bersama eksekutif akhirnya disepakati
sebesar Rp 73,08 triliun.
DPRD juga memberi 13 catatan untuk program dan kebijakan eksekutif.
Ahok menyebut dana itu akan diprioritaskan untuk penanganan banjir dan
membeli tanah untuk disulap menjadi Ruang Terbuka Hijau (RTH).
2. Pada tanggal 2 Februari 2015
Pemprov DKI pun langsung menyerahkan APBD yang telah disetujui
bersama ke Kemendagri.
18
Setelah Mendagri Tjahjo Kumolo mengirimkan tim untuk membantu
menyelaraskan APBD 2015. Pemprov telah memperbaiki serta melengkapi
dokumen untuk dikembalikan ke Kemendagri. Menurut Sekretaris Daerah,
Saefullah pihaknya hanya terkendala masalah teknis.
19
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
APBD dapat diartikan sebagai suatu daftar yang memuat perincian sumber-sumber
pendapatan daerah dan macam-macam pengeluaran daerah dalam waktu satu tahun.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 mengartikan APBD sebagai rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah
dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda). Proses perencanaan dan
penyusunan APBD, mengacu pada PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah, secara garis besar sebagai berikut: Penyusunan rencana kerja
pemerintah daerah, Penyusunan rancangan kebijakan umum anggaran, Penetapan
prioritas dan plafon anggaran sementara. Penyusunan rencana kerja dan anggaran
SKPD, Penyusunan rancangan perda APBD.
APBN merupakan rencana kegiatan pemerintah yang dinyatakan dalam satuan
uang serta meliputi rencana pengeluaran dan pemenuhan pengeluaran tersebut. Proses
penyusunan hingga penetapannya terdiri atas Pemerintah menyusun rancangan RAPBN
dalam bentuk keuangan dalam sidang kabinet pemerintah yang bersangkutan
pemerintah mengajukan rancangan RAPBN tersebut kepada DPR untuk
dibahas/disidangkan. Dalam RAPBN di depan sidang dewan jika RAPBN tersebut
disetujui maka segera disahkan menjadi RAPBN untuk tahun anggaran ke depan,Jika
rancangan RAPBN yang diajukan tidak disetujui oleh iding anggota dewan maka
pemerintah akan menggunakan pedoman atau APBN tahun sebelumnya.
3.2. Saran
Tugas ini kami buat, agar pembaca khususnya bagi mahasiswa dapat mengetahui
pembelanjaan negaranya dan mengerti tentang hal-hal tersebut atau yang bersangkutan
dengan pembelanjaan negara, sehingga kelak dapat diterapkan di dunia kerja dan juga
bagi para pejabat khusunya pejabat yang bertugas menganggarkan APBD/APBN dapat
memanfaatkan anggaran tersebut sebaik-baiknya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2008. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
Salemba Empat
http://pemerintah.net/fungsi-dan-prinsip-anggaran-daerah/
http://www.budidarma.com/2011/11/anggaran-pendapatan-dan-belanja-daerah.html
https://fileq.wordpress.com/2012/02/20/proses-penyusunan-apbn/
http://www.artikelsiana.com/2014/11/mengenal-sulitnya-cara-penyusunan-
apbn.html
http://metro.tempo.co/read/news/2015/03/10/231648635/begini-cara-masuknya-
dana-siluman-di-apbd-jakarta
21