Kelas A
FITRIA
CITRA HUMAIROH UZRA
YOGI MANDALA
NURBAITI
IRMASIL YETNI
Puji syukur kepada Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah tugas mata kuliah Swamedekasi dengan judul
Gastroenterologi.
Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak.Maka pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang setulusnya.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini.Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan tanggapan berupa
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan tugas ini
kedepannya.Harapan penulis, semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal alamin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I. PENDAHULUAN 1
BAB II. ISI
2.1. Anatomi Saluran Gastrointestinal secara Umum
2.2. Riwayat Pemeriksaan Fisik
2.3. Kondisi yang Mempengaruhi Rongga Mulut
2.4. Gingivitis
2.5. Dispepsia
2.6. Diare
2.7. Konstipasi
2.8. IBS
2.9. Haemorhoid
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
ISI
Pasien yg
Penggunaan Interaksi perlu
Obat Efek samping kehamilan
pd anak-anak obat mendapatkan
pelatihan
Adcortyl in Ya, tp belum Tidak ada Tidak Tidak ada Aman
Orabase ada batasan ada
usia
Corlan >12 tahun Tidak ada Aman
Tapi belum ada
bukti yang kuat
Choline >10 tahun* Aman
salisilat
Lidocaine Dapat Pada dosis
Benzocain menyebabka besar dapat
e n reaksi menurnkan
sensitivitas respirasi
neonatal.
Hindari pada
trimester ketiga
*batas usia adalah ketetapan author. Produk yang dipasarkan mempunyai lisensi
digunakan pada remaja.
2.3.2 Oral thrush
Oral thrush merupakan suatu kondisi di mana jamur Candida albicans
terakumulasi pada lapisan mulut.Jamur ini menyebabkan lesi putih krem, biasanya
di lidah atau pipi bagian dalam.Lesi dapat bersifat menyakitkan dan menimbulkan
sedikit darah ketika disentuh.
Oral thrush tidak begitu sulit untuk didiagnosa, dapat dilakukan dengan
wawancara terkait riwayat pasien serta pemeriksaan fisik.Penyakit ini dilaporkan
terjadi sekitar 5% pada bayi baru lahir dan 10% pada orang tua.
a. Etiologi
Setelah menyikat gigi, gigi menjadi dilapisi oleh campuran air liur dan
cairan gingival. Bakteri yang terdapat dimulut menempel pada lapisan ini dan
mulai berkembang biak, membentuk plak, saat menyikat gigi berikutnya, akan
menghilangkan plak dan menempel lagi. Namun, jika plak terbentuk selama 3
atau 4 hari, bakteri mulai memproduksi kalsium fosfat internal lebih dikenal
sebagai tartar (kalkulus). Zat ini menempel kuat pada permukaan gigi dan
mempertahankan bakteri in situ, bekteri ini akan melepaskan enzim dan toksin zat
yang menyerang mukosa gingiva, sehingga menyebabkan inflamasi (radang pada
gusi). Jika plak tidak dihilangkan, maka inflamasi dapat menjalar kebagian bawah
gigi, melibatkan ligamen periodontal dan struktur gigi yang terkait. Adanya celah
antara gigi dan gusi selama periode tahun,menyebabkan akar gigi dan tulang bisa
terkikis, sehingga menjadi longgar dan hilang (copot). Ini adalah penyebab utama
dari gigi yang hilang (copot) pada orang di atas usia 40 tahun.
2.5 Dispepsia
Dispepsia merupakan istilah umum yang digunakan oleh profesional
kesehatan yang merujuk pada kelompok untuk gejal pada perut bagian atas yang
timbul dari lima kondisi : non-ulkus dispepsia (indingestion), refluks, gastritis,
ulkus duodenum, ulkus lambung. lima kondisi ini mewakili 90% dari kasus
dispepsia yang hadir untuk GP.
a. Etiologi
Etiologi dispesia berbeda pada setiap penderita, tergantung pada kondisi
mana pasien menderita. Ketidakmampuan sfingter esophagus bagian bawah
adalah penyebab utama dari refluks esofagitis. Peningkatan produksi asam
menyebabkan inflamati didalam perut (gastritis) dan biasanya disebabkan oleh
infeksi Helicobacter pylori, NSAID, atau konsumsi alkohol. Kehadiran H. pylori
merupakan pusat duodenum dan ulkus lambung, H.pylori hadir di hampir semua
individu. Mekanisme yang mempengaruhi etiologi ulkus peptikum masih belum
jelas tetapi bakteri diduga mengeluarkan faktor kimia tertentu yang
mengakibatkan kerusakan mukosa lambung. Akhirnya, ketika tidak ada penyebab
spesifik dapat ditemukan pada gelaja yang dirasakan pasien, keluhan dikatakan
dispepsia non-ulkus.
b. Gambaran klinis dari dispepsia
Pasien dengan dispepsia dapat merasakan dengan berbagai gejala umum,
seperti perut tidak nyaman, kembung, perut kembung, perut terasa penuh, mulas.
Pada refluks esofagitis, jika mulas adalah gejala perut bagian atas yang dominan.
2.6 Diare
2.6.1 Latar belakang
Diare adalah meningkatnya frekuensi feses yang banyak berisi air biasanya
berhubungan dengan kegiatan usus pada setiap individu. Diare dapat
diklasifikasikan menjadi akut ( kurang dari 7 hari), persisten (lebih dari 14 hari)
atau kronik (kurang lebih sebulan). Kebanyakan pasien akan pergi ke apotek
dengan diagnosis sendiri mengenai diare akut. Itu untuk memastikan diganosis
mereka karena interpertasi pasien mengenai gejala-gejala mungkin tidak cocok
secara medis tentang diare.
1) Giardiasis
Giardiasis terjadi karena infeksi protozoa pada usus halus, yang terdapat
pada air yang kurang bersih. Pasien yang terkontaminasi air tersebut
biasanya memiliki gejala-gejala seperti flatulen, epigastric, dan kembung.
Jika pasien sudah diduga giardiasis, maka pengobatan yang dilakukan
adalah terapi antibiotik.
2) Iritasi syndrome bowel
Pasien yang berumur lebih dari 45 tahun dengan rasa sakit pada bagian
bawah perut dan sejarah diare dan konstipasi yang memiliki IBS.
Obat-obatan yang dapat menginduksi diare
Beberapa jenis obat-obatan seperti POM dan OTC dapat menginduksi
diare. Jika sudah pasti penyebab diare karena obat-obatan tersebut, perlu
dilakukan konsultasi dan disarankan digunakan obat yang lain.
3) Radang usus dan penyakit Crohn
Kondisi yang berkaitan dengan karakteristik dalam inflamasi kronik pada
gastrointestinal dan periode yang menyebabkan relaps. Dapat terjadi pada
beberapa golongan umur, walaupun insiden banyak terjadi antara usia 20
30 tahun. Pada beberapa kondisi, diare merupakan salah satu gejala
penyakit ini.
4) Syndrome Malabsrobsi
Intoleran terhadap laktosa sering di diagnosa pada bayi dibawah 1 tahun.
Pada kondisi ditandai dengan gejala demam, muntah, dapat terjadi.
Penyakit Kolik memiliki beberapa insiden : pertama, pemberian lebih awal
cereal pada anak-anak dalam masa pertumbuhan akan menjadi salah satu
unsur diet.
5) Faecal Impaction
Faecal impaction adalah yang biasa terlihat dengan mudah dan kurangnya
pergerakan. Pasien yang mengalami masalah dalam buang air besar.
Sehingga dbutuhkan pergerakan manual agar feses bisa keluar.
6) Kanker kolon
Kanker kolon memiliki beberapa gejala seperti diare, perut terasa penuh,
dan berat badan menurun.
2.7. Konstipasi
Konstipasi penyakit yang umum. Dapat terjadi pada semua golongan umur
tetapi lebih banyak pada orang tua. Mereka memiliki estimasi 25 sampai 40 %
semua umur diatas 65 mengalami konstipasi. Mayoritas orang tua mempunyai
frekuensi yang normal dalam pergerakan perut tetapi ketegangan pada bagian
bawahnya. Kemungkinan hal tersebut terjadi karena pola hidup, menurunnya
cairan yang masuk, kekurangan nutrisi, menghindari makanan dengan serat dan
menderita penyakit kronis. Wanita tiga kali lebih banyak terserang konstipasi
diandingkan laki-laki.
2.7.3.Etiologi
Waktu transit usus meningkat, yang mana penyerapan air lebih cepat dari
usus besar untuk makanan yang lebih keras sehingga lebih sulit untuk dilalui.
Frekuensi ini menjadi penyebab karena kekurangan serat, perubahan pola hidup
dan atau lingkungan dan penggunaan pengobatan. Kadang-kadang pasien menolak
pembuangan air besar secara refleks atau normal.
2.7.4. Diagnosis
Sejarah pengobatan harus di tanyakan pada pasien karena banyak pengobatn yang
dapat menyebabkan konstipasi. Berikut merupakan beberapa obat-obatan yang
dapat menyebabkan konstipasi :
Bisacodyl (Dulco-lax)
Bisacodyl tersedia dalam bentuk tablet atau suppositoria dan bisa
diberikan ke pasien di semua usia. Dosisnya diberikan sebelum
waktu tidur. Anak-anak dibawah 4 tahun harus menggunakan
suppositoria pediatric (5 mg). untuk anak berusia antara 4-10 tahun
dosisnya adalah 5 mg (satu tablet) dan untuk dewasa dan anak usia
diatas 10 tahun dosisnya 5-10 mg (satu sampai dua tablet).
Glycerol suppositories
Preparat ini biasanya digunakan ketika dibutuhkan pergerakan yang
cepat pada usus besar. Efek tersebut akan terjadi dalam 15-30 menit.
Ukuran preparat dibuat bervariasi sehingga bisa digunakan disemua
umur. 1 g suppositoria dirancang bagi bayi. 2 g untuk anak-anak dan
4 g untuk dewasa.
Laktulose
Laktulosa diberikan dua kali sehari untuk semua usia. Dosis
dewasanya 15 mL, untuk anak-anak usia 5-10 tahun dosisnya 10 mL,
untuk usia 1-5 tahun dosisnya 5 mL dan anak-anak usia dibawah 1
tahun adalah 2,5 mL. Dosis untuk semua usia dapat dikurangi
berdasarkan kondisi pasien setelah 2-3 hari. Dilaporkan bahwa 20%
pasien mengalami kembung yang mengganggu dan keram yang
terjadi selang beberapa hari setelah penggunaan obat.
Lasitol secara kimia sangat mirip dengan laktulosa dan diberikan
dalam bentuk sasetan. Keuntungan obat ini adalah dosisnya yang
bisa diberikan hanya sekali sehari.
Magnesium salts
Magnesium ketika digunakan sebagai laksatif biasanya diberikan
dalam bentuk magnesium hidroksida. Dosis dewasanya antara 20-50
mL. Tidak direkomendasikan untuk anak-anak.
Paraffin cair
Paraffin cair secara tradisional telah digunkan untuk menangani
konstipasi. Namun, efek samping tidak diinginkannya
mengakibatkan obat ini jarang digunakan lagi karena sudah banyak
tersedia preparat yang lebih aman dan lebih efektif. Didapatkan
laporan kasus terjadinya kematian akibat aspirasi dari paraffin cair
yang mengawali terjadinya lipid pneumonia.
Docusate sodium
Dokusat mempunyai aksi sebagai agen pelunak dan stimulant.
Tersedia dalam bentuk kapsul (Dioctyl) atau larutan(Docusan).
Dapat diberikan pada anak usia 6 bulan keatas. Anak-anak dengan
usia 6 bulan dan 2 tahun dosisnya 12,5 mg (5 mL Docusal larutan
pediatric) 3 kali sehari. Untuk anak berusia antara 2-12 tahun
dosisnya 12,5-25 mg (5-10 mL) 3 kali sehari. Dewasa dan anak
diatas 12 tahun dapat menerima dosis 500 mg sehari dalam dosis
terbagi. Berbeda dengan paraffin cair, dokusat hampir bebas dari
efek samping. Dokusat dapat diberikan disemua kalangan usia dan
aman bagi ibu hamil.
2.8.3 Etiologi
Etiologi IBS secara anatomis tidak dapat dijelaskan tapi hampir bisa
dipastikan penyakit ini akibat dari multifaktor seperti emosional, diet, dan
hormon. Factor psikologi dilaporkan merupakan faktor kuat yang menimbulkan
gejala dimana didapatkan pada pasien yang tingkat stresnya tinggi atau depresi.
Hal demikian akan memperburuk kondisi pasien. Gejalanya berupa diare dan
konstipasi.
Hyoscine
Beberapa trial telah diinvestigasi untuk melihat keefektifan dari
hyoscine dalam menangani IBS. Namun, hanya tiga trial yang memenuhi
persyaratan menyimpulkan bahwa adanya gambaran mengenai keefektifan
obat ini. Meta-analisis terakhir yang dilakukan Poynard et al (2001)
menyatakan bahwa hyoscine memiliki tingkat keefektifan yang paling
rendah dari obat-obat ralaksasi otot polos yang lain.
Kesimpulan
Berdasarkan EBM, lini pertama IBS adalah mebevarin.
Alverine (Spasmonal)
Dewasa dan anak usia diatas 12 tahun menerima satu atau dua kapsul tiga
kali sehari. Cocok digunakan bagi wanita hamil. Tidak ditemukan interaksi
dengan obat lain dan dapat digunakan disemua kalangan pasien. Dapat
menyebabkan mual, sakit kepala, pusing, rasa gatal, ruam dan reaksi alergi.
2.9 Haemorrhoids