73
Bahaya pada proses juga dapat disebabkan oleh kondisi bangunan dan peralatan
yang tidak sesuai, misalnya jika kondisi ruangan bangunan tidak sesuai SOP, maka dapat
menimbulkan berbagai dampak negative bagi pekerja maupun lingkungan. Untuk
mecegahnya dapat dilakukan hal sebagai berikut:
a. Bangunan dilokasikan dan didesain harus cocok dan sesuai untuk operasi dan
menampung pekerja.
b. Setiap peralatan sesuai dengan fungsi dan keamanannya.
c. Pencahayaan, pemanas, ventilasi, dan AC didesain untuk menyediakan kondisi
temperatur dan kelembapan yang sesuai, dan menyediakan kondisi yang nyaman bagi
pekerja dalam bekerja. Kondisi bangunan harus dicek pada kurun waktu tertentu dan
setiap kerusakan sekecil apapun harus segera diatasi (WHO, 1992).
Pada plant ini, beberapa bahan dapat menimbulkan bahaya pada tingkat tertentu,
yaitu: NaOH, metanol, H2O, FFA, H3PO4 dan Na3PO4. Pencegahan bahaya dilakukan
dengan pemeriksaan setiap alat yang menampung bahan bahan tersebut diatas. Berikut
ini merupakan uraian bahaya dari setiap bahan berbahaya tersebut:
a. NaOH : Reaktif terhadap logam, berbahaya terhadap manusia (iritan) dan
berbahaya jika disimpan diatas 23oC (Science lab, 2013).
b. Metanol : Sangat eksotermis jika dicampur dengan NaOH, tidak kompatibel
dengan magnesium dan potassium, bersifat mudah meledak, iritan terhadap
manusia (Science lab, 2013)
c. H2O : dalam bentuk steam, H2O sangat berbahaya dan korosif terhadap logam
(Science lab, 2013)
d. H3PO4 : Bersifat sangat korosif terhadap stainless steel tipe 304 dan 316,
tembaga, alumunium, logam besi dan alloynya, sangat berbahaya bagi manusia
(Science lab,2013).
e. Na3PO4 :tidak terlalu bahaya bagi manusia, berbahaya jika disimpan diatas 23 oC,
bersifat toksik terhadap biota akuatik (Science lab,2013).
f. Free Fatty Acid : korosif terhadap logam dan kulit manusia (Science lab, 2013)
Dari bahan-bahan diatas, maka resiko adanya korosi pada setiap alat yang
menampung bahan-bahan tersebut diatas. Berikut ini adalah uraian bahaya korosi pada
setiap alat dan cara menanganinya:
74
4.1.1 Korosi pada Reaktor R-101
Dalam reaktor R-101 terdapat proses adsorbsi Free Fatty Acid dari trigliserida
menggunakan zeolit. Free Fatty Acid bersifat asam karena mengandung gugus asam
karboksilat sedangkan trigliserida dan zeolit memiliki pH yang netral. Korosi yang
mungkin terjadi pada reaktor R-101 adalah Uniform Corrosion dan Crevice Corrosion.
Penyebab terjadinya Uniform Corrosion pada reaktor adalah karena adanya
kandungan asam yang relatif tinggi (Kadar FFA = 4%) dan tingkat kelembaban Kota
Palembang yang cukup tinggi (79%-88%). Uniform corrosion dapat terjadi diseluruh
permukaan dalam maupun luar tangki.
Crevice Corrosion dapat terjadi apabila geometri reaktor yang berdekatan dan
keadaan lingkungan yang tidak mendukung. Walaupun proses adsorbsi berlangsung
pada suhu ambient namun peletakan zeolit secara bed dapat mempercepat crevice
corrosion. Zeolit memiliki bentuk geometri yang tidak beraturan sehingga ketika
diletakkan secara bed, zeolit akan membentuk voids dengan reaktor. Zeolit yang
menyerap FFA (bersifat asam) akan mempercepat crevice corrosion.
Cara mencegah terjadinya uniform corrosion dan crevice corrosion adalah dengan
melakukan beberapa hal berikut:
Meminimalisir adanya kontak antara reaktor dengan zeolit
Penggunaan pipa PVC untuk mengalirkan seluruh refined crude palm oil yang
mengandung FFA
Menggunakan reaktor berbahan stainless steel yang mengandung 4,5% Molibdenum
Melapisi permukaan reaktor dengan epoksi-fenol
Menempatkan reaktor di dalam ruangan untuk mengurangi kontak dengan lingkungan
yang tidak terkontrol
Korosi kaustik terjadi pada bagian dalam reaktor yang mengalami kontak dengan
NaOH. Berikut ini adalah metode yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
uniform corrosion dan caustic corrosion:
Materi nickel-chromium stainless steel harus dihindari sebagai materi reaktor
Geometri reaktor tidak boleh membuat sudut yang tajam untuk menghindari terjadinya
deposit NaOH
Melapisi permukaan reaktor dengan epoksi-fenol
Menempatkan reaktor di dalam ruangan untuk mengurangi kontak dengan lingkungan
yang tidak terkontrol
Penggunaan pipa PVC untuk mengalirkan input maupun output dari reaktor
76
Fluida dalam boiler adalah air dengan kondisi operasi 120oC dan tekanan 1 atm.
Korosi yang mungkin terjadi: general, pitting corrosion (akibat proses elektrokimia
yang terkonsentrasi pada suatu lokasi secara berkesinambungan), dan embrittlement.
Alasannya adalah air/steam, oksigen terlarut pada air umpan, dan pH air umpan boiler
yang menjadi penyebab korosi.
Pencegahan korosi dapat dilakukan dengan menggunakan penggunaan coating
pada bagian dalam boiler. Pemeriksaan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui potensi
terjadi korosi juga perlu diperlukan. Selain korosi, adanya kerak yang terbentuk di
dalam boiler juga harus diperhatikan. Pencegahan kerak dilakukan dengan pembersihan
bagian dalam boiler.
77
d) Tidak melakukan pengenceran limbah cair, termasuk mencampurkan buangan air
bekas pendingin ke dalam aliran pembuangan limbah cair
e) Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan air hujan
f) Menyampaikan seluruh laporan mengenai limbah cair kepada Kepala Daerah
melalui Bapedalda setiap 3 (tiga) bulan sekali. Adapun ketentuan ambang batas limbah
cair di Kota Palembang adalah seperti yang tertera pada tabel 1.13 Ambang Batas
Limbah Cair di Kota Palembang.
Pabrik gliserol ini menghasilkan limbah berupa limbah cair dan limbah padat.
Limbah cair tersebut meliput sisa metanol, air, dan Na 3PO4. Sedangkat limbah padat
berupa zeolit yang mengandung free fatty acid. Metil ester yang merupakan produk
samping dapat dikomersialkan kepada industri biodiesel. Berikut ini adalah penanganan
limbah cair dalam pabrik gliserol:
4.2.1 Metanol + Air
Menurut Purnomo et al (2013), limbah metanol dapat dihilangkan dengan proses
insenerasi dalam suhu 900oC. Sebelum diinsenerasi, metanol yang keluar dari kolom
distilasi akan ditampung di dalam tempat penampungan yang terbuat dari stainless steel
316L. Dari tempat penampungan, metanol + air akan di insenerasi.
4.2.2 Na3PO4
Hasil dari reaksi NaOH dan H3PO4 adalah Na3PO4 dan H2O. Na3PO4 yang keluar
dari sentrifugator V-102 akan ditampung di dalam vessel yang terbuat dari stainless
steel dan disimpan dalam ruangan yang bersuhu 20oC. Na3PO4 tidak dibuang begitu saja
namun dapat dikomersialkan kepada industri pupuk maupun detergent.
78