Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas segala berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan Laporan Project Evaluasi I ini tepat pada waktunya dan
diselesaikan dengan baik tanpa ada halangan apapun. Laporan Project
Evaluasi I ini dilaksanakan sebagai syarat yang wajib dari PT. PLN
(PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN.
Dalam pelaksanaan pembuatan dan penyusunan serta juga dalam
penyelesaian Laporan Project Evaluasi I ini, penulis mendapat banyak
bantuan bimbingan, masukkan, dukungan, dan pengarahan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada :

1. Bapak Ahmad Rizal, Selaku Mentor dan Manager rayon Panam.


2. Bapak Paulus Herdyan Setyadi, Selaku Co-Mentor dan Supervisor
Teknik rayon Panam.
3. Bapak/Ibu seluruh Staff Karyawan PT. PLN (Persero) rayon Panam
yang telah membantu dan memberikan masukan.
4. Kedua orang tua kami yang selalu mendukung dan mendoakan demi
kelancaran proses kegiatan prajabatan kami ini.
5. Seluruh pegawai Outsourcing rayon Panam yang telah membantu dan
mendampingi kami selama kerja di lapangan.
6. Seluruh teman-teman angkatan 45 yang telah membantu dan berbagi
informasi.
7. Seluruh kakak-kakak tingkat angkatan sebelumnya yang telah
memberikan informasi serta pengalamannya.
8. Semua pihak yang telah banyak membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam proses penyusunan dan penyelesaian
Laporan Project Evaluasi I ini.

Dalam penulisan Laporan Project Evaluasi I ini, penulis menyadari


sepenuhnya bahwa Laporan Project Evaluasi I ini masih memiliki banyak
kekurangan akibat keterbatasan pengetahuan dan informasi yang dimiliki.

1
Untuk itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak yang membaca Laporan Project
Evaluasi I ini untuk perbaikan dimasa yang akan datang. Dan Akhir kata,
penulis berharap agar Laporan Project Evaluasi I ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang telah berkenan untuk membacanya dan bagi penulis
sendiri.

Panam, 30 Juni 2015

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Profil Perusahaan

2
PT. PLN (Persero) rayon Panam beralamatkan di Jalan HR
Subrantas Km 12,5 Pekanbaru, merupakan salah satu rayon yang ada pada
area Pekanbaru di Wilayah Riau dan Kepulauan Riau yang memiliki
tanggung jawab untuk menyalurkan listrik di Kecamatan Tampan yang
memiliki jumlah total pelanggan sampai dengan bulan mei sebanyak
112.685 pelanggan, pengguna pascabayar sebanyak 62.689 pelanggan dan
pengguna prabayar sebanyak 49.996 pelanggan. Dalam proses kerjanya
tersebut, rayon Panam dibantu oleh satu unit kantor jaga yaitu Kantor Jaga
Pantai Cermin. Berikut ini merupakan struktur organisasi PT. PLN (Persero)
rayon Panam :

Gambar 1.1 Struktur Organisasi


PT. PLN (Persero) Rayon Panam

1.1.1 Proses Bisnis

Dalam proses bisnis penyaluran energi listrik, pelanggan di


rayon Panam disuplai oleh 10 penyulang yang kesemuanya didapatkan
dari tiga transformator daya yang ada di GI Garuda Sakti dan
selanjutnya disalurkan melalui Gardu Hubung dan penyulang 20 kV
antara lain OGF 3 Pantai Cermin, OGF 4 Lobak, OGF 7 Sukarno Hatta,
OGF 12 Kualu, OGF 14 Panam, OGF 15 Bangau Sakti, OGF 18 Taman

3
Karya, OGF 21 Tarai, OGF 22 UNRI dan OGF 25 Melur. Adapaun
Kesepuluh Penyulang tersebut dijelaskan pada Tabel 1.1

Tabel 1.1 Daftar Profil Aset 20 KV Rayon Panam

Panjang
GI Garuda Jumlah
No Penyulang JTM
Sakti Gardu
(Kms)
1 OGF 3 - Pantai Cermin 82,36 69
2 TD. 1 OGF 4 Lobak 25,48 90
3 OGF 7 - Suta/SKA 14,19 23
4 OGF 12 Kualu 51,74 99
5 TD. 2 OGF 14 Panam 22,90 54
6 OGF 15 - Bangau Sakti 42,43 112
7 OGF 18 - Taman Karya 12,3 20
8 TD. 3 OGF 21 Tarai 74,02 156
9 OGF 22 - Ex Unri 17,20 2
10 OGF 18 Melur 29,20 114
JUMLAH 371

1.2 Latar Belakang

Susut jaringan distribusi (losses) merupakan hilangnya energi listrik


(kWh) dalam aktivitas penyaluran energi listrik dari pusat pembangkit
sampai ke pelanggan. Dalam bisnis ketenagalistrikan, upaya menekan susut
dimaksudkan untuk menekan biaya kerugian dalam penyaluran tenaga
listrik, sehingga upaya penekanan susut merupakan aktivitas strategis
penting yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan efisiensi
perusahaan.
Realisasi susut distribusi yang tinggi jelas berpotensi merugikan
PLN dan meningkatnya Biaya Pokok Penyedian (BPP) yang berhubungan
langsung dengan kebutuhan bahan bakar dan salah satunya bahan Bakar.
Begitu juga sebaliknya, apabila susut distribusi dapat ditekan maka akan
meningkatkan pendapatan PLN dan mengurangi BPP sehingga dapat
menghemat pemakaian bahan bakar dalam memproduksi energi listrik.
Salah satu permasalahan yang harus ditangani PT PLN (Persero)

4
untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan pendistribusian tenaga listrik
adalah susut jaringan distribusi (losses). Susut jaringan distribusi (losses)
merupakan kehilangan energi listrik (kWh) dalam aktivitas penyaluran
energi listrik dari pusat pembangkit sampai ke pelanggan.
Upaya menekan susut dimaksudkan untuk menekan kerugian dan
memaksimalkan pendistribusian tenaga listrik, sehingga harus dilakukan
dalam rangka meningkatkan efisiensi perusahaan dengan
mengimplementasikan program-program yang tepat sasaran sesuai dengan
ketersediaan anggaran.
Revenue Assurance (RevAss) adalah kegiatan perusahaan untuk
meminimalisasi kebocoran dan memaksimalkan peluang pendapatan.
Kegiatan RevAss yang pertama dilakukan antara lain adalah indexing
pelanggan, rekapitulasi hasil indeksing, perhitungan susut per gardu,
Pelaksanaan kegiatan penurunan susut dan Evaluasi.
Kegiatan RevAss dekat sekali hubungannya dengan penurunan susut
(losses). berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor :
431/KMK.06/2002 didefinisikan sebagai suatu bentuk kehilangan energi
listrik yang berasal dari selisih sejumlah energi listrik yang dibeli dengan
sejumlah energi listrik yang terjual atau jumlah energi yang hilang atau
menyusut, terjadi karena sebab-sebab teknik maupun non teknik pada waktu
penyediaan dan penyaluran energi.
Proyek On Job Training ini difokuskan untuk menurunkan susut
yang terjadi di PT. PLN Distribusi Wilayah Riau dan Kepulauan Riau Area
Pekanbaru khususnya rayon Panam. Susut di rayon Panam sendiri mencapai
9,52% yang berkontribusi sebanyak 13,86% pada susut di Distribusi
Wilayah Riau dan Kepulauan Riau. Target susut untuk rayon Panam
sebanyak 7,58 %, sedangkan target untuk OJT berbasis projek adalah
menurunkan losses sebanyak 0,5 %.

1.3. Rumusan Masalah

Adapun identifikasi permasalahan yang menjadi penyebab


terjadinya susut sebagai berikut :

5
1. Kurangnya pengawasan DLPD Pelanggan rayon Panam
2. Susut karena kWh meter bermasalah belum optimal
penyelesaiaannya.
3. Susut teknis yang penyebabnya belum dapat di pastikan
4. Kurang optimalnya pengawasan pelanggaran tenaga listrik.

1.4. Tujuan

Berdasarkan target yang telah di tentukan, maka tujuan dilaksanakan


project adalah menurunkan susut distribusi PT. PLN (Persero) rayon Panam
hingga 0,5 % khususnya di gardu gardu distribusi penyulang Lobak dalam
proyek OJT Revenue Assurance.

1.5. Batasan Masalah


Dalam Laporan ini, penulis membatasi masalah tentang penurunan
susut di penyulang Lobak rayon Panam.

BAB II
STRATEGIC ISSUE

2.1. Umum
Pendistribusian energi sering mengalami masalah penyusutan atau
losses yang menyebabkan kerugian bagi perusahaan. Begitu pula dengan
rayon Panam, susut pada rayon Panam bisa dibilang cukup tinggi yakni
sebesar 9,52 %, susut ini merupakan kerugian yang seharusnya bisa
diminimalisir. Salah satu cara untuk meminimalisir susut tersebut adalah
dengan menjalankan program Revenue Assurance.

2.2. WORKPLAN

Kelompok Distribusi 7 mendapatkan project Revenue Assurance


(RevAss) yang dilakukan pada rayon Panam khususnya penyulang Lobak.

6
Adapun sasaran pada penugasan ini adalah penurunan susut jaringan
distribusi rayon Panam khususnya penyulang Lobak. Berikut ini Workplan
dari kelompok Distribusi 7 adalah sebagai berikut :

7
8
Gambar 2.1 Workplan Kelompok Distribusi 7

2.3. Action Plan

Dari workplan yang telah dirancang, dibawah ini merupakan


kegiatan yang mendukung terlaksananya workplan yang berguna untuk
menurunkan susut yang ada di rayon Panam penyulang Lobak. Aktifitas
yang dilakukan :

9
10
11
Gambar 2.2 Action Plan Kelompok Distribusi 7

2.4. Mitigasi Resiko

Resiko merupakan bagian dari kehidupan kerja individual maupun


organisasi. Berbagai macam resiko, seperti resiko tersengat listrik, resiko
terjatuh, resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, dan sebagainya,
dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika resiko-resiko tersebut
tidak kita antisipasi dari awal. Resiko dikaitkan dengan kemungkinan
kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi.
Secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang
dihadapi seseorang atau perusahaan di mana terdapat kemungkinan yang
merugikan. Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui mitigasi
resiko. Peran dari mitigasi resiko diharapkan dapat mengantisipasi
lingkungan cepat berubah, mengembangkan corporate governance,

12
mengoptimalkan strategic management, mengamankan sumber daya dan
aset yang dimiliki perusahaan. Mitigasi resiko adalah suatu proses
mengidentifikasi, mengukur resiko, serta membentuk strategi untuk
mengelolanya melalui sumber daya yang tersedia. Strategi yang dapat
digunakan antara lain mentransfer resiko pada pihak lain, menghindari
resiko, mengurangi efek buruk dari resiko dan menerima sebagian maupun
seluruh konsekuensi dari resiko tertentu. Manajemen resiko seharusnya
bersifat berkelanjutan dan mengembangkan proses yang bekerja dalam
keseluruhan strategi organisasi dan strategi dalam mengimplementasikan.
Proses mitigasi resiko meliputi tahapan sebagai berikut :
Mengidentifikasi Resiko
Menganalisis Resiko
Mengevaluasi Resiko
Menangani Resiko
Memantau Resiko
Mengkomunikasikan Resiko

13
BAB III
OFI TO AFI

3.1. Umum
Dalam pelaksanaan On Job Training berbasis Project yang
dilaksanakan di Distribusi Wilayah Riau dan Kepulauan Riau. Langkah
awal yang kami lakukan sebelum melaksanakan kegiatan yaitu dengan
mengidentifikasi permasalahan yang ada perihal losses.

3.2. OFI (Opportunity For improvement)

OFI adalah rancangan kemungkinan-kemungkinan yang


berhubungan dengan proses penanganan akar dari permasalahan. Adapun
tujuan OFI adalah untuk memetakan kondisi di unit OJT dalam mencari
usulan solusi penyelesaian dari akar permasalahan yang diangkat.
Berdasarkan akar permasalahan, maka dibuat perumusan OFI dan
pembahasannya. Target project dan penugasan untuk menurunkan susut
jaringan distribusi rayon Panam dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.1. Target Project dan Penugasan OFI


LANGKAH URAIAN HASIL
Menurunkan Susut Jaringan Distribusi 0,5% di
1. TARGET rayon Panam
PROJECT
Overview Probis STL rayon Panam
Melakukan pemasangan APP
AP2T dan APKT.
Pencatatan Stan Meter Pelanggan
Evaluasi terhadap TO (Target Operasi) dan
hasil pelaksanaan P2TL
2. PENUGASAN Melakukan penggantian PHB-TR
Uprating kabel JTR dan Penambahan kabel
JTR
DLPD (Daftar Langganan yang Perlu
Diperhatikan)

14
Berdasarkan Tabel 3.1 diatas, untuk pelaksanaannya dilakukan
identifikasi dengan fishbone (4M) perpenugasan dari sudut pandang,
dimana dari identifikasi tersebut diketahui 4 faktor tersebut adalah Man,
Machine, Metode dan Material.
Adapun hasil dari identifikasi dari 4 faktor penugasan dari sudut
pandang tersebut dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 3.2. Identifikasi 4 Faktor Penugasan dari Sudut Pandang


dengan Fishbone
LAKUKAN IDENTIFIKASI DENGAN FISHBONE (4M) PER
PENUGASAN DARI SUDUT PANDANG
LANGKAH URAIAN HASIL
A. MAN Petugas kurang memahami SOP
Petugas kurang menyadari pentingnya
APD
Petugas kurang memahami K2K3
Petugas kurang berinisiatif untuk
melakukan inspeksi
Banyak pelanggan melakukan
pelanggaran penggunaan listrik
B. MACHINE Peralatan dan perlengkapan kerja
C.
kurang lengkap
kWh meter buram
1.
kWh meter macet
Letak APP sulit dijangkau atau dilihat
D. METODE Pencatatan meter banyak
E.
menggunakan estimasi/prediksi
Banyak target pelaksanaan P2TL
kurang tepat sasaran
Banyak pembebanan transformator
tidak seimbang
Kesulitan mengamati jaringan JTR dan
SR karena sambungan yang semraut
Pagar rumah dikunci dan tidak ada
pelanggan
F. MATERIAL Alamat pelanggan kurang jelas

15
Kualitas material tidak sesuai standar
Penggunaan rating NH Fuse tidak
sesuai rating transformator

3.3. AFI (Action For Improvement)

Berdasarkan OFI yang telah diketahui maka memudahkan dalam


menentukan pelaksanaan AFI (Action For Improvement) sehinga penurunan
susut atau peningkatan pendapatan dapat dilakukan secara maksimal, maka
dapat dilakukan tindakan berupa program kerja (Action Plan) yang akan
dilaksanakan pada waktu pelaksanaan OJT, pada bagian ini pula realisasi
pelaksanaan action plan yang telah dibuat sesuai dengan work plan.
Pada penugasan yang telah di rencanakan, terdapat beberapa
aktivitas yang telah direncanakan dan akan dilakukan selama kegiatan OJT
berlangsung, diantaranya:

3.3.1. Overview Probis STL Rayon Panam


Memahami bahaya listrik dan penggunaan APD
Ada tiga bahaya yang diakibatkan oleh listrik, yaitu sengatan
listrik, panas atau kebakaran, dan ledakan. Sengatan listrik akan
dirasakan jika arus listrik melalui ogan tubuh. Biasanya arus akan
mulai dirasakan jika arus yang mengalir lebih dari 5 mA. Bahaya
kedua adalah panas atau kebakaran. Panas muncul karena adanya
aliran arus melalui suatu resistansi. Besarnya panas sebanding
dengan kwadrat arus, besarnya resistansi, dan waktu. Bahaya ketiga
adalah ledakan. Saat terjadi hubung singkat, arus listrik yang
mengalir akan sangat besar. Arus yang sangat besar bisa
menyebabkan kenaikan temperatur yang sangat cepat sehingga
menyebabkan naiknya tekanan udara secara cepat. Untuk
mengurangi bahaya akibat penggunaan listrik, di Indonesia telah
ada Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL). Di dalam PUIL, telah
diatur bagaimana mengurangi risiko muculnya tegangan sentuh
yang membahayakan orang. Menurut peraturan, seharusnya semua

16
instalasi listrik harus mendapatkan sertifikat layak operasi (SLO)
yang dikeluarkan oleh pihak yang berwenang.
Oleh karena itulah diperlukan alat pelindung diri (APD)
untuk mengurangi resiko kecelakaan dalam pekerjaan. Alat
Pelindung Diri ( APD ) adalah seperangkat alat yang digunakan
oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya
terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan kerja.

Gambar 3.1 Pemakaian APD (Alat Pelindung Diri)


Memahami SOP serta Single line diagram
Berikut ini merupakan SOP pekerjaan dan Single Line
diagram penyulang Lobak yang dikerjakan selama On the Job
Training di PT. PLN (Persero) rayon Panam.

17
Gambar 3.2 Pembuatan SOP Pekerjaan

Gambar 3.3 Single Line Diagram Transformator Penyulang Lobak

3.3.2. Melakukan pemasangan APP 1 Phasa dan 3 Phasa.


Bagian-bagian (komponen) instalasi listrik domestik untuk rumah
tinggal, mulai dari tiang sampai sirkit akhir. Komponen-komponen itu
adalah :
Saluran Rumah, yaitu instalasi listrik mulai dari tiang sampai
ke APP (alat pengukur dan pembatas)
APP, yaitu kWh meter sebagai alat pengukur (pencatat)
jumlah energi yang dikonsumsi dan alat pembatas
(MCB, magnetiq circuit breaker). Alat pembatas berfungsi

18
untuk membatasi arus maksimum yang boleh mengalir ke
seluruh beban.
Saluran utama, yaitu instalasi listrik mulai dari APP sampai
ke PHB (papan hubung bagi) utama.
PHB, berisi alat pengaman terhadap hubung singkat. PHB
model lama berupa kotak sekering (fuse box) yang
komponen utamanya adalah sebuah sakelar dwi kutup model
putar dan sebuah sekering lebur. Dengan menggunakan
sakelar dwi kutub maka baik kabel phasa maupun kabel
netral dapat diputus/disambung, sehingga sangat aman pada
waktu melakukan perbaikan. Sedangkan PHB model baru
komponennya hanya berupa MCB dengan kotak yang secara
estetika lebih baik dibandingkan dengan fuse box.
Sirkit cabang, adalah instalasi listrik antara PHB utama
sampai PHB cabang. Ini hanya terdapat pada instalasi yang
cukup besar.
Sirkit akhir adalah instalasi lsitrik antara PHB dan pesawat
pemakai (beban).

Gambar 3.4 Pemasangan APP 1 Phasa

19
Gambar 3.5 Pemasangan APP 3 Phasa

3.3.3. AP2T dan APKT

AP2T dan APKT merupakan aplikasi yang digunakan untuk


meningkatkan kinerja pelayanan terhadap pelanggan PT. PLN (Persero).
Sistem informasi akuntansi yang di gunakan adalah Aplikasi Pelayanan
Pelanggan Terpusat (AP2T) yang berlaku sejak tahun 2009. AP2T
adalah sistem online yang digunakan untuk memprogramkan semua
transaksi yang sering di lakukan di perusahaan ini. Dimana aplikasi ini
bertujuan untuk standarisasi sistem aplikasi pelayanan pelanggan
terpusat dan berbasiskan web, pengamanan pendapatan yang lebih
realtime online dikantor pusat, efisiensi biaya pemeliharaan sistem
(infrastruktur & aplikasi), serta optimalisasi pemanfaatan kerjasama
strategis dengan anak perusahaan dan pengembangan proses bisnis
secara terpusat. Dengan adanya aplikasi atau sistem ini diharapkan
stakeholder dapat lebih mamahami alur pelayanan pelanggan PLN.
Dengan adanya aplikasi ini, pelanggan mendapat kemudahan dan
kecepatan dalam proses pasang baru maupun ubah daya serta
kemudahan dalam pembayaran tagihan listrik dan tagihan lainnya
melalui fasilitas Perbankan dan Kantor Pos di seluruh Indonesia.
Pelanggan tidak lagi membayar biaya di loket kantor Pelayanan bright

20
PLN melainkan langsung melalui layanan yang disediakan oleh bank
atau Kantor Pos, termasuk layanan elektronik seperti ATM dan layanan
eletronik channel bank lainnya.
Sedangkan untuk menangani keluhan pelanggan sebagai
ungkapan ketidakpuasan atas kualitas pelayanan PT PLN (Persero)
membuat suatu aplikasi yang dinamakan APKT (Aplikasi Pelayanan dan
Keluhan Terpadu).

Gambar 3.1. Formulir Keluhan Pelanggan Secara Online

21
Gambar 3.6 Formulir Keluhan Pelanggan melalui Frontliner

APKT dipahami sebagai sebuah sistem yang terintegrasi yang


digunakan untuk mendokumentasikan keluhan pelanggan agar tercatat
secara sistematis dan terpantau time response dan time recovery-nya
sebagai bentuk peningkatan pelayanan kepada pelanggan dalam proses
penanganan keluhan pelanggan.

3.3.4. Pencatatan Stan Meter Pelanggan


Pencatatan meter pada umumnya dilakukan oleh petugas dengan
cara manual, yaitu menuliskan hasil pembacaan meter kWh ke dalam
Daftar Pembacaan Meter (DPM). Cara seperti ini membawa resiko
terjadinya kesalahan akibat salah tulis, apabila petugas melakukan
pencatatan meter melakukan penyalinan atau pemindahan catatan dari
daftar yang satu ke daftar yang lain.
Kesalahan ini tidak saja akan merugikan pelanggan tetapi juga
PLN. Oleh sebab itu dilakukanlah pemeriksaan secara rutin. Yang perlu
diperiksa adalah besarnya angka pemakaian kWh yang tertera pada
lembar rekening listrik Anda. Bandingkan dengan angka yang
ditunjukkan oleh kWh meter maupun yang dicatat pada kartu gantung.
Bila Anda menemukan kejanggalan segera laporkan ke Kantor
Pelayanan PT PLN (Persero) terdekat. Dengan kemajuan teknologi di
bidang komputer, PT PLN (Persero) menerapkan cara pencatatan meter
dengan PDE (Portable Data Entry) untuk daerah-daerah tertentu. Di
dalam PDE tersimpan data pelanggan yang akan dibaca kWh meternya,
antara lain nama dan alamat pelanggan, kode lokasi, daya tersambung,
golongan tariff, nomor kontrak, nomor kontrol dan rekaman pencatatan
meter kWh sebelumnya.
Setelah membaca angka-angka pemakaian kWh yang tertera
pada meter kWh, petugas pencatat akan memasukkan ke dalam PDE
sesuai data pelanggan yang bersangkutan. PDE akan segera memproses
dan menghitung besarnya biaya rekening yang harus dibayar. Hasil

22
proses dan perhitungan ini langsung tercetak dalam bentuk struk yang
diserahkan petugas kepada pelanggan.
Langkah-langkah yang dilakukan sebelum pencatatan stan meter
pelanggan adalah :
Menentukan target pemeriksaan.
Melakukan pengecekan error kWh meter (APP).
Cek rasio CT dan PT untuk menentukan faktor kali.
Membuat laporan dan menganalisa hasil pemeriksaan.

Gambar 3.7 brifing Pencatatan Stan Meter

Gambar 3.8 Pencarian Alamat Pelanggan

23
Gambar 3.9 Pencatatan Stan Meter Pelanggan

3.3.5. Evaluasi Terhadap TO dan Hasil Pelaksanaan P2TL

Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik (P2TL) adalah penertiban


pengguna tenaga listrik yang tidak sesuai dengan standar pemasangan.
Sedangkan tujuannya adalah untuk menurunkan susut secara non teknis
adalah susut yang bukan berasal dari material PLN, sehingga mampu
diatasi dengan dilakukannya penertiban. Dengan diadakannya P2TL,
seluruh kerugian dapat diminimalisir sekecil mungkin. Sehingga yang
tersisa hanya susut teknis yang secara alami tidak dapat dihilangkan,
namun bisa diminimalisir.

3.10 Data Target Operasi P2TL

24
Gambar 3.11 Target Operasi P2TL

Setelah ditemukan Target Operasi maka didapatkan Saving and


Gainnya :
Pelanggaran Daya (VA) Saving (kWh) Gain (Rp)
P1 1300 502 711.812
P2 900 4.957 3.082.333
P3 900 4.957 2.878.573
Total 10.416 6.672.718

3.3.6. Melakuakan penggantian PHB-TR


Salah satu pemeliharaan yang masuk dalam kategori
pemeliharaan tahunan keadaan bebas tegangan adalah penggantian
PHB-TR. Adapun bagian-bagian sistem yang perlu dilakukan
pemeliharaan tahunan secara periodik diantaranya adalah Gardu
distribusi dan PHB-TR. Pemeliharaan peralatan / perlengkapan jaring
distribusi TM / TR yang dilaksanakan dimana obyeknya dalam keadaan
tanpa tegangan atau pemadaman. Hal ini bukan berarti disekitar obyek
pemeliharaan benar-benar sama sekali tidak bertegangan. Pekerjaan-
pekerjaan pemeliharaan tahunan pada keadaan bebas tegangan adalah
pekerjaan-pekerjaan yang meliputi :
Pemeriksaan.
Pembersihan.
Pengetesan.
Penggantian material Bantu : fuse link, sekring.
Langkah-langkah yang dilakukan sebelum penggantian PHB-
TR adalah :

25
Mendata lokasi penggantian PHB-TR
Melakukan pengecekan pada masing-masing jurusan.
Membersihkan area sekitar PHB-TR.
Mengganti PHB-TR
Membuat laporan penggantian PHB-TR

Gambar 3.12 Proses Pelepasan CO

Gambar 3.13 Proses Penggantian PHB-TR

26
Gambar 3.14 PHB-TR Baru

3.3.7. Uprating kabel JTR dan Penambahan Kabel JTR baru


Penggunaan simulasi program ETAP powerstation 4.0 yaitu
meliputi: tahap pertama adalah penambahan jaringan baru dan
pergantian kabel JTR jenis LVTC 3x50 mm2. diganti mengunakan
LVTC 3x70 mm2 dan kabel SR LVTC 2x10 mm2 masih tetap
digunakan. Perancangan kedua adalah penambahan jaringan baru dan
pergantian kabel JTR mengunakan LVTC 3x70 mm2 dan kabel SR
LVTC2x10 mm2 juga masih tetap digunakan. Akhirnya rekonfigurasi
dilakukan dengan memperhatikan pertimbangan teknis dan efisiensi
biaya investasi pembuatannya serta mengacu pada beberapa standar
PLN yaitu (SPLN No. 72 tahun 1987) mengenai spesifikasi desain
JTM dan JTR, dan (SPLN 56-1, tahun 1993) mengenai Sambungan
Tenaga Listrik Tegangan Rendah (SLTR). Hasil rekonfigurasi JTR
dengan simulasi program ETAP powerstaion 4.0 yaitu drop tegangan
yang didapat sebesar 4,68% dari tegangan sumber 231V dan rugi-rugi
daya sebesar 1,8kW. Sehingga nilai drop tegangan yang didapat setelah
rekonfigurasi jaringan sudah sesuai dengan standar PLN yaitu drop
tegangan yang diijinkan tidak melebihi 5%, (SPLN 72, 1987).

27
Gambar 3.15 Uprating Kabel Jaringan Tegangan Rendah

3.3.8. DLPD (Daftar Langganan yang Perlu Diperhatikan)


Saat ini PLN masih akan terus melakukan penertiban-penertiban
ke beberapa lokasi yang dicurigai melakukan penyimpangan
penggunaan energi listrik. PLN memiliki daftar langganan yang perlu
diperhatikan yang disingkat DLPD, jika pelanggan yang masuk dalam
daftar DLPD tersebut terindikasi melakukan pencurian arus, PLN akan
langsung mengevaluasi data dan melakukan tinjauan ke lokasi untuk
mengambil tindakan pemutusan.

Gambar 3.16 MCB yang Standart dan Tidak Standart

LAMPIRAN

Analisis Fishbone

28
29

Anda mungkin juga menyukai