Anda di halaman 1dari 15

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Debu Batu Kapur dan Penyakit Pernapasan

Mineral kalsit dan aragonite memiliki kandungan yang sama yaitu kalsium

karbonat (CaCO3) dan mineral dolomite (CaMg(CO3)2) adalah komponen utama

pembentuk batu kapur, unsur-unsur ini membentuk warna putih dan bertekstur

lembut. Proses terbentuknya batu kapur terjadi selama berjuta juta tahun silam.

Batu kapur terbentuk dari unsur karbonat, merupakan penyusun utama kulit

kerang dan tiram. Pada saat organisme ini mati, mikroorganisme mikroskopik

seperti foraminifera akan mendegradasi kulit kerang dan tulang yang tertinggal

menjadi unsur yang lebih kecil lagi. Hasil degradasi ini akan terbentuk pasir

karbonat atau lumpur karbonat. Pengendapan ini terjadi terus - menerus dalam

waktu yang lama dan didukung dengan adanya proses alam, maka endapan pasir

dan lumpur karbonat menjadi keras sehingga akan membentuk pegunungan batu

kapur. Oleh sebab itu hampir sebagian besar pegunungan batu kapur berada dekat

dengan laut (Kristanto, 2001).

Penggunaan batu kapur sebagai batu bata, mortar, dan bahan konstruksi

bangunan lainya, didasarkan pada sifat batu kapur tersebut yang tidak berbau dan

tidak mudah terbakar ataupun meledak, batu kapur memiliki beberapa jenis warna

yaitu putih, abu-abu dan coklat. Karena batu kapur merupakan batuan sedimen

jenis khusus yang terbentuk oleh fosil-fosil hewan laut yang terdegradasi,

kandungan utama dari batu kapur adalah CaCO3 sebanyak 95% dan MgCO3

11
TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12

sebanyak 11%. Jika terpapar dalam jumlah sedikit dengan waktu yang singkat

tidak akan menimbulkan bahaya terhadap tubuh. Namun karena pada debu batu

kapur mengandung kristal silika sebanyak 1-20% maka akan sangat berbahaya

bagi tubuh jika terhirup dalam jumlah besar dan dengan waktu pajanan yang

relatife lebih lama (Neil, 2000; Anonimus, 2011).

Akibat adanya proses penambangan, karena adanya kekuatan mekanis

terbentuklah debu kapur yang merupakan salah satu partikel padat. Berdasarkan

komposisinya debu kapur berasal dari golongan anorganik dan jika dilihat dari

sifatnya debu kapur termasuk profilferate dust, dimana di dalam paru golongan

debu ini akan membentuk jaringan parut (fibrosis), yang dapat menyebabkan

pengerasan pada jaringan alveoli, sehingga mengakibatkan gangguan kapasitas

paru (Yulaekah, 2007).

Penyakit seperti penurunan fungsi paru, bronkitis kronis dan emfisima

yang termasuk dalam penyakit paru obstruktif akut merupakan efek yang timbul

akibat adanya kadar debu silika dalam waktu yang lama. Hal ini sering disebut

sebagai salah satu penyakit akibat kerja (OHSA, 2010). Paparan debu yang terjadi

secara terus menerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan timbulnya

Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) yang sering disebut dengan

Penyakit paru obstruktif kronis. Penyebab utama timbulnya COPD umumnya

adalah akibat asap rokok, dan asap juga debu sebagai faktor lingkungan dimana

genetika dapat mempengaruhi terjadinya COPD. Paparan berat oleh debu di

tempat kerja berkontribusi menyebabkan terjadinya PPOK pada pekerja (Lareau et

al., 2013).

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13

Paru dan saluran napas adalah organ tubuh yang sering terpapar oleh

bahan-bahan berbahaya seperti debu di tempat kerja. Efek debu terhadap paru

dipengaruhi oleh tingkat pajanan debu. Kadar debu rata-rata di udara dan waktu

pajanan terhadap debu menentukan tingkat pajanan (Susanto, 2011). Ukuran debu

yang dapat berdifusi dengan gerakan Brown untuk keluar masuk alveoli yaitu 0,1

0,5 mikron, namun bila debu membentur alveoli, maka akan terjadi penimbunan

debu di situ (WHO, 2007).

2.2 Penambangan Batu Kapur

Batu kapur merupakan salah satu jenis hasil galian golongan C yaitu bahan

galian yang tidak termasuk golongan strategik dan vital, yang tercantum dalam

Undang-Undang No. 11 tahun 1967 tentang Ketentuan - Ketentuan Pokok

Pertambangan. Kegiatan pertambangan batu kapur dapat dibagi menjadi dua jenis

yaitu pertambangan skala besar dan pertambangan skala kecil. Jenis

pertambangan skala kecil sering disebut pertambangan rakyat. Hal ini

dikarenakan kegiatan pertambangan dilakukan oleh masyarakat setempat secara

bersama-sama dengan menggunakan alat sederhana, yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan kehidupan sehari-hari. Pertambangan batu kapur biasanya

dilakukan oleh perseorangan atau oleh warga masyarakat yang tinggal di sekitar

wilayah pertambangan, namun ada juga penambangan yang dilakukan oleh

pengusaha kecil maupun besar (Arvina, 2009).

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14

2.2.1 Sistem penambangan batu kapur

(Risyanto et al., 2001) Sistem penambangan batu kapur yang sering

dilakukan oleh pertambangan rakyat dibagi menjadi dua jenis yaitu :

1. Sistem penambangan terbuka

Sistem penambangan terbuka/open pit mining menghasilkan bahan tambang

dolomit berupa hancuran atau batuan pecah, dan batuan ini masih harus

diproses lebih lanjut untuk keperluan tertentu. Sistem penambangan seperti ini

memiliki prosedur yaitu langsung memotong lereng/tebing bukit kapur hingga

menghasilkan depresi luas dinding berlereng. Dapat mencapai 90. Sistem

penambangan seperti ini merupakan sistem penambangan yang banyak

digunakan oleh masyarakat. Dengan menggunakan peralatan tradisional

maupun peralatan mekanik.

2. Sistem penambangan tertutup

Sistem penambangan tertutup merupakan sistem yang pelaksanaannya dengan

cara membuat gua-gua tambang dengan tiang penyangga dari gua tambang itu

adalah dolomit itu sendiri, peralatan yang digunakan pada sistem

penambangan ini adalah peralatan tradisional antara lain bethel, bodem,

linggis dan lain-lain. Sistem seperti ini adalah sistem yang paling sering

ditemukan pada pertambangan rakyat.

2.2.2 Kegiatan penambangan batu kapur

Proses penambangan batu kapur sendiri tediri dari beberapa tahapan

proses yang diawali dengan proses peledakan (Blasting) yang bertujuan

untuk membongkar atau melepaskan batuan (losses) dari batuan induknya,

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15

dilanjutkan dengan pemecahan bongkahan batu kapur menjadi diameter yang

lebih kecil (Breaking), kemudian pengambilan material (Loading), dilanjutkan

dengan pemuatan material (Hauling) dan tahapan terakhir adalah pembuangan

material (Dumping) ke dalam crusher (Frakhruzy, 2009).

2.3 Tumor Necrosis Factor Alpha (TNF)

Tumor Necrosis Factor (TNF)- pertama kali diidentifikasi sebagai sitokin

proinflamasi multifungsi dengan efek pada metabolisme lemak, resistensi insulin,

fungsi endothelial dan koagulasi pada tahun 1975. Beberapa dekade lalu TNF

telah dikenal sebagai agen anti kanker, yang merupakan anggota dari TNF

Receptor (TNFR) superfamily dimana dapat mengirimkan sinyal survival atau pun

sinyal kematian sel. TNF merupakan protein yang terdapat dalam dua bentuk

yaitu terlarut (157 asam amino) dan transmembran (233 asam amino). Kelompok

TNF berperan penting dalam berbagai proses patologis dan filosofis yaitu

ploriferasi sel, diferensiasi, apoptosis, indeks inflamasi dan modulasi sistem imun

(Aggarwal, 2009).

Sitokin utama pada respon inflamasi akut terhadap bakteri gram negatif

dan mikroba lainnya adalan TNF. Produksi TNF dalam jumlah besar dipicu oleh

adanya infeksi yang besar sehingga menimbulkan reaksi sistemik. TNF disebut

TNF atas dasar historis dan di gunakan untuk membedakannya dari TNF atau

limfotoksin. Fagosit molekulear, sel T yang diaktifkan antigen, sel NK dan sel

mast merupakan sumber utama TNF (Baratawidjaja, 2012).

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16

Pada awalnya TNF ditemukan pada tumor tertentu yang mengalami

perdarahan, ternyata yang menyebabkan perdarahan tersebut adalah nekrosis

jaringan. Sel-sel penghasil TNF adalah sel makrofag dan sel-sel jenis lain dengan

aktifitas biologik yang berbeda pada sel-sel sasaran yang termasuk dalam sistem

imun atau pun tidak. Sejumlah jenis sel yang baru akan menghasilkan TNF

apabila mendapatkan rangsangan yang cocok, misalnya pada limfosit dan sel NK

(Subowo, 2009).

Tumor Necrosis Factor (TNF) bekerja terhadap leukosit dan endotel pada

kadar rendah yang menginduksi inflamasi akut. Pada kadar sedang, TNF berperan

penting dalam inflamasi sistemik. Sedangkan pada keadaan tinggi, TNF dapat

menimbulkan kelainan patologik syok septic (Baratawidjaja, 2012).

Tumor Necrosis Factor (TNF)- merupakan sitokin pada imunitas

nonspesifik dengan sumber utama adalah makrofag dan sel T, dimana sasaran

utama dan efek biologik yang di timbulkan yaitu pada sel endotel terjadi aktivasi

(inflamasi, koagulasi), neotrofil terjadi aktivasi, hipotalamus terjadinya panas, hati

terjadinya efek sintesis APP, pada otak dan lemak terjadi katabolisme (kaheksia)

(Baratawidjaja, 2012).

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17

Gambar 2.1 Efek Biologik TNF (Sumber : Baratawidjaja, 2012).

Sintesis TNF terkontrol secara ketat untuk memastikan produksi masih

kecil dalam sel normal pada kondisi normal. Adanya stimulasi dari berbagai

stimuli, maka kemungkinan melepaskan TNF dalam jumlah yang besar karena

adanya proses transkripsi dan translasi gen TNF yang mengalami peningkatan

secara cepat. Terdapat banyak faktor pada multilevel dan sel teraktifitasi yang

mengendalikan ragulasi ekpresi TNF dengan meningkatnya serum TNF dalam

waktu 90 menit setelah adanya proses stimulasi dan kemudian diikuti dengan

menurunnya kadar TNF pada kadar normal dalam waktu 4 jam (Aggarwal,

2009).

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18

2.4 Faal Paru

Respirasi yang berarti bernafas kembali atau yang disebut juga sistem

pernafasan. Sistem ini berperan menyediakan oksigen dan mengeluarkan

karbon dioksida dari dalam tubuh menuju ke udara bebas. Peristiwa

menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi)

serta mengeluarkan udara yang mengandung karbon dioksida sisa oksidasi ke

luar tubuh (ekspirasi) adalah pernafasan (Muttaqin, 2008).

Menurut Siregar (2004), Proses pernafasan dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu :

1. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara, serta distribusi udara pada

trakeobronkial sehingga terjadi pertukaran gas di dalam alveoli.

2. Difusi adalah merupakan proses perpindahan udara dari alveoli ke dalam

darah, serta proses keluarnya karbondioksida dari darah menuju alveoli.

Terjadi proses perpindahan molekul dari tempat yang konsentrasi tinggi ke

tempat dengan konsentrasi rendah.

3. Perfusi adalah distribusi darah di dalam paru yang telah teroksigenasi untuk

dialirkan ke seluruh tubuh.

Aktifitas ventilasi meningkat apabila seseorang beraktifitas dan

disesuaikan dengan beratnya aktifitas yang dilakukan. Beberapa hal yang

mempengaruhi volume paru nomal yaitu ukuran sistem pernafasan tergantung

bentuk dan ukuran tubuh, jenis kelamin dan usia. Kapasitas vital rata-rata 4,6 liter

adalah untuk usia dewasa muda dan 3, 1 liter untuk wanita dewasa muda. Volume

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19

dan kapasitas paru juga dipengaruhi oleh postur tubuh, biasanya akan meningkat

ketika berdiri dan menurun ketika berbaring (Francis, 2006).

Pengukuran volume paru dapat diukur secara langsung dengan

menggunakan spirometer, namun tidak untuk volume residu. Keadaan fungsi paru

yang diketahui berdasarkan hasil pengukuran atau uji fungsi paru dengan

menggunakan alat spirometer adalah untuk mengetahui status fungsi paru.

Parameter yang digunakan dalam pengukuran faal paru adalah Vital Capacity

(VC), Forced Vital Capacity (FVC), dan Forced Expiratory Volume (FEV).

Parameter yang digunakan untuk mengukur volume maksimum udara yang dapat

di ekspirasikan oleh seseorang dengan rentang waktu tertentu adalah volume

ekspirasi paksa (VEP/FEV), yang perlu di evaluasi adalah volume udara pada

satu titik pertama ekspirasi (FEV1) (Depnakertrans, 2005).

2.4.1 Volume dan kapasitas standar paru

Menurut Levitzky (2007), ada empat volume standard paru dan empat

kapasitas paru standard yaitu terdiri dari dua atau lebih kombinasi volume paru

standard. Guyton dan Hall (2008) menjabarkan empat volume standard paru

sebagai berikut :

1. Volume tidal (tidal volume), yaitu jumlah udara yang dihirup dan

dihembuskan pada setiap kali pernafasan normal. Volume udara waktu

istirahat lebih kecil dari pada waktu kerja. Besarnya 0,5 L pada rata - rata

orang dewasa.

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20

2. Volume cadangan inspirasi (Inpiratory Reserve Volume), yaitu jumlah

maksimal udara yang dihirup sesudah setelah volume tidal. Biasanya

mencapai 2,5 L.

3. Volume cadangan ekspirasi (Ekspiratory Reserve Volume), yaitu jumlah

maksimal udara yang masih dapat dihembuskan sesudah akhir ekspirasi

normal. Volume udara yang masih tetap dalam paru setelah ekspirasi yang

paling kuat, dalam keadaan normal jumlahnya 1,5 L.

4. Volume residu (Residual Volume) yaitu jumlah udara yang masih ada di

dalam paru sesudah melakukan ekspirasi yang paling kuat, volume tersebut

1,5 L.

Gambar 2.2 Volume Paru dan Kapasitas Standard (Sumber : Levitzky, 2007)

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21

Kapasitas paru adalah kombinasi nilai kapasitas ini mencakup dua atau

lebih nilai volume paru, dalam siklus paru (Guyton, 1995) seperti :

1. Kapasitas Paru Total (KPT) adalah jumlah maksimal udara yang dapat

ditampung oleh paru pada akhir inspirasi maksimal dengan cara inspirasi

paksa kira-kira sebesar 6000 ml.

2. Kapasitas Vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dikeluarkan

seseorang dari paru dengan sekuat-kuatnya setelah mengisi paru secara

maksimal terlebih dulu dan kemudian mengeluarkan dengan maksimal kira-

kira sebesar 4.500 ml.

3. Kapasitas Inspirasi, adalah jumlah maksimal udara yang dihirup oleh

seseorang kira-kira sebesar 3.000 ml setelah posisi istirahat (akhir ekspirasi

normal) sampai jumlah maksimal.

4. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) adalah jumlah udara yang tersisa dalam

paru pada posisi istirahat dan atau akhir respirasi normal kira-kira sebesar

3000 ml.

Untuk wanita semua volume dan kapsitas paru kira-kira 20 25% dibawah pria

dan lebih besar pada orang yang memiliki ukuran tubuh besar dan altet jika

dibandingkan dengan orang bertubuh kecil dan astenik.

2.4.2 Alat uji faal paru

Spirometer merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

pemeriksaan faal paru. Menurut Fishman et al., 2008 menyebutkan bahwa jenis

Spirometer yaitu :

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22

1. Spirometer basah (Water filled)

2. Spirometer kering (Waterless)

Pemeriksaan fungsi paru dengan menggunakan spirometer bertujuan agar

dapat sedini mungkin mengetahui adanya gangguan fungsi paru. Hasil

pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui atau menilai seberapa

beratkah obstruksi yang telah terjadi meskipun secara pemeriksaan klinik maupun

radiologi pada penderita belum tentu dapat diketahui. Pada pemeriksaan fungsi

paru ini juga memiliki kekurangan yaitu hasil normal yang diperoleh hanya untuk

tujuan evaluasi personal bukan kelompok, dan pada saat pengukuran harus

dilakukan dengan maksimal karena hasilnya sangat dipengaruhi oleh kerja sama

dengan orang yang diperiksa.

2.4.3 Nilai normal, restriktif, dan obstruktif pada faal paru

Hasil pemeriksaan faal paru yang diperoleh harus diinterpretasikan dengan

cara dibandingkan dengan nilai standard, berikut ini interpretasi pemeriksaan faal

paru dengan menggunakan nilai prediksi atau perbandingan (Ikawati, 2011).

1. Normal, jika FEV1/FVC 75% dan FVC 80%

2. Gangguan Obstruktif, jika FEV1/FVC < 75%, FVC 80%, dibagi menjadi:

a) FEV1/FVC : 60-75 % : Ringan

b) FEV1/FVC : 40-59 % : Sedang

c) FEV1/FVC : < 40 % : Berat

3. Gangguan Restriksi, jika FEV1/FVC 75 % dan FVC < 80 %

4. Gangguan campuran (obstruktif dan restriksi), jika FEV1/FVC < 75 % dan

FVC < 80 %

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23

Hasil pengukuran dengan menggunakan spirometer masih harus

disesuaikan lagi dengan umur, tinggi badan, dan kemungkinan etnik yang

merupakan nilai sebenarnya dari pemeriksaan fungsi paru.

2.5 Karakteristik Penambang

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan paru pada

penambang, diantaranya :

1. Umur

Elastisitas paru sebagaimana jaringan lain dalam tubuh juga dipengaruhi

oleh umur seseorang. Faktor umur menjadi salah satu variabel penting dalam

terjadinya gangguan fungsi paru, semakin tua umur seseorang maka semakin

besar kemungkinan untuk mengalami penurunan fungsi paru. Kejadian ini akan

semakin buruk jika disertai dengan buruknya kondisi lingkungan dan adanya

faktor lain yang semakin mempengaruhi fungsi paru (Budiono, 2007). Menurut

Rosbinawati (2002) dari hasil penelitiannya diketahui bahwa ada hubungan

bermakna secara statistika antara umur dengan gejala gangguan pernapasan. Hal

ini menggambarkan adanya hubungan antara umur dengan potensi kemungkinan

terpapar terhadap agen infeksi, kekebalan tubuh dan aktifitas fisiologis berbagai

jaringan yang berpengaruh terhadap perjalanan penyakit pada seseorang.

Setelah pada usia 30 tahun dapat terjadi penurunan KVP, tetapi penurunan

KVP akan lebih cepat lagi pada usia 40 tahun. Sejak usia anak-anak faal paru akan

bertambah volumenya, pada usia 19 tahun sampai 21 tahun akan mencapai nilai

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24

maksimum. Namun setelah usia tersebut seiring dengan bertambahnya usia maka

faal paru akan mulai menurun (Budiono, 2007).

2. Masa kerja

Suatu masa berlangsungnya kegiatan seseorang dalam waktu tertentu

disebut dengan masa kerja. Seseorang yang bekerja pada lingkungan kerja yang

menghasilkan debu maka akan memiliki risiko gangguan kesehatan akibat kadar

debu tersebut. Makin lama seseorang bekerja atau terpapar dengan debu di

lingkungan kerjanya maka semakin besar pula risiko terkena gangguan

pernapasan.

3. Kebiasaan merokok

Debu yang tertimbun di dalam paru akan menyebabkan terjadinya fibrosis

(pengerasan jaringan paru), apabila kondisi lingkungan kerja seseorang yang

merokok memiliki tingkat konsentrasi debu yang tinggi maka dapat menyebabkan

terjadinya gangguan fungsi paru yang ditandai dengan penurunan fungsi paru

(VC, FCV dan FEV1) yang berdampak pada penurunan KVP. Kebiasaan

seseorang merokok dapat mempercepat terjadinya penurunan fungsi paru, untuk

non perokok penurunan volume ekspirasi paksa pertahun yaitu 28,7 ml,

sedangkan untuk bekas perokok yaitu 38,4 ml dan untuk perokok aktif adalah 41,7

ml (Anshar, 2005).

Gold et al (2005) menyatakan bahwa kebiasaan merokok pada pekerja

yang terpapar oleh debu memperbesar kemungkinan terjadinya gangguan fungsi

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw


ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25

paru. Untuk mengukur derajat berat merokok dilakukan dengan menghitung

indeks Brinkman yang merupakan hasil perkalian antara jumlah rata-rata batang

rokok yang dihisap setiap hari dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang

diperoleh dari hasil perhitungan kemudian dimasukkan kedalam tiga kategori

yaitu ringan: 0 200, sedang: 201 600 dan berat: > 600.

4. Riwayat Penyakit Saluran Pernapasan

KVP seseorang dipengaruhi oleh kondisi kesehatan saluran pernapasan,

ketika seseorang sakit maka kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang

(Ganong, 2002). Secara otomatis nilai kapasitas paru akan berkurang pada

penyakit paru, penyakit jantung (yang menimbulakan kongesti paru) dan terjadi

juga pada kelemahan otot pernapasan. Selain itu juga pada pekerja yang

menghadapi debu dalam melaksanakan pekerjaannya akan mengakibatkan

pneumunokiosis. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pekerja

dari kadar debu adalah dengan menggunakan respirator saat bekerja.

TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw

Anda mungkin juga menyukai