Gdlhub GDL s2 2014 Sohilauwda 36761 8. Bab 2 A
Gdlhub GDL s2 2014 Sohilauwda 36761 8. Bab 2 A
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mineral kalsit dan aragonite memiliki kandungan yang sama yaitu kalsium
pembentuk batu kapur, unsur-unsur ini membentuk warna putih dan bertekstur
lembut. Proses terbentuknya batu kapur terjadi selama berjuta juta tahun silam.
Batu kapur terbentuk dari unsur karbonat, merupakan penyusun utama kulit
kerang dan tiram. Pada saat organisme ini mati, mikroorganisme mikroskopik
seperti foraminifera akan mendegradasi kulit kerang dan tulang yang tertinggal
menjadi unsur yang lebih kecil lagi. Hasil degradasi ini akan terbentuk pasir
karbonat atau lumpur karbonat. Pengendapan ini terjadi terus - menerus dalam
waktu yang lama dan didukung dengan adanya proses alam, maka endapan pasir
dan lumpur karbonat menjadi keras sehingga akan membentuk pegunungan batu
kapur. Oleh sebab itu hampir sebagian besar pegunungan batu kapur berada dekat
Penggunaan batu kapur sebagai batu bata, mortar, dan bahan konstruksi
bangunan lainya, didasarkan pada sifat batu kapur tersebut yang tidak berbau dan
tidak mudah terbakar ataupun meledak, batu kapur memiliki beberapa jenis warna
yaitu putih, abu-abu dan coklat. Karena batu kapur merupakan batuan sedimen
jenis khusus yang terbentuk oleh fosil-fosil hewan laut yang terdegradasi,
kandungan utama dari batu kapur adalah CaCO3 sebanyak 95% dan MgCO3
11
TESIS Dampak Paparan Debu .... Damayanti Sima Sima Sohilauw
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
sebanyak 11%. Jika terpapar dalam jumlah sedikit dengan waktu yang singkat
tidak akan menimbulkan bahaya terhadap tubuh. Namun karena pada debu batu
kapur mengandung kristal silika sebanyak 1-20% maka akan sangat berbahaya
bagi tubuh jika terhirup dalam jumlah besar dan dengan waktu pajanan yang
terbentuklah debu kapur yang merupakan salah satu partikel padat. Berdasarkan
komposisinya debu kapur berasal dari golongan anorganik dan jika dilihat dari
sifatnya debu kapur termasuk profilferate dust, dimana di dalam paru golongan
debu ini akan membentuk jaringan parut (fibrosis), yang dapat menyebabkan
yang termasuk dalam penyakit paru obstruktif akut merupakan efek yang timbul
akibat adanya kadar debu silika dalam waktu yang lama. Hal ini sering disebut
sebagai salah satu penyakit akibat kerja (OHSA, 2010). Paparan debu yang terjadi
secara terus menerus dalam waktu yang lama akan mengakibatkan timbulnya
adalah akibat asap rokok, dan asap juga debu sebagai faktor lingkungan dimana
al., 2013).
Paru dan saluran napas adalah organ tubuh yang sering terpapar oleh
bahan-bahan berbahaya seperti debu di tempat kerja. Efek debu terhadap paru
dipengaruhi oleh tingkat pajanan debu. Kadar debu rata-rata di udara dan waktu
pajanan terhadap debu menentukan tingkat pajanan (Susanto, 2011). Ukuran debu
yang dapat berdifusi dengan gerakan Brown untuk keluar masuk alveoli yaitu 0,1
0,5 mikron, namun bila debu membentur alveoli, maka akan terjadi penimbunan
Batu kapur merupakan salah satu jenis hasil galian golongan C yaitu bahan
galian yang tidak termasuk golongan strategik dan vital, yang tercantum dalam
Pertambangan. Kegiatan pertambangan batu kapur dapat dibagi menjadi dua jenis
dilakukan oleh perseorangan atau oleh warga masyarakat yang tinggal di sekitar
dolomit berupa hancuran atau batuan pecah, dan batuan ini masih harus
diproses lebih lanjut untuk keperluan tertentu. Sistem penambangan seperti ini
cara membuat gua-gua tambang dengan tiang penyangga dari gua tambang itu
linggis dan lain-lain. Sistem seperti ini adalah sistem yang paling sering
fungsi endothelial dan koagulasi pada tahun 1975. Beberapa dekade lalu TNF
telah dikenal sebagai agen anti kanker, yang merupakan anggota dari TNF
Receptor (TNFR) superfamily dimana dapat mengirimkan sinyal survival atau pun
sinyal kematian sel. TNF merupakan protein yang terdapat dalam dua bentuk
yaitu terlarut (157 asam amino) dan transmembran (233 asam amino). Kelompok
TNF berperan penting dalam berbagai proses patologis dan filosofis yaitu
ploriferasi sel, diferensiasi, apoptosis, indeks inflamasi dan modulasi sistem imun
(Aggarwal, 2009).
Sitokin utama pada respon inflamasi akut terhadap bakteri gram negatif
dan mikroba lainnya adalan TNF. Produksi TNF dalam jumlah besar dipicu oleh
adanya infeksi yang besar sehingga menimbulkan reaksi sistemik. TNF disebut
TNF atas dasar historis dan di gunakan untuk membedakannya dari TNF atau
limfotoksin. Fagosit molekulear, sel T yang diaktifkan antigen, sel NK dan sel
jaringan. Sel-sel penghasil TNF adalah sel makrofag dan sel-sel jenis lain dengan
aktifitas biologik yang berbeda pada sel-sel sasaran yang termasuk dalam sistem
imun atau pun tidak. Sejumlah jenis sel yang baru akan menghasilkan TNF
apabila mendapatkan rangsangan yang cocok, misalnya pada limfosit dan sel NK
(Subowo, 2009).
Tumor Necrosis Factor (TNF) bekerja terhadap leukosit dan endotel pada
kadar rendah yang menginduksi inflamasi akut. Pada kadar sedang, TNF berperan
penting dalam inflamasi sistemik. Sedangkan pada keadaan tinggi, TNF dapat
nonspesifik dengan sumber utama adalah makrofag dan sel T, dimana sasaran
utama dan efek biologik yang di timbulkan yaitu pada sel endotel terjadi aktivasi
terjadinya efek sintesis APP, pada otak dan lemak terjadi katabolisme (kaheksia)
(Baratawidjaja, 2012).
kecil dalam sel normal pada kondisi normal. Adanya stimulasi dari berbagai
stimuli, maka kemungkinan melepaskan TNF dalam jumlah yang besar karena
adanya proses transkripsi dan translasi gen TNF yang mengalami peningkatan
secara cepat. Terdapat banyak faktor pada multilevel dan sel teraktifitasi yang
waktu 90 menit setelah adanya proses stimulasi dan kemudian diikuti dengan
menurunnya kadar TNF pada kadar normal dalam waktu 4 jam (Aggarwal,
2009).
Respirasi yang berarti bernafas kembali atau yang disebut juga sistem
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh (inspirasi)
yaitu :
1. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara, serta distribusi udara pada
3. Perfusi adalah distribusi darah di dalam paru yang telah teroksigenasi untuk
bentuk dan ukuran tubuh, jenis kelamin dan usia. Kapasitas vital rata-rata 4,6 liter
adalah untuk usia dewasa muda dan 3, 1 liter untuk wanita dewasa muda. Volume
dan kapasitas paru juga dipengaruhi oleh postur tubuh, biasanya akan meningkat
menggunakan spirometer, namun tidak untuk volume residu. Keadaan fungsi paru
yang diketahui berdasarkan hasil pengukuran atau uji fungsi paru dengan
Parameter yang digunakan dalam pengukuran faal paru adalah Vital Capacity
(VC), Forced Vital Capacity (FVC), dan Forced Expiratory Volume (FEV).
Parameter yang digunakan untuk mengukur volume maksimum udara yang dapat
ekspirasi paksa (VEP/FEV), yang perlu di evaluasi adalah volume udara pada
Menurut Levitzky (2007), ada empat volume standard paru dan empat
kapasitas paru standard yaitu terdiri dari dua atau lebih kombinasi volume paru
standard. Guyton dan Hall (2008) menjabarkan empat volume standard paru
sebagai berikut :
1. Volume tidal (tidal volume), yaitu jumlah udara yang dihirup dan
istirahat lebih kecil dari pada waktu kerja. Besarnya 0,5 L pada rata - rata
orang dewasa.
mencapai 2,5 L.
normal. Volume udara yang masih tetap dalam paru setelah ekspirasi yang
4. Volume residu (Residual Volume) yaitu jumlah udara yang masih ada di
dalam paru sesudah melakukan ekspirasi yang paling kuat, volume tersebut
1,5 L.
Gambar 2.2 Volume Paru dan Kapasitas Standard (Sumber : Levitzky, 2007)
Kapasitas paru adalah kombinasi nilai kapasitas ini mencakup dua atau
lebih nilai volume paru, dalam siklus paru (Guyton, 1995) seperti :
1. Kapasitas Paru Total (KPT) adalah jumlah maksimal udara yang dapat
ditampung oleh paru pada akhir inspirasi maksimal dengan cara inspirasi
4. Kapasitas Residu Fungsional (KRF) adalah jumlah udara yang tersisa dalam
paru pada posisi istirahat dan atau akhir respirasi normal kira-kira sebesar
3000 ml.
Untuk wanita semua volume dan kapsitas paru kira-kira 20 25% dibawah pria
dan lebih besar pada orang yang memiliki ukuran tubuh besar dan altet jika
pemeriksaan faal paru. Menurut Fishman et al., 2008 menyebutkan bahwa jenis
Spirometer yaitu :
beratkah obstruksi yang telah terjadi meskipun secara pemeriksaan klinik maupun
radiologi pada penderita belum tentu dapat diketahui. Pada pemeriksaan fungsi
paru ini juga memiliki kekurangan yaitu hasil normal yang diperoleh hanya untuk
tujuan evaluasi personal bukan kelompok, dan pada saat pengukuran harus
dilakukan dengan maksimal karena hasilnya sangat dipengaruhi oleh kerja sama
cara dibandingkan dengan nilai standard, berikut ini interpretasi pemeriksaan faal
2. Gangguan Obstruktif, jika FEV1/FVC < 75%, FVC 80%, dibagi menjadi:
FVC < 80 %
disesuaikan lagi dengan umur, tinggi badan, dan kemungkinan etnik yang
penambang, diantaranya :
1. Umur
oleh umur seseorang. Faktor umur menjadi salah satu variabel penting dalam
terjadinya gangguan fungsi paru, semakin tua umur seseorang maka semakin
besar kemungkinan untuk mengalami penurunan fungsi paru. Kejadian ini akan
semakin buruk jika disertai dengan buruknya kondisi lingkungan dan adanya
faktor lain yang semakin mempengaruhi fungsi paru (Budiono, 2007). Menurut
bermakna secara statistika antara umur dengan gejala gangguan pernapasan. Hal
terpapar terhadap agen infeksi, kekebalan tubuh dan aktifitas fisiologis berbagai
Setelah pada usia 30 tahun dapat terjadi penurunan KVP, tetapi penurunan
KVP akan lebih cepat lagi pada usia 40 tahun. Sejak usia anak-anak faal paru akan
bertambah volumenya, pada usia 19 tahun sampai 21 tahun akan mencapai nilai
maksimum. Namun setelah usia tersebut seiring dengan bertambahnya usia maka
2. Masa kerja
disebut dengan masa kerja. Seseorang yang bekerja pada lingkungan kerja yang
menghasilkan debu maka akan memiliki risiko gangguan kesehatan akibat kadar
debu tersebut. Makin lama seseorang bekerja atau terpapar dengan debu di
pernapasan.
3. Kebiasaan merokok
merokok memiliki tingkat konsentrasi debu yang tinggi maka dapat menyebabkan
terjadinya gangguan fungsi paru yang ditandai dengan penurunan fungsi paru
(VC, FCV dan FEV1) yang berdampak pada penurunan KVP. Kebiasaan
non perokok penurunan volume ekspirasi paksa pertahun yaitu 28,7 ml,
sedangkan untuk bekas perokok yaitu 38,4 ml dan untuk perokok aktif adalah 41,7
ml (Anshar, 2005).
indeks Brinkman yang merupakan hasil perkalian antara jumlah rata-rata batang
rokok yang dihisap setiap hari dengan lama merokok dalam tahun. Nilai yang
yaitu ringan: 0 200, sedang: 201 600 dan berat: > 600.
(Ganong, 2002). Secara otomatis nilai kapasitas paru akan berkurang pada
penyakit paru, penyakit jantung (yang menimbulakan kongesti paru) dan terjadi
juga pada kelemahan otot pernapasan. Selain itu juga pada pekerja yang
pneumunokiosis. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk melindungi pekerja