Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perbincangan tentang Pembangunan Berkelanjutan atau suistainable development
sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru baik lihat secara globalmaupun nasional.
pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan
manfaat dari sumber daya alam sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam
dengan manusia dalam pembangunan. Namun dalam pelaksanaannya masih belum
dipahami dengan baik dan oleh karenanya masih menunjukkan banyak kerancuan
pada tingkat kebijakan dan pengaturan dan mempunyai banyak gejala pada
tatananimplementasi atau pelaksanaanya. Sebagai sebuah konsep, pembangunan yang
berkelanjutan mengandung pengertian sebagai pembangunan yang memperhatikan
dan mempertimbangkan dimensi lingkungan, dalam pelaksanaannya sudah menjadi topik
pembicaraan dalam konferensi Stockholm (UN Conference on the Human Environment)
tahun 1972 yang menganjurkan agar pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan
faktor lingkungan, menurut Sundari Rangkuti Konferensi Stocholm membahas masalah
lingkungan serta jalan keluarnya, agar pembangunan dapat terlaksana dengan
memperhitungkan daya dukung lingkungan (eco-development). Dilaksanakannya konferensi
tersebut adalah sejalan dengan keinginan dari PBB untuk menanggulangi dan memperbaiki
kerusakan lingkungan yang terjadi.
Bertepatan dengan di umumkannya Strategi Pembangunan Internasional bagi Dasawarsa
Pembangunan Dunia ke2 (The Second UN Development Decade) yang dimulai pada
tanggal 1 Juni 1970, Sidang Umum PBBmenyerukan untuk meningkatkan usaha dan tindakan
nasional sertaInternasional guna menanggulangi proses pemerosotan kualitas
lingkunganhidup agar dapat diselamatkan keseimbangan dan keserasian ekologis, demi
kelangsungan hidup manusia, secara khusus resolusi Sidang Umum PBB No. 2657 (XXV)
Tahun 1970 menugaskan kepada Panitia Persiapan untuk mencurahkan perhatian kepada
usaha melindungi dan mengembangkan kepentingan-kepentingan negara yang sedang
berkembang dengan menyesuaikan dan memperpadukan secara serasi kebijakan nasional di
bidang lingkungan hidup dengan rencana Pembangunan Nasional, berikut skala prioritasnya.
Amanat inilah yang kemudian dikembangkan dan menjadi hasil dari Konferensi Stocholm
yang dapat dianggap sebagai dasar-dasar atau cikal bakal konsep Pembangunan
Berkelanjutan. Pengeruh Konferensi Stocholm ini terhadap gerakan kesadaran lingkungan
tercermin dari perkembangan dan peningkatan perhatian terhadap masalah lingkungan dan
terbentuknya perundang-undangan nasional di bidang lingkungan hidup, termasuk di
Indonesia. Semua keputusan Konferensi tersebut diatas, disyahkan oleh resolusi SU PBB No.
2997 (XXVII) tertanggal 15 Desember 1972. Pentingnya Deklarasi PBB tentang Lingkungan
Hidup Manusia bagi negara-negara yang terlibat dalam konferensi ini dapat dilihat dari
penilaian negara peserta yang mengatakan bahwa deklarasi dianggap sebagai a first step in
developing international environment law.
Bagi Indonesia konsep ini sebenarnya merupakan suatu konsep yang relatif baru. Seminar
Lingkungan Hidup dan Pembangunan Nasional (1972) dengan tema yang sangat menarik
hanya dalam lingkungan hidup yang optimal, manusia dapat berkembang dengan baik, dan
hanya dengan lingkungan akan berkembang ke arah yang optimal (Soemarwoto, 1983:xi)
oleh Otto S. Dinilai sebagai suatu tonggak sejarah tentang permasalahan lingkungan hidup di
Indonesia. Karena itu perbincangan tentang Pembangunan Berkelanjutan sudah dibahas di
Indonesia selama lebih dari tiga dasawarsa, namun hingga sekarang masih menjadi masalah
yang belum dapat diwujudkan secara baik. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk
membahas sebuah makalah yg berjudul PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM
RANGKA PELESTARIAN SDA semoga bisa bermanfaat.

1.2 Batasan permasalahan


Berdasarkan uraian diatas bahwasannya pembangunan berkelanjutan merupakan suatu proses
pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber daya manusia,
dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan. Adapun yang
dikaji didalam makalah ini adalah hubungan antara pembangunan berkelanjutan dengan
pelestarian SDA serta kebijakan-kebiijakan nya.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulis membuat makalah ini untuk memenuhi syarat dalam
perkuliahan dan juga sebagai pembelajaran bagi mahasiswa untuk dapat membuat suatu hasil
dari pemikiran dan dijadikan dalam bentuk makalah. Mungkin juga dapat dimanfaatkan
sebagai referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya yang berkaitan dengan mata
kuliah Geografi Regional Indonesia IItentang PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
DALAM RANGKA PELESTARIAN SDA . Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat
bagi yang membacanya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pembangunan berkelanjutan dalam rangka pelestarian SDA.


Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan
manfaat dari sumber daya alam, sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam
dengan pembangunan. Sedangkan pelestarian SDA adalah sebuah usaha sadar yang dilakukan
manusia untuk menjaga dan melindungi hasil alam agar tidak habis.
Adapun pengertian pembangunan berkelanjutan menurut para ahli :
1. Emil Salim :
Yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan atau suistainable development adalah
suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber
daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan.

2. Ignas Kleden :
Pembangunan berkelanjutan di sini untuk sementara di definisikan sebagai jenis
pembangunan yang di satu pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber alam maupun
sumber daya manusia secara optimal, dan di lain pihak serta pada saat yang sama memelihara
keseimbangan optimal di antara berbagai tuntutan yang saling bertentangan terhadap sumber
daya tersebut.

3. Sofyan Effendi :
a. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber
dayanya, arah invesinya, orientasi pengembangan teknologinya dan perubahan
kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi pada
saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
b. Secara konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai transformasi
progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk meningkatkan kepastian
masyarakat Indonesia dalam memenuhi kepentingannya pada saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi mendatang untuk memnuhi kepentingan mereka).

2.2 Prinsip dasar pembangunan berkelanjutan meliputi :


Budimanta menyatakan, untuk suatu proses pembangunan berkelanjutan, maka perlu
diperhatikan prinsip prinsip pembangunan berkelanjutan yaitu hal hal sebagai berikut:
1. Cara berpikir yang integratif. Dalam konteks ini, pembangunan haruslah melihat
keterkaitan fungsional dari kompleksitas antara sistem alam, sistem sosial dan manusia di
dalam merencanakan, mengorganisasikan maupun melaksanakan pembangunan tersebut.
2. Pembangunan berkelanjutan harus dilihat dalam perspektif jangka panjang. Hingga saat ini
yangbanyak mendominasi pemikiran para pengambilkeputusan dalam pembangunan
adalah kerangkapikir jangka pendek, yang ingin cepat mendapatkanhasil dari proses
pembangunan yang dilaksanakan.Kondisi ini sering kali membuat keputusan yangtidak
memperhitungkan akibat dan implikasi padajangka panjang, seperti misalnya potensi
kerusakanhutan yang telah mencapai 3,5 juta Ha/tahun, banjiryang semakin sering
melanda dan dampaknya yangsemakin luas, krisis energi (karena saat ini kita
telahmenjadi nett importir minyak tanpa pernah melakukanlangkah diversifi kasi yang
maksimal ketika masih dalamkondisi surplus energi), moda transportasi yang
tidakberkembang, kemiskinan yang sulit untuk diturunkan,dan seterusnya.
3. Mempertimbangkan keanekaragaman hayati, untuk memastikan bahwa sumberdaya alam
selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan masa mendatang. Yang tak kalah
pentingnya adalah juga pengakuan dan perawatan keanekaragaman budaya yang akan
mendorong perlakukan yang merata terhadap berbagai tradisi masyarakat sehingga dapat
lebih dimengerti oleh masyarakat.
4. Distribusi keadilan sosial ekonomi. Dalam konteks ini dapat dikatakan pembangunan
berkelanjutan menjamin adanya pemerataan dan keadilan sosial yang ditandai dengan
meratanya sumber daya lahan dan faktor produksi yang lain, lebih meratanya akses peran
dan kesempatan kepada setiap warga masyarakat, serta lebih adilnya distribusi
kesejahteraan melalui pemerataan ekonomi

2.3 Indikator pembangunan berkelanjutan


Secara ideal berkelanjutannya pembangunan membutuhkan pencapaian :
1. berkelanjutan ekologis, yakni akan menjamin berkelanjutan eksistensi bumi. Hal-hal yang
perlu diupayakan antara lain,
a. memelihara (mempertahankan) integrasi tatanan lingkungan, dan keanekaragaman
hayati;
b. memelihara integrasi tatanan lingkungan agar sistem penunjang kehidupan bumi ini
tetap terjamin;
c. memelihara keanekaragaman hayati, meliputi aspek keanekaragaman genetika,
keanekaragaman species dan keanekaragaman tatanan lingkungan.
2. berkelanjutan ekonomi, dalam perpektif ini pembangunan memiliki dua hal utama,
yakni : berkelanjutan ekonomi makro dan ekonomi sektoral. Berkelanjutan ekonomi
makro yakni menjamin ekonomi secara berkelanjutan dan mendorong efesiensi ekonomi
melalui reformasi struktural dan nasional. Berkelanjutan ekonomi sektoral untuk
mencapainya sumber daya alam dimana nilai ekonominya dapat dihitung harus diperlakukan
sebagai kapital yang tangible dalam rangka akunting ekonomi; koreksi terhadap harga
barang dan jasa perlu diintroduksikan. Secara prinsip harga sumber daya alam harus
merefleksikan biaya ekstraksi/pengiriman, ditambah biaya lingkungan dan biaya
3. berkelanjutan sosial budaya; berkelanjutan sosial budaya, meliputi:
a. stabilitas penduduk,
b. pemenuhan kebutuhan dasar manusia,
c. Mempertahankan keanekaragaman budaya dan
d. mendorong partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan.
4. berkelanjutan politik; tujuan yang akan dicapai adalah,
a. respek pada human rights, kebebasan individu dan sosial untuk berpartisipasi di
bidang ekonomi, sosial dan politik, dan
b. demokrasi, yakni memastikan proses demokrasi secara transparan dan bertanggung
jawab.
5. berkelanjutan pertahanan dan keamanan. Keberlanjutan kemampuan menghadapi dan
mengatasi tantangan, ancaman dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar yang
langsung maupun tidak langsung yang dapat membahayakan integrasi, identitas,
kelangsungan bangsa dan negara.

2.4 Proses pembangunan berkelanjutan


Menurut Surya T. Djajadiningrat, agar proses pembangunan dapat berkelanjutan harus
bertumpu pada beberapa faktor,
pertama, kondisi sumber daya alam, agar dapat menopang proses pembangunan secara
berkelanjutan perlu memiliki kemampuan agar dapat berfungsi secara berkesinambungan.
Sumber daya alam tersebut perlu diolah dalam batas kemampuan pulihnya. Bila batas
tersebut terlampaui, maka sumber daya alam tidak dapat memperbaharuhi dirinya, Karena itu
pemanfaatanya perlu dilakukan secara efesien dan perlu dikembangkan teknologi yang
mampu mensubsitusi bahan substansinya.
Kedua, kualitas lingkungan, semakin tinggi kualitas lingkungan maka akan semakin tinggi
pula kualitas sumber daya alam yang mampu menopang pembangunan yang berkualitas.
Ketiga, faktor kependudukan, merupakan unsur yang dapat menjadi beban sekaligus dapat
menjadi unsur yang menimbulkan dinamika dalam proses pembangunan. Karena itu faktor
kependudukan perlu dirubah dari faktor yang menambah beban menjadi faktor yang dapat
menjadi modal

2.5 Pokok Pokok Kebijaksanaan.


Agar pembangunan memungkinkan dapat berkelanjutan maka diperlukan pokok-pokok
kebijaksanaan sebagai berikut :
1. Pengelolaan sumber daya alam perlu direncanakan sesuai dengan daya dukung
lingkungannya. Dengan mengindahkan kondisi lingkungan (biogeofisik dan sosekbud)
maka setiap daerah yang dibangun harus sesuai dengan zona peruntukannya, seperti zona
perkebunan, pertanian dan lain-lain. Hal tersebut memerlukan perencanaan tata ruang
wilayah (RTRW), sehingga diharapkan akan dapat dihindari pemanfaatan ruang yang
tidak sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
2. proyek pembangunan yang berdampak negatif terhadap lingkungan perlu dikendalikan
melalui penerapan analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) sebagai bagian dari
studi kelayakan dalam proses perencanaan proyek. Melalui studi AMDAL dapat
diperkirakan dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan
3. Penanggulangan pencemaran air, udara dan tanah mengutamakan.
4. Pengembangan keanekaragaman hayati sebagai persyaratan bagi stabilitas tatanan
lingkungan.
5. Pengembangan kebijakan ekonomi yang memuat pertimbangan lingkungan.
6 pengembangan peran serta masyarakat, kelembagaan dan ketenagaan dalam pengelolaan
lingkungan hidup
7. pengembangan hukum lingkungan yang mendorong peradilan menyelesaikan sengketa
melalui penerapan hukum lingkungan.
8. Pengembangan kerja sama luar negeri.

2. 6 Peran Tata Ruang Dalam Pembangunan Kota Berkelanjutan


Terkait dengan pembangunan perkotaan, maka kota yang menganut paradigma
pembangunan berkelanjutan dalam rencana tata ruangnya merupakan suatu kota yang
nyaman bagi penghuninya, dimana akses ekonomi dan sosial budaya terbuka luas bagi setiap
warganya untuk memenuhi kebutuhan dasar maupun kebutuhan interaksi sosial warganya
serta kedekatan dengan lingkungannya. Menurut Budimanta (2005), bila kita
membandingkan wajah kota Jakarta dengan beberapa kota di Asia maka akan terlihat kontras
pembangunan yang dicapai. Singapura telah menjadi kota taman, Tokyo memiliki modal
transportasi paling baik di dunia, serta Bangkok sudah berhasil menata diri menuju
keseimbangan baru ke arah kota dengan menyediakan ruang yang lebih nyaman bagi
warganya melalui perbaikan moda transportasinya. Perbedaan terjadi karena Jakarta
menerapkan cara pandang pembangunan konvensional yang melihat pembangunan dalam
konteks arsitektural, partikulatif dalam konteks lebih menekankan pada aspek fisik dan
ekonomi semata. Sedangkan ketiga kota lainnya menerapkan cara pandang pembangunan
berkelanjutan dalam berbagai variasinya, sehingga didapatkan kondisi ruang kota yang lebih
nyaman sebagai ruang hidup manusia di dalamnya.
Menurut Budihardjo, rencana tata ruang adalah suatu bentuk kebijakan publik yang
dapat mempengaruhi keberlangsungan proses pembangunan berkelanjutan. Namun masih
banyak masalah dan kendala dalam implementasinya dan menimbulkan berbagai konflik
kepentingan. Konflik yang paling sering terjadi di Indonesia adalah konflik antar pelaku
pembangunan yang terdiri dari pemerintah (public sector), pengusaha atau pengembang
(private sector), profesional (expert), ilmuwan (perguruan tinggi), lembaga swadaya
masyarakat, wakil masyarakat, dan segenap lapisan masyarakat. Konflik yang terjadi antara
lain: antara sektor formal dan informal atau sektor modern dan tradisional di perkotaan terjadi
konfl ik yang sangat tajam; proyek urban renewal sering diplesetkan sebagai urban
removal; fasilitas publik seperti taman kota harus bersaing untuk tetap eksis dengan
bangunan komersial yang akan dibangun; serta bangunan bersejarah yang semakin
menghilang berganti dengan bangunan modern dan minimalis karena alasan ekonomi. Dalam
kondisi seperti ini, maka kota bukanlah menjadi tempat yang nyaman bagi warganya. Kaidah-
kaidah pembangunan berkelanjutan cenderung dikibarkan sebagai slogan yang terdengar
sangat indah, namun kenyataan yang terjadi malah bertolak belakang. Terkait dengan
berbagai konflik tersebut, maka beberapa usulan yang diajukan untuk meningkatkan kualitas
perencanaan ruang, antara lain:
1. Orientasi jangka panjang yang ideal perlu disenyawakan dengan pemecahan masalah
jangka pendek yang bersifat inkremental, dengan wawasan pada pelaksanaan atau action
oriented plan.
2. Penegakan mekanisme development control lengkap dengan sanksi (disinsentif) bagi
berbagai jenis pelanggaran dan insentif untuk ketaatan pada peraturan.
3. Penataan ruang secara total, menyeluruh dan terpadu dengan model-modeladvocacy,
participatory planning dan over-the-board planning atau perencanaan lintas sektoral,
sudah saatnya dilakukan secara konsekuendan konsisten.
4. Perlu peningkatan kepekaan sosio kultural dari para penentu kebijakan dan para
professional (khususnya di bidang lingkungan binaan) melalui berbagai forum
pertemuan/diskusi/ceramah/publikasi, baik secara formal maupun informal.
5. Perlu adanya perhatian yang lebih terhadap kekayaan khasanah lingkungan alam dalam
memanfaatkan sumber daya secara efektif dan efi sien.
6. Keunikan setempat dan kearifan lokal perlu diserap sebagai landasan dalam
merencanakan dan membangun kota, agar kaidah a city as a social workof artdapat
terejawantahkan dalam wujud kota yang memiliki jati diri. Fenomenaglobalization
withlocal fl avour harus dikembangkan untuk menangkal penyeragaman wajah kota dan
tata ruang. Disamping enam usulan tersebut tentunya implementasi indikator-indikator
pembangunan berkelanjutan yang berpijak pada keseimbangan pembangunan dalam
sedikitnya 3 (tiga) pilar utama, yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial harus menjadi dasar
pertimbangan sejak awal disusunnya suatu produk rencana
BAB III
Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya
Alam Di Indonesia

Secara umum kita sudah mempunyai landasan formal yang cukup untuk
melaksanakan prinsip pembangunan yang berkelanjutan dalam pelakanaan pembangunan
nasional di negeri kita. mengenai pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup Tap
IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004 menentukan : konsep pembangunan
berkelanjutan telah diletakkan sebagai kebijakan, namun dalam pengalaman praktek selama
ini, justru terjadi pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkendali dengan akibat
perusakan lingkungan yang mengganggu pelestarian alam; ungkapan ini menunjukkan
adanya pengakuan dari lembaga tertinggi negara kita tentang masih belum terlaksananya
pembangunan yang berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam dan pelestarian Hal
senada dapat juga dilihat dalam konsideran Tap IX/MPR/2001 yang menyatakan bahwa
pengelolaan sumber daya agraria/ sumber daya alam yang berlangsung selama ini telah
menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan strukutur penguasaan, pemilikan,
penggunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan berbagai konflik. Kemudian disebutkan
pula bahwa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya
agraria atau sumber daya alam saling tumpang tindih dan bertentangan.
Persoalan ini bukan hanya dihadapi di Indonesia akan tetapi juga berlaku secara
global dan proses globalisasi itu sendirilah sebenarnya yang memperlemah pelaksanaan
pembangunan berkelanjutan, seperti yang dikatakan oleh Martin Khor bahwa dalam
penjelasanya, proses globalisasi telah semakin mendapat kekuatan, dan proses tersebut telah
dan akan semakin menenggelamkan agenda pembangunan yang berkelanjutan
Dalam tulisannya, Sonny keraf menyebutkan ada dua penyebab kegagalan penerapan
konsep pembangunan yang berkelanjutan. Menurut pendapatnya : salah satu sebab dari
kegagalan mengimplementasikan paradigma tersebut adalah, paradigma tersebut kurang
dipahami sebagai memuat prinsip-prinsip kerja yang menentukan dan menjiwai seluruh
proses pembangunan. Paradigma ini tidak dipahami sebagai bentuk prinsip pokok politik
pembangunan itu sendiri. Pada akhir cita-cita yang dituju dan ingin diwujudkan dibalik
paradigma tersebut tidak tercapai. Karena, prinsip politik pembangunan yang seharusnya
menuntut pemerintah dan semua pihak lainnya dalam rancang dan mengimplementasikan
pembangunan tidak dipatuhi, dengan kata lain paradigma pembangunan berkelanjutan harus
dipahami sebagai etika politik pembangunan, yaitu sebuah komitmen moral tentang
bagaimana seharusnya pembangunan itu diorganisir dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan.
Dalam kaitan dengan itu, paradigma pembangunan berkelanjutan bukti sebuah konsep
tentang pembangunan lingkungan hidup. Paradigma pembangunan berkelanjutan juga bukan
tentang pembangunan ekonomi. Ini sebuah etika politik pembangunan mengenai
pembangunan secara keseluruhan dan bagaimana pembangunan itu seharusnya dijalankan.
Dalam arti ini, selama paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut tidak dipahami, atau
dipahami secara luas, cita-cita moral yang terkandung di dalamnya tidak akan terwujud.
Alasan kedua, menurut Sonny Keraf mengapa paradigma itu tidak jalan, khususnya
mengapa krisis ekologi tetap saja terjadi, karena paradigma tersebut kembali menegaskan
ideologi developmentalisme. Apa yang dicapai di KTT Bumi di Rio de Janeiro sepuluh tahun
lalu, tidak lain adalah sebuah kompromi mengusulkan kembali pembangunan, dengan fokus
utama berupa pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, selama sepuluh tahun terakhir ini, tidak
banyak perubahan yang dialami semua negara di dunia dalam rangka mengoreksi
pembangunan ekonominya yang tetap saja sama, yaitu penguasaan dan eksploitasi sumber
daya alam dengan segala dampak negatifnya bagi lingkungan hidup, baik kerusakan sumber
daya alam maupun pencemaran lingkungan hidup.
Sekalipun pembangunan berkelanjutan berada pada suatu titik terendah, namun
muncul juga tanda kebangkitannya kembali sebagai suatu paradigma. Keterbatasan dan
kegagalan globalisasi telah menyebabkan munculnya reaksi negatif dari sebagian masyarakat
yang pada akhirnya mungkin akan berdampak pada terjadinya perubahan sejumlah kebijakan.
Dengan munculnya kekuatan pro pembangunan berkelanjutan dalam pemerintahan di negara-
negara sedang berkembang (NSB) mereka menjadi lebih sadar akan hak-hak dan
tanggungjawab untuk meralat berbagai persoalan yang ada pada saat ini termasuk mengubah
sejumlah peraturan dalam WTO. World Summit On Sustainable Development - WSSD
(Konferensi Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan) memberikan kesempatan yang
bagus untuk memusatkan kembali perhatian masyarakat maupun upaya-upaya pemantapan,
bukan semata-mata mengenai persoalan itu, melainkan juga kebutuhan untuk menggeser
paradigma-paradigma. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di
Indonesia patut di catat penilaian dari D. Pearce & G Atkinson dalam tulisanya A Measure
of Sustainable Development sebagaimana dikutip oleh Soerjani,. Dua penulis ini menilai
pembangunan Indonesia dinilai masih belum sustainable. Hal ini dengan alasan bahwa
depresiasi sumber daya alam Indonesia besarnya adalah 17% dari GDB, sedangkan
invesmennya hanya 15 %. Pembangunan itu baru dinilai sustainable dalam memanfaatkan
sumber daya alam itu melalui rekayasa teknologi dan seni, sehingga kalau yang kita
konsumsi nilai tambahnya, sangat mungkin dapat ditabung untuk invesment senilai 17% atau
bahkan lebih. Jadi jelas bahwa kemampuan sumber daya manusia untuk memberi nilai
tambah sumber daya pendukung pembangunan melalui penerapan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni merupakan kunci apakah pembangunan yang dilaksanakan itu
sustainable berkelanjutan, berkesinambungan atau tidak.

Cara-cara pengelolaan SDA


a. Pengelolaan sumber daya alam berwawasan lingungan
Pengelolaan sumber daya alam berwawasan lingkungan adalah usaha sadar untuk
mengelola sumber daya alam sesuai dengan kemampuan dan kesesuaian suatu lokasi dengan
potensi produktivitas lingkungannya. Pengelolaan SDA berwawasan lingkungan bertujuan
untuk melestarikan sumber daya alam agar lingkungan tidak cepat rusak. Selain itu bertujuan
untuk menghindarkan manusia dari bencana lingkungan seperti banjir, longsor, pencemaran
lingkungan dan berkurangnya keragaman flora dan fauna. Pelestarian lingkungan harus
senantiasa dijaga agar terjadi keseimbangan lingkungan, keselarasan , keseimbangan
lingkungandsan mempertahankan daya dukung lingkungan serta memberikan manfaat secara
tetap dari waktu ke waktu. Contoh penerapan pengelolaan sumber daya alam berwawasan
lingkungan :
1. Menggunakan pupuk alami atau organik
2. Penggunaan pestisida sesuai kebutuhan
3. Penggunaan peralatan yang tepat dalam pembukaan tanah agar top soil tidak hilang
4. Tidak membuang zat pencemar dan beracun kedalam air, sungai dan laut
5. Setiap pabrik industri harus membuat cerobong asap yang tinggi dan melakukan
penyaringan asap.
6. Tidak membangun perumahan atau industri diwilayah resapan air.

b. Pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan


Pengelolaan sumber daya lama berkelanjtan adalah uaya sadar dan berencana
mennggunakan dan mengelola sumber daya alamsecara bijaksana untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia dimasa sekarang dan dimasa depan. Pengelolaan sumber daya alam
berkelanjutan didasarkan pada dua prinsip yaitu SDA terutama SDA yang tidak dapat
diperbaharui memiliki persediaan yang terbatas sehingga harus dijaga ketersediaanya dan
digunakan secara bertanggung jawab. Kedua pertambahan penduduk setiap tahun meningkat
maka kebutuhan hidup akan meningkat pula oleh karena itu potenis sumber daya alam harus
mendukung kebutuhan sekarang dan kebutuhan masa depan.
Contoh penerapan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan
1. Mengurangi ekploitasi berlebihan terhadap alam
2. Menggunakan SDA secara efisien
3. Pemanfaatn SDA sesuai dengan daya dukung lingkungan
4. Pengelolaan barang tambang sebelum di ekspor aga memiliki nilai jual yang tinggi dan
mengurangi pengunana barang tambang
5. Pengelolaan SDA berdasarkan prinsip ekofiensi ( prinsip yang menggunakan SDA
dengan biaya yang murah dan meminimalkan dapak negatif terhadap lingkungan.
Ekofiensi mempunyai 2 prinsip yaitu prinsip mengoptimalkan daya dukung lingkungan
dan prinsip meningkatkan efiensi bahan baku.
Contohnya , menghemat penggunaan air, menghemat penggunaan listrik, dll

c. Pelestarian SDA
Sumber daya alam merupakan karunia Tuhan yang harus dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut tidak boleh dengan
seenaknya. Jika saat ini kita dengan seenaknya menggunakan, maka suatu saat kita akan
menemui masalah. Manusia akan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sumber daya alam yang dapat diperbarui pun, jika pemanfaatannya dengan seenaknya, lama
kelamaan juga akan punah. Untuk itu usaha pelestarian sumber daya alam harus senantiasa
dilakukan. Cara pelestarian sumber daya alam antara lain sebagai berikut:
1. Sumber daya alam biologis (hewan liar)
Sumber daya alam hewan dapat berupa hewan liar maupun hewan yang sudah
dibudidayakan. Termasuk sumber daya alam satwa liar adalah penghuni hutan. Penghuni
padang rumput, penhuni padang ilalang, penghuni padang stepa, dan penghuni sayana
misalnya harimau, gajah, kera, ular, babi hutan, bermacam-macam burung, serangga dan
lainnya.
Untuk menjaga kelestarian hewan langka maka penagkapan hewan-hewan dan juga
perburuan haruslah menaati pertaturan tertentu seperti berikut :
1. Para pemburu harus mempunyai lisensi (surat izin berburu)
2. Senjata untuk berburu harus tertentu macamnya
3. Membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan
Contoh Ada hewan yang boleh ditangkap hanya pada bulan bulan tertentu saja. Misalnya
ikan salmon, pada musim berbiak di sungai tidak boleh ditangkap atau kura-kura pada musim
akan bertelur.
2. Sumber daya alam (lahan)
Lahan sebagai suatu kesatuan dari sejumlah SDA yang tetap dan terbatas dapat
mengalami kerusakan dan atau penurunan produktivitas sumber daya alam tersebut. Upaya
pelestarian Pemanfaatan lahan potensial perlu diimbangi dengan pembangunan lingkungan
hidupnya berupa pemeliharaan dan perlindungan terhadap tanah, tumbuhan,hewan,air dan
lain-lain agar memiliki daya guna. Pemeliharaan dan perlindungan itu antara lain sebagai
berikut :
1. Penanaman kembali lahan-lahan yang gundul. Upaya ini bertuuan untuk memelihara
kesuburan tanah dari ancaman adanya erosi dan longsor
2. Peremaian hutan
3. Pembuatan terasering bertujuan untuk pencegahan erosi
4. Pembatasan lahan untuk pertanian yaitu hanya pada lereng-lereng yang memiliki
kecuraman dari 45 derajat. Lereng yg berkecuraman lebih dari 45 derajat apalagi bila
vegetasinya kurang maka potensi untuk timbulnya erosi sangat besar.
5. Pembuatan saluran pembuangan air menurut konturnya
6. Penanaman pohin-pohon pelindung
7. Teknis penanaman dengan sistem kontur
8. Penanaman lahan dengan sistem tupang sari

4. Usaha Pelestarian Sumber Daya Tanah


Tanah yang subur bermanfaat bagi makhluk hidup. Manusia makan berbagai jenis
hewan. Hewan memakan tumbuhan. Tumbuhan bisa tumbuh dengan baik pada tanah yang
subur. Berarti secara langsung maupun tidak semua makhluk membutuhkan tanah yang subur.
Tanah yang subur memiliki lapisan yang disebut humus. Humus terletak pada lapisan tanah
yang paling atas. Humus akan hilang bila terkikis oleh air. Penanaman pohon-pohon dapat
mencegah terkikisnya humus. Tanah juga bisa menjadi tidak subur jika terkena polusi.
Penyebab polusi tanah adalah bahan-bahan beracun seperti sabun dan limbah pabrik.
5. Usaha Pelestarian Hutan
Pelestarian hutan dapat kita lakukan dengan berbagai cara. Cara atau usaha
melestarikan sumber daya alam dapat kita lakukan dengan langkah -langkah berikut :
1. Reboisasi, penghijauan dan rehabilitasi hutan. Reboisasi merupakan cara pelestarian
sumber daya alam dengan cara melakukan penanaman kembali hutan-hutan yang sudah
gundul. Reboisasi ini merupakan cara yang berskala besar. Penghijauan adalah
pelestarian sumber daya alam berselaka kecil yaitu usaha penanaman tanah milik
penduduk dengan tanaman budi daya. Sedangkan Rehabilitasi hutan adalah cara atau
usaha perbaikan hutan dengan cara mengganti tanaman yang sudah rusak ,mati, dan tua.
2. Pengawetan tanah guna mempertahankan kesuburan. Kesuburan tanah dapat
dipertahankan dengan cara memberi pupuk untuk menambah unsur hara di dalam tanah
sesuai petunjuk yang benar agar tidak menimbulkan pencemaran.Cara berikutnya dapat
kita lakukan dengan cara membuat pematang,parit atau terasering pada tanah yang
letaknya miring gunanya untuk mencegah erosi.
3. Pengawetan tanah juga perfungsi untuk menyimpan air. Hal ini dilakukan untuk
mencegah atau menghilangnya air dari dalam tanah akibat penguapan atau mengalir jauh
ke bawah tanah dan mengalir ke tempat lain atau terbuang percuma. Cara ini dilakukan
dengan mengusahakan agar permukaan tanah selalu tertutup oleh tanaman penutup ,
untuk mengurangi kerusakan tanah. selain itu dapat dilakukan dengan cara menanam
pohon-pohon besar agar pohon -pohon ini dapat menahan air, sehingga tidak meresap
jauh ke dalam tanah atau mengalir ke tempat lain.
4. Pengolah Daerah Aliran sungai ( DAS). DAS merupakan langkah pengaturan air sungai
untuk keperluan pertanian. Kalau langkah ini tidak dilakukan jelas air sungai mengalir
percuma dan tidak dimanfaat. Pengaturan Daerah aliran sungai sejak dahulu telah
dilakukan oleh Masyarakat Propinsi Bali dengan istilah SUBAK. Langkah ini juga
merupakan usaha pelestarian sumber daya alam.
5. Penertiban pembuangan sampah. Penertiban pembuangan sampah dilakukan untuk
mencegah agar penduduk tidak membuang sampah sembarang. Jika sampah dibuang ke
sungai jelas akan menimbulkan pencemaran air belum lagi bau busuk menyengat jika
sampahnya tertimbun di muara sungai. Maka pemerintah menghimbau agar penduduk
jika mempunyai sampah keluarga hendak disortir dulu mana patut dibakar agar hasil
pembakaran dapat digunakan sebagai pupuk dan mana yang bisa diolah
kembali.Sehingga produk sampah ada dua yaitu sampah organik dan non organik.
6. Penertiban pembuangan limbah industri. Semua pabrik yang aktif memproduksi suatu
produk jelas menghasilkan hasil sampingan berupa limbah. Nah limbah ini seyogyanya
diolah kembali agar bisa bermanfaat. Jika limbah tersebut banyak mengandung racun
maka langkah yang harus dilakukan dengan cara menetralisir racunnya dahulu baru
dibuang. Penetralisiran racun tersebut untuk menghindari pencemaran.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa depan kehidupan bangsa dan negara akan banyak sekali ditentukan oleh berbagai
pilihan kebijakan yang diambil oleh pemerintah pada saat ini. Apalagi pemerintah juga
cenderung semakin liberal dalam melaksanakan kebijakannya. Sementara itu tuntutan untuk
membangun secara berkelanjutan juga semakin meningkat selaras dengan semakin besarnya
ongkos yang harus kita pikul dengan semakin rusaknya lingkungan hidup, yang dapat dilihat
dengan semakin banyaknya bencana alam yang merenggut banyak nyawa dan material akhir-
akhir ini. Oleh karena itu Indonesia tidak lagi dapat mengabaikan pelestarian lingkungan
hidupnya. Trade off antara mengedepankan kepentingan jangka pendek (kepentingan generasi
sekarang) dengan kepentingan jangka panjang (kepentingan anak cucu kita) harus segera
diambil keputusannya. Sudah saatnya kita hidup bukan hanya untuk kepentingan jangka
pendek, namun harus memperhatikan kepentingan generasi mendatang yang akan hidup di
Indonesia. Oleh karena itu harus ada perubahan paradigma dalam pengelolaan SDA agar
supaya keputusan apapun yang diambil akan menggunakan perspektif jangka panjang,
mengedepankan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh karena itu dalam pembuatan
kebijakan harus lah menjaga lingkungan hidup serta mempertimbangan aspek sosial
masyarakat, Untuk itulah Indonesia sudah saatnya menyusun program pembangunan
berkelanjutan secara terintegral agar supaya lebih efektif dalam menjaga lingkungan hidup
kita. Namun demikian kebijakan dengan program yang baguspun tidaklah dapat menjamin
keberhasilan pembangunan berkelanjutan. Banyak bukti menunjukkan bahwa tantangan
utama dalam pembangunan berkelanjutan adalah implementasi dari kebijakan yang diambil.
Oleh karena itulah perlu disiapkan suatu environment agar tujuan pembangunan
berkelanjutan berhasil. Dalam hal ini kebijakan ataupun program tersebut mesti
mempertimbangkan baik dari sisi teknis, legal, fiskal, administrasi, politik, etik dan budaya
agar mudah diimplementasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Askar Jaya. 2004. KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (Sustainable


Development)

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031-
ACE_SURYADI/askar_jaya.pdf (diakses tanggal 1 Oktober 2016))

Tim Redaksi. 2008. Bulletin Tata Ruang: Indikator Pembangunan Berkelanjutan di


Indonesia (Online)

http://bulletin.penataanruang.net/index.asp?mod=_fullart&idart=123 (diakses tanggal 1


Oktober 2016)

Wikipedia. 2012. Pembangunan Berkelanjutan (Online)


http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_berkelanjutan (diakses tanggal 1 Oktober 2016)

Samodra Wijaya. 1991. Pembangunan Berkelanjutan: Konsep dan Kasus. Yogyakarta: PT.
Tiara Wacana

Anda mungkin juga menyukai