BAB I II KP Arun
BAB I II KP Arun
BAB I
PENDAHULUAN
alam cair yang sudah terkenal di dunia internasional dengan nama PT. Arun
NGL.
Gambar 1.1 Peta Lokasi Kilang PT. Arun LNG Plant. (Sumber : Google Earth,
2013)
Pada saat itu diperkirakan cadangan gas alam Arun dapat menyuplai 6
train plant LNG selama 20 tahun. Atas kemampuan ini PERTAMINA dan Mobil
Oil Indonesia Inc. mulai mengembangkan program produksi, pencairan,
pengiriman dan penjualan LNG. Maka dari itu direncanakan pembangunan pabrik
kilang LNG yaitu menggunakan sistem perusahaan persero dengan sistem
pembagian saham operasi sebagai berikut :
Pertamina 55%
Mobil Oil Indonesia Inc 30%
Japan Indonesia LNG Company (JILCO) 15%
Tetapi dengan perjanjian semua aset yang dimiliki oleh PT. Arun NGL
merupakan milik PERTAMINA. Kilang LNG Arun meliputi daerah seluas 271 ha,
terletak di Blang Lancang Lhokseumawe, yang berjarak 30 km dari ladang gas
Arun di Lhoksukon. Pada saat itu diperkirakan terdapat cadangan gas alam yang
terletak diantara celah-celah batu kapur sebanyak 17 trilyun cuft yang terbentang
pada daerah yang berukuran panjang 18,5 x 5 km 2 dan mempunyai kedalaman
2885 m dengan tekanan sebesar 499 kg/cm2 dengan temperatur 177oC. Ladang gas
PT. Arun NGL dibagi menjadi 4 stasiun pengumpul yang disebut cluster, yang
masing-masing mempunyai luas 6 ha, ditambah dengan fasilitas pengontrol dan
bangunan lainnya yang disebut point A, melalui dua buah train pemisah yang
dipasang di setiap cluster. Hidrokarbon tersebut dapat dipisahkan menjadi
kondensat dan gas yang dialirkan ke sentral pemipaan, baru kemudian dialirkan ke
pabrik pencairan gas alam (kilang Arun). Gas dan kondensat dipisahkan di ladang
Arun, gas dialirkan melalui pipa 42 in sedangkan kondensat dialirkan melalui pipa
20 in.
Gambar 1.2 Kilang PT. Arun LNG (Arun System Course, 1988)
2. Arun Project II
Proyek ini merupakan pengembangan dari Arun Project I yang meliputi
pembangunan train 4 dan 5 yang dilakukan oleh kontraktor utama Chiyoda
Chemical Engineering Corp. bekerja sama dengan Mitsubishi Corp. dan PT.
Purna Bina Indonesia. Proyek ini dikonstruksikan awal Februari 1982 dan selesai
pada akhir tahun 1983. Pengapalan perdananya dilakukan pada Desember 1983.
3. Arun Project III
Proyek ini juga pengembangan dari proyek-proyek Arun sebelumnya.
Proyek ini membangun 6 train yang dilakukan oleh kontraktor utama JGC (Japan
Gas Corporation) yang dimulai awal November 1984 dan selesai November
1986. Proyek ini merupakan realisasi kontrak jual dengan Korea Selatan. Pada 21
Oktober 1986 dilakukan pengapalan pertama LNG ke Korea Selatan.
Pada awal beroperasinya kilang Arun hanya memproduksi LNG yang
mengandung komponen dominan metana (CH4) dan sedikit etana (C2H6) serta
fraksi berat lainnya yang dimanfaatkan sebagai media pendingin kilang.
Dihasilkan pula kondensat yang merupakan hasil samping dari pengolahan fraksi
berat pada gas alam yang meliputi proses dalam produksi LNG.
Sebagai langkah perluasan produksi dan pengembangan usaha, PT. Arun
NGL melakukan diversifikasi produk dengan memanfaatkan unsur-unsur propana
(C3H8) dan butana (C4H10) yang mempunyai nilai lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai jual kondensat yang merupakan hasil dari penggabungan kedua unsur
tersebut sehingga diharapkan dapat menambah hasil devisa negara disamping
produksi utama. Lalu dilakukan studi dan penelitian terhadap kilang dan
komposisi gas alam agar diversifikasi produk yang dilakukan tidak mengganggu
mutu dan jumlah produksi LNG serta suplai media pendingin untuk kilang.
Dengan hasil penelitian yang positif maka dibuat master plant pembangunan
kilang LPG antara pertamina dengan para konsumen dari Jepang pada 15 Juli
1986.
Pembangunan kilang LPG dimulai pada 24 Februari 1987 berdasarkan
kontrak yang telah disepakati Pertamina dengan JGC sebagai kontraktor utama
dibawah supervisi PLLP (Pertamina LNG-LPG project) dan pembangunannya
tetap berdampingan dengan kilang LNG yang sudah ada, dimana pembangunan
dilakukan dalam tiga (3) tahap. Pembangunan tahap pertama dimulai akhir
Februari 1987 dan selesai pada Maret 1988. Tahap kedua selesai pada Oktober
1988 dan tahap ketiga selesai pada Desember 1988. Pengapalan pertama produk
LPG (Liquefied Petroleum Gas) dilakukan pada 2 Agustus 1988 ke negara tujuan
Jepang. Namun sejak 1999, PT. Arun NGL tidak lagi memproduksi LPG,
disebabkan karena jumlah cadangan gas alam yang semakin menurun. Sebagai
upaya mempertahankan produksi maka diupayakan pencairan sumber gas baru
seperti North Sumatera Offshore (NSO).
rata pada kapasitas 115% 117%. Kilang LNG Arun, yang dilengkapi dengan dua
buah dermaga pemuatan LNG untuk kapasitas kapal 95.000 DWT (Death Weight
Ton) kapal LNG, serta dibuat dengan kedalaman 14 meter yang diukur pada saat
air surut agar dapat dimasuki oleh kapal-kapal baik LNG ataupun LPG, sedangkan
untuk kondensat dilengkapi dengan dua buah sarana pemuatan yaitu dengan:
1. Single Point Mooring (SPM) untuk kapasitas kapal 40.000 280.000 DWT.
2. Multi Buoy Mooring (MBM) untuk kapasitas kapal 30.000 100.000 DWT.
LNG yang dihasilkan oleh PT. Arun NGL sampai saat ini diekspor ke
Korea Selatan dan Jepang. Di negara konsumen tersebut LNG diubah menjadi gas
dengan sistem pemanasan air laut yang kemudian digunakan untuk bahan bakar
industri-industri berat dan untuk keperluan rumah tangga. Keuntungan atau
kelebihan daripada gas ini adalah karena sifatnya yang hampir tidak menimbulkan
polusi udara, tidak beracun, aman dan beratnya lebih ringan dari udara, serta
mempunyai nilai bakar yang tinggi.
Sejak dioperasikannya kilang gas alam PT. Arun NGL pada 1977, produk
utama yang dihasilkan adalah gas alam cair (LNG) yang mengandung unsur-unsur
hidrokarbon yaitu CH4 (metana), C2H6 (etana), C3H8 (propana) dan sedikit C4H10
(butana). Sedangkan unsur-unsur yang lebih berat C5+ diproduksi menjadi
kondensat (Arun System Course, 1988).
Jumlah LNG yang di produksi saat ini adalah 5.000 m3 /hari. Sejak awal
tahun 2001, train 1 tidak beroperasi lagi, pada tahun 2003 train 2 tidak beroperasi
lagi, dan pada tahun 2006 train 6 juga tidak beroperasi lagi.
Tugas utama Divisi Production adalah untuk mengelola gas alam menjadi
gas alam cair (LNG), merencanakan produk LNG dan kondensat, menyimpan
LNG dan kondensat, mengapalkan ke tujuan serta mencegah terjadinya kerugian
perusahaan. Divisi ini membawahi lima seksi, yaitu :
1. Seksi Operation Shift
2. Seksi LNG
3. Seksi NSO
4. Seksi FSHE (Fire and Safety Health Environmental)
5. Seksi Off Plot & Marine
BAB II
URAIAN PROSES
dari umpan hidrokarbon berat dari gas. Kemudian gas alam dicairkan pada alat
pendingin campuran atau disebut Multi Component Refrigerant (MCR). LNG
selanjutnya dipompa ke tangki penyimpanan dan siap untuk dikapalkan.
Sementara hidrokarbon berat (kondensat) yang terdapat dibagian bawah
drum pemisah bergabung dengan condensate feed dari Point-A dan condensate
yang datang dari NSO, selanjutnya dikirim ke unit 20B (tidak melewati first stage
flash drum D-2001 A/B/C/D) untuk proses penstabilan dan pengumpulan
kondensat atau disebut dengan second stage flash drum untuk pengolahan lebih
lanjut.
Berdasarkan hasil studi secara kontinyu yang dilakukan oleh Technical
Engineer dan Operation, ketika condensate feed masuk ke unit 20B sudah ada
indikasi penurunan secara bertahap, maka Technical mulai mengantisipasinya,
dimana tindakan yang diambil adalah diatur kembali ke kondisi operasi, terutama
flow, pressure dan temperature yang disesuaikan dengan condensate feed yang
tersedia, dengan cara melakukan modifikasi dan meng-off-line sebagian
equipment dan piping system yang tidak diperlukan lagi.
Pada saat proyek ReBOG dikerjakan, sistem yang dimatikan adalah
booster compressor KM-2501, Condensate Stabilizer Column serta mengalihkan
aliran yang masuk ke D-2002 A/B dari aliran paralel ke aliran seri. Setelah
dilakukan modifikasi dan isolating system secara bertahap, equipment yang masih
difungsikan sampai sekarang adalah D-2002 A/B system (D-2002 A online sedang
D-2002 B stand-by), fin fan dan line-nya, coolers E-2003/E-2007 system.
Kondensat dari first stage flash drum masuk ke second stage flash drum
melalui bagian puncak. Proses pemisahan disini sama prinsipnya dengan first
stage flash drum, hanya tekanan operasinya yang berbeda. Gas yang dipisahkan
dari kondensat keluar dari puncak second stage flash drum mengalir melalui pipa
8 in, dan dikirim ke Unit 75. Sedangkan kondensat keluar dari bagian dasar drum
dan dialirkan ke Condensate Rundown Tank F-2101. Debutanizer bottom produck
(condensate feed) dari unit 52 dengan flow rate rata-rata 3.800 bbls/d, tekanan
7,5 kg/cm2 dan suhu 32,9C dialirkan ke inlet E-2003AB/E-2007AB dan
bergabung dengan aliran kondensat yang mengalir dari Condensate Rundown
2.4 Proses I
Secara umum tugas dari proses I ini adalah sebagai berikut :
1. Menerima gas dan kondensat dari point A Lhoksukon dan gas alam dari
ladang NSO.
2. Menjaga kestabilan penyediaan gas ke proses selanjutnya untuk bahan
pembuatan LNG.
3. Mensuplai gas ke PT. PIM.
4. Menyiapkan bahan-bahan untuk Multi Component Refrigerant (MCR).
Pada proses ini meliputi unit 17 (unit perpipaan gas), unit 18 (unit
perpipaan kondensat), unit 19 (unit perpipaan gas untuk suplai ke pabrik PIM),
unit 20A (inlet facilities), unit 20B (unit penstabilan kondensat), unit 25 (unit feed
booster compressor), dan unit fraksinasi.
melalui pipa 8 in., tekanannya di kontrol oleh pressure control system PT/PIC/PV-
2014 yang di set pada 4,5 kg/cm2, tekanan vapor ini juga dimanfaatkan untuk
mengaliri kondensat dan menjaga kestabilan tekanan di dalam drum.
Selanjutnya kondensat dialirkan ke Condensate Rundown Tank F-2101.
Debutanizer bottom product (condensate feed) dari unit 52 dengan flow rate rata-
rata 3.800 bbls/d, tekanan 7,5 kg/cm2 dan suhu 32,9C dialirkan ke inlet E-
2003AB/E-2007AB dan bergabung dengan aliran kondensat yang mengalir dari
Condensate Rundown Tank, selanjutnya dialirkan ke tangki penyimpanan dan siap
dikapalkan.
Kondensat yang diproduksi di Unit 20B harus memenuhi
persyaratan/spesifikasi yang ditentukan, yaitu mempunyai RVP (Reid Vapor
Pressure) maximum 13 Psia pada suhu 100F (37,8C) dengan SG 0,75 (57
API).
Proses II dan proses III meliputi sistem pemurnian gas (gas treating
system) dan sistem pencairan (liquefaction). Diagram alir proses pencairan gas
alam dapat dilihat pada Lampiran B.
bawah drum. Selanjutnya gas dipanaskan dengan larutan karbonat di dalam feed
gas/lean carbonate exchanger (E-3X01 B) dengan tujuan untuk menguapkan
hidrokarbon berat yang masih tersisa di dalam gas sebelum memasuki mercury
removal.
dalam dua arus aliran yaitu 75% dari aliran total memasuki bagian bawah
absorber dan selebihnya 25% didinginkan terhadap feed gas yang masuk ke dalam
feed/lean carbonate exchanger sebelum memasuki bagian atas absorber,
tujuannya untuk memperbaiki penyerapan CO2 lebih lanjut.
Larutan karbonat kemudian turun ke bagian bawah absorber dan
bersentuhan dengan gas yang mengalir ke bagian atas. CO2 dan sedikit H2S
diserap oleh larutan karbonat, dimana terjadi reaksi eksotermis (menghasilkan
panas) dan merubah larutan kalium karbonat menjadi larutan kalium bikarbonat.
Reaksi penyerapan CO2 adalah sebagai berikut :
........................... (2.2)
Karbon air Potasium potasium
dioksida karbonat bikarbonat
Reaksi ini dapat dicapai pada tekanan tinggi dengan temperatur rendah.
Batas maksimum CO2 dan H2S yang diizinkan di dalam gas umpan yang keluar
dari DEA Absorber masing-masing 40 ppm dan 3 ppm. Gas yang telah
dibersihkan melalui sebuah demister akan keluar melalui puncak absorber yang
melewati fin-fan cooler untuk didinginkan sebelum memasuki treated gas wash
tower.
Pada proses regenerasi terjadi proses pemisahan CO2 dan H2S dari larutan
rich DEA menurut reaksi :
Pada H2S :
a. 2R2NH2S (R2NH2)2S + H2S ........................................ (2.8)
rich DEA Unsaturated Hidrogen
rich DEA Sulfida
Pada CO2 :
a. 2R2NH2HCO3 (R2NH2)2CO3 + H2O + CO2
rich DEA unsaturated rich DEA air karbon dioksida
..................... (2.10)
Gas umpan yang keluar dari sistem pemurnian yang telah bebas dari
impurities, masuk ke proses pencairan (unit 40) yang meliputi tiga seksi yaitu :
Seksi pengeringan (dehydration section)
Seksi pemisahan (scrubbing section)
Seksi pendinginan dan pencairan (refrigerant and liquefaction section)
1. Sistem Propana
Dalam sistem propana ini terdapat tiga tingkatan tekanan dan temperatur
yang berbeda. Propana yang telah dikompres dialirkan ke desuperheater dan
kondenser dengan media pendingin air laut. Akibatnya propana akan
terkondensasi pada tekanan yang masih tinggi dan ditampung pada propane
accumulator. Kemudian propana cair ini dialirkan ke high level C3 suction drum
dan sebagian lagi ke high level exchangers, juga untuk mendinginkan gas umpan,
MCR dan reaktivasi gas (cooling drier). Sebelum propana cair masuk ke dalam
peralatan tersebut, dilewatkan dulu melalui level valve yang berfungsi juga
sebagai expansi valve. Uap propana setelah mendinginkan atau mengambil panas
yang keluar dari top scrub tower accumulator, kedua jenis MCR ini (MCR vapor
dan MCR liquid) dialirkan ke tube-tube di bottom MHE. Di MHE, tube-tube ini
terpisah satu sama lain dalam bentuk bundle tube. MHE ini berukuran besar di
bagian bawah yang disebut warm bundle section, dimana pada seksi ini berisikan
bundle tube gas umpan, bundle tube MCR liquid dan bundle tube MCR vapor.
Sedangkan bagian atas dari MHE agak kecil, yang disebut cold bundle,
dimana pada seksi ini hanya berisikan bundle tube gas umpan dan MCR vapor
saja. Setelah melalui warm bundle, MCR liquid ini dialirkan melalui ekspansi
valve ke bagian shell side MHE, yang mengakibatkan penurunan tekanan dan
temperatur. MCR liquid di bagian shell side MHE ini ditampung dalam internal
separator dan kemudian dialirkan ke distributor valve, untuk dispraykan ke
bagian luar dari tube-tube yang ada pada bagian luar warm bundle ini, sehingga
gas umpan dan MCR vapor yang ada dalam tube-tube tersebut akan mengalami
pendinginan dan seterusnya mengalir ke bagian cold bundle. Setelah melalui cold
bundle, MCR vapor ini dialirkan melalui ekspansi valve ke shell side MHE, yang
menyebabkan penurunan tekanan dan temperatur yang jauh lebih rendah lagi,
sehingga sebagian dari MCR vapor tadi akan mengalami kondensasi.
MCR vapor yang telah berubah menjadi liquid ditampung di dalam
internal separator dan kemudian dialirkan melalui distributor valve untuk di-spray
sehingga akan mendinginkan lagi gas umpan dan MCR vapor yang ada dalam
tube-tube tadi. Dengan melalui tahapan pendinginan ini gas umpan yang keluar
dari top MHE ini akan mencapai temperatur cairnya yang disebut LNG.
Sedangkan MCR liquid dan MCR vapor yang sudah mengalami ekspansi yang
disertai dengan penyerapan panas dari gas umpan, akan kembali mengalir ke
suction drum first MCR compressor. Demikian seterusnya akan terjadi proses
sirkulasi dari MCR. Berikut blok diagram proses pengolahan gas alam di PT. Arun
NGL.
yang sama ukurannya mempunyai atap pengapung (Floating Roof). Atap jenis ini
mempunyai keuntungan dalam hal menngurangi kerugian akibat penguapan dan
meningkatakan terhadap bahaya kebakaran karena tidak ada ruang vapour di atas
cairan. Kapasitas tangki kondensat ini adalah 84,300 M3.
Seperti di jelaskan diatas bahwa kondensat stabil yang berasal dari
Recovery system (unit 20) dan fraksinasi atau system persiapan untuk pendinginan
(unit 50), sebelum disimpan di tangki penyimpanan (F-610 1/2/3/4) lebih dahulu
dialirkan ke Rundown Tank (F-2101) hal ini dimaksudkan untuk mengeluarkan
gas-gas ringan yang terbawa bersama kondensat serta mempertahankan tekanan
gas (RVP) kondensat pada keadaan 11-13 psig serta melindungi tempat
penyimpanan kondensat dari kondisi kelebihan tekanan (Over presure).
Kondensat yang dikapalkan, di pompakan dari tangki dan dimuat melalui system
Multi Buoy Mooring (MBM).
ada di dalam tanker sewaktu pengisiaan lalu dikirim ke Marine Flare untuk di
bakar.
Dengan demikian telah sempurnalah proses pengolahan LNG dari awal
hingga akhirnya, yang kemudian menjadi salah satu pemasukan devisa terbesar di
provinsi aceh hingga saat ini.