Anda di halaman 1dari 13

FLUIDA

Di bab ini kita akan mempelajari sifat-sifat fluida, baik ketika diam (fluida statik) maupun
ketika bergerak (fluida dinamik). Dengan mempelajari bab ini, kalian diharapkan mampu
memformulasikan hukum dasar fluida statis dan fluida dinamis. Bukan hanya
memformulasikannya, tetapi kalian juga dituntut agar mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Ketika membahas fluida statik, kita akan mengenal beberapa
konsep yang saling berkaitan, yaitu tekanan hidrostatik, Hukum Archimedes, Hukum
Pascall, tegangan permukaan, kapilaritas, dan kekentalan zat cair. Dengan melakukan
percobaan sederhana, kalian diharapkan mampu menerapkan konsep-konsep tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, pada bahasan fluida dinamik, kalian akan
berkenalan dengan konsep fluida ideal, Hukum Kontinuitas, dan Asas Bernoulli. Setelah
mempelajari konsep tersebut, kalian diharapkan mampu membuat alat peraga untuk
menunjukkan Asas Bernoulli.

FLUIDASTATIK
Telah kita ketahui bersama bahwa benda di sekitar kita terbagi menjadi 3 macam,
yaitu: benda padat, benda cair, dan gas. Benda padat mempunyai ciri khas yakni bentuknya
yang sulit berubah. Sementara itu, benda cair dan gas mudah berubah dan mengalir.
Karenanya, zat cair dan gas dinamakan zat alir atau fluida. Perlu kita ketahui bahwa
fluida terbagi menjadi dua jenis, fluida tak bergerak (fluida statik) dan fluida bergerak
(fluida dinamik). Di subbab ini, kita akan membahas fluida statis terlebih dahulu.
Sementara fluida dinamis akan kita bahas kemudian. Seperti telah dijelaskan sebelumnya,
dalam subbab Fluida Statik, kita akan membahas beberapa konsep, antara lain massa jenis
zat, tekanan hidrostatis, Hukum Pascal, Hukum Archimedes, tegangan permukaan,
kapilaritas, dan viskositas. Mari kita simak uraiannya bersama-sama.

1. Massa Jenis Zat


Besi dan kayu dengan massa sama tentunya mempunyai berat yang sama, karena
berat tidak tergantung pada jenis benda. Akan tetapi, pada volume yang sama, besi lebih
berat daripada kayu. Perbedaan ini disebabkan karena massa jenis besi lebih besar daripada
massa jenis kayu.
Massa jenis (density) didefinisikan sebagai massa per satuan volume.

1
Massa jenis disimbolkan dengan (rho) dengan satuan kg/m3. Massa
jenis suatu benda dapat dihitung dengan persamaan:
m
=
V

Keterangan:
= massa jenis zat (kg/m3)
m = massa benda (kg)
V = volume benda (m3)

Konsep massa jenis dapat digunakan untuk menjelaskan penyebab benda dapat
mengapung, melayang, atau tenggelam. Suatu benda dapat mengapung jika massa jenisnya
lebih kecil daripada air. Inilah yang menyebabkan kapal laut dapat mengapung di atas
permukaan air. Walaupun kapal terbuat dari logam yang massa jenisnya lebih besar
daripada air, akan tetapi di dalam kapal terdapat ruangan kosong. Ruangan ini akan
memperbesar volume kapal yang mengakibatkan massa jenis kapal menjadi lebih kecil
daripada massa jenis air. Sementara itu, benda dapat melayang karena massa jenisnya
hampir sama dengan massa jenis air. Kemudian, jika massa jenis benda jauh lebih besar
daripada massa jenis air, benda akan tenggelam. Untuk keterangan lebih jauh akan kalian
dapatkan ketika membahas Hukum Archimedes.

2. Tekanan Hidrostatik
Ketika kita memberikan gaya pada suatu benda, berarti memberi tekanan pada
benda tersebut. Besar tekanan yang dirasakan benda sebanding dengan besar gaya yang
diberikan dan berbanding terbalik dengan luas permukaan benda yang mendapatkan gaya
tersebut. Sebagai contoh, ketika kita berdiri dengan satu kaki, tanah akan mendapatkan
gaya sebesar berat tubuh kita. Ketika kita berbaring di atas tanah, tanah juga akan
mendapatkan gaya sebesar berat tubuh kita. Akan tetapi, tekanan yang diterima tanah
ketika kita berdiri lebih besar daripada ketika kita tidur, walaupun gaya yang bekerja sama
besar. Ini disebabkan karena luas permukaan tanah yang terkena gaya berbeda. Besar
tekanan yang diberikan oleh sebuah gaya dapat dihitung dengan persamaan:
F
P=
A

Keterangan:

2
P = tekanan pada benda (N/m2 atau Pa)
F = gaya yang diberikan pada benda (N)
A = luas penampang bidang tekan (m2)

Konsep tekanan ini sangat berguna sekali saat kita membahas


fluida. Sebuah benda yang berada di dalam air akan mendapatkan
tekanan dari zat cair. Zat cair atau fluida yang diam memberikan
tekanan sama besar ke semua arah. Perhatikan gambar 1. Pada
gambar tersebut, kita membayangkan sebuah kubus kecil berada pada
kedalaman tertentu dalam suatu fluida. Kubus ini mendapatkan Gambar 1

tekanan yang besarnya sama dari segala arah. Apabila besar tekanan tidak sama, maka
kubus akan bergerak. Tekanan yang dirasakan kubus atau benda ini disebut tekanan
hidrostatika.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang diberikan fluida yang diam pada
kedalaman tertentu.
Sifat lain dari tekanan fluida adalah selalu diberikan tegak lurus
bidang. Misalnya, tekanan pada dinding bejana selalu tegak lurus dinding.
Perhatikan gambar 2. Jika ada komponen gaya yang sejajar permukaan
dinding, maka fluida akan bergerak. Ini berarti sifat fluida statis tidak
berlaku.
Gambar 2
Besarnya tekanan hidrostatika pada kedalaman
tertentu tergantung pada kedalaman, massa jenis, dan luas
permukaan. Kita ambil contoh cairan dengan massa m yang
dimasukkan pada gelas beker yang mempunyai luas alas A
dengan ketinggian h. Ini berarti, berat air yang menekan dasar
gelas adalah mg. Jadi, tekanan di dasar gelas akibat zat cair
Gambar 3 tersebut adalah:

F
P h=
A

mg
Ph=
A

3
Di depan telah kita ketahui bahwa massa jenis zat cair dinyatakan dengan

m
=
persamaan V . Sedangkan volume zat cair dapat dicari dengan persamaan

V = Ah . Sehingga massa zat cair yang menekan dasar gelas adalah:

m=V

m=Ah

Dengan demikian persamaan tekanan hidrostatik menjadi:


Ph=gh

Persamaan ini digunakan untuk mencari tekanan hidrostatik yang diakibatkan oleh fluida
itu sendiri tanpa melibatkan udara luar. Jika gelas dalam keadaan terbuka maka udara juga
akan memberikan tambahan tekanan hidrostatik. Besarnya tekanan hidrostatik pada wadah
terbuka yang berhubungan langsung dengan udara diberikan dengan persamaan:

h=P0 + gh

Keterangan:
Ph = tekanan hidrostatik (N/m2)
P0 = tekanan udara atau tekanan atmosfer (N/m2)
= massa jenis zat cair (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = tinggi zat cair (m)

Persamaan tersebut berlaku jika di dalam gelas hanya terdiri atas satu jenis fluida
yang massa jenisnya tidak berubah karena tekanan. Dari persamaan tersebut, kita dapat
mengambil kesimpulan bahwa semakin dalam, maka tekanan hidrostatik semakin besar.
Hal ini dapat kita rasakan ketika menyelam. Pada kedalaman yang relatif dangkal, tekanan
dari air tidak terlalu besar. Tekanan akan semakin besar jika kita terus bergerak ke bawah.
Persamaan tersebut di atas juga memberikan arti bahwa tekanan hidrostatik oleh
fluida sejenis pada titik-titik yang berada pada kedalaman sama adalah sama besar,
walaupun bentuk tempatnya berbeda-beda.

4
Pada gambar 4, terdapat sebuah bejana berhubungan yang
berisi fluida sejenis. Jika kita perhatikan, masing-masing
bejana mempunyai bentuk yang berbeda-beda. Titik A, B,
C, dan D mempunyai kedalaman yang sama. Perli kita
Gambar 4
ingat bahwa tekana hidrostatik pada suatu titik bergantung
pada massa jenis fluida dan ketinggian titik tersebut dari permuakaan fluida. Akibatnya
bentuk bejana yang berbeda-beda tidak berpengaruh terhadap tekanan hidrostatik pada
tiap-tiap titik. Nah pemahaman ini akan membawa kita pada hukum utama hidrostatik.
Hukum Utama Hidrostatika menyatakan bahwa semua titik yang terletak pada
kedalaman yang sama dan dalam fluida yang sama, besar tekanan
hidrostatikanya sama besar.
Apabila kita memasukkan berbagai jenis zat cair yang
berbeda pada satu bejana, akan tetap mempunyai tekanan
hidrostatika di dasar bejana. Bagaimana kita mengetahuinya?
Ternyata, tekanan hidrostatika yang terjadi pada dasar bejana
Gambar 5
merupakan total penjumlahan tekanan hidrostatika pada masing-
masing zat cair tersebut. Karena itu, kita dapat memperoleh persamaan berikut.
n
Ph= i ghi=1 gh1+ 2 gh2 ++ n ghn
i=1

Gambar 6 menunjukkan sebuah tabung yang saling berhubungan atau biasa disebut bejana
berhubungan. Bejana ini diisi fluida yang berbeda jenis atau massa jenisnya berbeda.
Kedua jenis fluida ini tidak akan bercampur, sehingga tinggi
permukaannya berbeda. Melalui hukum utama hidrostatika,
kita dapat mencari tekanan hidrostatika yang sama pada
tabung tersebut. Kita dapat menentukan tekanannya di titik

Gambar 6 yang terletak pada kedalaman sama. Misalnya, titik A dan B


yang terletak pada perbatasan dua fluida yang tidak
bercampur. Maka, kita akan memperoleh persamaan berikut.
PhA=P hB A gh A =PB ghB A gh A = B hB

Keterangan:
= massa jenis fluida A (kg/m3)
= massa jenis fluida B (kg/m3)

5
hA = ketinggian fluida A dari permukaan (m)
hB = ketinggian fluida B dari permukaan (m)

3. HUKUM PASCAL
Di depan, kita telah mempelajari konsep tekanan hidrostatika
dan pengaruh tekanan udara luar. Tekanan yang diberikan
fluida ini selalu tegak lurus dengan permukaan dinding.
Ketika kita menambahkan tekanan ke dalam fluida, maka
tekanan fluida akan bertambah secara merata di setiap bagian
Gambar 7 fluida. Inilah salah satu hal yang mendasari Hukum Pascal.
Kita ambil contoh bejana berhubungan berbentuk U yang masing masing permukaan
dilengkapi dengan piston. Perhatikan gambar 7. Ketika tekanan ditambahkan pada fluida
dengan cara menekan piston pertama (piston 1 dengan luas permukaan A1) maka tekanan
ini akan diteruskan ke segala arah dengan besar yang sama. Hal inilah yang pertama kali
ditemukan oleh ilmuwan Perancis, Blaise Pascal (1623-1662).
Ia menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada suatu fluida dalam ruang
tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar.
Pernyataan ini dikenal dengan Hukum Pascal. Jika gaya F1 diberikan pada piston
A1, maka tekanan fluida akan bertambah. Akibatnya, piston kedua (A2) akan mendapatkan
tekanan yang sama dengan tekanan yang diberikan pada A1. Jadi, pada kedua piston
berlaku persamaan:

F1 F 2
P1=P2 =
A1 A2

Keterangan:
F1 = gaya pada piston 1 (N)
F2 = gaya pada piston 2 (N)
A1 = luas piston 1 (m2)

6
A2 = luas piston 2 (m2)

Skema pada gambar dan persamaan tersebut merupakan prinsip kerja dari berbagai
peralatan, misalnya pompa hidrolik, rem hidrolik, dan dongkrak hidrolik.

Dongkrak Hidrolik atau Lift Hidrolik


Gambar tersebut adalah gambar dongkrak mobil hidrolik yang
dapat digunakan untuk mengangkat mobil. Dongkrak hidrolik
bekerja berdasarkan Hukum Pascal. Bisakah kalian
menjelaskan cara kerja dongkrak mobil tersebut? Ketika
menggunakan dongkrak mobil, hal pertama yang dilakukan
Gambar 8 adalah memompa untuk memperbesar tekanan. Ketika tekanan
udara di dalam dongkrak meningkat, maka udara akan mendorong penyangga ke atas,
sehingga dapat mengangkat mobil. Inilah salah satu kelebihan Hukum Pascal. Kita dapat
mengangkat mobil yang berat hanya dengan alat yang begitu kecil. Dongkrak mobil yang
lebih besar biasanya digunakan dibengkel.
Rem Hidrolik
Selain dongkrak hidrolik penerapan Hukum Pascal juga digunakan pada rem
hidrolik. Dalam kehidupan sehari-hari rem hidrolik sering kita sebut sebagai rem cakram.
Rem ini memanfaatkan minyak rem untuk mengurangi laju kendaraan. Prinsip kerja rem
hidrolik tidak jauh beda dengan dongkrak hidrolik. Saat kita menginjakkan kaki pada pedal
rem, maka silinder utama akan memberikan tekanan yang sama melalui minyak rem ke
silinder rem. Akibatnya bantalan rem akan menekan cakram yang dipasang pada roda.

4. HUKUM ARCHIMEDES
Archimedes adalah seorang ilmuwan Yunani yang menemukan Hukum Archimedes
ketika disuruh untuk mencari tahu kandungan emas pada mahkota raja.
Seperti yang telah kalian ketahui bahwa berat benda di udara berbeda dengan berat
benda di dalam fluida. Suatu benda yang diukur beratnya di dalam fluida lebih ringan
daripada ketika diukur di udara. Ini disebabkan karena ketika di dalam fluida, benda
mendapatkan gaya ke atas, yang disebut gaya apung. Sementara, jika benda yang diukur

7
di udara hanya dipengaruhi oleh gaya gravitasi saja. Hasil percobaan membuktikan bahwa,
besarnya gaya apung merupakan selisih gaya yang disebabkan tekanan fluida dari bawah
benda dengan tekanan fluida dari atas benda.
Berdasarkan gambar 9, kita dapat merumuskan besarnya gaya
apung sebagai berikut.
Fa =F2 F 1 F a =f gA ( h 2h1 ) Fa =f gAhF a =f gV b

Dari persamaan tersebut, Vb adalah volume benda,

Gambar 9 sedangkan f adalah massa jenis fluida. Sementara itu, f gVb =


mf g yang tidak lain adalah berat fluida yang dipindahkan
dengan volume sama dengan volume benda. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan
bahwa:
Besarnya gaya apung yang bekerja pada benda yang dimasukkan ke dalam
fluida, sama dengan berat fluida yang dipindahkannya.
Inilah yang telah ditemukan Archimedes (287-212 SM). Hukum tersebut
kemudian disebut sebagai Hukum Archimedes.
Ada beberapa kejadian yang berkaitan dengan Hukum Archimedes. Di depan telah
disebutkan bahwa apabila benda dimasukkan ke dalam sebuah fluida, maka ada tiga
keadaan yang mungkin, yakni terapung, melayang, atau tenggelam. Di depan kita telah
membahas syarat sebuah benda dapat mengapung, melayang, atau tenggelam. Nah,
sekarang kita akan meninjau syarat tersebut berdasarkan Hukum Archimedes.
Benda Tenggelam
Sebuah benda disebut tenggelam apabila seluruh bagian benda
berada pada dasar fluida. Keadaan ini terjadi karena berat benda
lebih besar daripada gaya apung fluida. Perhatikan gambar di
samping. Ketika berada di dasar fluida, selain mendapatkan gaya
ke atas, benda juga mendapatkan gaya normal dari dasar wadah.
Dengan menggunakan Hukum I Newton, kita mendapatkan
persamaan:

Gambar 10 F B + N=wb

f g V b + N =b g V b

N=g V b ( b f )

8
Berdasarkan persamaan tersebut, syarat benda agar tenggelam adalah:
b > f

Jadi, agar benda dapat tenggelam pada suatu fluida, maka massa jenisnya harus
lebih besar daripada massa jenis fluida.

Benda Melayang
Sebuah benda dikatakan melayang bila posisi benda berada
di tengah-tengah fluida atau benda tidak berada di dasar atau
permukaan fluida. Gambar 11 memperlihatkan gaya-gaya
yang bekerja pada benda yang melayang. Berdasarkan
Hukum I Newton, kita mendapatkan persamaan:
Fa =w b f g V b=b g V b b= f Gambar 11

Jadi, benda yang dimasukkan ke dalam fluida akan melayang apabila massa jenis benda
sama dengan massa jenis fluida.
Benda Mengapung
Sebuah benda akan disebut mengapung jika seluruh atau sebagian
benda berada pada permukaan fluida. Ketika sebuah benda
terapung di permukaan fluida, maka ada bagian benda yang
tercelup dan ada bagian yang di luar fluida. Kenyataan ini
memberikan konsekuensi volume fluida yang dipindahkan tidak
sama dengan volume benda. Volume fluida yang dipindahkan akan
Gambar 12 sama dengan volume benda yang tercelup. Berdasarkan gambar 12,
kita dapat menuliskan persamaan:
b
Fa =w b f g V c =b g V b V c = V
f b

9
Keterangan:
Vc = volume benda yang tercelup
Vb = volume total benda
Dari persamaan tersebut, agar benda terapung maka volume
benda yang tercelup lebih kecil daripada volume benda total. Ini
memberikan konsekuensi massa jenis benda lebih kecil daripada
massa jenis fluida, atau di tuliskan dalam bentuk
b < f

Demikianlah penerapan hukum Archimedes pada kejadian


benda mengapung, melayang, dan tenggelam. Beberapa alat yang
bekerja berdasarkan Hukum Archimedes, antara lain kapal laut,
Gambar 13
galangan kapal, hidrometer, dan balon udara.
Kapal laut
Kapal laut terbuat dari baja atau besi, dimana massa jenis baja atau besi lebih
besar daripada massa jenis air laut. Tetapi mengapa kapal laut bisa terapung? Berdasarkan
Hukum Archimedes, kapal dapat terapung karena berat kapal sama dengan gaya ke atas
yang dikerjakan oleh air laut, meskipun terbuat dari baja atau besi. Badan kapal dibuat
berongga agar volume air yang dipindahkan oleh badan kapal lebih besar. Dengan
demikian, gaya ke atas juga lebih besar. Ingat, bahwa gaya ke atas sebanding
Gambardengan
14
volume air yang dipindahkan. Kapal laut didesain bukan hanya asal terapung, melainkan
harus tegak dan dengan kesetimbangan stabil tanpa berbalik. Kestabilan kapal saat
terapung ditentukan oleh posisi titik berat benda, dan titik di mana gaya ke atas bekerja.
Gambar 13(a) menunjukkan bahwa kapal berada pada posisi stabil. Kapal akan terapung
stabil apabila gaya berat benda dan gaya ke atas terletak pada garis vertikal yang sama.
Gambar 13(b) melukiskan gaya-gaya yang bekerja pada saat kapal dalam posisi miring.
Garis kerja kapal gaya ke atas bergeser melalui titik C, tetapi garis kerja gaya berat tetap
melalui titik z. Vektor gaya berat (w) dan gaya ke atas (FA) membentuk kopel yang
Gambar 15
menghasilkan torsi yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Torsi akan
mengurangi kemiringan sehingga dapat mengembalikan kapal ke posisi stabil.

10
Gambar 16
Galangan kapal
Untuk memperbaiki kerusakan pada bagian
bawah kapal, maka kapal perlu diangkat dari dalam air.
Alat yang digunakan untuk mengangkat bagian bawah
kapal tersebut dinamakan galangan kapal. Gambar 14
menunjukkan sebuah kapal yang terapung di atas
galangan yang sebagian masih tenggelam. Setelah diberi
topangan yang kuat sehingga kapal seimbang, air
dikeluarkan secara perlahan-lahan. Kapal akan terangkat
ke atas setelah seluruh air dikeluarkan dari galangan
kapal.

Hidrometer
Hidrometer merupakan alat yang digunakan untuk
mengukur massa jenis zat cair. Semakin rapat suatu cairan, maka
semakin besar gaya dorong ke arah atas dan semakin tinggi
hidrometer. Hidrometer terbuat dari tabung kaca yang dilengkapi
dengan skala dan pada bagian bawah dibebani butiran timbal agar
tabung kaca terapung tegak di dalam zat cair. Jika massa jenis zat
cair besar, maka volume bagian hidrometer yang tercelup lebih
kecil, sehingga bagian yang muncul di atas permukaan zat cair
menjadi lebih panjang, Sebaliknya, jika massa jenis zat cair kecil,
hidrometer akan terbenam lebih dalam, sehingga bagian yang
muncul di atas permukaan zat cair lebih pendek (Gambar 15).
Balon udara
Udara (gas) termasuk fluida, sehingga dapat melakukan
gaya ke atas terhadap benda. Gaya ke atas yang dilakukan benda sama dengan berat udara
yang dipindahkan oleh benda. Agar balon dapat bergerak naik, maka balon diisi gas yang
massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis udara. Sebagai contoh, balon panas berdaya
tampung hingga 1.500 m3, sehingga bermassa 1.500 kg. Balon menggeser 1.500 m 3 udara
dingin di sekitarnya, yang bermassa 2.000 kg, maka balon memperoleh gaya ke atas
sebesar 500 N.
Tegangan Permukaan

11
Tegangan permukaan suatu cairan berhubungan dengan garis gaya tegang yang
dimiliki permukaan cairan tersebut. Gaya tegang ini berasal dari
gaya tarik kohesi (gaya tarik antara molekul sejenis) molekul-
molekul cairan. Perhatikan Gambar 8.8! Molekul A (di dalam
cairan) mengalami gaya kohesi dengan molekul-molekul di
sekitarnya dari segala arah, sehingga molekul ini berada pada
keseimbangan (resultan gaya nol). Namun, molekul B (di
permukaan) tidak demikian. Molekul ini hanya mengalami kohesi
dari partikel di bawah dan di sampingnya saja. Resultan gaya kohesi Gambar 17
pada molekul ini ke arah bawah (tidak nol). Resultan gaya ke bawah
akan membuat permukaan cairan sekecil-kecilnya. Akibatnya, permukaan cairan menegang
seperti selaput yang tipis. Keadaan ini dinamakan tegangan permukaan.
Gejala-gejala yang berkaitan dengan tegangan permukaan, antara lain, air yang
keluar dari pipet berupa tetesan berbentuk bulat-bulat; pisau silet yang diletakkan di
permukaan air secara hati-hati dapat mengapung; serangga air dapat berjalan di permukaan
air; kenaikan air pada pipa kapiler; dan terbentuknya buih dan gelembung air sabun
Tegangan permukaan suatu zat cair didefinisikan sebagai gaya tiap satuan panjang.
Jika pada suatu permukaan sepanjang l bekerja gaya sebesar F yang arahnya tegak lurus
pada l dan menyatakan tegangan permukaan, maka persamaannya adalah sebagai
berikut.
F
=
l

Keterangan :
: tegangan permukaan
F : gaya
l : panjang permukaan

12
Gambar 18

Seutas kawat dibengkokkan membentuk huruf U. Pada kaki-kai kawat tersebut di


pasang seutas kawat sedemikian rupa sehingga dapat bergeser. Ketika kedua kawat ini
dicelupkan ke dalam larutan sabun dan di angkat kembali, maka kawat kedua akan tertari
ke atas (kawat harus ringan). Agar kawat kedua tidak bergerak ke atas, Anda harus
menahannya dengan gaya ke arah bawah. Jika panjang kawat kedua l dan larutan sabun
yang menyentuhnya memiliki dua permukaan, maka tegangan permukaan sabun bekerja
sepanjang 2l. Tegangan permukaan () dalam hal ini didefinisikan sebagai perbandingan
antara gaya tegangan permukaaan (F) dan panjang permukaan (2l) tempat gaya tersebut
bekerja. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut.
F
=
2l

13

Anda mungkin juga menyukai