Anda di halaman 1dari 12

Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang ...

KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT KOTA PADANG DALAM MENGHADAPI RESIKO


BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI BERBASIS KEARIFAN LOKAL
(Studi Kesiapsiagaan Terhadap Resiko Bencana)

Zikri Alhadi & Siska Sasmita

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang


Email: the_zikral@yahoo.co.id, sis_4150@yahoo.com

Abstract
This article aims to describe the research findings about the local community
disaster preparedness based on local values in facing the risk of earthquake and
tsunami. The authors describe the disaster preparedness of a community with high
level of homegenity, since the activity of disaster preparedness for highly homogenic
community is very crucial due to to the high population. Beside that, intervention in
highly homogenic community is relatively easier in short term because of their
uniformed background. The authors also identify the communitys values that can be
used as a basis in strengthening community preparedness. Local values include the
following: strengthening the role of niniak mamak, increasing the attendance in the
mosque, prayer and ciloteh Lapau (conversations in stalls). The result of this study is
expected to become the basis for stakeholders in the city of Padang in formulating
comprehensive disaster management policies, particularly pre-disaster management.
Keywords: disaster, risk preparedness, local values
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan temuan penelitian yang berupa
kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi resiko bencana gempa dan tsunami
berbasis kearifan lokal di Kota Padang. Penulis menggambarkan kesiapsiagaan
bencana untuk masyarakat dengan tingkat homogenitas tinggi. Hal ini dilakukan
dengan pertimbangan bahwa aktivitas kesiapsiagaan untuk masyarakat dengan tingkat
homogenitas tinggi sangat krusial karena populasi mereka yang besar. Disamping itu
intervensi terhadap masyarakat dengan tingkat homogenitas tinggi relatif mudah
dilakukan dalam jangka pendek karena keseragaman latar belakang yang mereka
miliki. Pada artikel ini penulis juga mengindentifikasi nilai nilai lokal yang telah ada
di tengah-tengah masyarakat dan bisa dijadikan landasan dalam memperkuat
kesiapsiagaan masyarakat. Nilai-nilai lokal tersebut diantaranya adalah: penguatan
peranan niniak mamak, kembali ke surau, doa tolak bala dan ciloteh lapau.
Diharapkan hasil studi dari penelitian ini bisa menjadi wacana bagi pemangku
kepentingan terkait di Kota Padang dalam merumuskan kebijakan penanggulangan
bencana yang komprehensif terutama pada tahap pra bencana.
Kata kunci: Kesiapsiagaan, Kearifan Lokal, Bencana
Pendahuluan pantai. Padang dan sekitarnya yang berada pada
Kota Padang termasuk salah satu daerah kerendahan dengan penduduk hampir satu juta
di dunia yang paling berisiko bila diterjang jiwa, bila diterjang oleh gelombang tsunami
tsunami. Tanpa peringatan dini dan persiapan dengan ketinggian 5-8 meter akan menelan
evakuasi, diperkirakan 60 persen penduduk banyak korban, apalagi di daerah tersebut untuk
dapat menjadi korban. Kepadatan penduduk penyelamatan diri sangat sulit. Selain itu ber-
Padang saat ini di atas 141.000 jiwa per dasarkan data yang dirilis oleh Pemerintah Kota
kilometer persegi dari total penduduk 900.000 Padang, dataran rendah yang ada di Padang
jiwa yang kebanyakan berdomisili di tepi lebih dari 50 persen dari total hampir 700 Km

168
Vol. XIII No.2 Th. 2014

luas keseluruhan kota Padang Untuk diperlukan need will be met through their commitment to
suatu strategi penanggulangan bencana yang be together(LIPI, 2006:1)
komprehensif untuk mempersiapkan diri meng- Pada realitasnya, di masyarakat masih
hadapi ancaman gempa dan tsunami yang tidak banyak terdapat berbagai penafsiran yang ber-
bisa diprediksi secara akurat waktu datangnya. beda terhadap konsep kesiapsiagaan. Dalam
Untuk mengikat komitmen antar elemen kajian untuk pengembangan kerangka penilaian
masyarakat dalam meningkatkan kesiapsiagaan kesiapsiagaan masyarakat ini, telah digunakan
menghadapi ancaman bencana gempa dan suatu konsep atau pengertian dari Nick Carter
tsunami diperlukan upaya menyatukan persepsi dalam LIPI/ISDR (2006:1), mengenai ke-
pemangku kepentingan seperti pemerintah, siapsiagaan dari suatu pemerintahan, suatu
pemuka agama, pemuka adat, tokoh masyarakat kelompok masyarakat atau individu, sebagai
dan pemuda serta niniak mamak setempat. berikut: tindakan-tindakan yang memungkin-
Selama ini upaya peningkatkan kesiapsiagaan kan pemerintahan, organisasi-organisasi,
cenderung didominasi dari inisiatif lembaga masyarakat, komunitas dan individu untuk
swadaya masyarakat dengan mengajak serta mampu menanggapi suatu situasi bencana
masyarakat. Untuk mengikat komitmen ini di- secara cepat dan tepat guna. Termasuk ke dalam
perlukan ininisiatif dari para pemangku ke- tindakan kesiapsiagaan adalah penyusunan
pentingan untuk merumuskan strategi pening- rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan
katkan kesiapsiagaan masyarakat berdasarkan sumberdaya dan pelatihan personil.
nilai-nilai lokal yang telah ada di tengah-tengah Sementara itu, Sutton mengatakan bahwa
masyarakat. konsep dari kesiapsiagaan sendiri adalah The
Artikel ini bertujuan untuk mendorong concept of disaster preparedness encompasses
baik stakeholders penanggulangan bencana ter- measures aimed at enhancing life safety when a
kait maupun masyarakat di Kota Padang untuk disaster occurs, such as protective actions
lebih sadar pentingnya upaya meningkatkan during an earthquake, hazardous materials
dalam menghadapi ancaman bencana gempa spill, or terrorist attack. It also includes actions
dan tsunami. Artikel ini akan menjembatani designed to enhance the ability to undertake
antara kondisi faktual yang ada di Kota Padang emergency actions in order to protect property
terkait dengan kerentanan terhadap bencana dan and contain disaster damage and disruption, as
upaya untuk meningkatkan kesiapsiagaan ter- well as the ability to engage in post-disaster
hadap resiko bencana dan apa yang dibutuhkan restoration and early recovery activities
oleh Kota Padang dalam menghadapi ancaman (Sutton, 2006: 3). Sutton juga menambahkan
gempa dan tsunami berdasarkan nilai-nilai bahwa kesiapsiagaan itu adalah commonly
lokal. viewed as consisting of activities aimed at
improving response activities and coping
Kajian Pustaka capabilities. However, emphasis is increasingly
a. Pengertian Kesiapsiagaan being placed on recovery preparedness, that is,
Dari pengalaman dalam menangani ber- on planning not only in order to respond
bagai kejadian bencana di berbagai belahan effectively during and immediately after
bumi ini, dalam 20 tahun terakhir ini telah disasters but also in order to successfully
dirasakan pentingnya meningkatkan kesiap- navigate challenges associated with short- and
siagaan masyarakat, bukan saja pada tingkat longer-term recovery(Sutton, 2006: 3).
pemerintahan dari suatu negara atau suatu Sedangkan dimensi dan aktiftas kesiap-
daerah, tetapi juga pada tingkatan komunitas siagaan sendiri menurut Sutton seperti tabel 1.
yang langsung merasakan dan harus meng- Konsep kesiapsiagaan yang digunakan pada
hadapi bencana itu sendiri, terutama sebelum kajian kerangka penilaian kesiapsiagaan
bantuan atau pertolongan datang dari instansi masyarakat disini lebih ditekankan pada me-
atau badan-badan pertolongan atau penanganan nyiapkan kemampuan untuk dapat melaksana-
bencana yang resmi. Pengertian komunitas kan kegiatan tanggap darurat secara cepat dan
dapat didekati dengan definisi dari McMillan & tepat. Kegiatan tanggap darurat meliputi
Chavis sebagai berikut: community is defined langkah-langkah tindakan sesaat sebelum ben-
as a feeling that members have a belonging, a cana, seperti: peringatan dini (bila memungkin-
feeling that members matter to one another and kan) meliputi penyampaian peringatan dan
to the group, and a shared faith that members tanggapan terhadap peringatan; tindakan saat
169
Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang ...

kejadian bencana, seperti: melindungi/menye- Terkait masalah kesiapsiagaan masya-


lamatkan diri, melindungi nyawa dan beberapa rakat, beberapa sumber mengatakan bahwa
jenis benda berharga, tindakan evakuasi, dan untuk menciptakan peningkatan kesiapsiagaan
tindakan yang harus dilakukan segera setelah masyarakat dalam menghadapi ancaman
terjadi bencana, seperti: SAR, evakuasi, pe- bencana, terdiri dari beberapa faktor kritis,
nyediaan tempat berlindung sementara, diantaranya:
perawatan darurat, dapur umum, bantuan 1. pengetahuan dan sikap terhadap resiko
darurat, survei untuk mengkaji kerusakan dan bencana
kebutuhan-kebutuhan darurat serta perencanaan 2. kebijakan dan panduan
untuk pemulihan segera (infrastuktur kritis, 3. rencana untuk keadaan darurat bencana
sarana sosial, seperti: pendidikan dan ibadah). 4. sistim peringatan bencana
Selain itu juga dijelaskan elemen-elemen dalam 5. kemampuan untuk memobilisasi sumber
kesiapsiagaan. daya. (LIPI, 2006:3)
Tabel 1. Dimensi Kesiapsiagaan
Dimension Activities
Hazard Knowledge Conducting hazard, impact, and vulnerability assessments, Using
loss estimation software, scenarios, census data; Understanding
potential impacts on facilities, structures, infrastructure,
populations; Providing hazard information to diverse
stakeholders
Management, Direction and Assigning responsibilities; Developing a division of labor and a
Coordination common vision of response-related roles and responsibilities;
Forming preparedness committees, networks; Adopting required
and recommended management procedures (e.g., National
Incident Management System). Providing training experiences,
conducting drills, educating the public
Formal and Informal Response Plans Developing disaster plans, evacuation plans, memoranda of
and Agreement understanding, mutual aid agreements, collaborative
partnerships, resourcesharing agreements; Participating in
broader and more general planning arrangements (e.g.,
neighborhood and community preparedness groups, Urban Area
Security Initiative regional plans, industry-wide preparedness
initiatives)
Supportive Resources Acquiring equipment and supplies to support response activities;
Ensuring coping capacity, Recruiting staff; Identifying
previously unrecognized resources; Developing logistics
capabilities
Life Safety Protection Preparing family members, employees, others to take immediate
action to prevent death and injury, e.g., through evacuating,
sheltering in place, using safe spaces within structures, taking
emergency actions to lessen disaster impacts on health and
safety; Containing secondary threats, e.g. fire following
earthquakes
Property Protection Acting expediently to prevent loss or damage of property;
protecting inventories, securing critical records; Ensuring that
critical functions can be maintained during disaster; Containing
secondary threats
Emergency Coping and Restoration of Developing the capacity to improvise and innovate Developing
Key Function the ability to be self-sustaining during disasters; Ensuring the
capacity to undertake emergency restoration and early recovery
measures
Initiation of Recovery Preparing recovery plans; developing ordinances and other
legal measures to be put into place following disasters;
Acquiring adequate insurance; Identifying sources of recovery
aid
Sumber: Jeanet Sutton, Disaster Preparedness, University of Colorado, 2006, 6

170
Vol. XIII No.2 Th. 2014

Hasil dan Pembahasan tsunami tidak terjadi dan menimpa daerah


Berdasarkan temuan penelitian, peneliti mereka, namun peneliti mengidentifikasi bahwa
mengkategorikan masyarakat/komunitas yang budaya tolak bala sebenarnya lebih identik
bermukim di sepanjang peisisr Pantai Barat dengan pengharapan akan hasil laut yang baik
Kota Padang menjadi berdasarkan lokasi dan agar bencana tak menimpa para nelayan
penelitian, yaitu: yang menggantungkan kehidupan dan peng-
a. Masyarakat Pesisir Pantai Bungus hidupannya dari hasil laut.
1) Penguatan kapasitas komunitas Bagi para pemuka agama, langkah ter-
Asumsi keliru yang dipahami sebagian baik untuk mengantisipasi bencana agar tidak
masyarakat pesisir Pantai Bungus Teluk melanda diri dan lingkungannya adalah dengan
Kabung berimplikasi pada cara pandang dan menutup tempat-tempat maksiat yang beberapa
sikap mereka dalam menghadapi bencana tahun belakangan marak di sekitar Bungus.
tsunami yang diprediksi melanda Kota Padang. Sekelompok warga yang kadangkala dibekingi
Kondisi geografis Pantai Bungus yang men- oknum aparat mengoperasikan sejumlah
jorok ke daratan (teluk) diperkirakan oleh warung remang-remang di sekitar Bungus yakni
sebagian masyarakat sebagai posisi yang relatif di lokasi yang bernama Bukit Lampu. Lokasi
aman terhadap terjangan gelombang jikalau ini ramai dikunjungi terutama malam hari oleh
tsunami terjadi. Hal ini berbeda dengan pen- pasangan-pasangan yang melakukan tindakan
dapat ilmuwan Earth Observatory of Singapore, asusila. Tindakan ini melanggar syariat Islam
Jamie Mc.Coughey yang peneliti wawancarai yang sebenarnya menjadi pegangan bagi
pada tanggal 19 September 2012. Sembari mayoritas muslim setempat. Jika hal ini dibiar-
menunjukkan simulasi tsunami untuk kawasan kan maka pelanggaran norma agama diyakini
Bungus dan Teluk Bayur, Jamie menyatakan akan menimbulkan murka Tuhan yang termini-
bahwa terjangan gelombang tsunami berpotensi festasi dalam beragam bentuk bencana.
dirasakan sangat kuat di pesisir Pantai Bungus 2) Respon pemerintah kota terhadap potensi
dibanding kawasan lain di pesisir Pantai Barat bencana
Kota Padang. Peneliti tidak berhasil mengidentifikasi
Asumsi yang keliru ini tampaknya men- upaya kesiapsiagaan dan penguatan kapasitas
jadi pegangan bagi masyarakat setempat untuk komunitas yang dilakukan oleh Pemko Padang.
tidak mewaspadai resiko dan kerentanan di Dari beberapa pengalaman yang ada, kekosong-
lingkungan mereka. Hingga wawancara dilaku- an peran pemerintah daerah dalam berbagai
kan pada bulan Agustus 2012, masih ada se- upaya mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap
bagian masyarakat yang enggan terlibat dalam masyarakat lokal diakui dengan mengemukakan
aktivitas kesiapsiagaan. Menurut pengakuan alasan ketiadaan peruntukkan dalam pos
salah seorang informan yang gencar mem- anggaran. Jika permintaan diusung secara
persuasi komunitas untuk melakukan aktivitas bottom-up oleh komunitas setempat maka arti-
kesiagaan secara mandiri, persiapan yang diri nya semua pendanaan menjadi tanggung jawab
dan keluarganya lakukan sering menuai ter- masyarakat yang notabene berasal dari kelas
tawaan dari orang-orang di sekeliling mereka. menengah ke bawah. Ketika pemerintah kota
Sebagian masyarakat tetap saja meyakini bahwa cenderung abai terhadap perlindungan ke-
gelombang tsunami tidak akan melewati teluk selamatan warga atas resiko bencana yang
dimana mereka bermukim, oleh karenanya mungkin terjadi, beberapa institusi lain yang
upaya kesiapsiagaan tidak dibutuhkan. Sebagai berlokasi di Bungus memberikan perhatian
pendatang yang baru bermukim sekitar lima cukup baik saat potensi bencana mengancam
tahun di Bungus, sang informan tak bisa ber- warga. Peristiwa gempa 30 Agustus 2009 dan
tindak banyak karena penduduk asli mengklaim beberapa gempa yang melanda Kota Padang
lebih memahami kondisi geografis dan alamiah sesudahnya memperlihatkan kepedulian insti-
Pantai Bungus. tusi seperti Markas Polisi Air yang meng-
Berdasarkan adat istiadat setempat, aktifkan sirine sebagai pertanda bagi warga
masyarakat setiap tahunnya melakukan se- untuk melakukan evakuasi. Tak hanya sampai
macam budaya tolak bala yang dipimpin oleh disitu, menurut keteranngan informan, Polair
tokoh adat dan tokoh agama. Meskipun budaya juga mempersilahkan warga memanfaatkan
tolak bala ini diyakini sebagai salah satu upaya lokasi di dekat markas mereka sebagai sarana
untuk memohon pada Yang Kuasa agar bencana evakuasi horizontal karena letak markas yang
171
Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang ...

relatif lebih tinggi dan lebih cepat dijangkau pungan dan penyaluran air bersih selesai di-
oleh warga yang sedang beraktivitas di dekat laksanakan, komunitas melanjutkan melalui
pantai. pembangunan shelter yang dananya berasal dari
3) Keberadaan partner dan intervensi yang kontribusi komunitas dan CSR beberapa
tepat dalam penguatan kapasitas komunitas perusahaan di Kota Padang.
Alam sepertinya menyajikan bukti ter- Upaya membangun kesadaran dan pe-
sendiri yang memberi penyadaran bagi masya- nguatan kapasitas yang dilakukan oleh LSM
rakat Pesisir Pantai Bungus. Tsunami yang melibatkan hampir semua komponen masya-
melanda Kepulauan Mentawai pada Oktober rakat mulai dari komponen agama, adat, hingga
2010 menggugah kesadaran sedikit orang yang kaum perempuan. Akan tetapi keterlibatan
kemudian memulai aktivitas-aktivitas kesiap- komponen adat dan agama yang terdiri dari
siagaan secara mandiri di lingkungan keluarga niniak mamak, alim ulama, dan cadiak pandai
dan rukun tetangga. Meskipun upaya penguatan masih bersifat pasif, artinya keikutsertaan
kapasitas yang dilakukan secara mandiri oleh mereka masih sebatas undangan LSM. Kaum
komunitas tidak mendapat dukungan dari perempuan justru memiliki kontribusi aktif
otoritas formal lokal, namun lembaga donor dalam mempromosikan kesiapsiagaan mulai
internasional (Mer-C Corps) memberi bantuan dari level rumah tangga hingga level kota dan
dalam bentuk penyusunan rencana kesiapsiaga- propinsi. Kaum perempuan ini juga terlibat
an bencana tsunami. Rencana kesiapsiagaan dalam aktivitas kesiapsiagaan yang mem-
tersebut adalah dalam bentuk penyuluhan butuhkan pengorbanan fisik seperti simulasi
kepada warga dan pendirian rambu-rambu dan pengecekan sarana pendukung evakuasi.
penunjuk arah evakuasi. Hingga penelitian ini Fenomena ini menunjukkan bahwa keterlibatan
berjalan, rambu-rambu penanda arah evakuasi perempuan dalam upaya kesiapsiagaan bencana
yang difasilitasi oleh Mer-C Corps masih tsunami di Kota Padang bukan sekedar
terpasang baik dan dirasakan manfaatnya oleh supporting system namun sebagai salah satu
warga meskipun ketika gempa terjadi ada dari komponen utama.
sebagian warga yang memilih rute evakuasi Keberadaan niniak mamak dan alim
tersendiri tanpa mengacu pada lokasi yang telah ulama lebih banyak terlihat dalam aktivitas
disepakati sebelumnya. budaya seperti doa tolak bala yang diadakan
setiap bulan Syaban pada penanggalan
b. Masyarakat Pesisir Pantai Aie Manih Hijriyah. Serupa dengan doa tolak bala yang
1) Penguatan kapasitas komunitas dilangsungkan oleh masyarakat Pesisir Pantai
Dibandingkan komunitas pesisir Pantai Bungus, masyarakat Pantai Aie Manih seperti-
Purus dan komunitas Pesisir Pantai Bungus, nya tidak menjadikan doa tolak bala sebagai
komunitas warga di pesisir Pantai Aie Manih sarana khusus untuk memohon keselamatan
tergolong lebih menyadari resiko bencana yang dari bencana tsunami. Doa tolak bala telah ber-
menghadang diri dan lingkungan mereka. langsung selama berpuluh tahun dan diwariskan
Meskipun keterlibatan Pemerintah Kota dalam secara turun-temurun dan dari hasil wawancara
penguatan kapasitas sama minimnya dengan yang peneliti lakukan tidak berkorelasi
lokasi-lokasi lain di pesisir Pantai barat Kota langsung dengan sejarah tsunami yang pernah
Padang, namun pemahaman warga setempat melanda Padang ratusan tahun lalu. Masyarakat
terhadap kerentanan membuat mereka mulai pesisir Pantai Aie Manih ternyata tak hanya
menggagas aktivitas-aktivitas mandiri yang mengikutsertakan orang dewasa dalam aktivitas
progresif. mitigasi dan kesiapsiagaan bencana. Anak usia
Tahap penyadaran dimulai dari inisiasi sekolah juga dilibatkan dalam beberapa ke-
yang dilakukan oleh pihak ekternal yakni LSM giatan seperti simulasi yang dilakukan LSM
(MER-C Corps dan Jemari). Sambutan dan pembentukan pemahaman di sekolah-
masyarakat terhadap upaya knowledge-sharing sekolah dan surau-surau meskipun kegiatan ini
yang dilakukan LSM sangat positif ditandai sifatnya temporer dan insidental.
dengan kemandirian komunitas menindaklanjuti
tahap inisiasi. Setelah serangkaian aktivitas 2) Respon pemerintah kota terhadap potensi
LSM yakni seminar, workshop hingga pem- bencana
bangunan komponen fisik pendukung evakuasi Berdasarkan wawancara yang peneliti
seperti penunjuk arah hingga sarana penam- lakukan terhadap beberapa masyarakat Pantai
172
Vol. XIII No.2 Th. 2014

Aie Manih, keterlibatan Pemerintah Kota pedagang yang beraktivitas di Pantai Purus
Padang terutama Badan Penanggulangan berasal dari hampir semua strata usia dan sosial
Bencana daerah (BPBD) dalam aktivitas pra- ekonomi. Ada anak-anak usia sekolah yang
bencana di wilayah mereka bisa dikategorikan turut membantu orangtua mencari nafkah, para
nihil. Meskipun Pantai Aie Manih berada dalam pemuda yang bekerja di tenda warna-warni
zona merah namun belum terlihat peran aktif yang menyediakan beragam hidangan, hingga
Pemko dalam membangun kesadaran dan penduduk berusi 40 tahun ke atas yang
kemandirian masyarakat untuk menghadapi berprofesi sebagai pedagang hasil laut atau
bencana tsunami. Meskipun Pemerintah Kota pemilik rumah makan. Sebagian pedagang
Padang secara formal tidak memberikan per- adalah pemodal besar meski tak dipungkiri
hatian memadai, namun secara personal Lurah banyak juga yang bermodal kecil.
Aie Manih yang baru bertugas sekitar satu Komunitas pedagang Pantai Purus Kota
tahun di daerah tersebut senantiasa mendukung Padang merupakan kelompok masyarakat yang
bahkan menggerakkan masyarakatnya untuk paling rentan terhadap potensi bencana tsunami
proaktif pada program mitigasi dan kesiagaan yang timbul di sepanjang Pantai Barat Sumatera
bencana. Program terkini yang sedang digagas karena aktivitas ekonomi yang mereka lakukan
masyarakat adalah pembuatan shelter sebagai hanya berjarak sekitar 5 hingga 10 meter dari
sarana evakuasi vertikal. Lurah memfasilitasi bibir pantai. Kontrasnya, kerentanan ini tidak
masyarakat untuk membangun jaringan kerja membuat komunitas pedagang gentar atau ber-
dengan institusi lain yang menjadi donatur upaya untuk memindahkan aktivitas ekonomi
pembangunan shelter. mereka ke lokasi lain yang lebih aman.
3) Keberadaan partner dan intervensi yang Peristiwa gempa Padang September 2009 dan
tepat dalam penguatan kapasitas komunitas gempa Aceh April 2012 menjadi gambaran
Kekosongan peran pemerintah Kota betapa komunitas pedagang memilih bertahan
Padang dalam membangun kesiapsiagaan bagi di sepanjang pesisir Pantai Purus karena alasan
masyarakat ternyata lebih banyak diisi oleh keberlanjutan kelangsungan hidup keluarga.
LSM terutama yang berkenaan dengan 1) Kesadaran tentang dan penilaian resiko
pemberdayaan masyarakat dan pembangunan bencana
sarana fisik. Pendekatan informal yang Komunitas pedagang di sepanjang Pantai
dilakukan oleh LSM serta dukungan dana yang Purus mengetahui potensi tsunami yang
memadai menjadi salah satu faktor pendukung mungkin melanda diri dan lingkungannya,
lancarnya interaksi kedua belah pihak yang meskipun informasi tersebut belum diikuti
bermuara pada kesinambungan kegiatan dengan kesadaran untuk mengurangi resiko
prabencana. Selain intervensi LSM, dukungan yang timbul akibat gempa dan tsunami. Secara
positif juga teridentifikasi dari lembaga lainnya umum para pedagang tidak dibekali dengan
yakni RAPI (Radio Antar penduduk Indonesia) pengetahuan memadai tentang karakter geo-
dalam bentuk fasilitas diseminasi peringatan grafis lingkungan tempat mereka beraktivitas,
dini tsunami. RAPI menyediakan rabab yang resiko bencana yang menghadang, dan tingkat
dapat menyiarkan pesan peringatan dini dari kerentanan komunitas terhadap bencana. Infor-
BPBD Kota Padang tentang potensi tsunami masi mengenai potensi tsunami yang terjadi
yang melanda wilayah pesisir pantai. Rabab setelah sebuah gempa besar melanda rerata
dapat dioperasikan ketika listrik padam didapatkan pedagang secara informal, misalnya
sehingga akses masyarakat rentan terhadap melalui pembicaraan dari mulut ke mulut yang
informasi penting tidak terkendala. berkembang di lingkungan sekitar. Sementara
itu informasi yang tersaji melalui surat kabar
c. Komunitas Pedagang Purus maupun siaran televisi atau radio cenderung
Pantai Purus merupakan objek wisata tidak lengkap dan tidak bisa dikonsumsi secara
yang cukup digandrungi di Kota Padang. Pantai kontinu oleh pedagang karena tingkat ke-
ini senantiasa ramai oleh pengunjung terutama sibukan mereka yang cukup tinggi.
pada sore hingga malam hari. Para pengunjung Dari hasil wawancara diketahui bahwa
mayoritas kaum muda, dan pada waktu-waktu para pedagang cenderung bereaksi pasif
tertentu rombongan keluarga datang bertamasya terhadap potensi bahaya dan resiko bencana
atau menikmati beragam kuliner yang disajikan yang menghadang mereka. Pedagang mengaku
pedagang di sepanjang tepi pantai. Para tidak ada upaya kesiapsiagaan terhadap resiko
173
Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang ...

bencana yang digagas dalam komunitas mereka. pemberdayaan baik secara individu atau
Secara individual mereka juga tidak melakukan kelompok untuk mengurangi resiko bencana
persiapan berarti untuk mengurangi kerentanan yang melanda. Berdasarkan pengakuan
terhadap bahaya. Tenda-tenda tempat ber- pedagang yang diwawancara pada tanggal 5 Juli
dagang yang mereka bangun sangat terbuka dan 2012, Pemerintah Kota Padang dengan bantuan
dekat ke pantai membuktikan bahwa pedagang sebuah LSM yang bergerak di bidang kesiap-
seolah mengabaikan potensi bencana. Pedagang siagaan tsunami hanya melakukan satu kali
juga tidak membekali diri dengan keterampilan upaya simulasi gempa dan tsunami. Dalam
dan peralatan siaga bencana. Mereka hanya simulasi ini, pedagang diarahkan untuk melaku-
mengetahui jalur atau tempat evakuasi yang kan evakuasi vertikal menghidari tsunami.
harus dituju jika tsunami melanda. Namun setelah itu tidak ada upaya lanjutan
Tidak hanya pedagang, semenjak gempa yang dilakukan pemerintah kota untuk melatih
Padang 30 September 2009 hingga gempa 12 kesiapsiagaan masyarakat Pantai Purus terhadap
April 2012 tidak ada perubahan berarti yang bencana.
terjadi berkaitan dengan upaya mitigasi Minimnya pengetahuan yang dimiliki
dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat. komunitas pedagang pesisir Pantai Purus ter-
Pemerintah Kota hanya membangun beberapa hadap potensi gempa bumi dan tsunami yang
pemecah ombak di sepanjang pantai, mem- rentan melanda diri dan lingkungannya mem-
bangun sebuah hotel dan rumah susun yang buat mereka menginterpretasi sendiri kondisi
lantai atasnya sekaligus berfungsi sebagai kebencanaan yang terjadi untuk kemudian
sarana evakuasi vertikal. Pembangunan saran menggagas upaya penyelamatan diri secara
fisik yang belum maksimal juga tidak di- swadaya. Sebagian pedagang cenderung me-
lengkapi dengan inisiaisi kerentanan bencana nutup warung/tempat usahanya ketika sebuah
kepada komunitas pesisir Pantai Purus. Akibat- gempa besar mengguncang. Untuk seterusnya
nya ketika gempa yang berpotensi tsunami kelompok pedagang yang serta merta meng-
terjadi, masyarakat cenderung bertindak tanpa ungsi jika sebuah gempa besar mengguncang
koordinasi. akan peneliti labeli sebagai kelompok pertama.
Tak dapat dipungkiri bahwa relasi yang Sedangkan kelompok kedua terdiri dari para
cenderung kurang harmonis antara komunitas pedagang usia muda (20 hingga 30 tahun) yang
pedagang pesisir Pantai Purus dan Pemerintah cenderung tidak terpengaruh oleh bencana
Kota Padang pada program reklamasi Pantai lanjutan yang potensial terjadi.
Padang pascagempa 2009 telah memberi imbas Secara umum para pedagang kelompok
terhadap rasa percaya pedagang. Upaya Pemko pertama ini terdiri dari kaum wanita. Ke-
Padang untuk merelokasi pedagang sejauh 400 khawatiran terhadap keselamatan harta dan
meter dari bibir pantai sebagai antisipasi nyawa membuat mereka bergegas mengungsi
dampak tsunami dimaknai sebagai hal yang ke area yang dianggap aman yakni Kompleks
mengancam keberlanjutan aktivitas ekonomi Kantor Gubernur Propinsi Sumatera Barat yang
masyarakat Purus yang mayoritas meng- berjarak sekitar satu kilometer dari garis pantai.
gantungkan penghidupannya pada sektor Biasanya mereka mengungsi dengan berjalan
informal. Reklamasi pantai menurut Walikota kaki karena lokasi evakuasi tidak dapat di-
Fauzi Bahar merupakan skenario mitigasi yang jangkau dengan kendaraan bermotor sebagai
paling mungkin dilakukan di Pantai Padang akibat dari kepadatan lalu lintas pascagempa.
dibanding peninggian rumah warga, menjauh- Mengacu pada peta evakuasi tsunami Kota
kan rumah warga dari pantai, pembangunan Padang, lokasi evakuasi yang dituju oleh para
seawall (dinding laut), dan penanaman bakau. pedagang ini pada dasarnya masih termasuk
2) Penguatan kapasitas komunitas dalam zona merah atau zona bahaya tsunami.
Tidak ada upaya mitigasi bencana yang Akan tetapi hanya lokasi inilah yang me-
teridentifikasi dilakukan secara swadaya dan mungkinkan untuk dicapai dengan waktu relatif
swakarsa oleh komunitas pedagang di pesisir singkat (30 menit) sesuai dengan SOP gempa
pantai purus. Secara fisik tidak ada infrastruktur yang telah disosialisasikan.
mitigasi yang dapat mereduksi pengunjung dan Kelompok pedagang kedua yang terdiri
pedagang terhadap potensi tsunami yang terjadi dari pedagang usia muda memang menutup
setelah sebuah gempa besar mengguncang. tempat usahanya. Namun berbeda dengan
Pedagang juga tidak melakukan upaya kelompok pertama yang bergegas melakukan
174
Vol. XIII No.2 Th. 2014

evakuasi, kelompok kedua akan memantau masyarakat itu sendiri. Masyarakat sesungguh-
fenomena alam pascagempa sebelum memutus- nya menjadi pihak yang bertanggung jawab
kan untuk melakukan atau tidak melakukan terhadap hidup dan penghidupan mereka. Ke-
evakuasi. Jika gempa yang terjadi tidak diikuti tika pemerintah kota tidak mampu memberikan
dengan surutnya air laut maka para pedagang jawaban atas kesulitan mata pencaharian yang
ini cenderung bertahan di sekitar tempat usaha mereka alami maka mereka berwirausaha di
mereka. Sebaliknya jika gempa diikuti dengan sepanjang pesisir Pantai. Dan jika masyarakat
peristiwa surutnya air laut maka mereka akan harus berhadapan dengan potensi tsunami yang
melakukan tindakan evakuasi menggunakan setiap saat dapat menghadang mereka, maka
kendaraan bermotor. merekapun harus menyelamatkan diri dan usaha
3) Respon Pemerintah Kota terhadap potensi mereka atas inisiatif sendiri.
bencana Ketidakpercayaan masayarakat terhadap
Dari hasil pengamatan peneliti di lapang- Pemko sepertinya menjadi penghalang interaksi
an diperoleh gambaran belum maksimalnya diantara keduabelah pihak dalam berbagai
respon pemerintah daerah, mulai dari tataran program pembangunan, termasuk upaya pe-
terkecil di tingkat kelurahan hingga kota, nguatan kapasitas komunitas. Sementara itu
terjadap upaya kesiapsiagaan terhadap resiko karakter masyarakat pesisir pantai yang cende-
bencana. Secara fisik, pemerintah kota belum rung keras ditengarai menjadi salah satu ken-
menyediakan sarana yang mampu mengurangi dala komunikasi antara masyarakat dengan
interaksi masyarakat pesisir Pantai Purus stakeholder lainnya di pesisir pantai Purus.
dengan lepas pantai, misalnya dalam bentuk Alhasil Pemko dan partner lainnya mengalami
batu grid ataupun seawall sebagai penahan kesulitan dalam mensosialisasikan program-
ombak. Masyarakat pesisir melakukan kegiatan programnya. Padahal menurut masyarakat
ekonomi produktif hanya berjarak lima meter Pantai Purus, mereka sangat butuh akan
dari bibir pantai. Tempat tinggal masyarakapun pengetahuan dan pelatihan seputar gempa dan
berjarak kurang dari 500 meter dari pantai. tsunami, namun Pemko dan lembaga lainnya
Kondisi ini sangat riskan bagi keselamatan cenderung pasif.
masyarakat pesisir karena terjadinya gempa Masyarakat pesisir pantai Purus telah
yang berpotensi tsunami tidaklah dapat di- turun-temurun mendiami lokasi mereka ber-
prediksi. mukim dan beraktivitas sekarang. Fakta bahwa
Sebagaimana telah dikemukakan sebe- gempa besar yang sering melanda Kota Padang
lumnya, Pemerintah Kota Padang pascagempa akan berpotensi pada timbulnya tsunami yang
2009 juga aktif menggalakkan sektor bisnis notabene membahayakan keselamatan tidak
skala menengah dan besar di sepanjang pesisir serta merta membuat mereka melakukan
Pantai Purus. Akan tetapi Pemerintah Kota eksodus. Masyarakat pesisir pantai Purus ada-
tidak mengiringi kebijakan investasi yang ada lah tipikal manusia ekonomi (economic man)
dengan upaya kesiapsiagaan terhadap resiko yang berpikir rasional bahwa untuk bertahan
bencana gempa dan tsunami. Upaya Pemko hidup mereka haruslah berusaha dengan jalan
dalam menggalakkan kesiapsiagaan bisa apapun, meski usaha tersebut berarti menantang
dianggap minim dan bahkan bisa dikatakan keselamatan jiwa. Ketiadaan pilihan pekerjaan
bahwa simulasi dan pelatihan kepada masya- dan ketidakmampuan pemerintah menyediakan
rakat lebih banyak dikelola oleh LSM ataupun standar kehidupan yang layak warganya
Pemerintah Propinsi lewat BPBD dan membuat pedagang pantai Purus rela berjualan
Pusdalops, serta Pemerintah Pusat melalui dari pagi hingga malam meski kadang harus
BNPB. melanggar aturan-aturan yang telah ditetapkan
4) Keberadaan partner dan intervensi yang Pemerintah Kota Padang. Bagi sebagian
tepat dalam penguatan kapasitas masyarakat pedagang, meminta mereka untuk pindah dari
Pemerintah Kota memang memiliki be- pesisir pantai dengan alasan potensi bencana
berapa partner baik dari lembaga internasional, tsunami adalah akal-akalan untuk menjauhkan
LSM lokal, dan lembaga kebencanaan nasional mereka dari sumber mata pencahariannya. Lalu
dalam melakukan upaya upaya kesiapsiagaan mengapa Pemko tidak melakukan tindakan
terhadap resiko bencana. Akan tetapi upaya serupa terhadap para pemodal besar yang saat
kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana ini juga marak membuka usaha di sepanjang
di pesisir Pantai Purus berada di tangan pantai barat Kota Padang.
175
Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang ...

Saling curiga antara Pemko dan mamak dan kamanakan harus berlaku
masyarakat yang bermukim di sepanjang pesisir fungsional. Konsep adat yang mengatakan
pantai Purus berimplikasi buruk bagi program tando badunsanak mamaga dunsanak, tando
kesiapsiagaan dan pengurangan resiko bencana. bakampuang mamaga kampuang, tando
Program yang ada dikhawatirkan oleh banagari mamaga nagari, dapat dijadikan
masyarakat sebagai cara baru untuk menakut- acuan dalam membangun kesiapsiagaan
nakuti mereka dan membuat mereka terhadap bencana. Untuk itu niniak mamak
meninggalkan tanah yang telah lama mereka dilibatkan dalam setiap tahapan perumusan
diami. Sementara Pemko mencurigai bahwa sampai implementasi program penanggulangan
pedagang pesisir Pantai Purus mengakomodasi bencana gempa dan tsunami. Diharapkan
terjadinya tindak maksiat yang berimplikasi dengan keterlibatan ninik mamak, segala bentuk
pada terjadinya bencana di Kota Padang. program akan mudah diimplementasikan di
Kategorisasi yang peneliti susun tidak tataran masyarakat. Misalnya saja dalam
bermaksud untuk mengkotak-kotakkan atau edukasi masyarakat, yang selama ini lebih
mengelompokkan komunitas secara vertikal. banyak dilakukan kalangan organisasi non
Masing-masing komunitas menduduki posisi pemerintah, bisa melibatkan secara formal
horizontal yang sama dalam kapasitasnya kalangan ninik mamak untuk ikut serta dalam
sebagai warga negara. Akan tetapi untuk memberikan edukasi kepada anak kemenakan-
menghasilkan rancangan model yang sempurna, nya karena interaksi antara ninikmamak dengan
pengenalan terjadap kondisi riil komunitas anak kemenakannya lebih intensif dilakukan.
sangat diperlukan. Komunitas dengan latar Di daerah yang dijadikan studi kasus, di
belakang yang berbeda, dalam hemat penulis, Kelurahan Air Manis dan Kelurahan Bungus
harus mendapatkan perlakuan (treatment) Barat, perananan ninik mamak belum begitu
penguatan yang berbeda pula. Oleh sebab itu dirasakan. Padahal daerah dengan tingkat
kategorisasi komunitas menjadi acuan utama homogenitas masyarakat yang tinggi biasanya
dalam mendesain model kesiapsiagaan peranan ninik mamak cukup berperan dalam
komunitas berbasis kearifan lokal. kehidupan sehari-hari, karena umumnya di
Untuk menggali kearifan lokal yang ada daerah tersebut masyarakatnya rata-rata mem-
di masyarakat, peneliti telah melakukan punyai hubungan kekeluargaan. Pada dua
penggalian data dan informasi di berbagai daerah yang tingkat homogenitas sosialnya
lokasi di Kota Padang diantaranya: Kelurahan tinggi, yaitu Kelurahan Air Manis dan Ke-
Aie Manis, Kelurahan Pasie Nan Tigo dan lurahan Bungus Barat, perananan Ninik Mamak
kawasan Pondok Kota Padang. Dengan masih minim. Menurut pemaparan warga yang
memawancarai masyarakat di sekitar lokasi, tergabung dalam Kelompok Siaga Bencana
peneliti menemukan beberapa kearifan lokal (KSB) di masing-masing kelurahan, kalangan
yang selama ini telah digunakan secara turun ninik mamak belum banyak dilibatkan dalam
temurun seperti: memperkuat peranan niniak penanggulangan bencana, baik pra, saat dan
mamak, kembali kesurau, doa tolak bala, dan pasca bencana. Upaya meningkatkan kesiap-
ciloteh lapau. Kearifan lokal ini memang secara siagaan masyarakat berdasarkan kearifan lokal,
spesifik tidak berkaitan dengan penanganan peranan ninik mamak disentralkan. Ninik
bencana, tetapi bisa dimanfaatkan sebagai mamak bahkan menjadi sumber utama dalam
strategi untuk lebih mengoptimalkan upaya pengambilan keputusan. Dalam setiap kegiat-
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat. an, misalnya edukasi masyarakat, penetapan
Kearifan lokal tersebut adalah: jalur dan lokasi evakuasi, mekanisme sistem
peringatan dini tsunami, kalangan ninik mamak
Penguatan Peran Ninik Mamak harus memberi kontribusi secara optimal karena
Seiring dengan bergemanya semangat merekalah yang paling mengetahui bagaimana
kembali ke nagari, maka penguatan peran kondisi daerah masing masing terutama.
niniak mamak sebagai pihak yang bertanggung- Niniak mamak tidak hanya sekedar
jawab terhadap anggota suku perlu dilakukan. menanamkan nilai-nilai keluhuran agama dan
Dalam kultur Minangkabau, konsep keluarga budi pekerti saat manyilau kemenakan, namun
tidak terbatas pada keluarga inti (nuclear juga mengintroduksi nilai-nilai kesiapsiagaan
family) namun lebih kepada keluarga luas bencana ketika berinteraksi dengan kemenakan
(extended family). Oleh karenanya relasi serta anggota sukunya. Dalam masyarakat
176
Vol. XIII No.2 Th. 2014

Minangkabau di perkotaan fungsi ini relatif budaya, telah teredam dari nomenklatur
telah diambil alih oleh ayah sebagai kepala kontemporer kelembagaan pendidikan Islam
keluarga. Kondisi ini bukan menjadi halangan (Azyumardi Azra, 2007:5).
bagi mamak untuk menjalankan fungsi batang Dalam rangka revitalisasi fungsi surau
baringin di tangah padang. Mamak justru dapat dalam komunitas Minangkabau maka beragam
merangkul ayah selaku sumando mamak rumah upaya telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah
yang memainkan lebih besar untuk kepentingan di Sumatera Barat. Surau kembali difungsikan
suku dan nagari (Sjafri Sairin, 2007:28). sebagai pesantren bagi anak-anak usia sekolah
Berbedanya kebiasaan antarsuku dan pola saat bulan Ramadhan. Revitalisasi yang terbatas
pendekatan yang digunakan mamak selaku ini perlu diekstensikan agar suaru tak hanya
pimpinan suku tentu akan menghasilkan pen- sebagai wadah menuntut ilmu agama namun
dekatan yang berbeda dalam upaya kesiap- seiring dengan ilmu pengetahuan. Melembaga-
siagaan terhadap resiko bencana. Hal ini kan kembali surau dengan mengintegrasikan
memiliki efek positif karena memudahkan ilmu agama, ilmu penegetahuan kontemporer
internalisasi nilai-nilai kesiapsiagaan karena dan nilai-nilai kearifan budaya menjadi target
dibangun berdasarkan karakteristik masing- utama peneliti.
masing suku. Oleh karena itu dalam setiap Dalam model kembali ke surau nilai-
aktivitas sosialisasi kebencanaan niniak mamak nilai mitigasi dan kesiapsiagaan bencana akan
dari berbagai suku harus mendapat prioritas diintroduksikan melalui kegiatan-kegiatan ke-
utama karena mereka lah yang diharapkan agamaan semisal didikan shubuh, wirid remaja,
menjadi jembatan pemerintah daerah/LSM pesantren ramadhan, pengajian mingguan dan
dalam mengenalkan aktivitas kesiapsiagaan bulanan, serta majlis taklim. Komunitas
kepada komunitas kultural. masyarakat yang religius cenderung lebih
Dalam mengangkat peranan niniak mudah menerima nilai-nilai kesiapsiagaan jika
mamak sebagai subjek untuk meningkatkan dikombinasikan dengan pemahaman terhadap
kesiapsiagaan masyarakat tentu dibutuhkan keyakinan yang mereka anut.
upaya yang komprehensif dan sinergi antar Dari percobaan awal yang peneliti
pemangku kepentingan. Memperkuat peranan lakukan, pengenalan nilai-nilai kesiapsiagaan
niniak mamak berarti menggunakan pendekatan melalui kegiatan pesantren ramadhan mendapat
kultural yang mengangkat kearifan lokal se- respon positif baik dari para siswa maupun
bagai metoda untuk meningkatkan kesiapsiaga- penyelenggara. Pendekatan yang ditempuh
an masyarakat dalam mengurangi resiko dalam penyampaian nilai-nilai kesiapsiagaan di
bencana. Niniak mamak mempunyai perananan surau berbeda dengan saat di sekolah. Pen-
yang sangat sentral dalam tatananan adat dekatan yang dilakukan di Surau adalah
minang dimana niniak mamak selain meng- pendekatan yang lebih berfokus kepada nilai-
ayomi anak-anaknya sendiri tetapi juga meng- nilai spritual. Karena di Ranah Minangkabau
ayomi para kemenakannya. Ini sesuai dengan sangat indentik dengan Islam, dengan filosofi
filosofi minang, anak dipangku kamanakan yang terkenal yaitu adat basandi syarak,
dibimbiang. Kuatnya perananan niniak mamak syarak basandi Kitabullah dan Surau (Masjid)
ini bisa dimanfaatkan untuk memperkuat upaya merupakan sentra dakwah dan pengkajian nilai-
kesiapsiagaan terhadap resiko bencana yang nilai religius maka surau juga bisa dijadikan
salah satunya dalam bentuk edukasi kepada sebagai tempat edukasi kepada masyarakat
masyarakat tentang pengetahuan kebencanaan tentang pengetahuan dan kesiapsiagaan ter-
dan upaya penyelamatan diri terutama meng- hadap bencana gempa dan tsunami.
hadapi ancaman bencana gempa dan tsunami.
Doa tolak bala
Kembali ke Surau Pada masyarakat yang masih memegang
Generasi muda Minangkabau, khususnya sebagian besar nilai-nilai tradisi Minangkabau,
yang lahir sejak masa Orde Baru, sepertinya pelaksanaan doa tolak bala masih dilakukan
tidak lagi mengenal surau dalam arti tersiratnya. secara periodik. Doa tolak bala merupakan
Surau secara harfiah dikenali sebagai tempat salah satu upaya mengantisipasi musibah
beribadah. Fungsi sesungguhnya surau yang berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan
lebih dari institusi pendidikan keagamaan masyarakat. Untuk komunitas nelayan, doa
karena mencakup pula sebagai institusi adat dan tolak bala ditujukan sebagai permohonan ke-
177
Kesiapsiagaan Masyarakat Kota Padang ...

selamatan bagi warga yang mencari peng- putar bencana agar tetap berada dalam koridor
hidupan di laut. yang benar. Dalam jangka panjang pemilik
Pelaksanaan doa tolak bala melibatkan warung diharapkan berperanserta menggagas
beragam unsur meliputi alim ulama, tetua adat, upaya kesiapsiagaan pada komunitasnya sesuai
aparatur pemerintah tingkat kelurahan serta dengan potensi ancaman bencana di lingkung-
warga masyarakat. Biasanya doa tolak bala annya.
berisikan seremonial pemanjatan doa, pelarung- Menggagas strategi kesiapsiagaan ben-
an benda-benda tertentu ke laut dan diakhiri cana berbasis kearifan lokal memerlukan ke-
dengan acara makan bersama. Pada dasarnya pekaan untuk menangkap nilai-nilai ekstrinsik
doa tolak bala merupakan bagian dari aktivitas dan intrinsik yang telah berabad-abad meng-
asimilasi adat dan agama. Introduksi nilai-nilai internalisasi warga dalam suatu komunitas.
kesiapsiagaan bencana dalam doa tolak bala Salah satu inti utama dalam diskursus
dapat dilakukan melalui peran serta pemuka komunitas adalah asumsi bahwa masyarakat
adat, pemuka adat, dan lurah. Dalam alur bukanlah sekumpulan orang yang bodoh, yang
seremoni doa tolak bala diselipkan petuah adat hanya bisa maju kalau mereka mendapatkan
yang mengacu pada tambo/kaba seputar cara- perintah (instruksi) belaka (Isbandi Rukminto,
cara kesiagaan yang ditempuh para pendahulu. 2008: 109). Komunitas Pasie Nan Tigo,
Begitu juga dalam petuah agama yang Bungus, dan Aie Manih mungkin tidak meng-
mencakup ikhtiar menyelematkan diri dari khususkan ritual adat yang mereka lakukan
ancaman bencana. Sedangkan aparatur peme- demi tujuan kesiagaan bencana. Ritual tersebut
rintah kelurahan memegang andil dalam men- oleh peniliti menjadi alternatif pilihan untuk
sosialisasikan upaya kesiapsiagaan yang di- melibatkan masyarakat dalam upaya kesiap-
gagas oleh pemerintah daerah serta LSM. siagaan bencana.
Mengadopsi pendapat Chambers (1993)
Ciloteh lapau ada dua alasan utama yang mendasarinya.
Lapau atau kedai merupakan tempat yang Pertama, yakni klaim istimewa yang di-miliki
dikunjungi hampir semua kalangan usia di Kota orang-orang pribui terhadap lahan/ daerah dan
Padang. Untuk kaum lelaki kedai kopi me- terhadap struktur komunitas tradisional yang
rupakan tempat bersua rekan-rekan dan ber- berkembang selaras dengan lahan/daerah
bincang seputar kondisi terkini. Sedangkan selama periode waktu yang jauh lebih lama
kaum perempuan memiliki kecenderungan daripada kolonisasi. Komunitas merupakan hal
untuk berkumpul di warung-warung tradisional penting bagi kelangsungan budaya dan
yang menjual kebutuhan dapur sehari-hari. Jika kehidupan spritual; dalam arti yang penting ini,
pengunjung kedai kopi relatif tidak berbatas kelestarian budaya tradisional merupakan
waktu, maka pengunjung warung yang menjual kebutuhan yang lebih penting bagi orang-orang
kebutuhan dapur hanya ramai di waktu pagi pribumi daripada orang lain ke-banyakan.
hingga siang hari.Topik yang dibahas di lapau Alasan kedua, yaitu bahwa banyak kerugian
sangat tergantung pada situasi yang sedang telah dilakukan, dan dalam banyak kasus masih
berkembang di masyarakat. Orang pertama dilakukan, yang mengorbankan orang-orang
(whistle blower) yang memulai pembicaraan pribumi atas nama pengembangan masyarakat
juga memberi andil terhadap topik serta arah (dalam Ife dan Frank Tesoriero, 2008: 453).
pembicaraan. Topik seputar bencana dewasa ini
menjadi pembahasan hangat di lapau/warung. Simpulan
Akan tetapi pembicaraan tersebut acap ber- Masyarakat dengan tingkat homogenitas
kembang dalam koridor nonilmiah. relatif tinggi, memiliki kecenderungan serupa
Sebagai upaya menanamkan kesadaran atau sejenis dalam tingkat pendidikan, tingkat
seputar kesiapsiagaan dan membentuk pola kesejahteraan ekonomi, dan tingkat afiliasi
pikir ilmiah terhadap bencana maka memberi- mereka dalam organisasi sosial politik. Hal ini
kan pemahaman terhadap komunitas lapau/ terutama disebabkan karena latar belakang
warung perlu dimulai dari pemilik. Pemilik sosial budaya yang juga sama. Mereka berakar
warung adalah subjek utama karena ia selalu dan tumbuh dari lingkungan yang sama.
berada di tempat meskipun para pengunjung Jikapun terdapat perbedaan diantara anggota
silih berganti datang. Dengan demikian pemilik komunitas maka perbedaan itu tidak terlalu
warung dapat mengarahkan pembicaraan se- signifikan. Dengan demikian masyarakat tipe
178
Vol. XIII No.2 Th. 2014

ini cenderung tidak memili gap atau ke- Daftar Rujukan


senjangan yang berbeda antar anggota. Sedang- Azyumardi Azra. 2007. Dari Surau ke Sekolah
kan tipe masyarakat dengan homogenitas yang dan Pesantren: Islam di Minangkabau
relatif rendah memiliki kesenjangan atau dalam Cita dan Fakta. Minangkabau di
rentang sosial ekonomi yang cenderung besar Persimpangan Jalan. Padang: Pusat
diantara para anggotanya. Mereka tinggal dalam Studi Humaniora dan Fakultas Sastra
suatu lokasi yang sama namun berakar dan Universitas Andalas.
tumbuh dari latar belakang yang berbeda. Ife, Jim dan Frank Tesoriero. 2008.
Akibatnya mereka memiliki cara pandang dan Community Development Alternatif
falsafah hidup yang berbeda pula Pengembangan Masyarakat di Era
Peranan niniak mamak, kembali ke surau, Globalisasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
doa tolak bala, dan ciloteh lapau merupakan
Isbandi Rukminro Adi. 2008. Intervensi
kearifan lokal yang bisa dijadikan metode
Komunitas, Pengembangan Masyara-
dalam meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat
kat sebagai Upaya Pemberdayaan
dalam menghadapi ancaman bencana gempa
Masyarakat. Jakarta: PT. Rajagrafindo
dan tsunami. Bentuk kearifan lokal tersebut ber-
Persada.
asal dari tradisi yang telah menjadi keseharian
di ranah minangkabau pada umumnya dan Kota Sjafri Sairin. 2007. Minangkabau yang Gelisah:
Padang pada khususnya. Kesiapsiagaan masya- Sebuah Catatan Singkat. Minangkabau
rakat terhadap resiko bencana gempa dan di Persimpangan Jalan. Padang: Pusat
tsunami berbasis kearifan lokal dapat diman- Studi Humaniora dan Fakultas Sastra
faatkan secara optimal oleh para pemangku Universitas Andalas.
kepentingan. Dengan menggunakan kearifan Sutton Jeannete. 2006. Disaster Preparedness:
lokal ini, upaya peningkatan kesiapsiagaan Concept, Guidance, and, Research.
masyarakat terhadap bencana gempa dan Boulder, University of Colorado
tsunami akan lebih tepat sasaran karena ber- TIM LIPI. 2006. Kajian Kesiapsiagaan
fokus pada nilai-nilai lokal yang telah ada se- Masyarakat dalam Mengantisipasi
lama ini di masyarakat. Internalisasi nilai-nilai Bencana Gempa dan Tsunami di
lokal inilah yang diharapkan bisa membuat Indonesia. Bandung : LIPI
masyarakat lokal lebih peduli terhadap penting-
nya upaya pengurangan resiko bencana.

179

Anda mungkin juga menyukai