Anda di halaman 1dari 28

KEPANITERAAN KLINIK STATUS ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


SMF BEDAH
RUMAH SAKIT BAYUKARTA KARAWANG

NamaMahasiswa : William Limadhy TandaTangan:


NIM : 11.2015.345
DokterPembimbing : dr. Gunadi Petrus, Sp.B.KBD

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny.JB Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 14 tahun Sukubangsa : Jawa
Status perkawinan : belum menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar Pendidikan : SMP
Alamat : KP Pamahan 01/01 Pabayuran, Bekasi
Waktu pasien masuk : 25 febuari 2017 Pukul 15:50

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara Autoanamnesis pada Jumat, 25 febuari 2017 Pukul 15:55 WIB di IGD
RS Bayukarta.

Keluhan Utama:
Terkena sulutan api

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke RS Bayukarta diantar keluarganya dengan keluhan terkena sulutan api pada bagian
dada, perut serta kedua telapak tangan sejak 2 jam sebelum masuk rumah sakit. Kejadian terjadi di
tempat terbuka dan keluhan ini terjadi akibat pasien sedang bermain lem dengan teman pasien.
Kemudian salah satu teman pasien menyalakan korek api lalu mendekatkan ke pasien. Tiba-tiba
tubuh pasien tersulut api kemudian teman-teman pasien segera melakukan pertolongan pertama
dengan mencari tempat air terdekat untuk mengguyur tubuh pasien. Lalu setelah itu pasien segera di
bawa ke klinik terdekat untuk melakukan pertolongan pertama. Di klinik, pasien di irigasi lukanya
pada bagian dada, perut dan kedua telapak tangan menggunakan RL sebanyak 4 kolf lalu di berikan

Hal 1
cefadroxil oral. Setelah itu pasien di rujuk ke RS Bayukarta untuk penanganan lebih lanjut. Pasien
mengatakan tidak merasakan ada sesak nafas, suara menjadi parau, sakit tenggorokan, sakit kepala,
mual dan arang atau jelaga pada air liur di dalam mulut maupun lendir di hidung.

Riwayat Keluarga
Tidak ditemukan kelainan serupa pada keluarga.

Riwayat Penyakit Dahulu


Penyakit terdahulu yang serupa : Tidak ada
Trauma terdahulu : Tidak ada
Operasi : Tidak ada
Sistem Respiratorius : Tidak ada
Sistem Gastrointestinal : Tidak ada
Sistem Urinarius : Tidak ada kelainan
Sistem Genitalis : Tidak ada kelainan

Riwayat Sosial
Pasien tidak merokok dan minum-minuman keras serta pasien tidak memiliki alergi obat-obatan.

Status umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang-berat
Kesadaran : Compos mentis, E4M6V5 - 15
Suhu : 36,8oC
Tekanan Darah : 125/90 mmHg
Nadi : 109 x/menit, regular, kuat angkat.
Frekuensi Pernapasan : 24 x/menit, regular, kedalaman normal.
Saturasi O2 : 99%
Keadaan Gizi : Baik (BB : 33Kg)

Status Generalis
Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil isokor, injeksi
konjungtiva -/-
Telinga : Normotia, tidak ada sekret
Hidung : Normosepta, tidak ada deviasi, tidak ada sekret, tidak ada jelaga
Tenggorokan : T1-T1, faring tidak hiperemis, tidak ada jelaga
Gigi dan Mulut : Baik
Hal 2
Leher : KGB dan tiroid tidak teraba membesar dan tidak teraba benjolan
Thorax :
Paru-paru :
Inspeksi : terlihat lesi kulit berupa luka bakar, pergerakan dada simetris
dalam keadaan statis maupun dinamis, tidak ada retraksi sela iga
Palpasi : fremitus +/+, simetris, nyeri tekan (+), tidak ada retraksi sela
iga
Perkusi : sonor
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara paru patologis
Jantung :
Inspeksi : Pulsasi iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba iktus cordis pada sela iga V linea midclavicula kiri,
kuat angkat, reguler
Perkusi : Batas atas Kiri kanan redup
Auskultasi : BJ I-II murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : abdomen datar, jejas (-), tidak ada pembuluh kolateral, striae, caput medusa.
Palpasi : Supel, Hepar dan lien tidak teraba membesar, defans muskular (-), nyeri
tekan (+)
Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+), normoperistaltik

Ekstremitas :
Ekstremitas superior : terdapat luka bakar pada bagian lengan dan telapak tangan, akral
hangat, CRT < 2 detik
Ekstremitas Inferior : terdapat luka bakar pada bagian lengan dan telapak tangan, akral
hangat, CRT <2 detik

Status Lokalis :

REGIO THORAK,
ABDOMEN, dan
Extremitas Atas:

Hal 3
Inspeksi : tampak luka bakar grade IIa-b dengan skor rule of nine sebesar 27%, eritem (+),
bullae (+), basah.
Palpasi : Nyeri tekan (+)

Foto Klinis :

PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM (25 febuari 2017)
Hal 4
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.6 12.8 16.8 g/dL
Hematokrit 42.2 44.0 52.0 %
Eritrosit 4.94 4.40 5.90 juta/uL
MCV 85.4 80 100 %
MCH 29.6 26 34 %
MCHC 34.6 32 36 %
Leukosit 15.380 4.500 13.000 /uL
Basofil 0 01%
Eosinofil 1 2-4%
Batang 0 35%
Limfosit 9 25 40 %
Monosit 6 28%
Segmen 84 50 70 %
Trombosit 267.000 156.000 408.000
Masa Perdarahan 2.00 1.00 - 6.00 menit
Masa Pembekuan 8.00 4.00 - 15.00 menit
Ureum 10.4 16.6 - 48.5 mg/dl
Kreatinin 0.47 0.67 - 1.17 mg/dl
Natrium 140 132 - 141 mg/dl
Kalium 4.2 3.5 - 5.1 mg/dl

RESUME
Pasien datang dengan keluhan terkena tersulutan api sejak 2 jam sebelum masuk rumah
sakit. Kejadian terjadi di tempat terbuka dan keluhan ini terjadi akibat pasien sedang bermain lem
dengan teman pasien lalu salah satu teman pasien menyalakan korek api kemudian mendekatkan ke
pasien. Pasien mengalami luka bakar pada bagian dada, wajah dan kedua telapak tangan. Setelah itu
pasien segera mengguyur badannya dan kemudian di bawa ke klinik terdekat dan di irigasi
menggunakan RL sebanyak 4 kolf dan di berikan cefadroxil oral. Tidak ada keluhan seperti sesak
nafas, suara parau, sakit tenggorokan, sakit kepala, mual dan jelaga pada saluran nafas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan luka bakar grade IIa-b 27% pada regio torak, abdomen
dan kedua telapak tangan, eritem, basah, nyeri tekan, bullae (+)
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan kadar leukosit meningkat

DIAGNOSIS KLINIS
Combustio grade IIa-b 27%

PENATALAKSANAAN

Hal 5
NON-MEDIKA MENTOSA
a. Edukasi pasien dan keluarga tentang keluhan pasien dan tatalaksana
b. Informed consent setiap tatalaksana yang akan dilakukan
MEDIKA MENTOSA
a. Ringer Laktat 20 tpm
b. Ceftriaxone 2x1g (IV)
c. Ketorolac 2x 30mg (IV)
d. Ranitidin 3x 1amp (IV)

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

LAPORAN OPERASI
Jenis tindakan : Debridement
1. pasien terlentang dengan anestesi umum
2. Bersihkan dengan kassa + nacl seluruh lapang combutio
3. Potong permukaankulit combutio yang tidak dapat dibersihkan dengan kassa
4. Oleskan silver sulphadiazine pada seluruh lapang combutio yang sudah dibersihkan
5. Operasi selesai

FOLLOW UP
Post operasi tanggal (02/03/2017)
S : nyeri luka berkurang, terasa hangat pada luka (+), mual (-), muntah (-), nyeri pada
kelingking kanan (+), pusing (-), bab belum,bak lancar, makan sedikit, minum banyak
O : KU : Tampak sakit sedang
: Kes : compos mentis, E4V6M5 - 15
: TD : 120/80 mmHg, Nadi : 98x/menit, nafas : 20x/menit, suhu : 37,8
: Eye : CA -/- SI -/-
: Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
: pulmo : suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-, nyeri tekan (+)
: abdomen : supel, timpani, bising usus (+), nyeri tekan (+)
: ekstremias : akral hangat, CRT < 3 detik
A : post debridement combutio grade IIa-b 27% hari ke -1

Hal 6
P : IVFD RL 20 tpm
: Silver Sulfadiazine 10mg 1x1 (Ung)
: Ceftriaxone 2x 1gr
: Ketorolac 2x 30mg
: Ranitidin 2x 50mg

Post operasi tanggal (03/03/2017)


S : nyeri luka bakar pada abdomen sudah berkurang, masih terasa panas, mual (-), muntah (-),
nyeri pada kelingking kanan (-), pusing (-), bab bak baik, makan minum baik
O : KU : Tampak sakit sedang
: Kes : compos mentis, E4V6M5 - 15
: TD : 110/70 mmHg, Nadi : 90x/menit, nafas : 20x/menit, suhu : 37,0
: Eye : CA -/- SI -/-
: Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
: pulmo : suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-, nyeri tekan (+)
: abdomen : supel, timpani, bising usus (+), nyeri tekan (+)
: ekstremias : akral hangat, CRT < 3 detik
A : post debridement combutio grade IIa-b 27% hari ke-2
P : IVFD RL 20 tpm
: Silver Sulfadiazine 10mg 1x1 (Ung)
: Ceftriaxone 2x 1gr
: Ketorolac 2x 30mg
: Ranitidin 2x 50mg

Post operasi tanggal (04/03/2017)


S : nyeri berkurang, sudah tidak terasa hangat pada luka, nyeri pada jari-jari tangan(-), mual
(-), muntah (-), pusing (-), makan minum baik, bab bak lancar.
O : KU : Tampak sakit sedang
: Kes : compos mentis, E4V6M5 - 15
: TD : 110/70 mmHg, Nadi : 87x/menit, nafas : 20x/menit, suhu : 36,9
: Eye : CA -/- SI -/-
: Cor : BJ I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
: pulmo : suara nafas vesikuler +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-, nyeri tekan (+)
: abdomen : supel, timpani, bising usus (+), nyeri tekan (+)
: ekstremias : akral hangat, CRT < 3 detik
Hal 7
A : post debridement combutio grade IIa-b 27% hari ke -3
P : IVFD RL 20 tpm
: Silver Sulfadiazine 10mg 1x1 (Ung)
: Ceftriaxone 2x 1gr
: Ketorolac 2x 30mg
: Ranitidin 2x 50mg

TINJAUAN PUSTAKA
LUKA BAKAR

DEFINISI
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan
suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan
khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.1

ANATOMI DAN FISIOLOGIS KULIT


Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai peranan dalam
homeostasis. Kulit merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter
persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis
kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan
atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari
mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. Kulit sangat
kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh.2
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel epitel. Sel sel
yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel terbanyak pada lapisan epidermis),
melanosit, sel merkel dan sel Langerhans. Epidermis terdiri dari lima lapisan yang paling dalam

Hal 8
yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum.
2
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah dan pembuluh
darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, kelenjar sebasea, dan folikel
rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papillaris dan lapisan retikularis, sekitar 80%
dari dermis adalah lapisan retikularis.2

Gambar 1.
Anatomi kulit

Fungsi kulit
adalah sebagai
berikut :
1) Fungsi
proteksi,
kulit
menjaga
bagian
dalam terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan
kimiawi, misalnya zat-zat kimiawi terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol, karbol,
asam, dan alkali. Gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan sinar ultra violet;
gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur.
2) Fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tetapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil
bagian pada fungsi respirasi. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah antar sel
menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar.
3) Fungsi ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu meminyaki kulit jua menahan
evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering.
4) Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badanbadan ruffinidermis dan sukutis.

Hal 9
5) Fungsi pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit.
6) Fungsi pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan dendrit.
Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag.
7) Fungsi Kreatinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu keratinosit, sel
langerhans, melanosis.
8) Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol
dengan pertolongan sinar matahari

EPIDEMIOLOGI
Di Amerika serikat kurang lebih 250.000 orang mengalami luka bakar setiap tahunnya. Dari
angka tersebut, 112.000 penderita luka bakar membutuhkan tindakan emergensi, dan sekitar 210
penderita luka bakar meninggal dunia. Di Indonesia, belum ada angka pasti mengenai luka bakar,
tetapi dengan bertambahnya jumlah penduduk dan industri, angka luka bakar juga semakin
meningkat.3

ETIOLOGI
Penyebab luka bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau
diperparah dengan adanya cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga,
cairan cairan dari tabung pemantik api, yang akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau
sebagian pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial, tetapi
dapat juga mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga).4
Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan
kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis
koagulasi, denaturasi protein dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu menembus
jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang
kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan
emutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll.
Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis
yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat
daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi
protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita sering terlambat datang
untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka
bakar dapat dibagi menjadi
a) Scald Burns
Hal 10
Air panas menjadi penyebab tersering terjadinya luka bakar. Air mendidih biasanya
menyebabkan luka bakar yang dalam. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu
kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau
akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan,
luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat.
Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas
dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. Pada anak,
kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air panas yang terjadi pada kecelakaan rumah
tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superficial, tetapi dapat juga mengenai seluruh
ketebalan kulit (derajat tiga).1,3

b) Flame Burns
Kontak langsung dengan api merupakan penyebab kedua yang biasa menyebabkan luka
bakar. Terbakar api langsung dapat dipicu atau diperparah dengan adanya cairan yang mudah
terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari lubang pemantik api, yang
akan menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memilki kecenderungan untuk
terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera
tambahan berupa cedera kontak.1,3

c) Contact Burns
Terjadi kontak langsung dengan benda panas, misalnya yang terbuat dari logam, plastik,
kaca, atau batubara panas. Luka bakar yang dihasilkan biasanya terbatas pada area tubuh
yang mengalamai kontak, tapi bisa menghasilkan luka yang dalam.1,3
d) Aliran Listrik
Cedera yang timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh, umumnya
mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar
pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.1,3

e) Zat Kimia
Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat. Asam kuat menyebabkan nekrosis
koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri yang hebat. Asam hidrofluorida mampu
menembus jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal,
bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali atau basa kuat yang banyak terdapat dalam
rumah tangga antara lain cairan pemutih pakaian (bleaching), berbagai cairan pembersih, dll.
Luka bakar yang disebabkan oleh basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis
yang mencair (liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam
lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih berat karena sel mengalami dehidrasi dan

Hal 11
terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit baru timbul belakangan sehingga penderita
sering terlambat sehingga penderita sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan
jaringan sudah meluas.1,3

f) Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injury ini
seringkali berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau dari sumber
radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahri akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.1,3

Gambar 2. Tipe-tipe luka bakar

PATOFISIOLOGI
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang
terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut
mengalami destruksi, sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat
evaporasi yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan
pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%, mekanisme kompensasi tubuh masih bisa
mengatasinya. Bila kulit yang terbakar luas (lebih dari 20%), dapat terjadi syok hipovolemik
Hal 12
disertai gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi perlahan, maksimal terjadi
setelah delapan jam. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.
Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.3,4
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan
mukosa jalan napas karena gas, asap, atau uap panas yang terhisap. Oedem laring yang
ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea,
stridor, suara serak dan dahak bewarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan mengikat
hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan
ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma.
Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 24 jam,
permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke
pembuluh darah. Ini di tandai dengan meningkatnya diuresis.4

Respon Lokal
Terdapat 3 zona luka bakar yaitu:5
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber panas dan
terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan oleh koagulasi
constituent proteins.
1. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami kerusakan
endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan perfusi jaringan diikuti
perubahan permeabilitas kapiler (kebocoran vaskuler) dan respon inflamasi lokal. Proses ini
berlangsung selam 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berkakhir dengan nekrosis
jaringan.
2. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya masih viable.
Proses penyembuhan berawal dari zona ini kecuali jika terjadi sepsis berat dan hipoperfusi
yang berkepanjangan.

Hal 13
Gambar 3. Zona
luka bakar dan
efeknya terhadap
resusitasi
adekuat dan
inadekuat

Respon Sistemik

Perlepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat terjadinya luka bakar memiliki
efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% luas permukaan tubuh. Perubahan-perubahan yang
terjadi sebagai efek sistemik tersebut berupa:5
1. Gangguan Kardiovaskuler, berupa peningkatan permeabilitas vaskuler yang menyebabkan
keluarnya protein dan cairan dari intravaskuler ke interstitial. Terjadi vasokontriksi di pembuluh
darah splanchnic dan perifer. Kontratilitas miokardium menurun, kemungkinan adanya tumor
necrosis factor- (TNF-). Perubahan ini disertai dengan kehilangan cairan dari luka bakar
menyebabkan hipotensi sistemik dan hipoperfusi organ.
2. Gangguan respirasi, mediator inflamasi menyebabkan bronkokontriksi, dan pada luka bakar
yang berat dapat timbul Respiratory Distress Syndrome (RDS).
3. Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali lipat. Hal ini
disertai dengan dengan adanya hipoperfusi splanchnic menyababkan dibutuhkannya pemberian
makanan enteral secara agresif untuk menurunkan katabolisme dan mempertahankan integritas
saluran pencernaan.
4. Gangguan imunologis, terdapat penurunan sistem imun yang mempengaruhi sistem imun
humoral dan seluler.

Hal 14
Gambar 4. Respon sistemik terjadi setelah luka bakar
Inti dari permasalahan luka bakar adalah kerusakan endotel dan epitel akibat dan cedera
termal yang melepaskan mediator-mediator proinflamasi dan berkembang menjadi Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS), kondisi ini hampir selalu berlanjut dengan Mutli-system
Organ Dysfunction Syndrome (MODS). MODS terjadi karena gangguan perfusi jaringan yang
berkepanjangan akibat gangguan sirkulasi makro menjadi berubah orientasi pada proses perbaikan
perfusi (sirkulasi mikro) sebagai end-point dari prosedur resusitasi.5

KLASIFIKASI
Luas Luka Bakar
Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa
digunakan rumus Rule of nine, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan,
serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini
membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.
Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak lebih
besar. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal Rule of ten
untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala dan leher 15%, badan depan dan

Hal 15
belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas
bawah kanan dan kiri masing-masing 15%. Namun ada juga pada anak-anak dipakai modifikasi
Rule of Nines menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1
tahun.6

Gambar 5. Rule of Nines

Gambar 6.
Lund and
Browder
Derajat
Luka
Bakar

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi.
Selain api yang langsung menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar.
Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis, seperti

Hal 16
nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah lumer oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket
sehigga memperberat kedalaman luka bakar. Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan tingkatan
kedalaman kulit yang terpajan, seperti epidermis (derajat satu), lapisan superfisial dan mencapai
kedalaman dermis (derajat dua), seluruh lapisan kulit (derajat tiga) dan derajat empat.3
1. Luka bakar derajat I (superficial burns)
Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis. Gejalanya berupa
kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari dermis, nyeri, hangat pada perabaan dan
pengisian kapilernya cepat. Pada derajat ini, fungsi kulit masih utuh. Contoh luka bakar
derajat I adalah bila kulit terpapar oleh sinar matahari terlalu lama, atau tersiram air panas.
Proses penyembuhan terjadi sekitar 5-7 hari. Luka bakar derajat ini tidak menghasilkan
jaringan parut, dan pengobatannya bertujuan agar pasien merasa nyaman dengan
mengoleskan soothing salves dengan atau tanpa gel lidah buaya.3,5
2. Luka bakar derajat II (partial thickness burns)
Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang kedalamanya mencapai dermis.
Bila luka bakar ini mengenai sebagian permukaan dermis, luka bakar ini dikenali sebagai
superficial partial thickeness burns atau luka bakar derajat II A. Luka bakar derajat II A ini
tampak eritema, nyeri, basah dan ditandai adanya bulla berisi cairan eksudat yang keluar
dari pembuluh darah karena permeabilitas dindingnya meningkat. Luka ini berepitelisasi
dari struktur epidermis yang tersisa pada rete ridge, folikel rambut dan kelenjar keringat
dalam 7-14 hari secara spontan. Setelah penyembuhan, luka bakar ini dapat memiliki sedikit
perubahan warna kulit dalam jangka waktu yang lama.3,5
Luka bakar derajat II yang mengenai sebagian bagian reticular dermis (deep partial
thickeness) , luka bakar ini dikenali sebagai deep partial thickeness burns atau luka bakar
derajat II B. Luka bakar derajat II B ini tampak lebih pucat, tetapi masih nyeri jika ditusuk
degan jarum (pin prick test). Luka ini sembuh dalam 14-35 hari dengan reepitelisasi dari
folikel rambut, keratinosit dan kelenjar keringat, seringkali parut muncul sebagai akibat dari
hilangnya dermis.3,5

3. Luka bakar derajat III (full-thickess burns)


Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan epidermis sampai ke lemak
subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan eskar yang keras, tidak nyeri, dan warnanya hitam,
putih, atau merah ceri. Tidak ada sisa epidermis maupun dermis sehingga luka harus sembuh
dengan reepitelisasi dari tepi luka. Full-thickness burns memerlukan eksisi dengan skin
grafting.3,5

4. Luka bakar derjat IV

Hal 17
Luka bakar derajat ini bisa meluas hingga mencapai organ dibawah kulit seperti otot
dan tulang.3,5

Gambar 7. Derajat luka bakar berdasarkan kedalaman

Beratnya luka bakar


Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalaman luka bakar.
Walaupun demikian beratnya luka bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Umur dan keadaan
kesehatan penderita sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Selain dalam dan luasnya
luka bakar, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak luka, usia, dan keadaan kesehatan
penderita. Perawatan daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit, antara lain karena mudah
mengalami kontraktur. Bayi dan orang usia lanjut daya kompensisanya lebih rendah, maka bila

Hal 18
terbakar digolongkan ke dalam golongan berat. Berdasarkan berat/ringan luka bakar, diperoleh
beberapa kategori luka bakar menurut American Burn Association (ABA).1,3,4

1. Luka bakar berat/kritis (major burn)


a. Derajat II-III >20% pada pasien berusia dibawah 10 tahun atau diatas usia 50 tahun.
b. Derajat II-III >25% pada kelompok usia selain disebutkan di atas
c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.
d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar.
e. Luka bakar listrik tegangan tinggi
f. Disertai trauma lainnya
g. Pasien-pasien dengan risiko tinggi

2. Luka bakar sedang (moderate burn)


a. Luka bakar dengan luas 15-25% pada dewasa, dengan luka bakar derajat tiga
kurang dari 10%.
b. Luka bakar dengan luas 10-20% pada anak usia <10 tahun atau dewasa >40
tahun, dengan luka bakar derajat tiga kurang dari 10%
c. Luka bakar dengan derajat tiga <10% pada anak maupun dewasa yang tidak
mengenai muka, tangan, kaki dan perineum.

3. Luka bakar ringan (mild burn)


a. Luka bakar dengan luas <15% pada dewasa.
b. Luka bakar dengan luas <10% pada anak dan usia lanjut.
c. Luka bakar dengan luas <2% pada anak segala usia; tidak mengenai muka, kaki dan
perineum.
d. Tidak ada resiko gangguan kosmetik, fungsional atau disabiliti

ANAMNESIS
Pengambilan suatu anamnesis yang menyeluruh merupakan tugas yang sangat penting.
Anamnesis harus mencakup semua rincian tentang kecelakaannya.
A. Waktu dan lama kontak
B. Lokasi ruang terbuka atau tertutup (kemungkinan cedera paru lebih besar di ruang tertutup).
C. Sumber panas api (biasanya luka bakar dalam), air panas (jarang dengan ketebalan penuh), dll.
D. Kemungkinan cedera lainnya ledakan dengan serpih serpih tajam atau kaca, kecelakaan
kendaraan bermotor, dll.
E. Penyakit kronis yang sudah ada sebelumnya, termasuk penyakit pembuluh coroner, DM,
penyakit paru kronis, penyakit cerebrovaskuler dan AIDS memperburuk prognosis sehingga
perlu dicatat

PEMERIKSAAN FISIK
Pasien luka bakar merupakan pasien trauma dan evaluasinya perlu dilakukan secara aman
dan tangkas menurut petunjuk Advanced Trauma Life Support dari Amerika College of Surgeons.
Penyebab ketidakstabilan yang paling dini yang timbul pada pasien luka bakar adalah cedera

Hal 19
inhalasi yang berat, yang menimbulkan kerusakan jalan napas atas dan obstruksi atau keracunaan
karbon monoksida yang mendekati letal. Pada pengamatan pertama harus dengan cepat dapat
mengenali kesulitan-kesulitan ini. Pada pengematan kedua yang menyeluruh dapat dideteksi adanya
cedera-cedera lain yang menyertainya. Perubahan status neurologic dapat menunjukkan adanya
trauma kepala tertutup. Tanda-tanda vital dan penilaian perifer memungkinkan interpretasi
perubahan-perubahan selanjutnya.3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan pada luka bakar mayor. Hal ini untuk menunjang
tatalaksana, mengingat luka bakar mayor dapat menyebabkan kerusakan yang lebih berat dan
gangguan keseimbangan metabolisme tubuh yang berat. Hal ini harus dikenali sehingga bisa diatasi
secepat mungkin. Pemeriksaan yang dilakukan antara lain hemoglobin, hematokrit, elektrolit, gula
darah, golongan darah, kadar CO-Hb dan kadar sianida (pada luka bakar akibat kebakaran di
ruangan). Konsentrasi gas darah dan karboksi-hemoglobin perlu segera diukur oleh karena
pemberian oksigen dapat menutupi keparahan keracunan karbon monoksida yang dialami
penderita.3

PENATALAKSANAAN
Jika ada keraguan, rawatlah pasien di rumah sakit. Kasus-kasus kritis harus dirujuk ke pusat
luka bakar, Tetapi baru dikirim setelah dipasang beberapa slang infus dan sudah dimuali resusitasi
cairan yang adekuat. Perawatan jalan cukup untuk luka bakar superfisial yang mengenai kurang dari
15 % luas permukaan tubuh pada orang dewasa dan 10% pada anak-anak. Perawatan jalan untuk
luka bakar ketebalan penuh kurang dari 2% masih masuk akal. Pasien dengan luka bakar dalam
lebih dari 10% biasanya dirawat di rumah sakit. Adapun faktor faktor lain yang lebih baik dirawat di
rumah sakit adalah umur-umur ekstrem (sangat muda atau sangat tua) atau luka bakar pada tangan,
kaki, wajah, atau perineum.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka bakar baik pengaruh positif
maupun negative sehingga luka akan mengalami penyembuhan, delayed healing, atau bahkan non-
healing. Factor internal seperti usia, kondisi premorbid dan adanya gangguan proses metabolism
khusunya protein jelas menyebabkan terhambatnya proses penyembuhan. Faktor eksternal lebih
ditekankan pada perlakuan terhadap luka; dengan penatalaksanaan yang tepat akan menyebabkan
proses penyembuhan sebagaimana mestinya. Sebaliknya dengan penatalaksanaan yang tidak tepat,
akan terjadi konversi luka bakar kearah yang lebih berat atau bahkan kematian jaringan.
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak dini dan
pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-
gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60%
karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi
Hal 20
kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan demikian diharapkan pemberian
nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya SIRS dan MODS.3

Kriteria Rawat Inap


Kriteria perawatan luka bakar menurut American Burn Association yang digunakan untuk
pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka bakar adalah seperti berikut:7
1. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka bakar
derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur kurang dari 10 tahun atau
lebih dari 50 tahun.
2. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka bakar
derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia lainnya.
3. Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka bakar
derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, alat kelamin, perineum, atau sendi
utama.
4. Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih >5 persen TBSA pada semua
kelompok usia.
5. Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.
6. Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya yang bisa
mempersulit manajemen, memperpanjang periode pemulihan, atau mempengaruhi
kematian.
7. Luka bakar kimia.
8. Trauma inhalasi
9. Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka bakar
tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan mortalitas.
10. Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit perawatan anak
yang berkualitas maupun peralatannya.
11. Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti sosial,
emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.

Luka Bakar Ringan


a. Merendam segera daerah luka di dalam air dingin atau memakai kantong dingin akan meredekan
nyeri dan mengurangi pembengkakan. Es jangan ditempelkan langsung pada kulit.
b. Luka bakar harus dibersihkan dengan hati-hati dan dilakukan debrideman jaringan mati, seperti
epidermis yang sudah tidak menempel karena lepuh yang pecah.
c. Lepuh yang utuh umumnya tidak boleh didebridemen. Karena ada kemungkinan lepuh pecah,
bula yang amat tegang di atas sendi boleh diaspirasi secara steril.
d. Luka bakar derajat pertama dapat diobati dengan krem antibiotic. Pembalutan tidak diperlukan.
Hal 21
Luka bakar derajat kedua harus diobati dengan antibiotic topical dan penutupan luka.
Sebuah regimen yang sering dipakai adalah neomisin- polimiksin-basitrasin (Neosporin) yang
dioleskan pada luka bakar, dengan kasa yang telah mengandung antibiotic (Xeroform) dipasang di
atasnya. Luka harus dilihat dan kasa penutupnya diganti seluruhnya dalam jangka waktu 1 sampai 2
hari. Idelanya pasien boleh mengoleskan antibiotic topical beberapa kali sehari, meskipun ini
mungkin tidak praktis untuk terapi rawat jalan.

Luka Bakar Berat


Pada luka bakar derajat dua dangkal
Bula yang luas lebih 5 cm dengan akumulasi transudate, akan menyebabkan penarikan
cairan ke dalam bula sehingga menyebabkan penarikan cairan ke dalam bula sehingga
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan; sehingga perlu dilakukan insisi. Insisi bertujuan
mengeluarkan cairan transudate, tanpa membuang epidermis yang terlepas. Selanjutnya epidermis
yang terlepas (epidermolisis) ini dijadikan sebagai penutup luka sebagaimana split thickness skin
graft. Perawatan selanjutnya adalah meletakkan tulle di atas graft tersebut dan membungkusnya
dengan kasa lembab (moist dressing) selama 2-3 hari, dilanjutkan dengan perawatan luka
menggunanakan krim antibiotik sampai terjadi epitelisasi.

Luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga


Setelah pencucian luka, letakkan tulle dan pembalutan luka dengan kasa lembab. Kasa
lembab ini akan menyerap eksudat yang timbul dan mencgah penguapan. Balutan diganti sesuai
kebutuhan, terutama bila kasa sudah jenuh. Sebagai upaya mencegah infeksi, lakukan pencucian
luka (dilusi), kalau perlu menggunakan larutan mengandung antibiotic. Pada eskar lakukan hal
yang sama atau bila dikhawatirkan akan timbul infeksi, sebagai pencegahan dapat dilakukan teknik
klisis atau diolesi krim antibiotik topical yang sesuai dengan karakteristiknya. Penggantian balutan
dilakukan 1-2 dalam sehari, sesuai kebutuhan selama 1-2 hari pertama sampai siap dilakukan
eskarektomi.
Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis (nekrotomi) dan debris
(debridement) yang dikerjakan dalam waktu kurang dari 7 hari pertama pasca cedera termis.
Kemudian pada perkembangannya diterapkan lebih dini yaitu dalam 24 jam pertama pasca trauma.
Dilakukan tindakan dini ada beberapa hal diantaranya
1. Mengupayakan proses penyembuhan luka berjalan sesuai dengan waktu.
2. Jaringan nekrosis, debris, eskar dibuang, sehingga proses inflamasi tidak berkepanjangan dan
segera dilanjutkan fibroplasia.
3. Jaringan nekrosis melepaskan burn toxin yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator
inflamasi. Salah satu upaya memutus mata rantai. Proses ini adalah melakukan eliminasi fokus,
yaitu nekrotomi dan debridement sedini mungkin.
Semakin lama tindakan eksisi dilakukan, hiperemi akibat vasodilatasi disekitar luka dimulai
demikian pula proses angiogenesis akan menyebabkan banyak darah keluar saat tindakan operasi
Hal 22
Terapi Cairan
Diberikan pada luka bakar derajat II/ lebih seluas 20% pada anak- anak, atau 30% pada
dewasa. Jumlahnya berdasarkan luas luka bakar (%LB) dan berat badan (BB). Permeabilitas kapiler
terhadap koloid telah terbukti signifikan dalam 24 jam pertama. Oleh karena itu, penggantian cairan
permulaan sebaiknya dengan larutan kristaloid. Formula Parkland (Baxter) dianjurkan 24 jam
pertama larutan RL, 4 ml/kg/persentase luka bakar. Luka bakar yang lebih besar dari 50% dianggap
50%. Setengah volume pada 8 jam pertama, setengah volume pada 16 jam berikutnya.3
Formula seperti ini hendaknya hanya digunakan sebagai pedoman, dan pasien yang
mengalami syok dengan tanda-tanda vital yang tidak stabil harus diresusitasi dengan lebih agresif.
Pertahankan keluaran urin antara 30 dan 50 ml/jam. Resusitasi cairan dilakukan dengan
memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:3
A. Cara Evans
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam
2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam
Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
B. Cara Baxter
1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Nutrisi
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen
yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak 2.500-3.000 kalori sehari dengan kadar protein
tinggi. Pada masa kini, tiap unit luka bakar sudah menerapkan pemberian dini nutrisi enteral melalui
selang nasogastrik untuk mencegah terjadinya ulkus curling dan memenuhi kebutuhan status
hipermetabolisme yang terjadi pada fase akut luka bakar. nutrisi enteral ini diberikan melalaui
selang nasogastrik yang sekaligus berfungsi untuk mendekompresi lambung. Penderita yang sudah
mulai stabil keadaannya memerlukan fisioterapi untuk memperlancar peredaran darah danmencegah
kekakuan sendi. Kalau perlu, sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional dengan bidai.

Hal 23
Tabel 1. Kebutuhan nutrisi penderita luka bakar.3

Minuman diberikan pada penderita luka bakar:

a. segera setera peristaltik menjadi normal

b. sebanyak 25 ml/kgBB/hari

c. sampai diuresis sekurang-kurangnya mencapai 30 ml/jam

Makanan diberikan oral pada penderita luka bakar :

a. Segera setelah dapat minum tanpa kesulitan

b. Sedapat mungkin 2500 kalori/hari

c. Sedapat mungkin mengandung 100-150 gr protein/hari

Sebagai tambahan diberikan setiap hari :

a. Vitamin A,B dan D

b. Vitamin C 500mg

c. Fe sulfat 500mg

d. Mukoprotektor

Penanganan Lokal
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa kelenjar sebasea,
kelenjar keringat atau pangkal rambut, dapat diharapkan sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen
epitel tersebut tidak hancur ataurusak karena infeksi. Pada luka lebih dalam perlu diusahakan
secepat mungkin membuang jaringan kulit yang mati dan member obat topikal yang daya
tembusnya tinggi sampai mencapai dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara
terbuka atau tertutup. Masih banyak kontroversi dalam pemakaian obat-obatan topikal, tetapi yang
penting obat topikal tersebut membuat luka bebas infeksi, mengurangi rasa nyeri, bisa menembus
eskar dan mempercepat epitelisasi. Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver
sulfadiazine dan terbaru MEBO (moist exposure burn ointment).1,3
Obat topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep, atau krim. Antibiotik dapat
diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptic yang dipakai adalah yodium povidon atau
nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai
bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini mengendap sebagai garam sulfide atau klorida yang
member warna hitam sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1 % sangat
berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif terhadap semua
Hal 24
kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini dioleskan tanpas pembalut, dan dapat
dibersihkan dan diganti setiap hari.
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka yang selalu
terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya, bila digunakan
obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun merasa
kurang enak melihat luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibarkan terbuka setelah
diolesi obat.
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan balutan yang dimaksudkan untuk
menutup luka dari kemungkinan kontaminasi, tetapi tutupnya sedemikian rupa sehingga masih
cukup longgar untuk berlangsungnya penguapan. Keuntungan perawatan tertutup adalah luka
tampak rapi, terlindung, dan enak bagi penderita. Hanya, diperlukan tenaga dan dana lebih banyak
karena dipakainya banyak pembalut dan antiseptik. Kadang suasana luka yang lembap dan hangat
memungkinkan kuman untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka,
tetapi tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas sendiri. Sedapat
mungkin luka ditutup kasa penjerap setelah dibubuhi dan dikompres dengan antiseptik.1,3,4

Tindak Bedah
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga yang melingkar
pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus
berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal
bisa mati. Tanda dini penjepitan adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada
ujung-ujung distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang
membuka keropeng sampai penjepitan terlepas.1,3
Debridement diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati dengan jalan eksisi
tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah keadaan penderita menjadi stabil
karena eksisi tangensial juga menyebabkan perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari
ke-3 sampai ke-7, dan pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak
dilakukan lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup
banyak.
Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup dengan skin grafting
yang umumnya diambil dari kulit penderita sendiri (skin grafting autologus). Penutupan luka bakar
dengan bahan biologis seperti kulit mayat atau kulit binatang atau amnion manusia dapat dilakukan
jika terdapat keterbatasan luas kulit penderita atau keadaan penderita terlalu payah. Walaupun
kemungkinan ditolak, bahan tersebut dapat berfungsi sementara sebagai penghalang penguapan
berlebihan, pencegah infeksi yang lebih parah, dan mengurangi nyeri. Namun, sedikit demi sedikit
penutup sementara ini harus diganti dengan kulit penderita sendiri sebagai penutup permanen.
Sebaiknya pada penderita luka bakar derajat dua dalam dan derajat tiga dilakukan skin grafting

Hal 25
untuk mencegah terjadinya keloid dan jaringan parut yang hipertropik. Skin grafting dapat
dilakukan sebelum hari kesepuluh, yaitu sebelum timbulnya jaringan granulasi.
Saat ini telah banyak terdapat material pengganti kulit (skin substitute) yang dapat
digunakan jika skin grafting tidak bisa dilakukan. Skin substitute ini antara lain integra, aloderm,
dan dermagraft. Aloderm adalah dermis manusia yang elemen-elemen epitelnya telah dibuang
sehingga secara teoritis bersifat bebas antigen, dan berfungsi sebagai kerangka pengganti dermis.
Dermagraft merupakan hasil pembiakan fibroblast neonatus yang digabung dengan membran
silicon, kolagen babi, dan jarring (mush) nilon. Setelah dua minggu, membrane silicon dikelupas
dan digantikan dengan STSG (split thickness skin graft). Integra merupakan analog dermis yang
terbuat dari lapisan kolagendan kondroitin ditambah lapisan silicon tipis.1,3

Skin Grafting
Skin grafting adalah salah satu metode penutupan luka sederhana yang merupakan salah satu
modalitas utama dalam ilmu bedah plastik. Pada kasus luka bakar di fase awal. Metode ini
diterapkan pada luka bakar berdasarkan tujuan.8
a. Menghentikan evaporative heat loss berlebihan yang menyebabkan gangguan metabolism.
Dalam mengatasi raw surface yang terjadi, diupayakan suatu penutup luka biologic terbaik bagi
tubuh.
b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai waktu.
Kehilangan kulit yang luas pada luka bakar menyebabkan hilangnya barier kulit yang
berperan pada pengaturan penguapan dan mencegah infeksi mikroorganisme dari luar;
menyebabkan penguapan berlebihan disertai kehilangan energy (panas,protein dsb). Skin graft yang
dilekatkan merupakan penutup luka terbaik. Sehingga dengan penutupan ini penguapan berlebihan
dapat dihentikan. Proses epitelisasi merupakan bagian dari proses penyembuhan luka. Beberapa hal
yang menjadi perhatian dalam penatalaksanaan prosedur skin grafting ini antara lain.
1. Penutupan timing operasi
2. Persiapan operasi, baik donor maupun resipien
3. Penentuan priotitas daerah yang memerlukan penutupan, sehubungan
dengan keterbatasan donor.
3. Beberapa alternative untuk mengatasi masalah keterbatasan donor
4. Prosedur operasi
5. Perawatan pasca prosedur skin grafting
Penilaian hasil prosedur skin grafting sangat ditentukan oleh langkah-langkah yang
dilakukan pada prosedur itu sendiri (penentuan timing operasi, hemostasis, donor tipis, balut tekan,
kasa adsorben, dsb)

KOMPLIKASI
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah akibat jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat menggangu fungsi dan menyebabkan
kekakuan sendi, atau menimbulkan cacat estetis yang jelek sekali, terutama bila parut tersebut
berupa keloid. Kekakuan sendi memerlukan fisioterapi intensif dan kontraktur memerlukan

Hal 26
tindakan bedah. Pada cacat estetik yang berat mungkin diperlukan psikiater untuk mengembalikan
rasa percaya diri penderita dan diperlukan pertolongan ahli bedah rekontruksi terutama jika cacat
mengenai wajah atau tangan. Bila luka bakar merusak jalan nafas akibat inhalasi, dapat terjadi
atelektasis, pneumonia, atau insufisiensi fungsi paru bahkan trauma. 3

PROGNOSIS
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya
permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak
daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan
penyembuhan. Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka
bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan
kontraktur

KESIMPULAN
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar dilihat dari
3 hal yaitu derajat luka bakar yang terdiri dari 4 grade, luas yang dihitung dengan rumus rule of
nine ataupun lund and browder dan ringan-berat luka bakar. Luka bakar dapat disebabkan oleh api,
luka bakar kontak (terkena rokok, solder atau alat-alat memasak), air panas, uap panas, gas panas,
listrik, semburan panas dan ter. Penanganan luka bakar dapat secara konservatif seperti resusitasi
cairan, penggantian darah, perawatan luka bakar, pemberian antimikroba serta analgetik, perbaikan
nutrisi sampai tindakan pembedahan seperti Early Exicision and Grafting (E&G), Escharotomy.
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan badan yang terkena
luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi dan kecepatan pengobatan medikamentosa yang
diberikan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi F, Schwartz S. Schwartz's principles of surgery. 10 th ed. New York:
McGraw-Hill, Health Pub. Division; 2010.
2. Sussman C, Jensen BB. Wound care: collaborative practice manual or health
professionals. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 2007.h.85-8.
3. Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi ke-3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;.2007.h.103-10.
4. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.
5. Townsend Jr. M. et al. Sabiston textbook of surgery: the biological basis of modern
surgical practice. 19th ed. Philadelphia: Elsevier; 2012
Hal 27
6. Tecklin JS. Pediatric physical therapy. 4th ed. Philadelphia: Lippincott William &
Wilkins; 2008.h.563-4.
7. Diunduh dari: http://www.ameriburn.org/BurnCenterReferralCriteria.pdf. Pada
tangggal 18 Desember 2016
8. Britt LD. Acute care surgery. USA: Springer; 2007.h.144-5.

Hal 28

Anda mungkin juga menyukai