Anda di halaman 1dari 89

PENGANTAR STAAD PRO

STAAD adalah salah satu program analisa program analisa struktur yang pada saat ini telah banyak
dipakai diseluruh dunia. STAAD menggunakan teknologi yang paling modern dalam rekayasa elemen
hingga, dengan metode input data berbasis object oriented. Program ini dikembangkan oleh tim dengan
pengalaman lebih dari 20 tahun riset yang diadakan di USA, Kanada, dan eropa dalam merumuskan
metode ini. Dengan ketepatan numerik dan efisiensi perhitungan, metode ini memberikan hasil yang lebih
baik daripada metode lain yang diketahui pada semua aplikasi rekayasa strukutur.
Kelebihan yang sangat dominan yang dimilki oleh STAAD adalah adalah kemudahan dalam
penggunaannya. GUI (Graphical User Interface) dirancang sedemikian rupa agar user/pengguna lebih
mudah menggunakan aplikasi dari program ini. Untuk lebih jelasnya, bila anda membuka program
STAAD maka anda akan mendapat tampilan GUI seperti dibawah ini.

Gambar diatas adalah GUI (elemen interface) dari program STAAD, dimana fungsi dari elemen-elemen
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Menu Pulldown

Bisa juga disebut sebagai menu bar, letaknya disebelah pojok kiri atas layar, tepatnya diatas menu
toolbar, fungsi dari menu ini adalah untuk memberikan akses ke semua fasilitas dari STAAD
2. Menu Toolbar

Terletak tepat dibawah menu pulldown. Menu ini berguna untuk mengakses perintah yang sering anda
gunakan, jadi anda tidak perlu repot-repot lagi untuk mengakses perintah dari menu pulldown.
Keberadaan dari menu toolbar akan sangat membantu sekali ketika anda bekerja dengan banyak
pengeditan atau modifikasi rancang bangun struktur, sehingga pekerjaan anda akan semakin efektif dan
tidak membuang-buang waktu karena harus mondar-mandir di menu pulldown. Selain itu anda juga bisa
membuat customized toolbar sendiri.
3. Menu Halaman
Terletak disamping kiri layar. Menu halaman adalah sekumpulan tab yang mana setiap tab dari
kumpulan tab tersebut memiliki page control didalamnya, dimana didalam page control
tersebut terdapat tool-tool yang berguna untuk memberikan perintah spesifik yang akan
memudahkan dalam pemodelan dan verifikasi hasil analisa. Organisasi dari tab-tab tersebut
menggambarkan operasi yang berurutan dari atas ke bawah, sehingga betul-betul akan
mengarahkan anda pada pemodelan yang sistematis (berurutan mulai dari pemodelan
analisa hingga verivikasi ), sehingga akan memudahkan pekerjaan anda. Tidak hanya itu
saja, setiap tab dirancang dengan nama yang spesifik dan icon tool tersendiri, sehingga betul-
betul memanjakan dan memudahkan anda ketika bekerja pada program ini.

4. Menu Data Area


Terletak disamping kanan layar. Menu ini adalah menu tampilan dari operasi yang
anda lakukan pada menu halaman. Jika anda menjalankan program STAAD dan
anda mengoperasikan fungsi menu halaman, maka penjelasan dan menu apa saja
yang terkandung didalamnya akan ditampilkan pada menu data area. Sebagai
contoh, jika anda memilih general > support page pada menu halaman, maka pada
menu data area akan menampilkan informasi support-node dan description-support
(jenis perletakan/restraint) yang akan digunakan, seperti jepit, sendi, roll, atau anda
bisa mendefinisikannya sendiri.

5. Menu Window
Menu window adalah layar tempat anda bekerja,
dimana pemodelan yang anda lakukan dan hasil
analisa dari pemodelan yang anda lakukan tersebut
ditampilkan.
Tips : kemudahan yang diberikan program STAAD pro,
akan sangat anda rasakan tidak hanya dalam segi
inputing data saja, tetapi terutama dalam
menampilkan hasil desain struktur, seperti :
1. Hasil penulangan lentur bisa langsung didapat
hanya dengan memasukan data kuat lentur dan
diameter tulangan
2. Gambar tulangan memanjang balok beserta
sengkangnya bisa ditampilkan
3. Gambar detail tulangan baik balok/kolom bisa juga
ditampilkan
4. Khusus pengguna STAAD Pro 2007, untuk
perhitungan struktur baja, detail sambungan
lengkap beserta jaraknya bisa ditampilkan, bahkan
secara 3D (tiga dimensi) lho
Cara Menggunakan STAAD
Mudah kok.!, karena prosedur (urutan tahap pengerjaannya) sudah disesuaikan dengan urutan input data
berdasarkan format dari menu halaman yang sudah diuraikan diatas.
Sebelum kita akan membahas cara mengoperasikan STAAD lebih lanjut, maka ada baiknya kita perlu tahu dulu 7
(tujuh) tahapan dalam rancang bangun pemodelan struktur pada STAAD.
1. Menentukan geometri model struktur

2. mendefinisikan data2
- Jenis & kekuatan bahan
- Menentukan dimensi penampang elemen struktur
- Macam beban (load) yang bekerja
- Kombinasi pembebanan (load combination)
3. Menempatkan (Assign) data yang sudah didefinisikan ke model struktur yang direncanakan, ini meliputi :
- Data beban
- Data penampang
4. Cek input data (memeriksa kembali input data)
- Apakah jenis materialnya sudah didefinisikan dan sudah ditempatkan (assign) dengan benar ?
- Apakah dimensinya elemen penampang yang di input sudah sesuai dengan yang direncanakan?, apakah sudah
di tempatkan (assign) dengan benar?
- Apakah beban-beban sudah ditempatkan dengan benar ?
- Apakah kombinasi pembebanan sudah didefinisikan dengan benar ?
5. Analisa Struktur ( Mekanika Teknik)

6. Desain model struktur (baja, beton atau jenis bahan yang lain) dengan aturan-aturan ada (yang berlaku di
negara kita seperti SKSNI, PBI)

7. Modifikasi struktur / re-design

Catatan : khusus untuk yang nomor 6, STAAD tidak menyediakan menu/tool untuk mengedit reduksi kekuatan bahan
(untuk menyesuaikan dengan peraturan beton yang berlaku SKSNI/PBI 91) seperti yang kita dapat kalau kita
memodel struktur dengan menggunakan SAP ( yahini adalah salah satu kelemahan STAAD), tapi jangan khawatir,
kelemahan ini bisa disiasati kok yaitu dengan memanipulasi faktor kombinasi beban
Perlu diketahui, khusus untuk desain struktur beton bertulang, dalam menetapkan kombinasi pembebanan sebaiknya
berhati hati dan tidak hanya melihat dari segi faktor pembebanan saja, sebab untuk metode tertentu semisal SKSNI
91 tidak dikenal dalam STAAD, sehingga jika hanya melihat dari faktor pembebanan sesungguhnya yang sesuai
dengan SKSNI 91 hanya beban rencananya, sedang desain strukturnya tidak sesuai dengan SKSNI 91.
Sebagai contoh pada SKSNI 91 ingin dilakukan kombinasi sebagai berikut :

U = 1.2 DL + 1.6 LL .(1)


U = 1.05 (DL + LLr E ).(2)
U = 0.9 DL E..(3)

Nahjika kita ingin mendesain beton bertulang dengan menggunakan program STAAD, maka mau ndak mau kita
harus menggunakan metode (code) ACI, BS8007, BS8110, Canadian, Chinese, EC2, French, Jerman, Indian, atau
Japanese, yang mana sudah kita ketahui bahwa metode (code)2 tersebut memiliki parameter yang berbeda denagn
SKSNI 91 terutama faktor reduksinya.
Untuk menyiasatinya supaya desain beton sesuai dengan parameter yang ada pada SKSNI, maka dapat dilakukan
dengan memanipulasi faktor kombinasi beban. Sebagai contoh jika analisa strukturnya menggunakan metode ACI,
maka perbedaan faktor reduksinya dengan SKSNI 91 adalah sebagai berikut

- Lentur balok
ACI = 0.9 sedangkan SKSNI = 0.8
- Aksial kolom
ACI = 0.7 sedangkan SKSNI = 0.65
- Geser balok & kolom
ACI = 0.8 sedangkan SKSNI = 0.6

contoh :
Jika faktor reduksi yang dipakai sebagai dasar perhitungan konversi dari ACI ke SKSNI 91 adalah faktor reduksi
lentur balok, maka faktor konversi dari ACI ke SKSNI 91 = (0.9/0.8) = 1.125. Nah..faktor konversi ini kita masukan ke
faktor kombinasi pembebanan sehingga:
- U = 1.2 (1.125) DL + 1.6 (1.125) LL
- U = 1.05 (1.125) (DL + LLr E)
- U = 0.9 (1.125) DL E
.sehinga kesemua faktor pembebanannya menjadi
- U = 1.35 DL + 1.8 LL
- U = 1.81 (DL + LLr E)
- U = 1.01 DL E
Sebagai tambahan, contoh diatas hanyalah salah satu penyesuaian dari satu parameter yaitu parameter faktor
reduksi lentur balok. Sedangkan parameter lain belum dipertimbangkan dalam konversi ini.

TUTORIAL STAAD PRO PART 2


1. Memberi Nomor Ulang (Renumber) Semua Element Struktur (beam)
1. Agar sekuensi portal kita teratur nantinya dalam proses analisis, maka kita akan merenumber beam dan node
terlebih dahulu.
- Klik icon beam cursor, lalu pilih semua batang

- Klik menu pulldown Geometri > Renumber > Members

- Akan keluar kotak konfirmasi seperti dibawah ini. Klik Yes


- Setelah itu akan muncul kotak dialog renumbers. Isi nilai awal batang dengan 1 dengan konsekuensi
ascending.Lalu klik Accept

- Akan muncul kotak informasi bahwasanya beam dan jointnya sudah di renumber

2. Menentukan Jenis Material Dan Profil


Material
Material struktur adalah beton (concrete) dengan berat jenis beton = 2400 kg/m3
fc (kuat tekan beton) = 25 MPa = 254.929 kg/cm2
fy (besi untuk tulangan utama), dipakai U-32 = 3200 kg/cm2
fys (besi untuk tulangan sengkang), dipakai U-24 = 2400 kg/cm2

Dimensi Balok
Tinggi Balok (H) diambil antara 1/10L 1/12L. ( dimana L = Lebar bentang = 6 m = 600 cm ). Sedangkan lebar balok
diambil antara 2/3 H 1/2 H
Tinggi balok (H) ditentukan = 1/12L = 1/12 ( 600 ) = 50 cm
Lebar balok ditentukan (B) = 1/2 H = 1/2 (50) = 25 cm
Jadi Ukuran Balok Utama = H/B = 25/50

Sedangkan untuk balok anak & konsol ditentukan:


Untuk balok anak diambil = H/B = 20/40
Untuk balok konsol atap diambil = H/B = 20/35
Untuk balok konsol balkon = H/B = 20/30

Dimensi Kolom
Kolom direncanakan dengan ukuran 30/30
3. Memasukan Data Material & Profil Penampang Terdefinisi Ke Program
3.1 Mendefinisikan Balok Utama
1. Dari menu General klik tab property. Kemudian dari data area klik define pada kotak dialog properties
Kotak dialog property akan muncul.

1. Klik Tab Rectangle


2. Isikan parameter balok ( dalam hal ini ZD/YD = B/H = 20/50 )
- YD isi = 0.5..(50 cm)
- ZD isi = 0.25..(25 cm)
3. Ceklist material
4. Pilih Material CONCRETE.
5. Klik Add
6. Klik Close
3.2 Mendefinisikan Balok Anak
- Mendefinisikan balok anak 20/40
1. Klik Tab Rectangle
2. Isikan parameter balok ( dalam hal ini ZD/YD = B/H = 20/40 )
- YD isi = 0.4..(40 cm)
- ZD isi = 0.2..(20 cm)
3. Ceklist material
4. Pilih Material CONCRETE.
5. Klik Add
6. Klik Close
Dengan cara yang sama seperti diatas, definisikan juga untuk balok konsol (Atap) B = 20/35, Balok konsol (balkon) B
= 20/30, dan Kolom 30/30
Jika sudah maka dikotak Properties-whole Structure, telah tercantum data-data balok dan Kolom yang telah anda
definisikan tadi.

4. Membuat Beam Group


Tujuan dari membuat Beam Group adalah untuk mempermudah dalam pemilihan batang. Jadi nantinya kita tidak
akan bersusah payah untuk mengklik elementnya satu persatu
Untuk itu kita buat group batang dari portal kita sebanyak 5 group, yaitu :
1. Group Balok Induk
2. Group Balok Anak
3. Group Balok konsol (atap)
4. Group Balok konsol (balkon)
5. Group Kolom

4.1 Membuat Group Untuk Balok Induk


1. Tekan Ctrl+G pada keyboard anda. Akan keluar kotak dialog Give Group Name.

- Pada kotak Group Name ketik BALOK_INDUK. Adapun aturan pemberian nama group, penggunaan karakter spasi
tidak diperbolehkan. Anda dapat menggunakan underscore untuk menggantikan karakter spasi tersebut.
- Kemudian pada select type, pilih Beam
- Klik OK
2. Akan muncul kotak dialog Create Group. (jangan di apa-apakan dulu kotak dialog Create Group ini).
3. Sekarang seleksi element balok induk dengan cara tekan Ctrl di keyboard anda (jangan dilepas) kemudian klik
satu persatu balok sehingga terseleksi seperti gambar dibawah ini.

Jika sudah, sekarang kembali lagi ke kotak dialog Create Group.

- Klik/Pilih group BALOK_INDUK.


- Pastikan Assign method di posisi Associate to selected Geometry
- klik Associate
4.2 Membuat Group Untuk Balok Anak
1. Tekan Ctrl+G pada keyboard anda. Akan keluar kotak Create Group. Klik Create
Akan keluar kotak dialog Give Group Name.

- Pada kotak Group Name ketik BALOK_ANAK. Adapun aturan pemberian nama group, penggunaan karakter spasi
tidak diperbolehkan. Anda dapat menggunakan underscore untuk menggantikan karakter spasi tersebut.
- Kemudian pada select type, pilih Beam
- Klik OK
2. Akan muncul kotak dialog Create Group. (jangan di apa-apakan dulu kotak dialog Create Group ini).
3. Sekarang seleksi element balok anak dengan cara tekan Ctrl di keyboard anda (jangan dilepas) kemudian klik satu
persatu balok sehingga terseleksi seperti gambar dibawah ini.

Jika sudah, sekarang kembali lagi ke kotak dialog Create Group.


- Klik/Pilih group BALOK_ANAK.
- Pastikan Assign method di posisi Associate to selected Geometry
- klik Associate
4.3 Membuat Group Untuk Balok Konsol (Atap)
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas, (beri nama group : BKONSOL_ATAP)
4.4 Membuat Group Untuk Balok Konsol (Balkon)
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas, (beri nama group : BKONSOL_BALKON)
4.5 Membuat Group Untuk Kolom
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas, (beri nama group : KOLOM)
Jika telah selesai semuanya, maka selanjutnya kita akan melakukan Assign profil terdefinisi ke group-group
yang sudah kita definisikan tadi.
5. Assign Profil Terdefinisi Ke Model Struktur
Karena kita sudah mengelompokan elemen secara group maka langkah assign dapat kita lakukan dengan sangat
mudah.
5.1 Assign Balok Induk 25/50
1. Dari Kotak Properties, pilih Rect 0.5x0.25
2. Sekarang pergilah ke menu Pulldown.
- Klik Select > By Group Name

3. Akan keluar kotak dibawah ini. Pilih G1: BALOK_INDUK


4. Lihat portal anda. Balok induk yang tergroup tadi telah terselect secara otomatis

5. Sekarang kembali lagi kekotak whole structure

- Klik Assign To Selected Beams


- Klik Assign
- Akan keluar kotak konfirmasi, apakah profil akan didefinisi ke model struktur?,

- Klik Yes
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini, elemen yang terdefinisi diberi
notasi oleh STAAD dengan notasi R1
5.2 Assign Balok Anak 20/40
1. Dari Kotak Properties, pilih Rect 0.4x0.2

2. kembali ke kotak Select Group, Pilih G2:BALOK_ANAK


3. Lihat portal anda. Balok anak yang tergroup tadi telah terselect secara otomatis

5. Sekarang kembali lagi kekotak whole structure


- Klik Assign To Selected Beams
- Klik Assign
- Akan keluar kotak konfirmasi, apakah profil akan didefinisi ke model struktur?,

- Klik Yes
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini, elemen yang terdefinisi diberi
notasi oleh STAAD dengan notasi R2

5.3 Assign Balok Konsol (Atap) 20/35


- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas
5.4 Assign Balok Konsol (Balkon) 20/30
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas
5.5 Assign Kolom 30/30
- Lakukan dengan cara yang sama seperti diatas
Sehingga secara keseluruhan portal struktur kita telah terdefinisi seperti dibawah ini,

TIUTORIAL STAAD PRO PART 3


S1. Mendefinisikan Perletakan (dukungan) Struktur
1. Dari menu page, klik tab Geometri > Support. Kemudian pada menu page disebelah kanan bawah akan muncul
kotak dialog Supports-Whole Structure. Klik Create

2. Ok! jika sudah, maka akan keluar kotak dialog Create Support. Klik Fixed > Klik Add

Catatan : Fixed = Jepit


3. Sekarang di kotak Dialog Supports-Whole Structure, telah muncul Support (Perletakan) baru, dan STAAD
menamainya dengan S2 Support 2 (lihat gambar dibawah ini).
4. Sekarang klik S2 Support 2, (lihat gambar dibawah)

Ok!, kotak Dialog ini jangan diapa-apakan dulu. Sekarang klik tool Nodes Cursor
. (posisi tool ini tepat diatasnya tool beam cursor)
5. Tekan Ctrl di keyboard anda, kemudian klik/pilih node-node di posisi end column pada portal anda, (lakukan
seperti gambar dibawah ini).
Jika anda mengkliknya benar, maka node yang telah anda klik tadi akan berwarna merah.
6. Jika semua node telah terpilih dengan benar, maka pada kotak dialog Supports-Whole Structure klik radio button
Assign To Selected Nodes, kemudian klik Assign, setelah itu akan muncul kotak konfirmasi yang menanyakan
mengenai metode assign yang digunakan, apakah diproses lebih lanjut?. Klik Yes

7. Jika sudah, maka pada portal kita sekarang telah terpasang


Support/Perletakan Jepit
2. Mendefinisikan Beban
2.1 Beban Pelat Lantai
Data-data :
- Tebal Pelat = 0.12 m
- Tebal Spesi = 0.10 m
- Tebal Keramik = 0.10 m
- Bj. Beton = 2400 kg/m2
- Bj. Spesi per 1 cm tebal = 21 kg/m2
- Bj. Keramik per 1 cm tebal = 24 kg/m2
Beban Mati Akibat Pelat Lantai :

- Beban Pelat = 0.12 m x 2400 kg/m2 = 288 kg/m2


- Beban Plafond + Penggantung = 18 kg/m2
- Beban Spesi = 21 kg/m2
- Beban Keramik = 24 kg/m2
Total berat beban mati pelat lantai = 288 + 18 + 21 + 24 = 351 kg/m2
2.2 Beban Pelat Atap
Data-data :
- Tebal Pelat = 0.10 m
- Tebal Spesi = 0.10 m
- Bj. Beton = 2400 kg/m2
- Bj. Spesi per 1 cm tebal = 21 kg/m2
Beban Mati Akibat Pelat Atap :

- Beban Pelat = 0.10 m x 2400 kg/m2 = 240 kg/m2


- Beban Plafond + Penggantung = 18 kg/m2
- Beban Spesi = 21 kg/m2
Total berat beban mati pelat atap = 240 + 18 + 21 = 279 kg/m2
2.3. Beban Dinding Bata
Data-data :
- Tinggi dinding lantai 1 = 3.80 m
- Tinggi dinding lantai 2 = 3.60 m
- Bj. dinding bata = 250 kg/m2
Beban dinding lantai 1 per meter lari = 3.80 m x 250 kg/m2 = 950 kg/m
Beban dinding lantai 2 per meter lari = 3.60 m x 250 kg/m2 = 900 kg/m
2.4 Beban Hidup
- Untuk pelat lantai = 250 kg/m2
- Untuk pelat atap = 100 kg/m2
2.3 Beban Kombinasi
Beban Mati ( DL )
- Berat sendiri struktur, Beban pelat lantai, pelat atap & dinding
Beban Hidup ( LL )
Beban Kombinasi (COMB)
Kombinasi 1 = 1.4 DL
Kombinasi 2 = 1.2 DL + 1.6 LL
3. Mendefinisikan Beban Terdefinisi Ke Struktur
1. Yang pertama kita lakukan adalah menentukan beban akibat berat sendiri yang termasuk dalam kategori
beban mati (DL). Caranya dari Page menu General, klik Load. Secara otomatis kotak dialog Set Active
Primary Load Case akan muncul. klik Create New Primary Load Case. Pastikan nomor pembebanan yang
terisi adalah 1. Pada Loading Type List pilih Dead. Terakhir isi Title yang sifatnya optional dengan Berat
Sendiri, lalu klik OK

2. Tampilan layar anda sekarang akan berubah pada mode loading dengan tab aktif yaitu Loads, dimana data area
tampil kotak dialog Load Values dan Loads

3. Satuan dari pembebanan yang akan kita berikan ke struktur adalah kilogram meter. Untuk itu pastikan input units
nya adalah kilogram meter. Caranya klik icon input unit (yang saya lingkari pakai warna merah), kemudian pilih
meter pada frame Length Units dan kilogram pada frame Force Units
Jika sudah maka status unit yang terletak di sebelah kanan
bawah dari menu data area akan berubah ke Kg-m

4. Sekarang dari kotak dialog Loads, klik Selfweight. Maka akan muncul kotak dialog Selfweight Load. Kemudian
pada frame Direction klik Y, dan isi factor dengan nilai 1 yang berarti arahnya kebawah. Lalu klik Assign untuk
mengakhiri.

Anda lihat kotak dialog Loads di Loads Spesification list disebelah kanan layar anda, akan nampak spesifikasi
beban yang telah anda definisikan sebelumnya.

5. Setelah berat sendiri sudah kita definisikan ke struktur, maka sekarang akan kita definisikan juga untuk beban
pelatnya. Kita mulai dari pelat lantai terlebih dahulu. Sekarang lihat gambar ini.
Di posisi lantai dua, ada bagian yang tidak boleh di Assign beban pelat yaitu bagian Void Tangga. Untuk itu kita mulai
Assign beban pelat pada area A,B,C & D

6. Biar lebih mudah dalam menempatkan beban pelat ke struktur, maka tidak ada salahnya jika kita menampilkan
dimensi (ukuran) dari elemen struktur portal kita. Yang mana tujuannya adalah sebagai rujukan untuk memudahkan
dalam menentukan range dari tributary area pembebanan. Caranya Klik tool dimension (yang saya lingkari pakai
warna merah) kemudian klik display
Langkah selanjutnya, anda klik New Load pada kotak dialog Loads. Maka aka keluar kotak dialog New Create
Load. Pastikan di Listbox nya pada pilihan Dead, dan isi Titlenya dengan nama BERAT MATI PELAT. Klik OK

7. Sekarang pada kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load muncul klik tab Floor With Y
Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add
Penjelasannya adalah sebagai berikut :
Force = 351 kg/m2,
Artinya beban mati akibat pelat sebesar 351 kg/m2 dengan arah kerja beban kebawah

Define Y Range : Min = 0, Max = 3.80,


Define X Range : Min = 0, Max = 6.00,
Define Z Range : Min = 4, Max = 16.00,
Artinya Tributary Area Pembebanan, akan ditempatkan pada rentang ketinggian antara 0 sampai 3.80 m,
dengan range area sepanjang 0 sampai 6 m arah sumbu X. Dan 4 sampai 16 m arah sumbu Z.
Sampai disini paham kan!
Sekarang lihat layar anda. Portal kita sudah ter Assign beban pelat dengan range area yang sudah kita definisikan
seperti diatas
8. Definisikan juga untuk pelat dengan area seperti tergambar dibawah ini.

Caranya dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load muncul klik tab Floor With Y
Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add

Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini.


8. Lanjutkan juga untuk pelat dengan area seperti tergambar dibawah ini.

Caranya dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load muncul klik tab Floor With Y
Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini.

9. Sekarang kita akan menempatkan beban mati akibat pelat atap. Caranya sama seperti sebelumnya, bedanya
hanya pada masalah define range untuk tributary area bebannya saja.

Untuk itu, dari kotak dialog Loads klik Member. Setelah kotak dialog Beam Load muncul klik tab Floor With Y
Range. Kemudian isi seperti dibawah ini. Lalu klik Add

Force = 279 kg/m2 (ingat karena ini beban pelat atap, jadi bukan 351 kg/m2 lagi lho.hehehe)
Perhatikan untuk yang bagian Y Range. Kenapa kok tidak diisi dengan min = 0 dan max = 7.4. ?
Karena apabila nilai minimumnya kita isi dengan 0 dan maximumnya kita isi dengan 7.40 m. Berarti definisi beban
akan berada pada rentang ketinggian antara 0 sampai 7.40. Ini artinya beban plat dilantai dua akan menjadi dobel
karena beban pelat atapnya ikut ter assign dilantai 2
Jika sudah maka hasilnya akan seperti ini

Dan di menu data area, yaitu di kotak Loads - Whole Structure, sekarang telah terdefinisi data beban mati pelat lantai
& pelat atap

Untuk menampilkan tributari area. Caranya klik kanan pada area kosong di gambar tampilan, maka akan keluar
floating menu. Pilih Labels, kemudian pada frame Loading Display Option, Ceklist Load Values. Klik OK
TUTORIAL STAAD PRO PART 4
3.1 Menempatkan Baban Terdefinisi Ke Struktur
3.1. Beban Hidup Pelat lantai & Pelat Atap
Beban hidup sebesar 250 kg/m2 akan kita tempatkan ke pelat lantai. Ada dua cara yang bisa kita lakukan.
Yang pertama adalah anda mengulangi kembali langkah no 5 s/d 9 pada posting saya di PART.3. Caranya
sama seperti itu, cuma bedanya anda harus definisikan beban baru pada kotak dialog Create New Load
dengan nama BEBAN HIDUP PELAT, kemudian di kotak Beam Loads>Floor With Y Range, anda isi
bebannya menjadi 250 kg/m2 untuk beban hidup pelat lantai, dan 100 kg/m2 untuk beban hidup pelat
atap. Sedangkan Range bebannya (Define X,Y & Z Range) tidak usah diganti.
Beban Baru (Hidup)

Beban Hidup Pelat Lantai

Beban Hidup Pelat Atap


Yang kedua adalah mendefinisikannya melalui menu STAAD EDITOR, yang merupakan menu record yang
berisi rekaman semua perintah yang telah kita berikan kepada STAAD dari pertama kali kita buka program
hingga sampai detik ini. ( cara ini yang kita bahas )

Sekarang ikuti saya,


1. Klik icon STAAD EDITOR, (yang saya lingkari pakai warna merah), maka akan muncul kotak Script Editor

2. Sekarang perhatikan Script diatas, pada bagian ini


LOAD 2 BEBAN MATI PELAT
FLOOR LOAD
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0 4
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0 1.5
YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0 16 FINISH
Arti dari scrip diatas adalah sebagai berikut :
1. YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16 artinya : beban sebesar 351 kg/m2 bekerja pada
pelat dengan range area sepanjang 0 s/d 6 meter arah sumbu X, dan 4 s/d 16 meter arah sumbu Z, dengan
rentang ketinggian beban antara 0 s/d 3.8 meter
2. YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0 4
artinya : beban sebesar 351 kg/m2 bekerja pada pelat dengan range area sepanjang 0 s/d 2.9 meter arah
sumbu X, dan 0 s/d 4 meter arah sumbu Z, dengan rentang ketinggian beban antara 0 s/d 3.8 meter
3. YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0 1.5
artinya : beban sebesar 351 kg/m2 bekerja pada pelat dengan range area sepanjang 2.9 s/d 6 meter arah
sumbu X, dan 0 s/d 1.5 meter arah sumbu Z, dengan rentang ketinggian beban antara 0 s/d 3.8 meter
4. YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0 16
artinya : beban sebesar 279 kg/m2 bekerja pada pelat dengan range area sepanjang 0 s/d 6 meter arah
sumbu X, dan 0 s/d 16 meter arah sumbu Z, dengan rentang ketinggian beban 7.4 meter

Catatan :
Beban yang bekerja pada ketinggian 3.8 meter adalah beban pelat lantai, sedangkan beban yang bekerja pada
ketinggian 7.40 m adalah beban pelat atap, Nahuntuk itu kita kasih catatan kecil, agar kita lebih mudah nantinya
dalam membaca script. Untuk itu sisipkan kata-kata berikut dengan diawali tanda *.
LOAD 2 BEBAN MATI PELAT
FLOOR LOAD
*PELAT LANTAI
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 6 ZRANGE 4 16
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 0 2.9 ZRANGE 0 4
YRANGE 0 3.8 FLOAD -351 XRANGE 2.9 6 ZRANGE 0 1.5
*PELAT ATAP
YRANGE 7.4 7.4 FLOAD -279 XRANGE 0 6 ZRANGE 0 16 FINISH
Kode script diatas adalah kode script dari beban mati pelat lantai dan pelat atap.
Nah.sekarang yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana cara memasukan beban hidup pelat lantai dan pelat
atap melalui STAAD EDITOR ini ?
Gampang.!. Kita tinggal Copy kode script dari beban mati pelat lantai & atap diatas, kemudian kita Paste
dibawahnya. Tapi ingat, Paste nya diatas kata FINISH lho. Biar lebih jelas perhatikan langkah-langkahnya.
Catatan:
Ganti hasil paste tadi dengan angka-angka yang saya blok pake warna kuning. Ingat hanya pada bagian yang
berwarna kuning saja yang dirubah, selain itu tidak.
Sehingga secara keseluruhan hasilnya akan menjadi seperti ini.
3. Jika sudah, maka klik Save (atau juga bisa tekan Ctrl + S). Klik Close (pojok kanan atas). Klik OK
Sekarang kita telah memiliki 3 Pembebanan yaitu berat sendiri, beban mati pelat, dan beban hidup pelat

Beban Hidup Pelat Lantai & Atap

4. Sekarang kita akan pasang beban dinding di Lantai 2 dan di Atap. Dimana tinggi dinding lantai 2 adalah 3.60 m,
dan tinggi dinding bata di atap adalah 30 cm (biar air hujan tidak tampias kebawah),
Beban dinding Lt 2 = 3.60 m x 250 kg/m2 = 900 kg/m..(catatan: 250 kg/m2 = berat jenis dinding bata)
Beban dinding Atap = 0.3 m x 250 kg.m2 = 75 kg/m
Beban dinding di balkon tidak ada, karena tidak dipasang pagar dari bata. Untuk pengaman di area balkon
rencananya di pasang pagar railing dari besi hollow ukuran 40 x 40 mm (anggap bebanya kecil, jadi
diabaikan saja)

Kita mulai dulu dari lantai 2.


- Dari kotak dialog Loads-Whole Structure, Klik New Load, maka akan keluar kotak dialog Create New Loads.
Kemudian isi seperti gambar dibawah ini. Klik OK

- Dari kotak dialog Loads-Whole Structure, Klik Member, maka akan keluar kotak dialog Beam Loads. Klik Tab
Uniform Force, kemudian isi seperti gambar dibawah ini. Klik OK

Catatan : W1 = 900 Kg/m


Pastikan directionnya pada pilihan GY
- Sekarang anda lihat. Di kotak dialog Loads-Whole Structure telah terdefinisi beban baru yaitu beban dinding
seberat 900 kg/m.
Sekarang kita akan Assign beban tersebut ke struktur. Untuk itu sekarang pergilah ke portal anda
- Pilih elemen balok seperti gambar dibawah ini. Karena pada lokasi tersebut, akan dipasang dinding setinggi 3.6 m
(Lihat denah)

- Klik Assign pada kotak dialog Loads-Whole Structure, (Pastikan Assigment method pada pilihan Assign to
selected beams). tekan Yes, jika nanti muncul kotak informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses
lebih lanjut
- Jika sudah maka hasilnya seperti ini.

5. Sekarang kita akan pasang beban dinding di lantai atap


- Dari kotak dialog Loads-Whole Structure, Klik Member, maka akan keluar kotak dialog Beam Loads. Klik Tab
Uniform Force, kemudian isi seperti gambar dibawah ini. Klik OK

Catatan : W1 = 75 Kg/m
Pastikan directionnya pada pilihan GY
- Sekarang anda lihat. Di kotak dialog Loads-Whole Structure telah terdefinisi beban atap yaitu beban dinding
seberat 75 kg/m (UNI GY 75 kg/m). Klik mouse pada pilihan UNI GY 75 kg.m (lihat gambar dibawah ini)

- Kita beralih dulu ke gambar portal. Sekarang pilih elemen balok seperti gambar dibawah ini (warna merah). Karena
pada lokasi tersebut, akan dipasang dinding setinggi 30 cm
- Klik Assign pada kotak dialog Loads-Whole Structure, (Pastikan Assigment method pada pilihan Assign to
selected beams). tekan Yes, jika nanti muncul kotak informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses
lebih lanjut
- Jika sudah maka hasilnya seperti ini.

TUTORIAL STAAD PRO PART 5


Mendefinisikan Beban Kombinasi
Setelah kita selesai menempatkan semua beban-beban ke struktur yaitu beban pelat lantai, beban pelat atap, beban
dinding & beban hidup, maka langkah selanjutnya adalah mendefinisikan beban kombinasi yang merupakan
kolaborasi dari beban-beban tersebut diatas. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
1. Dari menu page, klik tab General kemudian klik tab Load. Jika nanti keluar kotak dialog Set Active Primary Load
Case, klik cancel. Setelah itu pergilah kekotak dialog Loads-Whole Structure yang ada disamping kiri layar
tampilan anda, kemudian klik New Load.

2. Setelah itu akan keluar kotak dialog Create New Load. Anda klik radio button New Load Combination (Manual),
kemudian isi pada kotak text box Title dengan nama BEBAN KOMBINASI, jika sudah lanjutkan dengan mengklik
OK!.
3. Akan keluar kotak dialog Define Combination. Isi factor beban dengan nilai 1.2, kemudian lanjutkan dengan
menyeleksi beban berat sendiri, beban mati pelat & beban dinding dengan cara mengklik satu persatu beban
tersebut sambil menahan tombol Ctrl di keyboard anda. Lanjutkan dengan menekan tombol > , agar beban yang
terseleksi berpindah ke frame Load Combination

4. Jika sudah, maka dengan cara yang sama lakukan juga untuk beban hidup pelat, tapi dengan catatan ubah dulu
nilai factor beban dengan 1.6. Sehingga secara keseluruhan menjadi seperti dibawah ini. Lanjutkan dengan
mengklik OK!
Ok!. sekarang semua beban berikut dengan kombinasinya telah kita definisikan semuanya. Langkah berikutnya
adalah menyiapkan parameter desain sebelum melakukan analisa struktur.
Menyiapkan Parameter Desain
1. Dari menu page, klik tab Analysis/Print, maka otomatis akan keluar kotak dialog Analysis/Print Commands.
Pastikan pilihan No Print pada frame Print Option. Tekan Add kemudian lanjutkan dengan meng klik Close.

2. Kembali lagi ke menu page. Sekarang klik tab Design kemudian klik tab Concrete. Maka di menu pages
disebelah kanan layar tampilan anda akan keluar kotak dialog Concrete Design-Whole Structure. Pada
kotak scrool box Current Code, pilih code desain ACI (catatan : kita pilih ACI karena code desain ini sudah
sangat mirip dengan SKSNI). Jika sudah, maka lanjutkan dengan meng klik Select Parameter.
3. Akan keluar kotak dialog Parameter Selection. Pindahkan semua parameter desain ke Available Parameter yang
ada di lajur sebelah kiri dengan cara meng klik tombol <<

4. Sekarang kita akan seleksi beberapa parameter desain yang kita perlukan saja. Caranya klik Clb, Cls & Clt,
kemudian pindahkan ke kanan (Selected Parameters) dengan meng klik tombol >
5. Ulangi untuk Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain, Minsec, Reinf dan Track. Hasil akhirnya seperti gambar
dibawah. Klik OK untuk menutup kotak dialog

Adapun penjelasan dari parameter yang kita pilih adalah sebagai berikut :
- Clb, Cls, Clt = Jarak decking (selimut beton) pada bagian samping, atas dan bawah ( diambil = 4 cm).
- Fcmain = Kuat tekan beton ( direncanakan K-250 = 250 Mpa = 254,929 Kg/cm2).
- Fymain = Kuat tarik baja untuk tulangan utama ( direncanakan menggunakan mutu baja U-39 = 3900 kg/cm2).
- Fysec = Kuat tarik baja untuk tulangan sengkang ( menggunakan mutu baja U-24 = 2400 kg/cm2).
- Maxmain = ukuran maksimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi tulangan utama maksimum
yang didesain oleh STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan besi tulangan maksimum yang diperbolehkan
adalah D16
- Minmain = ukuran minimum besi tulangan utama yg digunakan (batasan dimensi tulangan utama minimum yang
didesain oleh STAAD). untuk perencanaan ini kita gunakan besi tulangan minimum yang diperbolehkan adalah D12
Nb : sebenarnya saya inginya pakai besi D13, tapi karena di STAAD hanya menyediakan besi tulangan dengan
ukuran 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25, 32, 40, 50, & 60, maka saya ambil saja yang mendekati yaitu ukuran 12. Nanti akan
ada verivikasi lagi.
- Minsec = ukuran minimum besi tulangan sengkang yg digunakan (batasan dimensi tulangan minimum sengkang
yang didesain oleh STAAD). - untuk perencanaan ini kita gunakan besi tulangan minimum sengkang yang
diperbolehkan adalah 8
- Reinf = Paramer tulangan spiral atau sengkang untuk kolom
- Track = Mode Output
Mendefinisikan Parameter Desain
1. Sekarang klik Define Parameters.

2. Kita ubah dulu satuan input yang digunakan ke Kg.cm (caranya seperti yang sudah kita bahas di posting
sebelumnya)

2. Definisikan semua parameter dengan nilai-nilai yang sudah kita tentukan seperti diatas. Caranya klik tab Clb. Isi
nilai Clb yaitu 4 cm. Klik Add untuk melanjutkan.

3. Ulangi langkah ke 2 diatas untuk Cls & Clt (jangan lupa setelah anda menginputkan nilai, klik Add lho
ya.hehehe).
4. Selanjutnya secara berurutan masukan nilai Fc, Fymain, Fysec, Maxmain, Minmain, Minsec sebagai berikut
5. Selanjutnya klik tab reinf. lalu klik 0 (Tied Column), lalu klik Add

6. Terakhir klik tab Track, lalu klik 1, lanjutkan dengan dengan menekan Add kemudian klik Close
7. Nah sekarang apabila anda melihat pada kotak dialog Concrete Design-Whole Structure, akan tampak list
parameter yang telah ditentukan dengan diawali tanda tanya yang berarti parameter tersebut belum didefinisikan ke
batang.

8. Definisikan parameter concrete ke batang. Caranya dari kotak dialog Concrete Design (lihat gambar diatas). Klik
radio button Assign To View pada frame Assignment Method kemudian parameter CLB 4. Klik Assign
9. Lakukan hal yang sama untuk parameter lainnya kecuali parameter Reinf.
10 Untuk parameter REINF, Pilih semua kolom. Caranya bebasanda boleh menyeleksinya secara satu persatu
atau bisa juga melalui fasilitas Select By Group Name. Jika anda melalui fasilitas ini, maka caranya adalah sebagai
berikut.
- Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak dialog Select Group akan keluar group-group
batang yang sudah kita definisikan sebelumnya (kalau tidak salah ada di postingan Part-2silahkan dilihat lagi).

- Klik G5: KOLOM, jika sudah maka secara otomatis elemen kolom akan terseleksi semua (lihat gambar dibawah).
Jangan di close dulu kotak dialog Select Groups nya. Kemudian beralih dulu kekotak dialog Concrete Design. Klik
Assign to Selected Beams > klik REINF 0 > Klik Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi yang
menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.
11. Jika sudah, close kotak dialog Select Groups
12. Sampai saat ini anda telah mempunyai parameter desain untuk semua elemen dengan material beton.
selanjutnya berikan perintah desain struktur dengan cara klik design Commands.
13 Akan keluar kotak dialog desain Commands. Klik tab Design Beams kemudian klik Add

14. Lakukan hal yang sama untuk tab Design Column dan tab Take Off. Klik Close untuk menutup dialog
15. Maka pada kotak dialog Concrete Design perintah desain akan ditampilkan dengan diawali simbol tanda tanya,
yang artinya perintah tersebut belum didefinisikan ke batang.
16. Beri perintah desain batang dengan cara
Pilih semua beam. Caranya bebasanda boleh menyeleksinya secara satu persatu atau bisa juga melalui fasilitas
Select By Group Name. Jika anda melalui fasilitas ini, maka caranya adalah sebagai berikut.
- Dari menu pulldown, klik Select > By Group Name. Maka di kotak dialog Select Group akan keluar group-group
batang yang sudah kita definisikan sebelumnya. Pilih semua elemen batang kecuali G5: KOLOM. Maka otomatis
semua elemen batang akan terseleksi kecuali elemen kolom
17. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN BEAM > Klik Assign. Maka akan keluar kotak dialog informasi
yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.

18. Sekarang kita akan melakukan juga langkah diatas untuk yang bagian kolomnya. Pilih G5: KOLOM pada kotak
dialog Select Groups. sehingga semua kolom teseleksi semua
19. Klik Assign to Selected Beams > klik DESIGN COLUMN > Klik Assign. Maka akan keluar kotak dialog
informasi yang menanyakan apakah perintah akan diproses lebih lanjut. Klik Yes.

20. OK! Semua parameter sudah kita definisikan semua. sekarang kita tinggal melakukan analisa strukturnya.
(untuk itu mari kita berdoa dulu agar pada waktu proses analisa struktur tidak ada yang error atau input kita tidak ada
yang salah nantinya hehehe.)
21. Bismillahirrohmanirrohim!
22. Sekarang pada menu pulldown klik Analyze. atau boleh juga dengan menekan Ctrl + F5. Jika sudah maka akan
keluar kotak dialog Select Analyze Engine. Anda klik STAAD Analyze kemudian klik Run
Alhamdullillah, ternyata doa kita terkabul. semua input tidak ada yang error, sehingga runningnya berjalan
sukses.Klik done untuk menutup kotak dialog
Pengkajian Hasil Analisa (Modeling)
Untuk melihat Diagram Momen Lentur, Gaya Lintang (Shear Force) & Gaya Axial, bisa anda akses pada menu
toolbar Result

Dari kiri kekanan adalah :


Fx = Axial Force.
Fy = Shear Y Force.
Fz = Shear Z Force.
Mx = Torsion (Momen torsi).
My = Bending Y Moment.
Mz = Bending Z Moment.
Plate Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan pelat pada geometri struktur kita).
Solid Stress, ( iconnya mati karena kita tidak mendefinisikan solid pada geometri struktur kita).
Deflection (Menampilkan defleksi struktur).
Mode Shape.
Animate (Untuk menampilkan struktur dalam modus animasi)
Result setup (Untuk mensetting dan menampilkan hasil analisa hitungan dari pembebanan tertentu).

1. Menampilkan Diagram Moment (Mz)


2. Menampilkan Diagram Lintang (Shear Y Force)

3. Menampilkan Diagram Axial (Shear Y Force)


- Klik kanan pada area kosong di layar utama anda. Pilih Labels. Kemudian klik tab Scales. Atur skala diagram gaya
axial dengan nilai 1000 kg per cm (intinya adalah biar digram grafiknya tidak terlalu besar). Hilangkan centang pada
kotak Apply Immediately. Klik OK.
- Jika sudah, klik tool Fx (Axial Force), maka hasilnya sebagai berikut :

4. Menampilkan Desain Tulangan


Untuk menampilkan desain tulangan, cukup dengan mengklik ganda salah satu elemen/batang yang ingin
ditampilkan hasil tulangannya.
Misalkan saja saya ingin menampikan hasil tulangan dari balok dan kolom seperti gambar dibawah ini.
4.1. Hasil tulangan dari balok yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa balok di desain untuk tumpuan kiri
(atas/bawah) 2D16, Lapangan 2D16 dan tumpuan kanan (atas/bawah) 2D16. Sedangkan sengkangnya 8 buah besi
8 dengan jarak 226 mm

Verivikasi : Kalau dengan keadaan seperti,


biasanya saya desain dengan tulangan menerus (langsung), yaitu tumpuan dan lapangan saya samakan baik atas
maupun bawahnya 2/2 D16. Sengkang pakai 8-150 (tump), 8-200 (Lap) hehehe.tapi eitz tunggu dulu anda
jangan bilang kalau saya asal main tebak dan ndak ilmiahjustru kalau menurut saya ini adalah sebuah justifikasi,
dan justifikasi itu tergantung sama engineernya masing-masing (biasanya tergantung sama pengalaman dan teori
yang dimiliki). Alasan yang sedikit ilmiah tapi sedikit maksa ( jowo, baca : mekso) adalah karena faktor reduksi yang
dimiliki oleh STAAD adalah ACI, jadi belum disesuaikan dengan SKSNI, misalkan saja kita ambil contoh pada desain
tulangan utamanya. ACI 318-99 memberikan reduction factor untuk tulangan lentur (phi bending tension) adalah =
0.9 sedangkan SKSNI dengan nilai faktor = 0.8. Jadi apabila desain dari STAAD dengan code desain ACI
dikonversikan ke SKSNI maka akan diperoleh 0.9/0.8 = 1.125. Nahdari faktor ini akan diperoleh faktor kombinasi
beban 1.125 x (1.2DL + 1.6LL) sehingga menjadi = 1.35DL + 1.8LL.
Nah browsekarang lihat dengan mengganti kombinasi beban 1.2DL + 1.6LL menjadi 1.35DL + 1.8LL
(meningkatan faktor kombinasi beban) akan menjadikan desain STAAD sesuai dengan SKSNI. Tapi ingat ini hanya
untuk penyesuaian salah satu parameter. yaitu faktor reduksi lentur balok, sedangkan parameter lain belum
dipertimbangkan dalam konversi ini. hehehe.jadi wajar aja kan kalau saya mengasumsikan hasil yang sedikit
berlebih dari hasil yang diberikan oleh STAAD Pro. (Tapi ya itusekali lagi kita harus bisa membuktikan dengan
hitungan biar lebih pasti hehehe)

4.2. Hasil tulangan dari kolom yang kita klik diatas ( disini akan tampak bahwa kolom di desain dengan bar size
(diameter tulangan) = 12 dan Bar No (jumlah tulangan) = 8, atau dengan kata lain 8D12. dengan As perlu = 900mm2

Verifikasi : mari sekarang kita cek. As perlu = 900mm2. sedangkan desain tulangan = 8D12 = 8 ( 1/4 x 3.14 x 122 ) =
904.32 m2 > 900 m2 (OK!). Nahuntuk tulangan kolom biasanya saya pilihkan diameter yang lebih besar
daripada tulangan balok. Untuk kasus ini saya ambil tulangan dengan diameter 16.
Luas penampang D16 = 1/4 x 3.14 x 162 = 200.96 m2.
As required = 900 m2
Sehingga jumlah tulangan D16 yang harus dipasang = 900/200.96 = 4.47 ------dibulatkan menjadi 5 buah tulangan
D16.-------tapi agar pembagiannya merata maka saya ambil 6D16
Untuk keperluan desain tulangan sengkang, anda bisa mengakses data tegangan geser melalui menu tab Shear
Bending.
4.3 Untuk mengetahui seberapa besar defleksi yang terjadi pada elemen struktur, bisa anda akses melalui menu tab
Deflection

4.4 Untuk mengetahi hasil desain secara lengkap, dapat anda akses melalui menu STAAD Output. Klik icon yang
saya lingkari pakai warna merah seperti tergambar dibawah ini. Maka laporan hitungan secara lengkap akan keluar
secara otomatis.
Pengkajian Hasil Analisa (Post Processing)
Sekarang kita akan melihat hasil analisa dlam bentuk Grafis.
1. Dari menu pulldown klik Mode > Post Processing
2. Kotak dialog Result akan muncul dengan tabs aktif Loads. Dimana pada frame Selected terdapat list dari kasus
pembebanan yang telah didefinisikan.
3. Untuk kajian analisa, anda dapat memilih sebagian kasus beban atau semuanya. Untuk kasus ini kita akan
konsentrasi ke beban kombinasinya saja. Untuk itu pilih beban 1 s/d 4, kemudian klik tombol < . Klik OK

4. Maka tampilan STAAD akan menjadi seperti gambar dibawah ini, dengan pagemenu Node dan Tab
Displacement aktif. Dimana pada bagian data area ditampilkan tabel Node Displacement. Dan pada Screen Area
ditampilkan struktur terdeformasi dengan skala tertentu

5. Sekarang kita akan cari tahu dimana letak balok atau kolom yang mengalami kegagalan struktur (FAIL)
Untuk Balok
- Seleksi semua elemen struktur balok. Caranya terserah.bisa anda meng kliknya satu persatu, atau bisa juga
melalui fasilitas Select By Group Name yang semua langkah-langkahnya sudah kita bahas diatas

- Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces

- Klik tab Sorting, kemudian pilih Moment-Z, ceklist Absolute Values. Lanjutkan dengan memilih List from High To
Low dari kotak Frame Set Sorting Order. Kemudian klik tab Loading, (jangan di klik ok dulu)

- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga hanya BEBAN KOMBINASI
saja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected). Klik OK!
- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang mengalami momen lentur yang
diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil. Sekarang anda lihat di kotak tersebut, ternyata element balok 56,
20, 14 & 57 menempati urutan teratas balok yang mengalami lentur terbesar.

Nah sekarang pertanyaannya.hayo dimana letak balok itu???..Udah gak perlu pakai hitungan yang njelimet dan
ruwet untuk mengetahui letak 4 balok tersebut. silahkan jawab di luar kepala..
Nich jawabannya :
Pasti posisinya pada balok yang saya kasih tanda X warna merah itu dech. kalau ndak gitu paling-paling yang
saya kasih tanda X warna biru. Cuman kalau melihat geometri struktur dan pembebanan yang bekerja, saya
condong ke balok yang saya kasih tanda X warna merah. Lho.la kok bisa? apa alasannya?.
Alasannya :
Balok yang bertanda X merah, memiliki bentang yang cukup besar ( L = 6m), tanpa ada kolom penyangga
dibawahnya. Semakin panjang bentang, maka resiko defleksi akan semakin besar pula. Selain itu tepat
ditengah bentang (titik ekstrim), balok tersebut mengalami beban terpusat dari beban balok anak(grid) yang
menyangga beban dinding setinggi 3.6 m atau sekitar 900 kg/m dan beban mati pelat lantai.
Balok bertanda X biru sebenarnya juga mengalami kondisi yang sama. tapi tetap saja naluri saya
mengatakan kalau balok yang bertanda X merah mengalami kegagalan lentur yang paling parah daripada
balok bertanda X biru (hehehekayak dosen aja wkwkwwkwk.). OK! sekarang mari kita buktikan apakah
balok dengan nomor 56, 20, 14 & 57 berada pada posisi tersebut

6. Klik kanan pada layar tampilan anda. Pilih Labels. Maka otomatis akan keluar kotak dialog Diagrams. Anda
centang Beam Numbers pada frame Beams, klik OK
- Nahternyata benarkan prediksi saya kalau letak balok yang mengalami momen lentur terbesar terletak pada
posisi tersebut hehehe..
7. Sekarang klik ganda salah satu dari balok tersebut. Misalkan saja balok no 20. Klik tab Concrete. Sekarang anda
lihat disitu tulangan bawah balok tidak keluar (berarti ada kemungkinan balok tersebut mengalami kegagalan
struktur/FAIL)
8. Sekarang cari informasi lebih lanjut dari balok no 20 ini, melalui menu STAAD Output. Anda bisa mengaksesnya
dengan menekan tombol mirip calculator (yang saya lingkari pakai warna merah)

Nah.sekarang baru ketahuan kalau balok no.20 Gagal/FAIL

- Cek juga balok dengan no 56, 14, 57, 28, 47, 48, 2, 8 & 53. Balok-balok yang saya sebutkan ini adalah balok yang
diawal tadi saya tandai dengan X merah dan X biru. Kemungkinan gagal lentur dari balok-balok ini sangat tinggi
sekali.
Nahsekarang yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara mengatasi agar balok tersebut tidak FAIL.
Ada dua cara yang bisa kita lakukan :
1. Yang paling ideal dan paling baik adalah menambahkan kolom penyangga tepat ditengah bentang dari balok
tersebut (khususnya balok no 56, 20, 14 & 57 ), sehingga kemungkinan dimensi baloknya bisa diperkecil karena
disesuaikan dengan lebar bentangnya.
2. Jika tidak memungkinkan dengan menggunakan cara diatas dikarenakan untuk alasan kebutuhan ruang, sehingga
dikhawatirkan dengan adanya kolom tersebut malah akan mengganggu pemandangan dan ruang toko menjadi
terkesan sempit. Maka mau tidak mau kita harus memperbesar dimensi balok.
OK! sekarang anggap saja ownernya tidak mau ada kolom di ruang depan toko. maka solusi diambil adalah
memperbesar dimensi balok.
Sekarang kita ambil H balok adalah 1/10 dari lebar bentang, sehingga H = 1/10 x 600 = 60 cm, lebar balok diambil
1/2 H = 1/2 x 60 = 30 cm, jadi dimensi baloknya adalah 30/60.
9. Sekarang kita akan definisikan dimensi balok 30/60 ke STAAD. Caranya dari page menu General, klik tab
Property, kemudian pada menu page sebelah kanan, klik Define, Lanjutkan dengan memasukan dimensi balok
melalui kotak YD dan ZD. Klik Add.

10. Sekarang Assign balok yang sudah kita definisikan tadi ke elemen no 56, 14, 57, 28, 20, 47, 48, 2, 8 & 53. Untuk
jelasnya lihat balok yang saya kasih tanda X (merah) dan X (biru) pada gambar dibawah (bisa toh caranya..jadi
saya gak perlu ngulang-ngulang lagi hehehe..)

11. Lakukan analisa struktur ulang. Jika sudah cek kembali balok tersebut, apakah masih FAIL atau tidak?. Jika
masih FAIL, maka balok perlu didimensi ulang. Silahkan Anda bereksplorasi sendiri.
Sekedar sebagai catatan :
Ternyata setelah saya inputkan balok dengan ukuran 30/60 masih tidak memenuhi (FAIL). Dan baru ketika saya
memasukan balok dengan dimensi 30/90 struktur baloknya stabil (alias tidak FAIL). Tapi lha masak baloknya sebesar
itu toh..lha kalau baloknya sebesar itu berarti spase vertikal ruang tinggal 3.80 0.90 = 3.1 mhmmmm..jadi
pendek ya kalau untuk ukuran ruko. tapi tidak apalahcobalah tanya ke arsiteknyakira-kira elevasi plafondnya
berapa? masih memenuhi ndak kalau dengan balok setinggi itu.
Sebenarnya ada cara lain lagi agar baloknya tidak sebesar itu, yaitu dengan mengubah ukuran kolom yang saya blok
pakai warna hijau ini dengan ukuran 40/40, sehingga baloknya bisa diperkecil menjadi 30/60. Coba deh kalau gak
percaya. nih hasilnya penulangan dari balok 30/60 tersebut (lihat gambar bawah).
Lho kok bisa???
Ok! disini saya tidak akan serta merta untuk menjawab..silahkan untuk dipecahkan sendiri. Jika belum ketemu
jawabannya jangan segan-segan untuk bertanya kepada sayahehehehehe..Cuman pesan saya adalah :
Pemilihan model struktur yang tepat dan sesuai, adalah lebih penting dari ketelitian perhitungan struktur itu
sendiri

Materi Tambahan :
- Kalau anda ingin melihat struktur secara Full Section yang artinya ketebalan strukturnya ditampilkan anda bisa klik
kanan dilayar tampilan. Pilih Labels, kemudian klik tab Structure. Pilih Full section > kemudian klik OK. Maka
hasilnya akan seperti dibawah ini :

Mencari Kolom Yang Mengalami Gaya Aksial Terbesar


- Seleksi semua elemen kolom. Caranya terserah.bisa anda meng kliknya satu persatu, atau bisa juga melalui
fasilitas Select By Group Name yang semua langkah-langkahnya sudah kita bahas diatas

- Pada menu pulldown, klik Report > Section Forces


- Klik tab Sorting, kemudian pilih Axial Force, ceklist Absolute Values. Lanjutkan dengan memilih List from High
To Low dari kotak Frame Set Sorting Order. Kemudian klik tab Loading, (jangan di klik ok dulu)

- Setelah itu akan muncul kotak dialog Section Forces. Atur sedemikian rupa sehingga hanya BEBAN KOMBINASI
saja yang terseleksi di lajur sebelah kanan (selected). Klik OK!

- Akan keluar kotak Section Forces, yang menampilkan elemen-elemen batang yang mengalami gaya Axial yang
diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil.
TUTORIAL STAAD PRO PART 6
STAAD menyediakan fasilitas Create User Table yang berguna untuk membuat bentuk profil penampang sesuai
dengan keinginan kita, selain yang sudah ada pada library databasenya.

Katakanlah saya mempunyai bentuk pemodelan struktur (portal rangka baja) sebagai berikut

Kolom direncanakan memakai WF 350.175.7.11


Rangka batang (cremona) direncanakan menggunakan profil UNP 125.65.6.8

Nah sekarang apakah bisa kita mendefinisikan sendiri profil penampang WF dan UNP tersebut ke dalam program
STAAD tanpa menggunakan profil-profil penampang yang sudah ada pada database STAAD ?
Jawabannya adalah BISA!
yaitu dengan menggunakan fasilitas Create User Table
Bagaimanakah caranya ?
Berikut adalah cara penggunaan dari fasilitas Create User Table :
1. Kita rubah dahulu unit satuan, terutama satuan panjangnya ke satuan milimeter

Catatan :
Merubah satuan itu sifatnya kondisional, artinya tergantung
kondisi (tergantung anda). Tujuan dari mengganti satuan adalah
untuk memudahkan inputing data saja
2. Pada menu pulldown, Klik menu Tools > Create User table, maka akan keluar kotak dialog Create User
Provided Table. Klik New Table

3. Maka akan keluar kotak Select Section Type. Kita akan


mendefinisikan profil WF 350.175.7.11 terlebih dahulu. Untuk itu
pada combo box Select Section Type, pilih WIDE FLANGE
kemudian klik OK.

4. Pada kotak Select Existing Table telah muncul angka 1, yang


berarti telah terbentuk tabel baru dari property penampang yang
akan kita buat nantinya. Klik Add New Property.
5. Akan keluar kotak dialog Wide Flange.
Isikan sebagai berikut :
Section Name = WF350.175
D (Tinggi profil) = 350 mm
TF (Tebal sayap) = 11 mm
WF (Lebar profil) = 175 mm
TW (Tebal badan) = 7 mm
Jika sudah lanjutkan dengan menekan tombol Calculate maka data property penampang akan terisi secara
otomatis. Lanjutkan dengan meng klik OK.
Catatan :
anda bisa memasukan sendiri data Ax, Iz, Iy, Ix, Ay dan Az sesuai perhitungan atau tabel yang anda miliki. Dan
untuk sementara ini kita ikuti saja perhitungan dari STAAD.

6. Sekarang pada Table Data pada kotak dialog Create User Provided Table telah terisi profil penampang baru yaitu
UPT WF350.175. Klik Close untuk menutup kotak dialog.

7. Langkah berikutnya adalah membuat tabel baru untuk properti


profil UNP 125.65.6.8. Sekarang ubah dulu unit satuan panjang ke
Centimeter (cm).
8. Jika sudah, klik kembali pada menu pulldown, yaitu menu Tools
> Create User Tables, maka akan keluar kotak dialog Create User
Provided Table. Klik New Table, kemudian pada combo box Select Section Type, pilih CHANNEL. Klik OK

9. Sekarang klik Add New Property. maka akan keluar kotak dialog
CHANNEL. Isikan data sebagai berikut :
Section Name = UNP 125.65
D (Tinggi profil) = 125 mm = 12,5 cm
TF (Tebal sayap) = 8 mm = 0,8 cm
WF (Lebar profil) = 65 mm = 6,5 cm
TW (Tebal badan) = 6 mm = 0,6 cm
Klik Calculate.
Perhatikan hasil hitungan Ax, Iz, Iy, Ix, CG, Ay dan Az yang dilakukan oleh STAAD. dari sini anda bisa mengganti
nilai Ax, Iz, Iy, Ix, CG, Ay dan Az yang dihitung oleh STAAD dengan perhitungan atau tabel yang anda miliki.
(biasanya perbedaanya sangat tipis)
Okey Sobat, sekarang katakanlah saya mempunyai tabel sendiri, dan nilainya akan saya ganti sesuai dengan tabel
yang saya miliki.
Tabel saya berikut ini adalah tabel baja UNP dari PT Gunung Garuda

Sekarang kita masukan Ax, Iz, Iy dan Center of Gravity (C.G) dari tabel diatas ke program (lihat gambar dibawah).
Lanjutkan dengan meng klik OK
Sekarang pada Table Data pada kotak dialog Create User Provided Table telah terisi profil penampang baru yaitu
UPT UNP125.65. Klik Close untuk menutup kotak dialog.

Okey Sobat. Profil penampang sudah kita buat.


Sekarang kita akan mendefinisikan ke struktur. Sudah
tahu apa belum caranya ? ^_^
Caranya seperti ini :
8. Masuk ke Menu Pages. Klik tab General kemudian
pada kotak dialog Properties-Whole Structure klik
User
Table.
9. Maka akan keluar kotak dialog User Property Table. Pilih existing tabel no. 1, kemudian sorot UPT WF350.175,
klik Add. Sekarang lanjutkan dengan memilih existing tabel no. 2, kemudian sorot UPT UNP125.65. klik Add, lalu
klik Close untuk menutup kotak dialog.

10. Jika sudah maka pada kotak dialog Properties Whole-Structure telah terisi profil penampang yang sudah kita
Add sebelumnya.

11. Sekarang pada kotak dialog Properties Whole-Structure. sorot


WF350.175. kemudian seleksi semua kolom sehingga terblok dengan
warna merah. lanjutkan dengan mengklik Assign.
12. Lakukan langkah diatas untuk profil UNP125.65.6.8, sehingga secara keseluruhan geometri strukturnya telah
terdefinisi seperti gambar dibawah ini.
TUTORIAL STAAD PRO PART 7
Cara Memasukan Material Baja Ringan Pada STAAD

Apakah anda akan menganalisa struktur rangka atap baja ringan?


Jika jawaban anda adalah YA , maka ada beberapa parameter penting yang harus anda ketahui dan anda masukan
ke program sebelum anda melakukan analisa struktur rangka atap baja ringan tersebut.
Beberapa parameter tersebut adalah :
1. Tegangan maksimum 550 MPa
2. Kuat leleh 550 MPa
3. Modulus geser 80.000 MPa
4. Modulus Elastisitas 200.000 MPa
5. Berat Jenis 7400 kg/m3

Source : Handbook Energy and Calculation with Directory of Products and Services, Pister D OSBORN. Butterworth
& Co. (published), 1985, UK
Peraturan Muatan Indonesia 1970, Depth. PUTL, DC DPMB 1980, Bandung

1. Katakanlah saya punya bentuk geometri struktur dari rangka atap baja ringan dengan model seperti dibawah ini
2. Kita rubah dulu unit satuan ke Kg.m. Untuk itu klik tool input units, kemudian rubah satuan pada length Units
menjadi Meter dan Force Unit menjadi Kilogram. Klik OK!.

Memasukan parameter berat jenis (Density) material baja ringan

3. Seleksi seluruh Geometri struktur sehingga terblok dengan warna merah, kemudian pada menu pulldown, klik
Command > klik Material constants > klik Density
4. Akan keluar kotak dialog Material Constants - Density. Anda pilih radio button Enter Value. Isi dengan 7400
kg/m3. Kemudian pada frame assign pastikan pada pilihan To Selections. Klik OK!.

Memasukan parameter Modulus Elastisitas (E) material baja ringan

5. Kita rubah dulu unit satuan ke N.mm. Untuk itu klik tool input units, kemudian rubah satuan pada length Units
menjadi Milimeter dan Force Unit menjadi Newton. Klik OK!.
6. Seleksi seluruh Geometri struktur sehingga terblok dengan warna merah, kemudian pada menu pulldown, klik
Command > klik Material constants > klik Elasticity

7. Akan keluar kotak dialog Material Constants - Elasticity. Anda pilih radio button Enter Value. Isi dengan 200000
N/mm2. Kemudian pada frame assign pastikan pada pilihan To Selections. Klik OK!.
Memasukan parameter Modulus Geser (G) material baja ringan

8. Pada menu pulldown, klik Command > klik Material constants > klik G (Shear Modulus)

9. Akan keluar kotak dialog Material Constants Shear Modulus-G. Anda pilih radio button Enter Value. Isi dengan
80000 N/mm2. Kemudian pada frame assign pastikan pada pilihan To Selections. Klik OK!.
Memasukan parameter tegangan maksimum dan kuat leleh material baja ringan

10. Untuk memasukan data tegangan maksimum dan kuat leleh, bisa diakses ke menu page. Klik tab Design >
Klik Tab Steel > kemudian Klik Select Parameter.

11. Dari data Parameter Selection yang ada. Pilih Fu Ultimate tensile strength of steel dan Fyld Yield strength
of steel.
12. Untuk mengisikan datanya ikuti langkah-langkah berikut ini.
Dari kotak dialog Parameter Selection. Klik tombol << . Sehingga semua data di Selected Parameter (kanan)
berpindah ke Available Parameter (kiri)

13. Seleksi atau pilih Fu Ultimate tensile strength of steel dan Fyld Yield strength of steel. kemudian klik
tombol >
Maka otomatis Fu Ultimate tensile strength of steel dan Fyld Yield strength of steel berpindah ke kolom
Selected Parameters disebelah kanan.

14. Sekarang Klik Define Parameters.

15. Isi Fyld = 550 N/mm2 dan Fu = 550 N/mm2 dengan nilai seperti dibawah ini.(jangan lupa tekan Add lho ya)
Jika sudah anda tinggal melakukan Assign data Fu dan Fyld yang sudah kita definisikan ini struktur rangka atap kita.
Bisa toh caranya..gampang kok (Nb : jika kesulitan jangan sungkan-sungkan hubungi saya hehehe)
Ok! Sudah selesai dech inputing datanya..semoga bermanfaat ya.
Cuap-cuap Kampuz Teknik SipiL
Tips Memilih Rangka Atap Baja Ringan yang baik
Unutk memilih rangka atap baja ringan yang baik harus berpatokan pada banyak hal dan ketelitian sebelum membeli
sangat diperlukan. Carilah informasi sebanyak-banyaknya atau paling tidak mampu memberi pertimbangan kuat
sebelum memutuskan pilhan.
1. Perhatikan dengan seksama produsennya. Apakah kredibel dalam menyediakan jasa Pemasangan Rangka Atap
Baja Ringan.
2. Mintalah informasi ukuran/dimensi Rangka utama/"C channel" dan bahan reng yang akan dipasang. Semakin
besar/tebal Reng dan C channel , semakin besar pula beban yang dapat ditanggung oleh rangka tersebut. Semakin
kecil dan tipis ukuran/dimensi C channel, semakin kecil pula kesanggupan rangka untuk menanggung total beban
penutup atap.
3. Mintalah Informasi ketebalan lapisan anti karat yang di gunakan. Harus sesuai dengan ketentuan yg berlaku:
Galvanis: yaitu pelapisan dengan dengan Zinc (seng) saja dengan minimum pelapisan 180gr/m2.
Galvalum: yaitu pelapisan dengan dengan Zinc dan aluminium saja dengan minimum pelapisan 150gr/m2.
komposisinya tergantung dari produsen yg memproduksinya.
4. Periksa apakah software desain memiliki sertifikasi / rekomendasi dari badan konsultan atau lembaga konstruksi
terpercaya tertentu.
5. Tanyakan dan periksa kualifikasi tukang pemasang.
6. Minta rekomendasi dari pihak-pihak yang mengerti industri konstruksi, seperti konsultan atau arsitek bangunan.

Anda mungkin juga menyukai