Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN MATERI

A. Pengertian Ragam Bahasa


Ragam bahasa adalah variasi pemakaian bahasa. Bachman (1990, dalam
Angriawan, 2011:1), menyatakan bahwa ragam bahasa adalah variasi
bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda menurut topik yang
dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang
dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dengan kata lain, ragam
bahasa adalah variasi bahasa yang berbeda-beda yang disebabkan karena
berbagai faktor yang terdapat dalam masyarakat, seperti usia, pendidikan,
agama, bidang kegiatan dan profesi, latar belakang budaya daerah, dan
sebagainya.

B. Ragam bahasa lisan dan tulis


Bahasa Indonesia yang amat luas wilayah pemakaiannya ini dan
bermacam-macam pula latar belakang penuturnya, mau tidak mau akan
melahirkan ragam bahasa. Ragam bahasa ini pada pokoknya dapat dibagi
dalam dua bagian, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.

1. Ragam lisan

Ragam bahasa baku lisan didukung oleh situasi pemakaian sehingga


kemungkinan besar terjadi pelesapan kalimat. Namun, hal itu tidak
mengurangi ciri kebakuannya. Walaupun demikian, ketepatan dalam
pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan unsur-unsur di dalam
kelengkapan unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri
kebakuan dalam ragam baku lisan karena situasi dan kondisi pembicaraan
menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang
disampaikan secara lisan. Pembicaraan lisan dalam situasi formal berbeda
tuntutan kaidah kebakuannya dengan pembicaraan lisan dalam situasi
tidak formal atau santai. Jika ragam bahasa lisan dituliskan, ragam bahasa
itu tidak dapat disebut sebagai ragam tulis, tetapi tetap disebut sebagai
ragam lisan, hanya saja diwujudkan dalam bentuk tulis. Oleh karena itu,
bahasa yang dilihat dari ciri-cirinya tidak menunjukkan ciri-ciri ragam
tulis, walaupun direalisasikan dalam bentuk tulis, ragam bahasa serupa itu
tidak dapat dikatakan sebagai ragam tulis. Kedua ragam itu masing-
masing, ragam tulis dan ragam lisan memiliki ciri kebakuan yang berbeda.
2. Ragam Tulis

Dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis makna kalimat yang diungkapkannya
tidak ditunjang oleh situasi pemakaian, sedangkan ragam bahasa baku lisan makna
kalimat yang diungkapkannya ditunjang oleh situasi pemakaian sehingga
kemungkinan besar terjadi pelesapan unsur kalimat. Oleh karena itu, dalam
penggunaan ragam bahasa baku tulis diperlukan kecermatan dan ketepatan di
dalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur bentuk kata dan struktur
kalimat, serta kelengkapan unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat. Ragam
bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan media tulis
seperti kertas dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita
berurusan dengan tata cara penulisan dan kosakata. Dengan kata lain dalam ragam
bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk
kata atau pun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan penggunaan tanda baca daam mengungkapkan ide. Ragam tulis yang
standar kita temui dalam buku-buku pelajaran, teks, majalah, surat kabar, poster,
iklan. Kita juga dapat menemukan ragam tulis non standar dalam majalah remaja,
iklan, atau poster.

Kedua ragam itu berbeda. Perbedaannya adalah sebagai berikut.

a. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman berbicara yang berada
didepan pembicara, sedangkan ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman
bicara berada didepan.

b. Didalam ragam lisan unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat,


objek tidak selalu dinyatakan. Unsur-unsur itu kadang-kadang dapat ditinggalkan.
Hal ini disebabkan oleh bahasa yang digunakan itu dapat dibantu oleh gerak,
mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi.

Contoh:

Orang yang berbelanja di pasar.

Bu, berapa harga cabenya?

Tiga puluh

Bisa kurang?

Dua lima saja, nak


Contoh ragam tulis ialah tulisan-tulisan dalam buku, majalah, dan surat kabar.

c. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan waktu. Apa yang
dibicarakan secara lisan didalam sebuah ruang kuliah, hanya akan berarti dan
berlaku untuk waktu itu saja. Apa yang diperbincangkan dalam suatu ruang
diskusi susastra belum tentu dapat dimengerti oleh orang yang berada di luar
ruang itu. Ragam tulis tidak terikat oleh situasi, kondisi, ruang, dan waktu.

Contoh ragam lisan lainnya.

Seorang direktur berkata kepada sekretarisnya. Kenapa dia, san.

Tahu, Tuan, miring kali.

Kalau kita tidak berada dalam suasana itu, jelas kita tidak mengerti apa yang
diperbincangkannya itu.

d. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya dan panjang pendeknya suara,
sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan tanda baca, huruf besar, dan huruf
miring.

C. Ragam baku dan tidak baku

Bahasa selalu berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat.


Perkembangan dalam bidang kosakata karena sering terjadi penyerapan kosakata
bahasa yang satu degan bahasa yang lain. Akibatnya, ada kata-kata yang muncul
dalam pemakaian dan ada kata-kata yang tenggelam dari pemakaian.

Diantaranya mucul pasangan kata yang mirip bentuknya. Misalnya, kata positif
ditemukan kata positip. Contoh lainnya lagi ialah kata Zulkaidah, ditemukan kata
Zulkaedah. Oleh karena itu, kita harus mengetahui penggunaaan kata-kata yang
bau dan tidak baku.

1. Bahasa baku

Bahasa Indonesia baku ialah ragam bahasa yang mengikuti kaidah bahasa
Indonesia, baik yang menyangkut ejaan, lafal, bentuk kata, struktur kalimat
,maupun penggunaan bahasa ( Junaiyah,1991:18).

Bahasa baku atau bahasa standar ragam bahasa atau dialek yang diterima untuk
dipakai dalam situasi resmi, dan berbicara di depan umum ( Kridalaksa, 1982,21 ).
Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi dimana
pembicara/penulis dituntut untuk bersikap sopan/hormat terhadap mitra bicara
(pendengar/pembaca), seperti dalam ceramah, pidato, seminar, atau diskusi.
Dalam bentuk tulisan, bahasa baku digunakan terutama dalam buku-buku
pembelajaran/ buku teks di berbagai lembaga pendidikan, buku-buku tentang
berbagai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, jurnal-jurnal ilmiah/semiilmiah, surat-
surat resmi, perundang-undangan, berbagai peraturan pemerintah.

Ciri kosakata baku antara lain :

A. Kosakata baku mengandung jati diri bahasa Indonesia, yaitu kosakata yang
bebas kata-kata bahasa daerah yang belum berterima, dan dari bahasa asing yang
belum berterima. Dan penerapannya ( kata serapan ) sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia.

B. Pembentukan sesuai kaidah bahasa Indonesia

C. Ejaanya benar.

2. Bahasa tidak baku

Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam komunikasi tidak resmi,
umumnya dalam percakapan diantara sesama teman yang hubungannya santai,
akrab, tanpa terikat oleh tatakrama berbahasa.

Contoh perbandingan kosakata baku dan nonbaku

mabuk ( baku ) : mabok ( non baku )

Kata mabuk merupakan kata bahasa indonesia. Bentuk mabok merupakan bahasa
melayu. Oleh sebab itu kata baku nya adalah mabuk. Sedangkan kata yang tidak
baku adalah mabok. Kata mabuk berarti " terasa pening atau kehilangan kesadaran
".

Contoh lain kata baku dan kata tidak baku :

Baku Tidak Baku

Mayat Mayit

Moral Moril

Malas Males

Magrib Maghrib
Silakan Silahkan

Rapor Raport

D. Ragam sosial dan ragam fungsional

1.Ragam sosial

Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma dan kaidahnya didasarkan
atas kesepakatan bersama dalam lingkungan sosial yang lebih kecil dalam
masyarakat. Ragam sosial tidak jarang dihubungkan dengan tinggi dan rendahnya
status kemasyrakatan lingkungan sosial yang bersangkutan.

Ragam sosial membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang


misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta tingkat
status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini juga berlaku pada
ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh orang takkan sama dalam
menyebut lawan bicara jika berbicara dengan teman dan orang yang punya
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Pembicara dapat menyebut kamu pada
lawan bicara yang merupakan teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara
dengan orang dengan status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.

2.Ragam fungsional

Ragam fungsional adalah ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi, lembaga,
lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya. Ragam fungsional, yang kadang-
kadang disebut juga ragam profesional. Ragam fungsional jug dikaitkan dengan
keresmian keadaan penggunaannya, seperti bahasa dalam lingkungan
keilmuan/teknologi.

Sebagai contoh dalam ragam keilmuan/teknologi. Pada jantung komputer terkecil


( mikrokomputer ) terdapat sebuah komponen elektronik yang dinamakan
mikroprosesor. Komponen ini terbuat dari kepingan silikon yang berukuran tidak
lebih besar daripada kuku jari kelinking. Sebenarnya mikroprosesor itu sendiri
adalah komputer dan dapat dibangun menjadi berbagai jenis mesin.

E. Bahasa indonesia yang baik dan benar

Bahasa indonesia yang digunakan dengan baik dan benar. Maksud dari kata
baik adalah bahasa yang sering digunakan sebagai alat komunikasi untuk
menyesuaikan situasi atau kondisi agar dapat disampaikan dan dimengerti oleh
lawan bicara, baik dari laras bahasa maupun dari kata-kata yang digunakan harus
disesuaikan dengan lawan bicara agar mudah dipahami. Selain memperhatikan
kata yang baik, maka harus dilakukan dengan benar, maksud dari kata benar
adalah bahasa yang sudah disesuaikan dengan kaidah bahasa baku, baik dalam
kaidah untuk bahasa baku tertulis maupun bahasa baku lisan.

Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dapat diartikan pemakaian ragam
bahasa yang disesuaikan dengan lingkungan ditempat kita berada dan disamping
itu kita mengikuti kaidah bahasa yang baik dan benar. Berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar mempunyai beberapa syarat yang harus disesuaikan
dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal
penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan
bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Oleh karena itu kita harus
menghindari pemakaian bahasa yang tidak baku, bahasa gaul dan lain-lain.

Contoh :

Pak Dosen : Saiful apakah kamu sudah mengerjakan tugas?


Saiful : sudah saya kerjakan pak.
Pak Dosen : baiklah kalau begitu, segera dikumpulkan.
Saiful : Baik pak, saya akan mengumpulkannya.

Kata yang digunakan sesuai lingkungan sosial

Contoh lain

Contoh lain dalam tawar-menawar di suatu toko, misalnya, pemakaian ragam


baku akan menimbulkan kegelian, keheranan, atau kecurigaan. Akan sangat ganjil
bila dalam tawar -menawar dengan pembeli dan si penjual di pasar memakai
bahasa baku yang seperti ini.

Penjual : Selamat siang bu, Ada yang saya bisa bantu bu ?


Pembeli : Selamat siang pak, Apakah Anda menjual Tahu yang dibuat di
Amerika ?
Penjual : Saya mempunyai Tahu yang anda cari bu, harganya
adalah Rp.
XXX.
Pembeli : mahal sekali pak, Apakah saya boleh menawarnya ?

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku dan benar, tetapi
tidak baik dan tidak efektif karena tidak cocok dengan situasi pemakaian kalimat-
kalimat itu. Untuk situasi seperti di atas, kalimat berikut akan lebih tepat.

Penjual : cari apa bu ?


Pembeli : saya lagi nyari tahu impor dari amerika bang, ada gak ?
Penjual : oh, ada bu, nih bu harganya Rp. XXX.
Pembeli : mahal amat bang, murahinlah bang.

Anda mungkin juga menyukai