Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus dan Telaah Kritis Jurnal Terapi

TINEA PEDIS TIPE HIPERKERATOTIK

Oleh:

Ridha Rahmah Sufri (1507101030235)


Yulia Nursyah Putri (1507101030248)

Pembimbing:
Fitria Salim

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH
2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang memberikan ilmu dengan


perantara pena dan mengajarkan kepada manusia apa yang tidak pernah ia ketahui
serta memberi seluruh rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis telah dapat
menyelesaikan penulisan laporan kasus dan telaah jurnal ini. Shalawat beserta
salam penulis sanjung sajikan kepangkuan Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan para pengikut beliau yang senantiasa istiqamah dan setia di jalannya
hingga akhir zaman.
Judul dari tugas ini adalah Tinea Pedis Tipe Hiperkeratotik. Tugas ini
diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Unsyiah/RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Fitria Salim, M.Sc, Sp.KK
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam
menyelesaikan tugas ini.
Dengan kerendahan hati, kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari
kesempurnaan.Kami tetap terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun dari
dosen dan teman-teman agar tercapai hasil yang lebih baik kelak.

Banda Aceh, Juni 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

LAPORAN KASUS ........................................................................................... 3


Identitas Pasien ............................................................................................ 3
Anamnesis ................................................................................................... 3
Pemeriksaan Fisik Kulit............................................................................... 4
Diagnosis Banding ....................................................................................... 5
Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 6
Resume ........................................................................................................ 6
Diagnosa Klinis ........................................................................................... 6
Tatalaksana .................................................................................................. 6
Prognosis ..................................................................................................... 7

ANALISA KASUS ............................................................................................ 8


DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13
LAMPIRAN ....................................................................................................... 14

JURNAL ............................................................................................................ 16
Resume Jurnal ............................................................................................. 16
Kritisi Jurnal ............................................................................................... 19
Kesimpulan ................................................................................................. 21

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.a Lesi pada Regio Plantar Pedis Dextra et Sinistra ............................ 4
Gambar 1.b Lesi pada Regio Plantar Pedis Dextra ............................................. 5
Gambar 1.c Lesi pada Regio Plantar Pedis Sinsitra ............................................ 5

iv
PENDAHULUAN

Tinea pedis (athlete's foot) merupakan infeksi dermatofitosis pada kaki


dengan kejadian paling banyak di dunia dengan prevalensi sekitar 10% yang
sering diakibatkan oleh penggunaan alas kaki yang tertutup. Insiden tinea pedis
juga lebih tinggi pada pengguna pemandian umum dan kolam berenang.1 Angka
kejadian tinea pedis di United State of America sekitar 26,5 juta orang
pertahunnya.2 Tinea pedis sering disebabkan oleh Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes, E. floccosum.1 Trichophyton rubrum paling banyak
ditemukan sebagai penyebab dari tinea pedis sekitar dua per tiga dari seluruh
kasus.1,2
Tinea pedis merupakan infeksi jamur yang paling banyak terjadi pada
orang dewasa pada Negara-negara berkembang dengan prevalensi 15-25% dan
meningkat dengan bertambahnya usia. Tinea pedis biasanya terjadi baik pada sela
jari kaki maupun bagian lainnya di kaki. Sebagian besar penderita tinea pedis
disertai dengan infeksi lainya seperti tinea inguinum. Faktor predeposisi dari tinea
pedis yaitu tinggal dengan orang sekitar yang menderita tinea pedis, penggunaan
alas kaki yang tertutup, tinggal di tempat dengan iklim tropis, atlet professional,
pengguna kolam berenang umum, dan hiperhidrosis.3
Terdapat empat manifestasi klinis pada tinea pedis dengan tipe interdigiti
yang memiliki angka kejadian tertinggi, antara lain: (1) tipe hiperkeratotik
(moccasin) dengan gambaran lesi berupa skuama tebal berwarna putih dengan
dasar eritematous pada telapak kaki dan pinggirannya; (2) tipe interdigiti dengan
gambaran lesi berupa maserasi dan skuama pada sela jari kaki; (3) tipe bulosa
dengan gambaran lesi berupa vesikel dan bula pada kaki bagian medial; (4) tipe
ulseratif dengan gambaran lesi berupa ulkus atau erosi. Tipe bulosa dan ulseratif
biasanya disebabkan oleh Trichophyton mentagrophytes.1,4
Tinea pedis tipe hiperkeratotik merupakan tinea pedis yang kronis. Infeksi
ini paling banyak disebabkan disebabkan oleh T. rubrum. Tinea pedis tipe
hiperkeratotik memiliki lesi yang menyerupai pompoliks. Tinea pedis tipe ini
bersifat kronis dan sukar disembuhkan, sering dengan gejala hiperkeratotik yang
lama dan sedikit berespon terhadap pengobatan. Pasien sering tidak
menyelesaikan pengobatannya dikarenakan pengobatannya yang lama. Untuk itu

1
2

diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat penting untuk tinea pedis tipe ini.
Penegakan diagnosis dapat ditinjau dari anamnesis, pemeriksaan status
dermatologis dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan KOH. Hasil yang
didapat dari pemeriksaan KOH adalah hifa bersepta dan spora di bawah
mikroskop yang sangat membantu menegakkan diagnosa tinea pedis (infeksi
dermatofita).4
LAPORAN KASUS POLI

Identitas Pasien
Nama : Tn. MU
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta (Pedagang)
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Lambaro Angan
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juni 2016
Nomor CM : 0-67-32-25

Anamnesis
Keluhan Utama

Gatal di kedua telapak kaki.

Keluhan Tambahan

Kulit kaki pecah-pecah dan kering.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan gatal di kedua telapak kaki. Keluhan ini
dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul. Rasa gatal terutama
dirasakan saat berkeringat. Rasa gatal berkurang dengan penggunaan obat salep
dari dokter. Pada telapak kaki tampak bercak kemerahan ditutupi kulit kaki yang
terkelupas. Pasien juga mengeluhkan telapak kakinya pecah-pecah dan kering.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya.

3
4

Riwayat Penggunaan Obat

Terakhir kali pasien diberikan terapi ketokonazole cream 2%, asam salisilat
3% + momethasone furoat.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.

Riwayat Sosial

Pasien bekerja sebagai pedagang kios di dekat rumah. Memakai alas kaki
berupa sandal dan mencuci baju sendiri di rumah menggunakan detergent tanpa
mesin cuci.

PEMERIKSAAN FISIK KULIT


Status Dermatologis (13 Juni 2016)

Regio : Plantar pedis dextra et sinistra.

Deskripsi Lesi : Tampak patch eritematous, berbatas tidak tegas, tepi ireguler,
ukuran plakat, jumlah multipel, dengan skuama halus dan
fisura, distribusi simetris.

Gambar 1.a Lesi pada region plantar pedis dextra et sinistra


5

Gambar 1.b Lesi pada region plantar pedis dextra

Gambar 1.c Lesi pada region plantar pedis sinistra

DIAGNOSIS BANDING

a. Tinea Pedis Tipe Hiperkeratotik


b. Dermatitis Kontak Iritan e.c Detergent
c. Dyhidrosis Eczema (Pompolix)
d. Keratoderma Palmoplantar
e. Psoriasis pustulosa palm-plantar (Barber)
6

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Salah satu pemeriksaan penunjang pada kasus tinea adalah pemeriksaan


KOH dengan cara mengambil kerokan kulit untuk melihat adanya hifa bersepta
dan bercabang maupun spora berderet (artospora). Kami melakukan pemeriksaan
KOH pada pasien ini, namun tidak ditemukan hasil yang diharapkan.

RESUME

Seorang pasien laki-laki usia 43 tahun datang dengan keluhan gatal di kedua
telapak kaki. Keluhan ini dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul.
Rasa gatal terutama dirasakan saat berkeringat. Rasa gatal berkurang dengan
penggunaan obat salep dari dokter. Pasien juga mengeluhkan telapak kakinya
pecah-pecah dan kering. Pada pemeriksaan fisik kulit regio plantar pedis
didapatkan tampak patch eritematous, berbatas tidak tegas, tepi ireguler, ukuran
plakat, jumlah multipel, dengan skuama halus dan fisura, distribusi simetris.

DIAGNOSIS KLINIS

Tinea Pedis Tipe Hiperkeratotik

TATALAKSANA

a. Terapi Sistemik
- Cetirizin 10 mg (2x1 tab)
- Itraconazole 100 mg (2x2 tab selama 1 minggu)
b. Terapi Topikal
- Thiamphenicol 2% + Miconazole Nitrate 2% Cream (pagi-malam)
- Asam salisilat 2% + Ketoconazole Cream (sore)
c. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit tinea pedis yang sedang
dialami pasien.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa tinea pedis dapat kambuh namun
bisa dikontrol dengan menjaga kebersihan tubuh terutama kaki, dan
memakai alas kaki yang sesuai dengan kondisi kaki pasien.
7

- Menjelaskan kepada pasien bahwa pengobatan ditujukan untuk


mencegah keparahan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
- Memberitahu kepada pasien untuk tidak menggaruk atau membuat
trauma pada kulit agar lesi tidak semakin parah.

PROGNOSIS

- Quo ad vitam : Dubia ad bonam


- Quo ad functionam : Dubia ad bonam
- Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam
ANALISA KASUS

Telah dilakukan pemeriksaan pada seorang pasien laki-laki usia 43 tahun


datang dengan keluhan gatal di kedua telapak kaki. Keluhan ini dirasakan sejak
2 tahun yang lalu dan hilang timbul. Rasa gatal terutama dirasakan saat
berkeringat. Rasa gatal berkurang dengan penggunaan obat salep dari dokter.
Pasien juga mengeluhkan telapak kakinya pecah-pecah dan kering.
Pada anamnesis, pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 43 tahun dan
bekerja sebagai pedagang. Berdasarkan teori, prevalensi tinea pedis meningkat
dengan usia dan biasanya terjadi pada usia dewasa yakni 31-60 tahun, dan jarang
terjadi pada anak-anak. Risiko terjadinya tinea pedis lebih tinggi pada laki-laki
dari pada wanita dan sering terjadi pada negara-negara berkembang. 5
Pasien mengeluhkan gatal pada kaki dan dirasakan semakin memberat
pada saat berkeringat atau lembab. Berdasarkan teori, gatal merupakan gejala
yang sering terjadi pada tinea pedis dan memberat saat kaki dalam keadaan
lembab. Kondisi lembab juga mendukung pertumbuhan jamur secara langsung,
dan merusak stratum korneum pada waktu yang sama.6 Gatal dapat terjadi pada
kasus yang bervariasi, mulai dari gatal yang ringan sampai gatal yang berat.5
Pada pemeriksaan fisik kulit regio plantar pedis didapatkan tampak patch
eritematous, berbatas tidak tegas, tepi ireguler, ukuran plakat, jumlah multipel,
dengan skuama halus dan fisura, distribusi simetris. Berdasarkan letak dan jenis
lesi pada kaki, tinea pedis pada pasien ini merupakan tinea pedis tipe
hiperkeratotik. Pada tinea pedis tipe hiperkeratotik lesi tampak skuama berwarna
putih perak dengan dasar berwarna merah muda sampai merah pada kulit telapak
kaki dan pinggiran kaki. Pada kasus yang lebih parah lesi mungkin tampak pecah-
pecah, adanya inflamasi di kulit, eritema, dan bau busuk.6,7 Tinea pedis tipe
hiperkeratotik biasanya terjadi pada kedua belah kaki di daerah plantar dan lateral
pedis.8,9
Pasien sudah mengeluhkan hal ini sejak 2 tahun yang lalu dan hilang
timbul. Berdasarkan teori, tinea pedis tipe hiperkeratotik merupakan tipe tinea
pedis kronik yang sukar disembuhkan dan sering memiliki gejala hiperkeratosis
10,6
jangka panjang yang kurang respon terhadap pengobatan. Tinea pedis juga

8
9

seringkali kambuh, kebersihan kaki yang kurang baik dapat meningkatkan


kekambuhan pada penderita.7
Adapun diagnosis banding pada tinea pedis tipe hiperkeratotik ini adalah
Dermatitis Kontak Iritan e.c Detergent, Dyshidrosis Eczema, Keratoderma, dan
Psoriasis.1,8 (Lampiran 1)
Dermatitis kontak iritan (DKI) adalah inflamasi nonimunologi pada kulit
akibat kontak dengan bahan iritan berupa kimiawi, fisik, maupun biologik; faktor
endogen seperti fungsi pertahanan kulit dan dermatitis yang sudah ada
sebelumnya juga berperan dalam menyebabkan iritasi kulit.1 DKI dapat terjadi
pada setiap orang jika terpapar dengan bahan iritan dalam konsentrasi tinggi yang
mampu menyebabkan iritasi pada kulit. Efek dari iritasi dapat muncul dalam
beberapa menit atau beberapa jam. Jenis agen, konsentrasi, durasi paparan, dan
kondisi kulit pada saat paparan menghasilkan tanda dan gejala yang berbeda pada
setiap orang. Gejala yang sering dialami adalah seperti rasa terbakar, perih, gatal,
adanya sensasi kering dan keras. Lesi akan tampak bercak eritema pada lokasi
kontaknya kulit dan iritan, hyperkeratosis, atau fisura.1,4,6
Pada paparan iritan dosis rendah terutama mempengaruhi lapisan tanduk,
menyebabkan kulit kering dan pecah-pecah dengan menghancurkan enzim
lisosom pada lapisan tanduk. Sedangkan pada paparan dosis tinggi, iritan dapat
menyebabkan membran sel larut dan hancurnya lisosom. Paparan berulang iritan
akan memperlihatkan gejala inflamasi kronik dengan peningkatan sintesis DNA,
akantosis, dan perubahan dalam metabolisme sel.6
Dyshidrosis Eczema adalah kelainan kulit akibat inflamasi yang terlihat di
berbagai macam penyakit kulit dengan beragam etiologi. Gejala awal yang sering
dialami adalah gatal dan nyeri, terkadang kering, eritema, ekskoriasi, eksudat,
fisura, hiperkeratosis, dan likenifikasi. Secara histologi adanya perubahan
epidermis termasuk adanya spongiosis (edema epidermis) dengan variasi dari
akantosis dan hiperkeratosis, diikuti oleh infiltrasi limfohistiosistik di dermis.6
Pada masa akut, lesi tampak plak eritema dengan edema, kecil, vesikel
berkelompok. Pada masa subakut, lesi tampak plak eritema dengan sisik dan
krusta. Selanjutnya, lesi akan tertutup dengan sisik kering atau akan menjadi
likenifikasi. Gatal akan semakin terasa saat malam dan terkadang akan
10

menyebabkan insomnia. Panas dan berkeringat juga akan memperparah gatal yang
diderita.4
Keratoderma adalah kondisi dimana terjadinya penebalan kulit yang
kronik dan patologi, terutama diakibatkan oleh hiperkeratosis pada kulit yang
tidak berambut seperti di telapak tangan dan telapak kaki. Keadaan ini biasanya
dapat diperoleh pada penyakit inflamasi seperti eczema, psoriasis, dan liken; juga
dilaporkan sebagai fenomena paraneoplastik. Derajat keparahan hiperkeratosis
bervariasi, dimulai dari munculnya ketidaknyamanan dalam melakukan fungsi
utama dan ketidakmampuan sosial. Nyeri plantar pada fokal keratorderma
merupakan salah satu gejala yang sangat melemahkan pasien, ditambah dengan
hiperhidrosis dan infeksi dermatofita sekunder yang juga berkontribusi terhadap
munculnya gejala. Terapi yang tidak adekuat, dimana sebagian besar hanya
mengandalkan terapi fisik dan perawatan kaki, namun pemberian oral retinoid
juga memiliki makna dalam beberapa kasus.1
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dengan
predisposisi poligenik dengan pemicu faktor lingkungan seperti trauma, infeksi,
atau obat. Lesi berupa plak eritematosa, papul, pustul, diatasnya terdapat skuama
kasar, transparan, berlapis-lapis, dan berwarna putih keperakan. Lesi biasanya
tedapat pada kepala, siku, lutut, tangan, kaki, badan, dan kuku.1,6 Banyak
penelitian menyebutkan bahwa psoriasis biasanya dialami oleh dewasa muda,
onset awal pada pria adalah usia 22 tahun dan pada wanita di usia 16 tahun.
Psoriasis pada telapak kaki akan tampak patch berwarna putih keperakan akibat
dari garukan; sebagian plak akan terlihat seperti liken simplek atau eczema
hyperkeratosis. Bentuk lesi campuran sering terjadi. Psoriasis pada telapak kaki
biasanya berhubungan dengan trauma atau iritan. 6
Pemeriksaan penunjang yang tepat dan akurat dibutuhkan dalam
menegakkan diagnosis suatu penyakit. Pada tinea pedis, pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH, biakan jamur, dan pemeriksaan
histopatologi.11 Pemeriksaan KOH adalah pilihan pertama yang cepat dan murah
untuk mengidentifikasi hifa jamur dan spora pada tinea pedis. Pemeriksaan KOH
dilakukan dengan cara mengambil kerokan kulit pada lesi yang telah dibersihkan
dengan kertas/kapas alkohol 70%. Kerokan kulit diambil dengan menggunakan
11

blunt scalpel (No.15) atau kaca objek. Hasil kerokan kulit di letakkan diatas kaca
objek dan diteteskan cairan KOH 5-20%. Setelah 15-30 menit, sampel dapat
diperiksa dibawah mikroskop.5 Pada pasien hanya dilakukan pemeriksaan KOH,
namun tidak didapatkan hifa bersepta dan spora. Berdasarkan teori, hasil yang
didapat adalah hifa bersepta dan spora dibawah mikroskop yang sangat membantu
menegakkan diagnosa tinea pedis (infeksi dermatofita).4
Tatalaksana pengobatan yang diberikan kepada pasien ini adalah Cetirizin
10 mg (2x1 tab), Itraconazole 100 mg (2x2 tab selama 1 minggu), Thiamphenicol
2% + Miconazole Nitrate 2% Cream (pagi-malam), Asam salisilat 2% +
Ketoconazole 2% Cream (sore).
Pada pasien diberikan obat cetirizin yang merupakan obat golongan
antihistamin. Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk
mengurangi keluhan pruritus dengan memblokir efek pelepasan antihistamin
secara endogen.1
Tinea pedis dapat ditatalaksana dengan terapi anti jamur topikal atau terapi
anti jamur oral atau kombinasi keduanya. Kombinasi antara terapi anti jamur oral
dan anti jamur topikal sangat bagus untuk membasmi jamur penyebab tinea pedis
dari pada peggunaan terapi anti jamur topikal atau terapi anti jamur oral sendiri-
sendiri.11
Pada penderita tinea pedis dapat diberikan terapi anti jamur oral untuk
meningkatkan kesembuhan. Terapi anti jamur oral digunakan pada infeksi tinea
pedis kronik yang kurang respon terhadap terapi anti jamur topikal. (hospenthal)
Berdasarkan penelitian terbaru tentang terapi anti jamur oral untuk penderita tinea
pedis mengungkapkan bahwa terbinafine lebih efektif dibandingkan itrakonazol
dan griseofulvin.5 Sedangkan penelitian lainnya mengungkapkan bahwa
terbinafine dan itrakonazol oral adalah obat anti jamur oral yang efektif dengan
tingkat kesembuhan yang tinggi.7,11 Terapi anti jamur oral biasanya diberikan
selama 4-8 minggu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan
beberapa penelitian, pemberian terapi anti jamur oral Itrakonazol (100 mg/hari)
lebih efektif dari pada terapi anti jamur oral griseofulvin (500 mg/hari).11
Terapi anti jamur topikal umumnya cukup ampuh untuk pengobatan
infeksi tinea pedis. Terapi anti jamur topikal digunakan selama 1-6 minggu,
12

tergantung dari komposisi obat anti jamur tersebut. Penderita tinea pedis tipe
hipekeratotik harus di terapi selama 4 minggu. Obat anti jamur harus di oleskan
pada punggung kaki dan pinggiran kaki.5 Obat fungisidal (membunuh jamur)
seperti terbinafine, butenafine, dan naftifine lebih sering digunakan pada
pengobatan tinea pedis dibandingkan obat fungistatik (menghambat pertumbuhan
jamur) karena lebih mudah diaplikasikan sehari-hari selama satu minggu dengan
tingkat kesembuhan yang tinggi.8 Food and Drug Administration (FDA)
menganjurkan terbinafin, butenafin, mikonazol, ketokonazol, ekonazol,
klotrimazol, dan siklopirox sebagai terapi topikal yang bagus untuk tinea pedis.7
Tinea pedis tipe hiperkeratotik lebih sulit dalam pengobatan karena sisik
kulit tebal yang menyebabkan ketidakefektifan anti jamur topikal dan
membutuhkan durasi pengobatan yang lebih lama. Penggunaan keratolitik dan
anti jamur topikal secara bersamaan ditemukan lebih berguna dan efektif dalam
pencapaian awal kesembuhan klinis dan dapat megurangi durasi penggunaan obat
anti jamur oral.11 Asam salisilat merupakan salah satu bahan keratolitik yang
sudah sangat luas digunakan. Berbagai penelitian menyimpulkan terdapat tiga
faktor yang berperan penting pada mekanisme keratolitik asam salisilat, yaitu
menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen interseluler, dan melonggrakan
serta mendisintegrasi korneosit. Pada konsentrasi 0,5-2%, asam salisilat memiliki
stabilisasi stratum korneum yang menyebabkan efek keratoplastik. Selain
memiliki efek keratolitik dan keratoplastik, asam salisilat juga memiliki efek anti-
pruritus, anti-inflamasi, analgetik, bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya.12
Pengobatan yang adekuat akan memberikan prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 1. 8th ed. New
York: McGraw-Hill Companies. 2012.
2. Plaum S, Verma A, Fleischer AB, Olayinka B, Hardas B. Detection and
Relevance of Naftifine Hydrochloride in the Stratum Corneum Up to Four
Weeks Following the Last Application of Naftifine Cream and Gel, 2%.
2013;12(9):10048.
3. Sakka N, Shemer A, Barzilai A, Farhi R, Daniel R. Occult Tinea Pedis in
an Israeli Population and Predisposing Factors for the Acquisition of the
Disease. International Journal of Dermatology. 2014;54:146-9.
4. James WD, Elston DM, Berger TG. Andrew's Disease of the skin clinical
dermatology. 11th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2011.
5. Ilkit M and Durdu M. Tinea Pedis: The Etiology and Global Epidemiology
of a Common Fungal Infection. Crit Rev Microbial. 2014:1-15.
6. Griffiths CEM and Barker JNWN. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, editors.
Rook's Textbook of Dermatology. 1. 8th ed. Oxford: Wiley-Blackwell; 2010.
7. Hospenthal D, Micheal R. Diagnosis and Treatment of Fungal Infections. 2 nd ed.
SpringerLink. 2015: p.245-9.
8. Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C, Gupta R. Tinea Pedis an
Update. Asian Journal of Medical Sciences 2. 2011:134-8.
9. Ely JW, Rosenfeld S, Stone MS. Diagnosis and Management of Tinea
Infections. American Family Physician. 2014;90(10):702-11.
10. Shi TW, Zhang JA, Zhang XW, Yu HX, Tang YB, Yu JB. Combination
Treatment of Oral Terbinefine with Topical Terbinefine and 10% Urea
Ointment in Hyperkeratotic Type Tinea Pedis. Mycoses. 2014;57(9):
560-4.
11. Sahoo AK dan Mahajan R. Management of Tinea Corporis, Tinea Cruris,
and Tinea Pedis: A Comprehensive Review. Indian Dermatol Online
Journal. 2016;7;77-86.
12. Sulistyaningrum SK, Nilasari H, Effendi EH. Penggunaan Asam Salisilat
dalam Dermatologi. J Indin Med Assoc. 2012;62(7):277-284.

13
14

LAMPIRAN
Diagnosis banding pada Tn.MU :
NO Diagnosis Alasan Gambaran Lesi Foto
Diagnosis
1 Tinea Pedis Adanya keluhan Lesi patch
gatal dan lesi eritematous /
Tipe Moccasin
tampak patch hipopigmentasi,
eritematous, batas tegas,
berbatas tidak tepi ireguler,
tegas, tepi dengan dasar
ireguler, ukuran berwarna
plakat, jumlah merah muda
multipel, sampai merah,
dengan skuama terkadang
halus dan fisura, adanya fisura
distribusi dan kulit
simetris. kering, ukuran
numular-plakat,
jumlah multiple
distribusi
regional
simetris.
2 Dermatitis Adanya Lesi patch
keluhan gatal, eritematous
Kontak Iritan
lesi tampak berbatas tegas
patch tepi ireguler
eritematous ukuran
dengan skuama numular-plakat,
halus. terkadang
adanya
hyperkeratosis
dan/atau fisura,
distribusi
regional.
3 Dyshidrosis Adanya keluhan Pada masa
gatal, kulit akut, lesi
Eczema
telapak kaki tampak plak
kering dan eritema dengan
mengeras. Lesi edema, kecil,
tampak vesikel
eritematous dan berkelompok.
skuama. Pada masa
subakut, lesi
tampak plak
eritema dengan
sisik dan
15

krusta.
Selanjutnya,
lesi akan
tertutup dengan
sisik kering
atau akan
menjadi
likenifikasi.
4 Keratoderma Lesi tampak Lesi berupa
kering dan kulit yang
Palmoplantar
adanya menebal
penebalan kulit dengan warna
(hyperkeratosis) putih keperakan
pada telapak terutama di
kaki dengan daerah telapak
fisura. tangan dan
telapak kaki.

5 Psoriasis Adanya keluhan Lesi berupa


gatal, kulit plak
pustulosa palm-
telapak kaki eritematosa,
plantar (Barber) kering, dan lesi papul, pustul,
tampak patch diatasnya
eritemaous terdapat
dengan skuama skuama kasar,
halus dan transparan,
hyperkeratosis. berlapis-lapis,
dan berwarna
putih
keperakan.
Psoriasis pada
telapak kaki
akan tampak
patch berwarna
putih keperakan
akibat dari
garukan;
sebagian plak
akan terlihat
seperti liken
simplek atau
eczema
hyperkeratosis.
16

JURNAL

KOMBINASI TERBINAFIN ORAL DENGAN TERBINAFIN TOPIKAL


DAN SALEP UREA 10% UNTUK PENGOBATAN TINEA PEDIS TIPE
HIPERKERATOTIK

Tian-Wei Shi, Jiang-An Zhang, Xian-Wei Zhang, Hong-Xing Yu, Yong-Bo Tang
and Jian-Bin Yu

SUMMARY
Tinea pedis tipe hiperkeratotik merupakan infeksi jamur yang kronik dan sulit
diobati dengan anti jamur topikal. Beberapa anti jamur topikal efektif , walaupun
durasi pengobatan membutuhkan waktu yang lama, yang dimana sering
menyebabkan penurunan kepatuhan pasien dalam berobat. Untuk mengetahui
terapi jangka pendek untuk tinea pedis tipe hiperkeratotik , pada penelitian ini,
peneliti mengamati efesiensi dan keamanan penggunaan pengobatan terbinafin
topikal dan salep urea 10% yang dikombinasikan dengan pemberian terbinafin
oral. Peserta penelitian dengan tinea pedis tipe hiperkeratotik secara acak dibagi
menjadi 2 kelompok. Pasien pada kelompok I merupakan pasien yang diberikan
pengobatan dengan terbinafin oral selama 2 minggu dan terbianfin topikal
ditambah salep urea 10% selama 4 minggu. Sedangkan pasien pada kelompok II,
hanya diberikan pengobatan topikal yang diberikan selama 12 minggu. Nilai
perbaikan klinis dan eradikasi jamur dibandingkan antara kedua kelompok pada
minggu ke 24 setelah pengobatan dimulai. Kelompok I dilakukan pemberhentian
pengobatan topikal 8 minggu lebih cepat dibandingkan kelompok II. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang
dinilai dari nilai perbaikan klinis dan eradikasi jamur antara kedua kelompok
disamping tidak ada efek samping mayor yang terjadi pada kedua kelompok.
Terapi jangka pendek dengan terbinafin oral aman dan efektif. Hal ini dapat
dijadikan pilihan terapi pada pasien dengan tinea pedis tipe hiperkeratotik.
17

Tinea pedis tipe hiperkeratotik, sebagai tinea pedis yang sukar


disembuhkan, sering dengan gejala hiperkeratotik yang lama dan sedikit berespon
terhadap pengobatan. Telah banyak laporan tentang efektivitas terapi dengan
hanya menggunakan anti jamur topikal dan salep urea pada tinea pedis tipe
hiperkeratotik. Namun, karena pengobatan yang lama, pasien sering tidak
menyelesaikan pengobatannya.
Penelitian ini merupakan penelitian prospektif, double blind, randomised
control trial dengan rasio 1:1 dengan jumlah pasien 80 orang yang dibagi kedalam
2 kelompok, dengan tinea pedis tipe true hyperkeratosis yang dilakukan di the
First Affiliated Hospital of Zhengzhou University.
Peserta kelompok I diberikan pengobatan terbinafin oral dan topikal
ditambahkan urea 10% dan kelompok II mendapatkan placebo tablet dan
terbinafin topikal cream dan ditambah ura 10%. Kedua kelompok, terbinafin oral
atau placebo tablet diberikan 1 tablet (250 mg) per hari selama 2 minggu,
terbinafine cream dan salep urea 10% diberikan dua kali per hari selama 4 minggu
untuk kelompok I dan 12 minggu untuk kelompok II. Pada kelompok I, placebo
topikal digunakan setelah 4 minggu pengobatan dengan terbinafine cream dan
salep urea 10%.
Pasien dievaluasi pada sebelum pengobatan dan 2,4,8,12,24 minggu
setelah pengobatan. Efisiensi pengobatan dinilai dari perbaikan klinis dan
eradikasi jamur serta kemungkinan efek samping yang ditimbulkan untuk evaluasi
keamanan pengobatan. Hasil evaluasi terhadap nilai perbaikan klinis dan eradikasi
jamur dibandingkan antara kedua kelompok pada minggu ke 24 setelah
pengobatan dimulai dengan Kelompok I dilakukan pemberhentian pengobatan
topikal 8 minggu lebih cepat dibandingkan kelompok II.
Dari hasil penelitian didapatkan data dermografik, karakteristik penyakit
dan etiologi. Pada kelompok I didapatkan laki-laki:perempuan 17:23, dengan
rerata umur 48,5 tahun dan rerata durasi penyakit 4,1 tahun sedangkan pada
kelompok II laki-laki:perempuan 15:25, dengan rerata umur 51,3 tahun dan rerata
durasi penyakit 3,8 tahun. Untuk etiologi pada kelompok I didapatkan T.rubrum
70%, T.mentagrophytes 10%, E.floccosum 7,5%, T.megini 7,5% dan yeast like
fungus 5%. Pada kelompok II didapatkan T.rubrum 75%, T.mentagrophytes 7,5%,
18

E.floccosum 7,5%, T.megini 5% dan yeast like fungus 5%. Distribusi dan
frekuensi efisiensi berupa perbaikan klinis dan eradikasi jamur didapatkan pada
kelompok I perbaikan klinis 94,44% dan eradikasi jamur 91,67% sedangkan
kelompok II didapatkan perbaikan klinis 94,44% dan eradikasi jamur 91,67%.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan yang dinilai dari nilai perbaikan klinis dan eradikasi jamur antara kedua
kelompok.. Terapi jangka pendek dengan terbinafin oral dinilai aman dan efektif.
Hal ini dapat dijadikan pilihan terapi pada pasien dengan tinea pedis tipe
hiperkeratotik.
19

TELAAH KRITIS JURNAL TERAPI


JUDUL : KOMBINASI TERBINAFIN ORAL DENGAN TERBINAFIN
TOPIKAL DAN SALEP UREA 10% UNTUK PENGOBATAN TINEA
PEDIS TIPE HIPERKERATOTIK
Penulis: Tian-Wei Shi, Jiang-An Zhang, Xian-Wei Zhang, Hong-Xing Yu, Yong-
Bo Tang and Jian-Bin Yu
1 Apakah alokasi subyek Penelitian ini dilakukan dengan desain
penelitian ke kelompok penelitian prospektif, double blind,
terapi atau kontrol betul- randomised control trial
betul secara acak (random) Peserta dirandom dan dibagi menjadi 2
atau tidak? kelompok dengan perbandingan 1:1
Ya Semua pengamat dan peserta tidak
mengetahui alokasi pengobatan selama
penelitian. Hanya ketua penelitian yang
mengetahui kode acakan pemberian
obat, yang tidak akan melakukan kontak
dengan peserta dan data statistik.
Kerangka acakan dirahasiakan sampai
pengerahan, pengumpulan data klinis
dan laboratorium, analisa statistik
semuanya selesai sesuai dengan aturan
yang ada.
2 Apakah semua keluaran Penyajian distribusi data dermografis,
(outcome) dilaporkan? karakteristik penyakit dan etiologi serta
Ya nilai evaluasi klinis pada minggu
0,2,4,8,12,24 antara kedua kelompok
disajikan dengan detail dalam bentuk
tabel dan grafik.
Untuk analisa data pada penelitian ini
dilakukan juga penyajian dalam bentuk
tabel dan grafik yang berisikan informasi
data yang dianalisis
20

3 Apakah lokasi studi Penelitian ini dilakukan dengan


menyerupai lokasi anda mengambil lokasi rumah sakit gabungan
bekerja atau tidak? universitas Zhengzhou, China.
Ya
4 Apakah kemaknaan statistik Data pasien yang terdiagnosis tinea pedis
maupun klinis tipe hiperkeratotik dan memenuhi
dipertimbangkan ataupun kriteria inklusi dan eksklusi dilaporkan
dilaporkan? berupa data dermografis seperti jenis
Ya kelamin dan umur; karakteristik penyakit
seperti lama menderita dan etiologi.
Untuk analisa efisiensi obat dinilai dari
evaluasi perbaikan klinis dari sign and
symptom serta eradikasi jamur
sedangkan keamanan dinilai efek
sampng yang timbul selama pengobatan
dilakukan.
5 Apakah tindakan terapi Terbinafin baik oral maupun topikal
yang dilakukan dapat merupakan obat yang umum digunakan
dilakukan di tempat anda untuk infeksi jamur. Golongan allylamin
bekerja atau tidak? ini memiliki efektifitas yang lebih tinggi
Ya dibandingkan golongann azole.
Urea dengan konsentrasi 10% dalam
krim mempunyai efek emolien
(melembabkan) sehingga dapat
digunakan untuk pengobatan tinea pedis
tipe hiperkeratotik.
Obat-obatan yang dipakai dalam
penelitian ini banyak dijual di pasaran
obat Indonesia.
6 Apakah semua subyek Semua subyek data dermografis, durasi
penelitian diperhitungkan penyakit, etiologi, dan efisiensi
dalam kesimpulan? pengobatan dilakukan pengujian statistik
21

Ya dengan membandingkan kedua


kelompok dengan nilai p>0,05. Sehingga
dapat ditarik kesimpulan.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan dari 6 pertanyaan memiliki
jawaban iya sebanyak 6 pertanyaan dan tidak sebanyak 0 pertanyaan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul kombinasi terbinafin oral
dengan terbinafin topikal dan salep urea 10% untuk pengobatan tinea pedis tipe
hiperkeratotik layak untuk dibaca dan layak untuk diadaptasikan sebagai
penelitian lanjutan di RSUDZA.

Anda mungkin juga menyukai