Oleh:
Pembimbing:
Fitria Salim
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
JURNAL ............................................................................................................ 16
Resume Jurnal ............................................................................................. 16
Kritisi Jurnal ............................................................................................... 19
Kesimpulan ................................................................................................. 21
iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.a Lesi pada Regio Plantar Pedis Dextra et Sinistra ............................ 4
Gambar 1.b Lesi pada Regio Plantar Pedis Dextra ............................................. 5
Gambar 1.c Lesi pada Regio Plantar Pedis Sinsitra ............................................ 5
iv
PENDAHULUAN
1
2
diagnosis dan tatalaksana yang tepat sangat penting untuk tinea pedis tipe ini.
Penegakan diagnosis dapat ditinjau dari anamnesis, pemeriksaan status
dermatologis dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan KOH. Hasil yang
didapat dari pemeriksaan KOH adalah hifa bersepta dan spora di bawah
mikroskop yang sangat membantu menegakkan diagnosa tinea pedis (infeksi
dermatofita).4
LAPORAN KASUS POLI
Identitas Pasien
Nama : Tn. MU
Umur : 43 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku : Aceh
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta (Pedagang)
Status Perkawinan : Menikah
Alamat : Lambaro Angan
Tanggal Pemeriksaan : 13 Juni 2016
Nomor CM : 0-67-32-25
Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
Pasien datang dengan keluhan gatal di kedua telapak kaki. Keluhan ini
dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul. Rasa gatal terutama
dirasakan saat berkeringat. Rasa gatal berkurang dengan penggunaan obat salep
dari dokter. Pada telapak kaki tampak bercak kemerahan ditutupi kulit kaki yang
terkelupas. Pasien juga mengeluhkan telapak kakinya pecah-pecah dan kering.
3
4
Terakhir kali pasien diberikan terapi ketokonazole cream 2%, asam salisilat
3% + momethasone furoat.
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.
Riwayat Sosial
Pasien bekerja sebagai pedagang kios di dekat rumah. Memakai alas kaki
berupa sandal dan mencuci baju sendiri di rumah menggunakan detergent tanpa
mesin cuci.
Deskripsi Lesi : Tampak patch eritematous, berbatas tidak tegas, tepi ireguler,
ukuran plakat, jumlah multipel, dengan skuama halus dan
fisura, distribusi simetris.
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN PENUNJANG
RESUME
Seorang pasien laki-laki usia 43 tahun datang dengan keluhan gatal di kedua
telapak kaki. Keluhan ini dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan hilang timbul.
Rasa gatal terutama dirasakan saat berkeringat. Rasa gatal berkurang dengan
penggunaan obat salep dari dokter. Pasien juga mengeluhkan telapak kakinya
pecah-pecah dan kering. Pada pemeriksaan fisik kulit regio plantar pedis
didapatkan tampak patch eritematous, berbatas tidak tegas, tepi ireguler, ukuran
plakat, jumlah multipel, dengan skuama halus dan fisura, distribusi simetris.
DIAGNOSIS KLINIS
TATALAKSANA
a. Terapi Sistemik
- Cetirizin 10 mg (2x1 tab)
- Itraconazole 100 mg (2x2 tab selama 1 minggu)
b. Terapi Topikal
- Thiamphenicol 2% + Miconazole Nitrate 2% Cream (pagi-malam)
- Asam salisilat 2% + Ketoconazole Cream (sore)
c. Edukasi
- Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit tinea pedis yang sedang
dialami pasien.
- Menjelaskan kepada pasien bahwa tinea pedis dapat kambuh namun
bisa dikontrol dengan menjaga kebersihan tubuh terutama kaki, dan
memakai alas kaki yang sesuai dengan kondisi kaki pasien.
7
PROGNOSIS
8
9
menyebabkan insomnia. Panas dan berkeringat juga akan memperparah gatal yang
diderita.4
Keratoderma adalah kondisi dimana terjadinya penebalan kulit yang
kronik dan patologi, terutama diakibatkan oleh hiperkeratosis pada kulit yang
tidak berambut seperti di telapak tangan dan telapak kaki. Keadaan ini biasanya
dapat diperoleh pada penyakit inflamasi seperti eczema, psoriasis, dan liken; juga
dilaporkan sebagai fenomena paraneoplastik. Derajat keparahan hiperkeratosis
bervariasi, dimulai dari munculnya ketidaknyamanan dalam melakukan fungsi
utama dan ketidakmampuan sosial. Nyeri plantar pada fokal keratorderma
merupakan salah satu gejala yang sangat melemahkan pasien, ditambah dengan
hiperhidrosis dan infeksi dermatofita sekunder yang juga berkontribusi terhadap
munculnya gejala. Terapi yang tidak adekuat, dimana sebagian besar hanya
mengandalkan terapi fisik dan perawatan kaki, namun pemberian oral retinoid
juga memiliki makna dalam beberapa kasus.1
Psoriasis adalah penyakit peradangan kulit yang kronik dengan
predisposisi poligenik dengan pemicu faktor lingkungan seperti trauma, infeksi,
atau obat. Lesi berupa plak eritematosa, papul, pustul, diatasnya terdapat skuama
kasar, transparan, berlapis-lapis, dan berwarna putih keperakan. Lesi biasanya
tedapat pada kepala, siku, lutut, tangan, kaki, badan, dan kuku.1,6 Banyak
penelitian menyebutkan bahwa psoriasis biasanya dialami oleh dewasa muda,
onset awal pada pria adalah usia 22 tahun dan pada wanita di usia 16 tahun.
Psoriasis pada telapak kaki akan tampak patch berwarna putih keperakan akibat
dari garukan; sebagian plak akan terlihat seperti liken simplek atau eczema
hyperkeratosis. Bentuk lesi campuran sering terjadi. Psoriasis pada telapak kaki
biasanya berhubungan dengan trauma atau iritan. 6
Pemeriksaan penunjang yang tepat dan akurat dibutuhkan dalam
menegakkan diagnosis suatu penyakit. Pada tinea pedis, pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan KOH, biakan jamur, dan pemeriksaan
histopatologi.11 Pemeriksaan KOH adalah pilihan pertama yang cepat dan murah
untuk mengidentifikasi hifa jamur dan spora pada tinea pedis. Pemeriksaan KOH
dilakukan dengan cara mengambil kerokan kulit pada lesi yang telah dibersihkan
dengan kertas/kapas alkohol 70%. Kerokan kulit diambil dengan menggunakan
11
blunt scalpel (No.15) atau kaca objek. Hasil kerokan kulit di letakkan diatas kaca
objek dan diteteskan cairan KOH 5-20%. Setelah 15-30 menit, sampel dapat
diperiksa dibawah mikroskop.5 Pada pasien hanya dilakukan pemeriksaan KOH,
namun tidak didapatkan hifa bersepta dan spora. Berdasarkan teori, hasil yang
didapat adalah hifa bersepta dan spora dibawah mikroskop yang sangat membantu
menegakkan diagnosa tinea pedis (infeksi dermatofita).4
Tatalaksana pengobatan yang diberikan kepada pasien ini adalah Cetirizin
10 mg (2x1 tab), Itraconazole 100 mg (2x2 tab selama 1 minggu), Thiamphenicol
2% + Miconazole Nitrate 2% Cream (pagi-malam), Asam salisilat 2% +
Ketoconazole 2% Cream (sore).
Pada pasien diberikan obat cetirizin yang merupakan obat golongan
antihistamin. Pemberian antihistamin oral secara luas digunakan untuk
mengurangi keluhan pruritus dengan memblokir efek pelepasan antihistamin
secara endogen.1
Tinea pedis dapat ditatalaksana dengan terapi anti jamur topikal atau terapi
anti jamur oral atau kombinasi keduanya. Kombinasi antara terapi anti jamur oral
dan anti jamur topikal sangat bagus untuk membasmi jamur penyebab tinea pedis
dari pada peggunaan terapi anti jamur topikal atau terapi anti jamur oral sendiri-
sendiri.11
Pada penderita tinea pedis dapat diberikan terapi anti jamur oral untuk
meningkatkan kesembuhan. Terapi anti jamur oral digunakan pada infeksi tinea
pedis kronik yang kurang respon terhadap terapi anti jamur topikal. (hospenthal)
Berdasarkan penelitian terbaru tentang terapi anti jamur oral untuk penderita tinea
pedis mengungkapkan bahwa terbinafine lebih efektif dibandingkan itrakonazol
dan griseofulvin.5 Sedangkan penelitian lainnya mengungkapkan bahwa
terbinafine dan itrakonazol oral adalah obat anti jamur oral yang efektif dengan
tingkat kesembuhan yang tinggi.7,11 Terapi anti jamur oral biasanya diberikan
selama 4-8 minggu untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Berdasarkan
beberapa penelitian, pemberian terapi anti jamur oral Itrakonazol (100 mg/hari)
lebih efektif dari pada terapi anti jamur oral griseofulvin (500 mg/hari).11
Terapi anti jamur topikal umumnya cukup ampuh untuk pengobatan
infeksi tinea pedis. Terapi anti jamur topikal digunakan selama 1-6 minggu,
12
tergantung dari komposisi obat anti jamur tersebut. Penderita tinea pedis tipe
hipekeratotik harus di terapi selama 4 minggu. Obat anti jamur harus di oleskan
pada punggung kaki dan pinggiran kaki.5 Obat fungisidal (membunuh jamur)
seperti terbinafine, butenafine, dan naftifine lebih sering digunakan pada
pengobatan tinea pedis dibandingkan obat fungistatik (menghambat pertumbuhan
jamur) karena lebih mudah diaplikasikan sehari-hari selama satu minggu dengan
tingkat kesembuhan yang tinggi.8 Food and Drug Administration (FDA)
menganjurkan terbinafin, butenafin, mikonazol, ketokonazol, ekonazol,
klotrimazol, dan siklopirox sebagai terapi topikal yang bagus untuk tinea pedis.7
Tinea pedis tipe hiperkeratotik lebih sulit dalam pengobatan karena sisik
kulit tebal yang menyebabkan ketidakefektifan anti jamur topikal dan
membutuhkan durasi pengobatan yang lebih lama. Penggunaan keratolitik dan
anti jamur topikal secara bersamaan ditemukan lebih berguna dan efektif dalam
pencapaian awal kesembuhan klinis dan dapat megurangi durasi penggunaan obat
anti jamur oral.11 Asam salisilat merupakan salah satu bahan keratolitik yang
sudah sangat luas digunakan. Berbagai penelitian menyimpulkan terdapat tiga
faktor yang berperan penting pada mekanisme keratolitik asam salisilat, yaitu
menurunkan ikatan korneosit, melarutkan semen interseluler, dan melonggrakan
serta mendisintegrasi korneosit. Pada konsentrasi 0,5-2%, asam salisilat memiliki
stabilisasi stratum korneum yang menyebabkan efek keratoplastik. Selain
memiliki efek keratolitik dan keratoplastik, asam salisilat juga memiliki efek anti-
pruritus, anti-inflamasi, analgetik, bakteriostatik, fungistatik, dan tabir surya.12
Pengobatan yang adekuat akan memberikan prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K,
editors. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 1. 8th ed. New
York: McGraw-Hill Companies. 2012.
2. Plaum S, Verma A, Fleischer AB, Olayinka B, Hardas B. Detection and
Relevance of Naftifine Hydrochloride in the Stratum Corneum Up to Four
Weeks Following the Last Application of Naftifine Cream and Gel, 2%.
2013;12(9):10048.
3. Sakka N, Shemer A, Barzilai A, Farhi R, Daniel R. Occult Tinea Pedis in
an Israeli Population and Predisposing Factors for the Acquisition of the
Disease. International Journal of Dermatology. 2014;54:146-9.
4. James WD, Elston DM, Berger TG. Andrew's Disease of the skin clinical
dermatology. 11th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2011.
5. Ilkit M and Durdu M. Tinea Pedis: The Etiology and Global Epidemiology
of a Common Fungal Infection. Crit Rev Microbial. 2014:1-15.
6. Griffiths CEM and Barker JNWN. Psoriasis. In: Burns T, Breathnach S, editors.
Rook's Textbook of Dermatology. 1. 8th ed. Oxford: Wiley-Blackwell; 2010.
7. Hospenthal D, Micheal R. Diagnosis and Treatment of Fungal Infections. 2 nd ed.
SpringerLink. 2015: p.245-9.
8. Kumar V, Tilak R, Prakash P, Nigam C, Gupta R. Tinea Pedis an
Update. Asian Journal of Medical Sciences 2. 2011:134-8.
9. Ely JW, Rosenfeld S, Stone MS. Diagnosis and Management of Tinea
Infections. American Family Physician. 2014;90(10):702-11.
10. Shi TW, Zhang JA, Zhang XW, Yu HX, Tang YB, Yu JB. Combination
Treatment of Oral Terbinefine with Topical Terbinefine and 10% Urea
Ointment in Hyperkeratotic Type Tinea Pedis. Mycoses. 2014;57(9):
560-4.
11. Sahoo AK dan Mahajan R. Management of Tinea Corporis, Tinea Cruris,
and Tinea Pedis: A Comprehensive Review. Indian Dermatol Online
Journal. 2016;7;77-86.
12. Sulistyaningrum SK, Nilasari H, Effendi EH. Penggunaan Asam Salisilat
dalam Dermatologi. J Indin Med Assoc. 2012;62(7):277-284.
13
14
LAMPIRAN
Diagnosis banding pada Tn.MU :
NO Diagnosis Alasan Gambaran Lesi Foto
Diagnosis
1 Tinea Pedis Adanya keluhan Lesi patch
gatal dan lesi eritematous /
Tipe Moccasin
tampak patch hipopigmentasi,
eritematous, batas tegas,
berbatas tidak tepi ireguler,
tegas, tepi dengan dasar
ireguler, ukuran berwarna
plakat, jumlah merah muda
multipel, sampai merah,
dengan skuama terkadang
halus dan fisura, adanya fisura
distribusi dan kulit
simetris. kering, ukuran
numular-plakat,
jumlah multiple
distribusi
regional
simetris.
2 Dermatitis Adanya Lesi patch
keluhan gatal, eritematous
Kontak Iritan
lesi tampak berbatas tegas
patch tepi ireguler
eritematous ukuran
dengan skuama numular-plakat,
halus. terkadang
adanya
hyperkeratosis
dan/atau fisura,
distribusi
regional.
3 Dyshidrosis Adanya keluhan Pada masa
gatal, kulit akut, lesi
Eczema
telapak kaki tampak plak
kering dan eritema dengan
mengeras. Lesi edema, kecil,
tampak vesikel
eritematous dan berkelompok.
skuama. Pada masa
subakut, lesi
tampak plak
eritema dengan
sisik dan
15
krusta.
Selanjutnya,
lesi akan
tertutup dengan
sisik kering
atau akan
menjadi
likenifikasi.
4 Keratoderma Lesi tampak Lesi berupa
kering dan kulit yang
Palmoplantar
adanya menebal
penebalan kulit dengan warna
(hyperkeratosis) putih keperakan
pada telapak terutama di
kaki dengan daerah telapak
fisura. tangan dan
telapak kaki.
JURNAL
Tian-Wei Shi, Jiang-An Zhang, Xian-Wei Zhang, Hong-Xing Yu, Yong-Bo Tang
and Jian-Bin Yu
SUMMARY
Tinea pedis tipe hiperkeratotik merupakan infeksi jamur yang kronik dan sulit
diobati dengan anti jamur topikal. Beberapa anti jamur topikal efektif , walaupun
durasi pengobatan membutuhkan waktu yang lama, yang dimana sering
menyebabkan penurunan kepatuhan pasien dalam berobat. Untuk mengetahui
terapi jangka pendek untuk tinea pedis tipe hiperkeratotik , pada penelitian ini,
peneliti mengamati efesiensi dan keamanan penggunaan pengobatan terbinafin
topikal dan salep urea 10% yang dikombinasikan dengan pemberian terbinafin
oral. Peserta penelitian dengan tinea pedis tipe hiperkeratotik secara acak dibagi
menjadi 2 kelompok. Pasien pada kelompok I merupakan pasien yang diberikan
pengobatan dengan terbinafin oral selama 2 minggu dan terbianfin topikal
ditambah salep urea 10% selama 4 minggu. Sedangkan pasien pada kelompok II,
hanya diberikan pengobatan topikal yang diberikan selama 12 minggu. Nilai
perbaikan klinis dan eradikasi jamur dibandingkan antara kedua kelompok pada
minggu ke 24 setelah pengobatan dimulai. Kelompok I dilakukan pemberhentian
pengobatan topikal 8 minggu lebih cepat dibandingkan kelompok II. Dari hasil
penelitian didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan yang
dinilai dari nilai perbaikan klinis dan eradikasi jamur antara kedua kelompok
disamping tidak ada efek samping mayor yang terjadi pada kedua kelompok.
Terapi jangka pendek dengan terbinafin oral aman dan efektif. Hal ini dapat
dijadikan pilihan terapi pada pasien dengan tinea pedis tipe hiperkeratotik.
17
E.floccosum 7,5%, T.megini 5% dan yeast like fungus 5%. Distribusi dan
frekuensi efisiensi berupa perbaikan klinis dan eradikasi jamur didapatkan pada
kelompok I perbaikan klinis 94,44% dan eradikasi jamur 91,67% sedangkan
kelompok II didapatkan perbaikan klinis 94,44% dan eradikasi jamur 91,67%.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang
signifikan yang dinilai dari nilai perbaikan klinis dan eradikasi jamur antara kedua
kelompok.. Terapi jangka pendek dengan terbinafin oral dinilai aman dan efektif.
Hal ini dapat dijadikan pilihan terapi pada pasien dengan tinea pedis tipe
hiperkeratotik.
19
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kritisi jurnal didapatkan dari 6 pertanyaan memiliki
jawaban iya sebanyak 6 pertanyaan dan tidak sebanyak 0 pertanyaan,
sehingga dapat disimpulkan bahwa jurnal dengan judul kombinasi terbinafin oral
dengan terbinafin topikal dan salep urea 10% untuk pengobatan tinea pedis tipe
hiperkeratotik layak untuk dibaca dan layak untuk diadaptasikan sebagai
penelitian lanjutan di RSUDZA.