Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abortus adalah pengakhiran hasil konsepsi sebelum janin bisa hidup diluar
rahim. Abortus imminens adalah abortus yang membakat maksudnya adalah belum
terjadi abortus sesungguhnya, janin masih bisa dipertahanan, tetapi bisa juga abortus ini
berlanjut ke abortus insipiens dan inkomplit.1,2

Insiden abortus dipengarui oleh umur dan riwayat obstetrik seperti kelahiran
normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran dengan anak memiliki
kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan sekitar 10-15 % dari semua kehamilan
sebelum usia kehamilan 20 minggu. Namun, frekuensi angka kejadian sebenarnya dapat
lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak dilaporkan. Delapan puluh persen
kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal ini banyak
disebabkan karena kelainan pada kromosom.1

Mulai tahun 2005, World Health Organization (WHO) mengajak semua negara
memberikan prioritas terhadap penanganan masalah kesehatan ibu dan anak. Dalam
Seminar Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana untuk Mencapai
Millenium Development Goals (MDGs) tahun 2007, dikatakan bahwa kurang lebih
15.700 wanita di Indonesia meninggal selama proses kehamilan, persalinan, dan nifas
setiap tahun. Jumlah ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan data kematian ibu
negara Malaysia, Singapura dan Brunei. Penyebab kematian ibu antara lain perdarahan
sebesar 27,87%, eklamsia sebesar 23,27%, infeksi sebesar 5,2%, abortus dan lain-lain
sebesar 43,18%. Perdarahan adalah penyebab terbesar kematian ibu tetapi abortus juga
mempunyai pengaruh yang besar terhadap kematian ibu.3,4

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Abortus

Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin


mampu bertahan hidup pada usia kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada
tanggal hari pertama haid normal terakhir atau berat janin kurang dari 500 gram.2

2.2 Klasifikasi1,2

2.2.1 Abortus spontan1,2

Abortus yang terjadi yang tidak dlalui oleh factor mekanis maupun faktor
medisinalis semata-mata disebabkan oleh factor alamiah. Abortus spontan secara klinis
dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus,
abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion, abortus habitualis,
abortus infeksiosus dan aborrtus septik.

Abortus imminens
Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi
serviks. Diagnosis abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil
terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau
tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif.
Abortus insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam
uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan
bertambah.

Abortus inkompletus
Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal,

2
kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Abortus kompletus
Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil konsepsi telah di
keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah kehamilan telah dilahirkan dengan
lengkap. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah
menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah
apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya
sudah keluar dengan lengkap.
Missed abortion
Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin yang mati
tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan selama 8 minggu atau lebih.
Missed abortion biasanya didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang
kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan.
Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi,
uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes kehamilan menjadi negatif.
Dengan ultrasonografi dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan
besarnya sesuai dengan usia kehamilan.
Abortus habitualis
Keadaan dimana penderita mengalami keguguran berturut-turut tiga kali
atau lebih. Pada umumnya penderita tidak sukar menjadi hamil, tetapi
kehamilannya berakhir sebelum 20 minggu.
Abortus infeksiosus dan aborrtus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia,
sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat dengan penyebaran
kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam
uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya ditemukan
pada abortus inkompletus dan lebih sering ditemukan pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Umumnya pada abortus infeksiosa, infeksi terbatas pada desidua. Pada
abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi menyebar ke miometrium,
tuba, parametrium, dan peritoneum. Apabila infeksi menyebar lebih jauh,
terjadilah peritonitis umum atau sepsis, dengan kemungkinan diikuti oleh syok.

3
2.2.2 Abortus provokatus1,2

Abortus provokatus adalah tindakan abortus yang sengaja dilakukan untuk


menghilangkan kehamilan sebelum umur 20 minggu atau berat janin 500 gram, baik
dengan memakai alat-alat atau menggunakan obat-obatan, abortus ini terbagi atas :

Abortus terapeutik (medisinalis)


Abortus karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan
dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis).
Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
Abortus kriminalis
Abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal
atau tidak berdasarkan indikasi medis.
Unsafe Abortion
Upaya untuk terminasi kehamilan muda dimana pelaksana tindakan
tersebut tidak mempunyai cukup keahlian dan prosedur standar yang aman
sehingga dapat membahayakan keselamatan jiwa pasien.

2.3 Abortus imminens

2.3.1 Definisi

Abortus imminens adalah abortus tingkat permulaan dan ancaman terjadinya


abortus, ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan, dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin
berlanjut atau dipertahankan.5

2.3.2 Etiologi1,2,5

Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya


disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 12 minggu),
abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal.

Faktor ovofetal meliputi pemeriksaan USG janin dan histopatologis, selanjutnya


menunjukkan bahwa pada 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk

4
berkembang atau terjadi malformasi pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui
bahwa latar belakang kejadian abortus adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus,
terbukti adanya kegagalan trofoblast untuk melakukan implantasi dengan adekuat.

Faktor maternal hanya sebanyak 2%, peristiwa abortus disebabkan oleh adanya
penyakit sistemik maternal (systemic lupus erythematosis) dan infeksi sistemik maternal
tertentu lainnya. Pada 8% peristiwa abortus berkaitan dengan abnormalitas uterus
(kelainan uterus kongenital, mioma uteri submukosa, inkompetensia servik). Terdapat
dugaan bahwa masalah psikologis memiliki peranan pula dengan kejadian abortus
meskipun sulit untuk dibuktikan atau dilakukan penilaian lanjutan.

Beberapa faktor-faktor yang dapat menyebabkan abortus secara umum dapat di


jelaskan sebagai berikut :

Faktor genetik
Sekitar 5% abortus terjadi karena faktor genetik, paling sering
ditemukannya kromosom trisomi dengan trisomi 16. Penyebab yang paling
sering menimbulkan abortus adalah abnormalitas kromosom pada janin. Lebih
dari 60% abortus yang terjadi pada trimester pertama menunjukkan beberapa
tipe abnormalitas genetik. Abnormalitas genetik yang paling sering terjadi
adalah aneuploidi (abnormalitas komposisi kromosom) contohnya trisomi
autosom yang menyebabkan lebih dari 50% abortus spontan.
Poliploidi menyebabkan sekitar 22% dari abortus spontan yang terjadi
akibat kelainan kromosom. Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki riwayat
abortus spontan yang berulang salah satu dari pasangan tersebut membawa sifat
kromosom yang abnormal. Identifikasi dapat dilakukan dengan pemeriksaan
kariotipe dimana bahan pemeriksaan diambil dari darah tepi pasangan tersebut.
Tetapi tentunya pemeriksaan ini belum berkembang di Indonesia dan biayanya
cukup tinggi.
Faktor anatomi
Faktor anatomi kogenital dan didapat pernah dilaporkan timbul pada 10-
15% wanita dengan abortus spontan yang rekuren. Abnormalitas anatomi
maternal yang dihubungkan dengan kejadian abortus spontan yang berulang
termasuk inkompetensi serviks, kongenital dan defek uterus yang didapatkan

5
(acquired). Malformasi kongenital termasuk fusi duktus Mulleri yang inkomplit
yang dapat menyebabkan uterus unikornus, bikornus atau uterus ganda.
Defek pada uterus yang acquired yang sering dihubungkan dengan
kejadian abortus spontan berulang termasuk perlengketan uterus atau sinekia dan
leiomioma. Adanya kelainan anatomis ini dapat diketahui dari pemeriksaan
ultrasonografi (USG), histerosalfingografi (HSG), histeroskopi dan laparoskopi
(prosedur diagnostik). Pemeriksaan yang dapat dianjurkan kepada pasien ini
adalah pemeriksaan USG dan HSG.
Faktor endokrin
Kenaikan insiden abortus bisa disebabkan oleh hipertiroidismus, diabetes
melitus dan defisisensi progesteron. Hipotiroidismus tampaknya tidak berkaitan
dengan kenaikan insiden abortus. Pengendalian glukosa yang tidak adekuat
dapat menaikkan insiden abortus. Defisiensi progesteron karena kurangnya
sekresi hormon tersebut dari korpus luteum atau plasenta, mempunyai kaitan
dengan kenaikan insiden abortus. Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormon tersebut secara teoritis akan
mengganggu nutrisi pada hasil konsepsi dan dengan demikian turut berperan
dalam peristiwa kematiannya.

Faktor infeksi
Infeksi termasuk infeksi yang diakibatkan oleh TORC (Toksoplasma,
Rubella, Cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan
dengan abortus spontan berulang. Organisme-organisme yang sering diduga
sebagai penyebab antara lain Chlamydia, Ureaplasma, Mycoplasma,
Cytomegalovirus, Listeria monocytogenes dan Toxoplasma gondii. Infeksi aktif
yang menyebabkan abortus spontan berulang masih belum dapat dibuktikan.
Namun untuk lebih memastikan penyebab, dapat dilakukan pemeriksaan kultur
yang bahannya diambil dari cairan pada servikal dan endometrial.
Faktor antibodi
Terdapat antibodi kardiolipid yang mengakibatkan pembekuan darah
dibelakang ari-ari sehingga mengakibatkan kematian janin karena kurangnya
aliran darah dari ari-ari tersebut. Faktor imunologis yang telah terbukti

6
signifikan dapat menyebabkan abortus spontan yang berulang antara lain:
antibodi antinuklear, antikoagulan lupus dan antibodi cardiolipin.
Adanya penanda ini meskipun gejala klinis tidak tampak dapat
menyebabkan abortus spontan yang berulang. Inkompatibilitas golongan darah
A, B, O, dengan reaksi antigen antibodi dapat menyebabkan abortus berulang,
karena pelepasan histamin mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan
fragilitas kapiler.
Faktor penyakit kronis
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan
keadaan ibu, misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang
menyebabkan abortus, sebaliknya pasien penyakit tersebut sering meninggal
dunia tanpa melahirkan. Adanya penyakit kronis (diabetes melitus, hipertensi
kronis, penyakit liver/ginjal kronis) dapat diketahui lebih mendalam melalui
anamnesa yang baik.
Penting juga diketahui bagaimana perjalanan penyakitnya jika memang
pernah menderita infeksi berat, seperti apakah telah diterapi dengan tepat dan
adekuat. Untuk eksplorasi kausa, dapat dikerjakan beberapa pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan gula darah, tes fungsi hati dan tes fungsi ginjal
untuk menilai apakah ada gangguan fungsi hepar dan ginjal atau diabetes
melitus yang kemudian dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan seperti
persalinan prematur.
Faktor nutrisi
Malnutrisi umum yang sangat berat memiliki kemungkinan paling besar
menjadi predisposisi abortus. Meskipun demikian, belum ditemukan bukti yang
menyatakan bahwa defisisensi salah satu atau semua nutrien dalam makanan
merupakan suatu penyebab abortus yang penting.
Obat-obat rekreasional, toksin lingkungan dan psikologis ibu

2.3.3 patofisiologi1,5

Pada permulaan, terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
benda yang dianggap asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada
kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili

7
korealis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14
minggu, telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan
tertinggal, karena itu akan banyak terjadi perdarahan.

Patofisiologis terjadina keguguran, mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh


jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan nutrisi dan
O2. Bagian yang terlepas di anggap benda asing, sehingga rahim berusaha untuk
mengeluarkan dengan kontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya
atau sebagian masih tertinggal, yang menyebabkan berbagai penyulit. Oleh karena itu,
keguguran memberikan gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi
perdarahan, dan di sertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi. Berntuk
perdarahn bervariasi, di antarnya :
- Sedikit-sedikit dan berlangsung lama
- Sekaligus dalam jumlah yang besar dapat di sertai gumpalan
- Akibat perdarahan tidak menimbulkan gangguan apapun, dapat
menimbulkan syok
2.3.4 Gejala Klinis1,2,5
Gejala klinis abortus imminens pada dasarnya bisa di bedakan dari abortus
spontan yang lain nya, perbedaan yang khas terletak pada keadaan konsepsi dan serviks,
lebih jelas nya sebagai berikut :
hasil konsepsi masih ada dalam uerus
pembukaan serviks tidak ada
perdarahan pervagina adalah gejala yang paling khas pada semua jenis abortus
termasuk abortus iminens, tetapi kadang-kadang darahnya sedikit dan
berlangsung lama, dalam perdarahan ini tidak ada jarngan plasenta yang
dikeluarkan.

nyeri abdomen bagian bawah, biasanya terjadi pada bagian perut diatas simpisis,
biasanya ringan bahkan kadang-kadang tidak dirasakan.
terlambat haid
ada tanda-tanda hamil muda
plano tes masih positif

8
pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan dan
terjadi kontraksi otot rahim.
Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup

Pada hasil USG tampak kantong kehamilan masih utuh dan tampak janin

2.3.5 Diagnosa1,2,5
Diagnosis abortus imminens ditegakkan berdasarkan
Anamnesa
- Perdarahan pervaginam berwarna merah segar, biasanya berlangsung lama
tetapi darahnya sedikit
- Nyeri perut bagian bawah yang ringan bahkan tidak ada sama sekali
- Riwayat terlambat haid
- Ada tanda-tanda hamil muda
- Ada riwayat kelainan-gangguan kehamilan sebelumnya
Pemeriksaan fisik
- Inspeksi
Tampak perdarahan pervaginam
Tampak pembesaran perut sesuai dengan usia kehamilan
- Palpasi
Nyeri perut bagian bawah, kadang-kadang tidak ada nyeri perut
bagian bawah
Fundus uteri teraba
Ada kontraksi uterus
- Inspekulo
Tampak mulut rahim tertutup
Tampak perdarahan
- Auskultasi
Terdengar DJJ
- Pemeriksaan dalam
Tidak ada pembukaan
Pemeriksaan penunjang
- USG
Tampak kantong kehamilan masih utuh
Tampak janin masih bagus
Jantung janin berdenyut

9
- Laboratorium
Darah rutin
Hb normal dan bisa menurun bila banyak pendarahan
Leukosit normal dan bisa meningkat bila ada infeksi
Plano tes positif
2.3.6 Diagnosa banding1,2

Abortus
Perdarahan insipiens Missed Kehamilan Abortus
inplantasi atau bortion ektopik iminens
inkomplit
Ada, Ada, Ada, Ada, Ada,
tapi beberapa karena tapi
biasanya tetapi
saat setelah missed berwarna
lebih sedikit
Perdarahan
terlambat abortion merah
banyak
pervaginam
haid kelanjutan kehitaman
dari abortus
iminens

Nyeri perut Tidak ada Ada, Tidak ada Ada, Ada,


biasanya biasanya tetapi
berat perut bagian ringan
bawah bahkan
kanan/kiri tidak ada

10
sama
sekali
Positif Positif Negative Positif/ positif
Plano tes
negatif
Dilatasi Tertutup Terbuka Tertutup Tertutup Tertutup
Serviks

2.3.7 Penatalaksanaan6,7
Bila konsepsi masih bisa di pertahankan
- Istirahat berbaring.
Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara
ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan bekurang nya
rangsang mekanik.
- Pemberian hormon progesterone pada abortus imminens masih menjadi
perdebatan. Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan
didapatkan adanya kekurangan hormon progesterone.
- Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak
demam dan setiap 4 jam bila pasien demam
- Diet tinggi protein dan vitamin C
- Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dangan cairan antiseptic untuk
mencegah infeks
- Anjuran untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau
melakukan hubungan seksual
- Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan apakah janin
masih hidup
Konsepsi tidak bisa di pertahankan
- Kurretage

2.3.8 Komplikasi5,6

kelahiran prematur

abortus spontan yang berujung pada kematian janin.

berlanjut menjadi abortus insipient atau inkomplit

syok

11
sepsis

12

Anda mungkin juga menyukai