merupakan alternatif utama yang perlu diperhatikan. Campuran dari zat yang titik didihnya
berdekatan atau zat yang tidak dapat menahankan sugu distilasi biarpun dalam vakum
Suatu pemanfaatan utama dari ekstraksi ialah dalam memisahkan hasil-hasil minyak bumi
yang mempunyai strutur kimia yang berlainan tetapi jangkau didihnya hampir sama. Fraksi
minyak pelumas (titik didih > 300C) diolah dengan palrut polar bertitik didih fenol, furfural,
minyak yang mengandung terutama parafin dan naftena. Senyawa aromatik itu mempunyai
karakteristik viskositas-suhu yang kurang baik, tetap tidak dapat dipisahkan dengan distilasi
Peralatan ekstraksi
Dalam ekstraksi zat cair dan zat cair, seperti halnya dalam absorpsi gas dan distilasi, kita
harus membuat kontak yang baik antara dua fase untuk memungkinkan terjadinya
perpindahan massa, dan setelah itu baru dipisahkan. Dalam ekstraksi, kedua fase itu
mempunyai densitas yang hampir sama, sehingga energ yang tersedia untuk pencampuran
dan pemisahan jika kita menggunakan gravitasi kecil saja, dan jauh lebih kecil daripada
bila satu fase adalah zat cair dan satunya lagi gas. Kedua fase itu biasanya sukar
dicampurkan dan lebih susah lagi dipisahkan. Viskositas kedua fase itupun relatif tinggi pula
dan kecepatan linear di dalam kebanyakan peralatan ekstraksi renda. Dalam beberapa jenis
ekstraktir, oleh karena itu, pencampuran dan pemisahan dimasukkan secara mekanik
Peralatan ekstraksi dapat dioperasikan dengan sistem tumpak atau kontinu. Sejumlah
umpan cair dapat dicampurkan dengan sejumlah pelarut di dalam bejana aduk, lapisan-
lapisannya kemudian diendapkan dan dipisahkan. Ekstraknya adalah lapisan pelarut berisi
zat terlarut hasil ekstraksi, dan rafinatnya adalah lapisan yang telah diambil zat terlarutnya.
Ekstrak itu mungkin lebih ringan atau lebih berat dari rafinatnya, sehingga ekstrak itu
mungkin terlihat keluar dari bagian atas alat dan bisa pula keluar dari bagian bawah.
Operasi ini tentu bisa diulangi lagi bilaman diperlukan lebih dari satu kontak; tetapi, bila
kualitas itu besar dan kontak yang diperlukan banyak, aliran kontinu mungkin akan lebih
ekonomis. Kebanyakan peralatan ekstraksi bersifat kontinu, ada yang menggunakan kontak
tahao berulang ada pula yang kontak diferensial. Contoh jenis peralatan itu adalah
Ekstraktor menara-aduk. Pada ektraktor menara aduk, semuanya hanya bergantung pada
aliran gravitasi, baik untuk pencampuran maupun untuk pemisahan. Tetapi, pada beberapa
ekstraktor-menara tertentu, energi mekanik itu diberikan melalu turbin atau agitator di dalam
menara itu, yang dipasang pada suatu poros putar yang dipasang pada sumbu menara.
Pada kontraktor piring-putar (rotating disc contractor) yang terlihat pada gambar, zat cair itu
didispersikan oleh piring-piring datar yang melemparkannya ke luar ke arah dinding menara,
karena adanya cincin-cincin stator (diam) terdapat zone-zone tenang yang memungkinan
kedua fase itu memisah. Dalam rancang yang lain, perangkay impelernya dipisah-pisah oleh
yang tersusun vertikal. Sebagian besar ekstraksi berlangsung pada bagian pencampuran,
tetapi ada juga yang terjadi pada bagian penenangan, sehingga efisien setiap unit
pengendap itu adalah 1 sampai 2 ft, yang berarti bahwa pada kolom yang relatif pendek kita
bisa mendapat beberapa kontak teoritis. Masalah pemeliharaan bagian-bagian dalam yang
berputar, di lain pihak, merupakan kelemahan yang serius, lebih-lebih bila zat cairnya
korosif.
Bitumen aspal
Nama bitumen-aspal sekarang kita pakai untuk hasil yang berwarna tua yang tertentu dan
yang larut seluruhnya dalam zat-arang-belerang. Semuanya ini kita bikin dari minyak bumi,
tetapi juga, walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit, didapatkan langsung sebagai
bahan mineral. Ini mempunyai sifat-sifat dapat melekat yang bai, dapat mengikat, dapat
mengisolir, dan dapat menahan lengas. Karena itu ini dapat kita pakai untuk berbagai
keperluan.
Nama bitumen aspal hanya diberikan kepada hasil bintumin yang ampir tidak mengandung
bagian-baian anorganik, misalnya minya mineral. Jika bagian anorganik terdapat dalam
jumlah banyak, maka kita menyebutnya aspal. Berbagai-bagai zat yang didapat dalam alam
harus kita masukan dalam golongan aspal. Dalam golongan ini antara laintermasuk hasil dar
danau-aspal dari Trinidad. Di permukaan bumi disitu terdapat banyak sekali, yang mungkin
ditambah lagi dari dalamnya bumi. Bahan ini banyak kita pakai untuk pembikinan jalan dari
bahan ini mengandung kira-kira 44% mineral yang sangat halus. Yang termasuk golongan
aspal dalah juga zat sepertinya aspal-Neuchatel, ini adalah suatu macam batu-kapur, yang
mengandung bitumen, yang juga kita pakai untuk embikin jalan. Selain dari ini kitapun
mengenal bahan-bahan mineral, yang seluruhnya terdiri atas bahan organik, seperti
misalnya gilsoiet; ini kita dapat di Utah (Amerika Serikat), dan inilah adalah bitumen-aspal
yang mempunyai titik-pelunak yang tinggi (120-180C) dan kadar abu yang rendah.
Susunan zat
Sebagaimana nanti kita akan melihat, macam bitumen-aspal, adalah berlainan-lainan, tidak
saja mengenai derajat dan kekerasannya, akan tetapi juga mengenai cara bagaimana
dengan mempergunakan bahan-pelarut, antara lain bensin yang tidak mengandung aromat
Jika kita mencampurkan bitumen-aspal dengan bensin yang tidak mengandung aromat
ringan, maka hampir selamanya kita mendapay sejumlah banyak endapan zat padat, yang
berwarna sawo matang, zat ini kita namakan asphalten. Zat tadi mempunyai bobot-molekul
yang tinggi, dan ini adalah terdiri dari zat-arang dan zat-air; disamping itu, biasanya ia juga
mengandung sejulah kecil belerang, zat asam, dan zat-lemas. Bentuknya adalah sangat
aromatis. Oleh zat-arang-tetrachlor, dripada oleh bensin yang bebas aromat. Dengan bahan
pelarut ini, biasanya dari suatu campuranhanya sedikit jumlah zat yang mengendap.
Pemisahan semacam ini mengandung lebih banyak zat-arang, dari pada asphalten-
asphalten yang diendapkan dengan bensin, dan ini biasanya disebut carben atau carboid.
Bitumen-aspal itu dapat kita anggap sebagai camuran daru asohalten dan zat-air-arang-
arang cair; bagan yang cair dari bitumen-aspal kita namakan malten. Menurut pendapat kita
- Perbandingan bobot dari asphalten terhadap malten (dan sampai sudut tingkatan
Pada malten-malten dengan sifat aroatis yang kuat, aspalten-aspalten akan larut dengan
sempurna, dan jika jumlah asphalten tidak terlalu tinggi, maka bitumen-bitumen aspal
melebihi sifat larutan-larutan yang sebenarnya. Dalam hal ini mereka akan berlaku sebagai
lebih tinggi, maka aspalten tidak akan larut dengan sempurna; dan bitumen-aspal
menunjukan berbagai-bagai sifat dari suatu sistem kolloidal yang larut tidak begitu keras.
menyimpang sangat jauh dari suatu zairan yang ideal, dan akan mendapat tanda-tanda dari
suatu zat plastis misalnya dengan adanya batas pengembangan, thioxotropie can cari
kekejalan.
Sifat
Kelarutan dalam berbagai zat cai, kita tentukan untuk dapat memperoleh keterangan
mengenai susunan zatnya, sedangkan penentuan yang kita lakukan berkenaan dengan
pemakaiannya yang praktis, adalah berhubungan dengan konsistensi dari pada asil.
Konsistensi itu dapat kita persamakan dengan viskositas minyak pelumas. Konsistensi
bitumen-aspal dapat juga kita nyatakan dalam suku viskositas. Dipandang dari sudut
plastisitet, maka dalam penyelidikan sehari-hari kita mengambil cara-cara pengukuran tidak
langsung.
Dari percobaan atas konsistensi telah kita bicarakan pengukuran penetrasi dan titik pelinak.
Penetrasi itu adalah ukuran dalam pemasukan jarum standar, yang kita tekan selama watu
tertentu (biasanya 5 detik), dengan bobot tertentu (biasanya 100 gram) dan pada suhu
tertentu pada bitumen-aspal. Pesawat yang kita pakai untuk keperluan ini (penetrometer),
terdiri dari sebuah alat mikrometer, dimana jarumnya dapat masuk, dan dalamnya kita ukur
Untuk menentukan titik-pelunak kita mengenal berbagai percobaan. Di Amerika Serikat dan
Di Eropa Tengahan negara-negara lainnya kita lenih banyak mempergunakan cara Kramer-
Sarnow. Pad cara pengerjaan ini kita mempergunakan tabung-tabung pendek, yang diisi
penuh dengan bitumen-aspal dan disambungkan dengan pipa karet pada tabung-tabung
yang lebih panjang. Dalam tabung ini kita diisikan air rasa dalam jumlah yang tertentu;
kemudian kita ukur suhunya, dimana air-rasa menekan bitumen-aspal dan mengalir keluar.
Suatu cara penentuan yang dahulu banyak sekali dipakai, dan pada waktu sekarang
kadang-kadang juga dipakai adalah pengukuruan dari duktulitet (Metoda ASTM D 113-44)
Sebuah balok kecil bitumen-aspal yang kita bikin dalam bentuk tertentu, kita tarik dibawah
tanah pada suhu yang tertenti (biasa 25C) dan dengan kecepatan yang telah ditentukan
(5cm/menit), yang semuanya itu kita lakukan dalam sebuah pesawat yang kita namakan
duktilometer. Jaraknya dalam sentimeter, dimana kita dapat menarik balok itu, sehingga
kawat bitumen-aspal menjadi putus, kita namakan ductilitet. Dahulu kita menyangka bahwa
percobaan ini memberikan suatu petunjuk mengenai daya perekat atau kerapuhan dari
Kita mengetahui bahwa sebetulnya penetrasi dan titik pelunak itu memerikan dua buah titik
viskositas dalam hal minyak pelumas untuk pemakaian yang tertentu, begitu pula percobaan
pemakaian hasil itu. Dengan jalan pemanasan, beberapa macam bitumen-aspal akan
menjadi lebih lekas lunak daripada yang lainnya. Kita mengenal suatu sistem, serupa
dengan indeks-viskositas minyak pelumas, dengan mana kita dapat mengetahui kepekaan
untuk pengaruh suhu dari titik pelunak (cincin dan peluru) dan penetrasi, yanguntuk macam
yang lebih lunak kita ukur pada 15C, untuk macam yang sedang pada 25C, dan untuk
kwalitet bitumen-aspal yang keras pada 40C. Menurut sistem tersebut tadi, kepekan untuk
pengaruh suhu dapat juga kita nyatakan dalam angka tunggal, yang kita namakan indeks-
penetrasi. Skala daripada indeks-penetrasi kita pilih sedemikian rupa, sehingga bitumen-
bitumen aspal yang normal untuk pembikinan jalan, dengan kepekaan-suhu yang seang,
suhu yang kurang kurang mempunyai indeks-enetrasi positif (+1, +2, dsb), dan bitumen
aspal dengan kepekaan temeratur yang lebih mempunyai indeks-penetrasi negaif (-1, -2,
dsb). Jadi bitumen-bitumen aspal dengan penetrasi yang sama pada 25C, mempunyai titik
Kepekaan temperatur itu pada pokoknya tergantung pada campuran dari pada malten-
malten dari banyak asphalten dan dari sifat larutan. Bitumen-bitumen aspal yang
mengandung malten-malten aromatis yang kuat dan sedikit asphalten (yang karena ini
dapat larut dengan sangat baiknya, dengan lain perkataan yang didispergir sangat halus)
adalah sangat peka untuk pengaruh-suhu, jadi emunyai indeks-penetrasi negatif, bitumen-
bitumen aspal dengan malten-malten yang mengandung kadar-aromat rendah dan banyak
positif.
adalah pembikinan bulu-kempa-atap yang bitumen. Pembikinan ini kita lakukan dengan
dengan mesin yang spesial untuk itu. Bitumen aspal yang dipakai utuk ini, biasanya adalah
dai macam yang normal dengan 80-200 pen./25C. Kemudian satu sisi atau kedua belah
sisi kertas-bulu-kempa itu, kita tutup dengan lapiran bitumen-aspal yang lebih keras. Karena
bulu-kempa-atap, harus dapat menahan perubahan suhu yangbesar, maka sebagai lapisan
tutupnya biasanya kita pergunakan macam yang disemprot dan titik pelunak dari kira-kira
80-90C dan pen./25C dari 20 sampai 40. Kemudian pada lapisan tutupnya kita taburkan
mineral.
Bahan isolasi yang lain, dimana dipergunakan bitumen-aspal adalah tenuman yang
dicelupkan dan pelat isolasi dari serat, sisa gabus, lapuk tumbuhan, wol gelas, dan
sebagainya, yang dibuat supaya merekat dan tahan lengas dengan itumen-aspal.
Bahan penutup lantai (linoleum substituut) - Pembikinan ni adalah sama seperti dengan
bulu-kempa-atap hanya saja tidak ditaburkan dengan mineral, tetapi dicat dengan cat
minyak-cat. Dala hal ini kita harus memilih macam bitumen aspal dengan sangat teliti, untuk
Pembangunan rumah Dipakai saat pengerjaan lapisan tahan lengas atap, tembok, gudang
dibawah lantai, di terowongan, stasiun pompa, dan sebagainya. Untuk keperluan ini kita
gunakan emulsi spesial, yang dibikin dari tanah liat sebagai emulgator, yang dapat dipakai
dengan begitu saja, ataupun dicampur dengan bahan pengisi (misalnya serat asbes) hingga
Untuk konstruksi lantai-aspal, misalnya dalam gedung perindustrian, selain aspal-pulas yang
telah kita sebut, kita juga memakai mortel dengan emulsi dari type tanah liat.
Cat yang bitumen Kita pergunakan antara lain larutan dari bitumen sulingan keras. Ini kita
pakai untuk memberikan bentuk yang baikpada konstruksi besi dan untuk sementara
melindungi terhadap korosi. Dengan mencampurkan bubuk alumunium, kita akan mendapat
lapisan dengan ripa cat alumunium. Cat yang bitumen yang baik, yang disebabkan oleh
konsistensi yang berupa pasta dapat dikerjakan pada lapisan yang lebih tebal adalah emulsi
Sebagaimana pada suhu yang sangat panas, ini tidak akan lumer dan memberikan
Melindungi saluran pipa terhadap korosi lapisan yang bitumen bagian luar, gunanya untuk
mencegak supaya pipa-pipa dibawah tanah jangan rusak. Lapisan di bagian dalam, kita
Lapisan
Propane
Liquid propane mempunyai sifat-sifat yang berbeda dibanding kebanyakan solvent, terutama
pengaruh terhadap temperatur dan tekanan terhadap solvent power-nya. Pada kebanyakan
solvent dengan meningkatnya temperatur ekstraksi, solvent power akan meningkat dan yield
ekstraksi meningkat pula. Pada propane berlaku sebaliknya yaitu jika temperatur meningkat
dan tekanan menurun maka solubility / daya larut terhadap minyak akan menurun.
Fenomena yang agak lain dari biasanya ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pada tekanan tertentu peningkatan temperatur akan menyebabkan perubahan yang cepat
pada physical properties (i.e density) propane menuju ke fase uap. Pada temperatur 96.8
0C dan tekanan 43.4 kg/cm2 abs cairan dan uap propane menjadi indentik. Pada kondisi
tersebut merupakan temperatur kritis propane. Karena solvent power uap propane adalah
nol, maka kelarutan minyak dalam propane akan menurun dan akan terpisah dimulai dari
fraksi yang paling berat. Dari keterangan diatas pengaruh tekanan terhadap solvent power
propane sangat besar, terutama pada temperatur tinggi. Pada temperatur yang konstan dan
tekanan dinaikkan, solvent power propane akan naik dan propane akan cenderung ke sifat
liquidnya. Pada intinya semakin propane menjadi bentuk cairan (temperatur semakin rendah
pada tekanan yang tetap atau tekanan yang makin tinggi pada temperatur yang tetap) maka