RRRR
RRRR
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER2016
PENDAHULUAN
2
adanya Polri sebagai penyidik umum tindak pidana termasuk tindak pidana dalam
dunia (KATA DUNIA GANTI KATA BIDANG) perbankan dan keuangan lalu
dengan munculnya OJK ini muncullah banyak anggapan akan terjadinya tumpang
tindih penugasan dalam penyidikan antara Polri dengan OJK.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki fungsi untuk menyelenggarakan
sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi dengan keseluruhan kegiatan
dalam sektor jasa keuangan. OJK bertugas mengatur dan mengawasi kegiatan jasa
keuangan di sektor perbankan, pasar modal, perasuransian, dana pensiun, lembaga
pembiayaan, dan lembaga jasa keuangan lainnya. Kegiatan OJK yang bersifat
mengatur (regulative) dan mengawasi (controlling) jasa keuangan pada lembaga
perbankan terutama berkaitan dengan :
3
Kejaksaan Agung dihentikan penyidikannya. Akan tetapi terhadap penghentian
penyidikan tersebut, Masyarakat Anti Korupsi Indonesia mengajukan
praperadilan. Pada tanggal 6 Mei 2008 Pengadilan Negeri Jakarta Selatan
mengabulkan permohonan praperadilan Masyarakat Anti Korupsi Indonesia
terhadap surat perintah penghentian penyidikan (SP3) yang dikeluarkan
Kejaksaan Agung atas kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI)
Syamsul Nursalim. Kejaksaan Agung langsung menyatakan banding.
Persoalannya terus menjadi polemik di antara para aparat penegak hukum
(Kejaksaan, Kepolisian dan KPK), pemerintah dan para politisi di Dewan
Perwakilan Rakyat. Kondisi yang tidak menentu ini jelas merugikan
masyarakat konsumen pengguna jasa keuangan (perbankan) dan negara.
Untuk menjawab, menyelesaikan dan mencegah kasus-kasus tersebut tidak
terulang kembali. Pemerintah dan negara telah mengambil langkah-langkah
pencegahan, antara lain dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai pelengkap atau
menyempurnakan peraturan perundang-undangan yang mempunyai fungsi dan
tujuan yang sama dengan undang-undang OJK yaitu undang-undang tentang Bank
Indonesia.
PEMBAHASAN
2.1. PRO KEBERADAAN OJK SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA
ASAL DALAM TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
4
jasa keuangan di lingkungan OJK, diberi wewenang khusus sebagai
penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana.
5
penyelesaian kasus pidana keuangan bisa dapat diselesaikan secara tuntas dan
selain itu pemaksimalan tugas OJK juga dapat tercipta karena tugas utama OJK
adalah melakukan pengaturan dan pengawasan serta menciptakan sistem
keuangan yang bersifat transparan, adil dan bermanfaat.
2
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Kesatu,
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal 61.
6
Penyidik adalah Polisi Negara Republik Indonesia, selain itu Polisi sebagai
penyidik diatur pula dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian RI Pasal 14 ayat (1) huruf a yang berbunyi :
Melaksanakan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak
pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan
perundang-undangan
lainnya.
7
penyidik sendiri dan akhirnya OJK melantik penyidik dari kalangan Polri dan hal
ini bukanlah hanya akan menjadi suatu hal yang sia-sia dan hanya akan menjadi
angan-angan semata untuk menciptakan penyidik OJK yang independent kalau
pada kenyataannya penyidik OJK juga berasal dari Polri atau Jaksa.
Pengoptimalan kinerja aparat negara sangat diinginkan oleh masyarakat
Indonesia karena dengan begitu maka efektifitas dan efisiensi anggaran negara
juga dapat tercapai selain itu sistem penyidikan yang tidak saling tindih antara
Kepolisian Republik Indonesia dengan Pegawai Negeri sipil juga dapat
menciptakan proses penyidikan yang tidak berbelit, sehingga proses penyidikan
benar-benar harus diatur sehingga tidak adanya saling rebut dalam penyidikan
suatu kasus pidana termasuk kasus tindak pidana asal dalam tindak pidana
pencucian uang.
8
2. Dalam tataran struktur hukum adanya suatu lembaga yang memang
membawahi penyidik dari kalangan pegawai negeri sipil yang bersifat
independent dan mandiri serta dibentuknya penyidik OJK yang terintegrasi
dengan POLRI dan KPK.
3. Dalam tataran budaya hukum pemerintah memberikan kepercayaan serta
keyakinan dan wewenang terhadap OJK sehingga kinerja OJK dalam
melakukan penyidikan dapat di lihat di kemudian hari.
9
EVALUASI:
Maaf sebelumnya.
Tulisanmu di atas gak ada yang salah, semuanya bener dan sudah ada di
undang2, jadi gak ada yang perlu disalahkan.
Cuman gak tepat bro.
Mulai dari pendahuluan, paragraf pertama udah bener, cuman gak pas
letaknya. Kenapa?
Jadi kalau kamu buat pendahuluan, buat cerita seperti segitiga terbalik,
jadi awalnya general sampai ke permasalahan yang akan di bahas. Kamu
gak perlu merinci kegiatan ojk di pendahuluan, itu buka argumentasimu,
itu copy paste dari uu kan? Itu gak menarik dan gak dapet poinnya untuk
membuka dan menjelaskan duduk atau inti masalahnya.
Seharusnya bisa kamu mulai dari perkembangan tppu, lalu penanganan
kasus, pihak yang berwenang melakukan penyidikan, dan mmunculkan ojk
sbg lembaga baru yg keberadaannya untuk apa, dan ojk ini juga menurut
uu ojk juga diberi wewenang untuk melakukan penyidikan, namun apakah
untuk tppu juga berlaku? Dan secara sosiologis dibutuhkan? Oleh karena
itu mari bersama sama menakar urgensi ojk untuk melakukan penyidikan
tppu.
Menarik kan alurnya kalau gitu? Hmm.
Banyak tanyak ke yg laen dan banyak belajar, aku yakin kelak kamu bisa
jadi penulis yang handal.
Untuk pembahasan:
Coba km baca lagi pembahasanmu baik pro maupun kontra. Adakah
pertentangan argumentasi baik secara filosofis, historis, yuridis, dan
sosiologis tentang kewenangan ojk untuk melakukan penyidikan tppu?
Gak ada bro.
Coba kamu baca uu ojk dan uu tppu, carik pasal yg bertentangan.
Lalu kewenangan ojk untuk melakukan penyidikan itu hanya berlaku pada
lex genaralis atau lex specialis juga? Sebab uu tppu itu lex specialis.
Jika berlaku di tppu tapi ingat, pasal 74 uu tppu tidak menyebutkan ojk sbg
penyidik tppu.
Nah dari sini kan kamu sudah bisa nangkep pertentangan.
10
Sorry ya baru aku balas, lupa aku. Semangat!!!!!
Banyak yg harus dirubah ya, diskusi kan ini dengan yang lain. Oke?
Salam Fk2h.
DAFTAR PUSTAKA
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cetakan Kesatu,
Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal 61.
Sitorus, P., 1998, Pengantar Ilmu Hukum (dilengkapi tanya jawab, Pasundan Law
Faculty. Bandung. Alumnus Press.
Undang-Undang :
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
Undang-undang Nomor 8 tahun 2010 tentang tindak pidana pencucian uang
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981, tentang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, tentang Otoritas Jasa Keuangan.
11