Anda di halaman 1dari 11

Kajian Pustaka Deteksi Pola Mutasi pada Mycobacterium tuberculosis terhadap Streptomysin

Nesya Tiara Putri 21121231; Soni Muhsinin, M.Si.

ABSTRAK

Mycobacterium tuberculosis adalah penyebab penyakit menular yang menginfeksi paru-paru dan
menjadi masalah kesehatan global yang utama karena penyebarannya sangat mudah, dan semakin
menjadi rumit dengan adanya kasus drug resistant TB (DR-TB) yang disebabkan oleh adanya mutasi
pada M. tuberculosis. Saat ini, mutasi pada gen rrs, rpsl, gidB dan Rv1258c secara berturut-turut
yang mengkode 16S rRNA, ribosomal protein S12, 7-metylguanosin methyltransferase (m7G), dan
pompa efflux obat diduga sebagai penyebab resistensi M.tuberculosis terhadap streptomysin. Tujuan
dari kajian pustaka ini adalah mengetahui pola mutasi dari gen gen tersebut terhadap mekanisme
resistensi M. tuberculosis terhadap streptomysin dari isolate berbagai negara dengan menggunakan
metode fenotip dan genotip. Gen gidB dan Rv1258c dari hasil beberapa penelitian dapat dinyatakan
sebagai phylogenetik marker. Beberapa hasil penelitian menyatakan hasil yang berbeda beda dalam
hal level resistensi dari setiap gen-gen tersebut sehingga belum dapat dihubungkan dengan high,
intermediate atau low resistance. Hal itu disebabkan karena penyebaran dari strain M. tuberculosis
yang berbeda di setiap negara. Namun penyebaran dari M. tuberculosis dapat diidentifikasi dengan
melihat strain yang ada dengan metode molekular.

ABSTRACT

Mycobacterium tuberculosis is the cause of infectious diseases that infect the lungs and become a
major global health problem because of its spread is very easy, and more complicated by existence of
cases of drug resistant TB (DR-TB) is caused by mutations in gene rrs, rpsL, gidB and Rv1258c
encoding 16S rRNA, ribosomal protein S12, and 7-methylguanosine methyltransferase (m7G), and
pumps efflux drug, respectively, are considered as the cause of M. tuberculosis resistance to
streptomysin. The aim of this review was to determine the pattern of mutation of genes are involved
to resistance mechanism in M. tuberculosis isolates from various countries, using phenotypic and
genotypic methods. gidB and Rv1258c gene in several studies can be use as phylogenetic marker.
Several studies show the different result in level resistance in each genes so it couldnt link to high,
intermediate or low level resistance. It cause by the transmission of strain M. tuberculosis in every
country is different. But the transmission of M. tuberculosis can be identified by observing the
existing strains by molecular methods.

1 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


I. PENDAHULUAN
Menurut WHO 2014 drug-resistant TB (DR-
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah TB) merupakan ancaman utama dalam
kesehatan global yang utama, yang pengendalian TB didunia. Penyebab utama
menyebabkan masalah kesehatan jutaan orang timbulnya resistensi terhadap OAT adalah
setiap tahunnya. TB menempati peringkat pengobatan yang tidak adekuat dimana
kedua penyakit yang paling infeksius setelah pemakaian OAT yang tidak sesuai dengan
HIV. Diperkirakan bahwa terdapat 9 juta kasus aturannya baik dari segi dosis, cara
TB baru di tahun 2013 dan 1,5 juta kematian pemakaian, maupun lamanya pemakaian obat
akibat TB (1,1 juta kematian dengan HIV- yang akan menyebabkan berkembangnya
negatif dan 0,4 juta kematian dengan HIV- kuman yang resisten. Namun, resistensi
positif). (WHO, 2014) terhadap kuman M. tuberculosis juga dapat
terjadi secara langsung yaitu jika penderita
Indonesia berada pada ranking kelima negara tertular oleh kuman M. tuberculosis yang
dengan kasus TB tertinggi di dunia. Prevalensi telah resisten dari penderita TB yang lain.
TB semua kasus adalah sebesar 680.000 dan (Nofriyanda, 2010). Menurut WHO 2014
estimasi kasus baru berjumlah 470.000 per salah satu upaya untuk mecegah terjadinya
tahun. Jumlah kematian akibat TB DR-TB adalah deteksi awal dan pemberian
diperkirakan 68.000 kematian per tahunnya. obat yang berkualitas tinggi. Jumlah DR-TB
(WHO, 2014) pada kasus baru lebih rendah dibandingkan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular pada kasus pengobatan ulang, sementara
yang disebabkan oleh M. tuberculosis. TB deteksi awal biasanya dilakukan pada kasus
biasanya menginfeksi paru-paru tetapi dapat pengobatan ulang, sehingga memungkinkan
menginfeksi organ lain. Penyakit ini mudah masih terdapat DR-TB yang belum terdeteksi.
menyebar hanya dengan melalui udara saja. (WHO, 2014)
(Kemenkes, 2011) Streptomysin digunakan untuk pengobatan
Salah satu upaya yang efisien untuk mencegah drug-resistant TB (DR-TB) disebagian besar
penyebaran kuman TB lebih lanjut adalah negara namun masih rentan terhadap
dengan pengobatan TB. Pengobatan TB aminoglikosida sementara di Indonesia
dilakukan dengan pemberian Obat Anti streptomosin merupakan obat lini pertama
Tuberkulosis (OAT) yang terdiri dari obat lini yang digunakan untuk terapi pasien yang
pertama dan obat lini kedua. Obat lini pertama pernah mendapatkan pengobatan sebelumnya
yaitu Isoniazid (H), Etambutol (E), yaitu termasuk pengobatan kategori 2. Akan
Pirazinamida (Z), Rifampisin (R), dan tetapi, karena tingginya tingkat resistensi
Streptomysin (S). Obat lini kedua yaitu streptomisin yang disebabkan oleh aplikasi
Kanamisin, Amikasin, dan Capreomisin. monoterapy, resiko toksisitas yang meliputi
Tujuan dari pengobatan TB selain untuk reaksi neurotoksik yang serius dan
menyembuhkan pasien, mencegah kematian, penggunaan rute parenteral dapat
kekambuhan dan menurunkan penularan TB menyebabkan penggunaan streptomysin
adalah untuk mencegah terjadinya resistensi menurun. (Kemenkes, 2014 ; WHO, 2010).
kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis Resistensi M. tuberculosis terhadap
(OAT). (Kemenkes, 2014) streptomysin terjadi karena mutasi pada

2 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


M.tuberculosis. Mutasi ini terjadi pada tingkat (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
gen yaitu gen rpsL yang mengkode ribosomal menghasilkan 3000 percikan dahak.
protein S12, dan rrs yang mengkode 16S
rRNA, untuk itu perlu diketahui pola mutasi Tiga faktor yang menentukan kemungkinan
dan mekanisme resistensi M. tuberculosis penularan M. tuberculosis :
secara molekuler, dan juga deteksi resistensi Jumlah basil yang dikeluarkan ke udara
M. tuberculosis secara fenotip dan genotip di Konsentrasi basil di udara, yang ditentukan
berbagai negara. oleh volume ruang dan ventilasi yang ada.
Lamanya waktu orang menghirup udara
Berdasarkan latar belakang diatas maka yang telah terkontaminasi percikan dahak
dilakukan kajian pustaka yang bertujuan untuk tersebut.
mengetahui pola mutasi dari gen gen yang
diduga berperan dalam mekanisme resistensi Penyebaran pada umumnya terjadi di dalam
M. tuberculosis terhadap streptomysin dan ruangan, dalam keadaan gelap dan ventilasi
pengaruhnya terhadap pola resistensi dari yang tidak memadai, dimana percikan dahak
isolat M. tuberculosis di berbagai negara. (droplet nuclei) terdapat di udara dalam waktu
yang lama. Sinar matahari langsung dengan
II. TINJAUAN PUSTAKA cepat dapat membunuh M. tuberculosis.
(NTCP, 2014)
Definisi Tuberkulosis (TB)
TB adalah suatu penyakit menular yang
Patogenesis Tuberkulosis
disebabkan oleh kuman Mycobacterium
TB primer
tuberculosis. (Kemenkes, 2014) Kuman tuberkulosis yang masuk melalui
saluran napas akan bersarang di jaringan paru
Morfologi M. tuberculosis
M. tuberculosis berbentuk batang dengan sehingga akan terbentuk suatu sarang
panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-0,6 mikron. pneumoni, yang disebut sarang primer atau
Bersifat tahan asam dalam pewarnaan dengan afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul
metode Ziehl Neelsen, memerlukan media di bagian mana saja dalam paru, dari sarang
khusus untuk biakan, antara lain Lowenstein primer akan kelihatan peradangan saluran
Jensen dan Ogawa.Kuman tahan terhadap getah bening menuju hilus (limfangitis lokal).
suhu rendah sehingga dapat bertahan hidup Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran
dalam jangka waktu lama pada suhu antara kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis
4oC-70oC. Kuman sangat peka terhadap panas, regional). Afek primer bersama-sama dengan
sinar matahari dan sinar ultraviolet, sebagian limfangitis regional dikenal sebagai kompleks
kuman akan mati dalam waktu beberapa primer. (PDPI, 2006)
menit, dalam dahak pada suhu antara 30 - Infeksi primer biasanya tanpa gejala dan tes
37oC akan mati dalam waktu lebih kurang 1 kulit tuberkulin positif 4-5 minggu setelah
minggu. Kuman dapat bersifat dormant infeksi adalah satu satunya cara untuk
(tidur/ tidak berkembang). (Kemenkes, membuktikan infeksi atau tidak. Beberapa
2014) kasus menunjukan respon imun tidak cukup
Cara Penularan kuat untuk mencegah penggandaan kuman dan
Pada batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman dapat menyebar dari limfatik ke dalam
kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak aliran darah. TB primer di paru paru dapat
menyebabkan penyebaran lebih meningkat

3 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


dengan melalui udara atau sistem limfatik. Pemberian streptomysin untuk pasien yang
(NTCP, 2014) berumur > 60 tahun atau pasien dengan
berat badan < 50 kg mungkin dapat
TB sekunder
mentoleransi dosis > 500 mg/hari.
TB post primer akan muncul bertahun-tahun
Dianjurkan untuk menurunkan dosis
kemudian setelah TB primer, biasanya terjadi
menjadi 10 mg / kg / BB / hari.
pada usia 15-40 tahun. TB post primer
mempunyai nama yang bermacam-macam Paduan OAT yang digunakan di
yaitu TB bentuk dewasa, localized Indonesia
tuberculosis, TB menahun, dan sebagainya. Paduan OAT yang digunakan oleh Program
Bentuk TB inilah yang terutama menjadi Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
masalah kesehatan masyarakat, karena dapat Indonesia :
menjadi sumber penularan. TB post primer a. Kategori 1: 2(HRZE) / 4(HR)3
dimulai dengan sarang dini, yang umumnya Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru :
terletak di segmen apikal lobus superior Pasien TB paru terkonfirmasi secara
maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya bakteriologis
berbentuk suatu sarang pneumoni kecil. Pasien TB paru terdiagnosis klinis
(PDPI, 2006) Pasien TB ekstra paru. (Kemenkes, 2014)

Pengobatan Tuberkulosis Tabel 3. Dosis Paduan OAT Kategori 1


Obat-obat yang termasuk kedalam lini pertama
dan dosisnya dapat dilihat pada table 1 dan
table 2.
Tabel 1. OAT Lini Pertama

b. Kategori 2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA
positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh
Pasien gagal pada pengobatan dengan
paduan OAT kategori 1 sebelumnya
Pasien yang diobati kembali setelah putus
Tabel 2. Kisaran dosis OAT lini pertama bagi berobat (lost to follow-up). (Kemenkes,
pasien dewasa 2014)
Tabel 4. Dosis Paduan OAT Kategori 2

Catatan:

Catatan :

4 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


Cara melarutkan streptomysin vial 1 gram kimiawi pada satu atau beberapa pasangan
yaitu dengan menambahkan aqua bidest basa dalam satu gen tunggal. Tipe tipe
sebanyak 3,7 ml sehingga menjadi 4 ml. (1 mutasi titik terdiri dari:
ml = 250 mg) Substitusi: adalah penggantian satu
Berat badan pasien ditimbang setiap bulan nukleotida dan pasangannya di dalam untai
dan dosis pengobatan harus disesuaikan DNA komplementer dengan pasangan
apabila terjadi perubahan berat badan. nukleotida lain.
Penggunaan OAT lini kedua misalnya Insersi dan delesi: merupakan penambahan
golongan aminoglikosida (misalnya atau pengurangan satu atau lebih pasangan
kanamicin) dan golongan kuinolon tidak nukleotida pada suatu gen. Mutasi ini
dianjurkan diberikan kepada pasien baru mempunyai efek yang sering kali lebih
tanpa indikasi yang jelas karena potensi berbahaya terhadap protein yang
obat tersebut jauh lebih rendah daripada dihasilkan daripada efek yang ditimbulkan
OAT lini pertama. Disamping itu dapat juga substitusi. (Campbell, 2000)
meningkatkan risiko terjadinya resistensi
Jenis jenis resistensi obat anti tuberkulosis
pada OAT lini kedua.
OAT lini kedua disediakan di Fasyankes (NTCP, 2014) :
a. Rifampisin resisten TB (RR-TB) : resistensi
yang telah ditunjukan guna memberikan
terhadap rifampisin, dengan atau tidak
pelayanan pengobatan bagi pasien TB yang
resitensi terhadap obat anti tuberkulosis yang
reisten obat. (Kemenkes, 2014)
lain. Resisten ini dapat berupa mono, poly,
Resistensi obat tuberkulosis multi atau extensively drug resisten.
secara umum timbulnya resistensi terhadap b. Multi drug resisten TB (MDR-TB) : resisten
obat anti tuberkulosis dibagi menjadi : terhadap 2 obat yaitu rifampisin dan isoniazid
a. Resistensi primer c. Extensive drug resisten TB : resisten terhadap
Resistensi primer yaitu terdapatnya strain M. fluoroquinolone dan setidaknya 1 dari 3 obat
tuberculosis yang resisten pada penderita TB lini kedua yang di injeksikan (capreomisin,
yang belum pernah diobati dengan OAT atau kanamycin, dan amikacin), dan merupakan
telah minum OAT kurang dari 1 bulan. tambahan dari multi drug resisten.
Penderita ini terinfeksi dari penderita TB lain d. Mono resisten : resisten terhadap 1 dari obat
yang sebelumnya telah mengalami resistensi lini pertama obat anti tuberkulosis (rifampisin,
terhadap obat anti tuberkulosis. isoniazid, pyrazinamide dan ethambutol)
b. Resistensi sekunder e. Poly drug resisten TB : resisten terhadap lebih
Resistensi sekunder yaitu terdapatnya strain dari satu obat lini pertama obat anti
M. tuberculosis yang resisten pada penderita tuberkulosis. Tidak termasuk resisten terhadap
TB yang telah minum obat anti tuberkulosis rifampisin dan isoniazid.
minimal 1 bulan. Pada awalnya kuman masih
sensitif namun karena pengobatan yang tidak
adekuat maka terjadi mutasi pada sel kuman Drug Susceptible Test ( DST)
M. tuberculosis sehingga terjadi resistensi Drug susceptible test adalah penentu terhadap
terhadap OAT. (Nofriyanda, 2010) bakteri penyebab penyakit yang kemungkinan
Mutasi adalah perubahan materi genetik dari menunjukan resistensi terhadap obat untuk
suatu sel (atau virus). Biasanya terjadi mutasi menghambat pertumbuhan bakteri yang
titik (point mutation), yang berupa perubahan tumbuh secara in vitro, sehingga dapat dipilih

5 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


sebagai obat yang berpotensi untuk kontrol dimana kontrol tersebut tidak
pengobatan. (Tri, 2015) mengandung obat. (NTCP, 2014)

DST diharuskan memahami hal hal berikut Metode fenotipik DST menggunakan beberapa
ini (Central TB Division, 2009) : konsentrasi dari setiap obat TB. Isolat
Asal dari resistensi obat dikatakan resisten terhadap obat ketika
Variasi stabilitas obat saat kondisi filtrasi, pertumbuhan pada media yang mengandung
pemanasan dan saat penyimpanan. obat melebihi pada pertumbuhan isolat yang
Perubahan aktivitas obat obat tertentu saat diencerkan 1 : 100 pada media yang bebas
dimasukan kedalam berbagai jenis media obat. Fenotipik DST memerlukan kultur
Tipe uji kepekaan yang dilakukan positif (4-6 minggu) sebelum pengujian DST
Pembacaan dan pelaporan hasil pengujian dapat dilakukan. DST fenotipik memerlukan
Kriteria resistensi waktu tambahan 2-3 minggu.

DST dilakukan pada saat keadaan (Central TB Polymerase Chain Reaction (PCR)
Division, 2009) : Polymerase chain reaction (PCR) adalah
Untuk kasus relapse atau kambuh dan teknik biology molekular yang baru dan
untuk kasus pengobatan ulang popular untuk replikasi DNA secara enzimatik
Untuk mengubah regimen obat ketika tanpa menggunakan organisme hidup.PCR
diduga terdapat resistensi obat. membutuhkan beberapa komponen dasar,
Untuk study surveilansi resistensi obat yang yaitu :
dilakukan di suatu wilayah atau negara. DNA templat atau cetakan DNA yang
mengandung daerah dari fragmen DNA
Terdapat 3 metode umum yang digunakan yang akan digandakan.
untuk menentukan drug susceptible testing Sepasang primer, yang menentukan awal
pada obat M. tuberculosis, yaitu (NTCP, dan akhirnya dari daerah yang akan
2014): digandakan.
Metode proprorsi Taq polymerase, yang berperan dalam
Menggunakan inokulasi pada media padat mengkopi daerah yang akan digandakan.
yang mengandung obat dan tidak mengandung Nukleotida, sumber basa nitrogen untuk
obat dengan jumlah suspensi sel yang sama. DNA yang baru.
Rasio terbentuknya kolonidikedua media dapat Buffer, disediakan untuk menciptakan
menentukan apakah isolat susceptible atau lingkungan kimia yang sesuai untuk DNA
resisten terhadap obat yang diuji. Metode ini polymerase. (Rahman, 2013)
merupakan metode yang paling sederhana
untuk DST. Proses PCR melibatkan beberapa tahap, yaitu :
Denaturasi
DNA didenaturasi pada suhu yang tinggi yaitu
BACTEC 460 atau system MGIT960 dari 90 97o C. Pada proses ini untai ganda
Merupakan metode dengan menggunakan DNA templat dipisahkan.
media cair untuk DST, Tabung berisi media Annealing
yang mengandung obat dan tidak mengandung Terjadi pada suhu yang lebih rendah yaitu 50-
obat diinokulasikan dengan suspensi sel 60o C. Primer akan menempel pada daerah
kemudian diinkubasi. Fluoresensi dari tabung tertentu dari target DNA, untuk membuat
yang mengandung obat dibandingkan dengan salinan yang identik dari aslinya.

6 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


Ekstensi MIRU-VNTR (Mycobacterial
Perpanjangan atau ekstensi dari primer oleh Interspersed Repetitive Unit Variable
enzim polymerase terjadi pada suhu 72o C Number of Tandem Repeats)
untuk 2-5 menit. Genotyping berdasarkan variasi jumlah
tandem repeat pada masing-masing lokus pada
alel sebagai penanda individu. Deteksinya
dengan melihat panjang fragmen dari tandem
repeat tersebut dengan PCR dan elektroforesis
(Gauthier, 2014)
Metode ini berfungsi untuk menguji distribusi
dari mutasi dan dalam upaya untuk
mengaitkan mutasi tertentu dengan genetic
cluster, dan famili dari strain M.tuberculosis.
(perdiago, 2014)
Gambar 1. Grafik siklus pada PCR SNP (single nucleotida polymorphism)
Merupakan satu basa yang berubah pada
Proses PCR sangat cepat dibandingkan teknik sequence DNA, perubahan tersebut terjadi
lainnya dan melibatkan beberapa tahap yang pada posisi tertentu. Misalnya adenin menjadi
berulang (siklus) dan pada setiap siklus terjadi cytosin ( A T ). (Vignal,2002). SNP dapat
duplikasi jumlah target DNA untai ganda, juga digunakan sebagai penanda phylogenetic
umumnya terjadi dalam 20-40 siklus sampai yang paling tepat. (Spies, 2011)
mencapai DNA target. (Joshi, 2010)
Fungsi PCR dalam kajian pustaka ini adalah Streptomysin (SM)
untuk mendeteksi pola mutasi dari M.
tuberculosis.

Teknik Genotyping
Teknik genotyping strain M. tuberculosis pada
kajian pustaka ini berguna untuk mengetahui
dinamika transmisi M. tuberculosis pada studi
epidemiologi. (Spies, 2011)
Spoligotyping
Teknik spoligotyping ini berdasarkan
polimorfisme DNA yang terdapat pada suatu Struktur kimia streptomysin
lokus kromosom, setiap M. tuberculosis
Mekanisme kerja streptomysin
memiliki dareah direct repeat dimana diantara Streptomysin merupakan antibiotik
dua direct repat (daerah DR) tersebut terdapat aminoglikosida yang terlibat pada sintesis
suatu daerah yang disebut spacer. Namun protein tetapi mempunyai efek lain seperti
delesi dan insersi di setiap spacer dan DR menghancurkan sel membran, dan
berbeda. Spoligotyping dapat mendeteksi menghambat respirasi dan juga dapat
insersi dan delesi tersebut dengan hibridisasi mengakibatkan kesalahan pada saat mengkode
produk PCR dari DNA spacer, sehingga dapat sebuah kode genetic. Sisi aktif dari SM adalah
menampilkan masing masing spacer yang ribosom subunit 30S, spesifiknya pada protein
unik pada DNA squence. (Spoligotyping ribosom S12 dan 16S rRNA. Dimana protein
Users Manual, 2010)

7 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


tersebut terlibat dalam proses translasi
sehingga menghambat sintesis protein. III. PEMBAHASAN
Mekanisme Resistensi Streptomysin : M.
Mutasi gen yang menyebabkan resistensi pada
tuberculosis menjadi resisten dengan
streptomysin adalah mutasi pada gen rpsL dan
bermutasi pada target streptomysin di ribosom.
gen rrs dimana gen tersebut secara berturut
Yaitu mutasi pada gen rpsL, yang mengkode
turut berfungsi sebagai pengkode protein
protein ribosomal S12 dan pada gen rrs yang
ribosomal S12 dan 16 rRNA. Tetapi menurut
mengkode 16 rRNA. Mutasi ini menyebabkan
Spies et al. (2011) mutasi pada gen gidB pada
terjadinya proses substitusi asam amino
M. tuberculosis juga berhubungan dengan
tunggal yang akan mempengaruhi struktur 16S
resistensi streptomysin sebagaimana telah
rRNA sehingga tidak terjadi gangguan pada
dijelaskan pada beberapa penelitian
mRNA yang mengakibatkan proses sintesis
sebelumnya. Fungsi dari gen gidB tersebut
protein tidak terganggu. Dengan tidak
adalah sebagai pengkode 7-methylguanosine
terganggunya proses sintesis protein maka
methyltransferase (m7G) yang berperan untuk
terjadi resistensi terhadap streptomysin.
metilasi dari 16S rRNA . (Wong , 2011 dan
(Stewart, 2005)
Perdiago, 2013)

Gambar 2. Gambaran skematik dari distribusi mutasi gen rrs, rpsL dan gidB

Mutasi pada rpsL dan rrs telah diketahui Barcelona menyatakan mutasi pada gen rrs
menyebabkan resistensi sebesar 50% dan 20% dan rpsL terdeteksi sebesar 37,7 % yaitu
secara berturut turut sementara gidB sebesar 24,6% untuk gen rpsL dan 13,0% untuk gen
27 %. (Zhang, 2005) Dimana menurut Nhu et rrs.
al. (2012) resistensi pada gen rpsL dapat
dihubungkan dengan high level resistance, Menurut Jagielski et al. (2014) dengan
rrs dapat dihubungkan dengan intermediate menggunakan isolat dari Polandia, dapat
level resistance, sementara gidB dengan low dilihat pada gambar 2 didapatkan hasil pada
level resistance. Namun berbeda dengan Tudo gen rrs terjadi 4 type mutasi dan terjadi pada
et al. (2010) yang menggunakan isolat dari isolat yang resisten sebesar 25 %. Sementara
pada gen rpsL terjadi single mutasi yang
8 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung
terjadi pada 50 % isolat yang resisten dan selatan dimana isolat yang mengandung gidB
11,1% pada isolat yang susceptible. ditemukan sebagai streptomysin susceptible
dan yang lainnya adalah resisten streptomysin.
Pada mutasi gen rpsL terjadi mutasi pada K43R Maka masih harus dilakukan penelitian lebih
dan K88R seperti yang tercantum pada gambar lanjut untuk mengetahui apakah gidB dapat
2, kedua mutasi tersebut menyebabkan dihubungkan dengan low level resistance
perubahan asam amino yang dihasilkan. K34R terhadap streptomysin karena dari berbagai
biasanya memberikan peran yang lebih banyak penelitian, mutasi gidB menunjukan terdapat
dalam menjadi penyebab resistensi terhadap pada isolat yang susceptible dan isolat yang
streptomysin dibandingkan dengan K88R. resisten.
Sementara pada mutasi gen gidB terjadi 16 type
mutasi yang terjadi pada 37,5 % isolat yang Berbeda dengan yang lain, menurut Perdiago
resisten, 61,1 % isolat yang susceptible dan et al. (2013) yang menggunakan isolat dari
14,3 % pan susceptible. Pan susceptible adalah portugal dan menggunakan metode MIRU
isolat yang resisten terhadap empat obat lini VNTR untuk mengetahui cluster yang spesifik
pertama (INH, Rifampisin, etambutol, untuk polimorfisme gidB yaitu A80P
pyrazinamid). Sementara menurut polimorfisme gidB telah menemukan bahwa
Brammachary et al. (2014) yang menggunakan gen gidB berperan untuk intermediate level
isolat dari India, Level resistensi yang resistance bukan low level resistance.
disebabkan oleh mutasi gen rpsL berhubungan
dengan MIC (minimum inhibitory Pada penelitian Villellas et al. (2013)
concentration). Jika MIC-nya sekitar 1024 mg/l ditemukan gen lain yang terlibat pada
sampai 2018 dapat dihubungkan dengan high resistensi terhadap streptomysin yaitu insersi
level resistance, MIC pada 128 mg/l pada gen Rv1258c (tap580) yang mengkode
dihubungkan dengan intermediate level Tap, yaitu sebuah pompa efflux obat. Insersi
resistance dan MIC pada 32-64 mg/l pada gen ini hanya terdapat pada strain beijing
dihubungkan dengan low level resistance. saja. Sehingga polymorfisme gen ini dapat
digunakan untuk mengidentifikasi isolate M.
Hasil spoligotyping menunjukan polimorfisme tuberculosis strain Beijing seperti halnya gen
gen gidB dapat dijadikan sebagai phylogenetic gidB. Strain Beijing ini memberikan tingkat
marker terutama untuk strain LAM dan penyebaran yang lebih yang dapat
Beijing dimana mutasi gen gidB banyak memudahkan terjadinya resistensi obat karena
terdeteksi.Menurut spies et al. (2011) yang penyebaran dari strain Beijing ini.
telah menggunakan isolat dari brazil, telah
ditemukan SNP (single nukleotida
polimorfisme) pada kodon 16 (G alel) dan IV. KESIMPULAN
codon 92 (A alel) yang mengindikasikan strain
LAM, dan SNP pada kodon 16 (T alel) dan Mutasi pada gen rpsL, rrs, gidB dan gen baru
kodon 92 (C alel) mengindikasikan strain yaitu Rv1258c adalah mutasi gen yang
Beijing. Seperti jagielski et al. (2014) Speis et berperan dalam menyebabkan resistensi M.
al. (2011) juga menemukan bahwa mutasi tuberculosis terhadap streptomysin. Selain
gidB banyak terjadi pada isolat yang sebagai penyebab resistensi mutasai gen gidB
susceptible. Begitu juga menurut Wong et al. dan Rv1258c juga dapat dijadikan sebagai
(2011) yang menggunakan isolat dari korea phylogenetik marker dari strain LAM dan
Beijing. Dapat disimpulkan juga bahwa pola
9 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung
mutasi yang menyebabkan resistensi dari resistance. Hal tersebut dapat terjadi karena
penelitian di beberapa Negara menunjukan penyebaran dari strain M. tuberculosis yang
hasil / presentase yang berbeda beda. berbeda di setiap negara. Namun penyebaran
Sehingga belum ada mutasi yang dapat dari M. tuberculosis dapat diidentifikasi
dihubungkan dengan level resistensi. apakah dengan melihat strain yang ada dengan metode
termasuk high, intermediate, atau low level molekular.

V. DAFTAR PUSTAKA Kemenkes RI (2011) Pedoman Nasional


Pengendalian Tuberkulosis. Kementrian
Brammacharry Usharani, and Muthaiah Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
Muthuraj, Characterization of rpsL Gene Jenderal Pengendalian Penyakit dan
Mutations in Streptomysin-Resistant Penyehatan Lingkungan 2011.
Mycobacterium tuberculosis Isolates. http://www.scribd.com/doc/161273999/DEPK
ES-RI-NEW-Pedoman-Nasional-
American Journal of Microbiological
Penanggulangan-TBC-2011#scribd
Research, vol. 2, no. 3 (2014): 80-85. doi:
10.12691/ajmr-2-3-1. Kemenkes RI (2014) Pedoman Nasional
Pengendalian Tuberkulosis. Kementrian
Campbell Neil A, Jane B reece, Lawrence Kesehatan Republik Indonesia Direktorat
G.Mitchell; alih bahasa, Rahayu Lestari et al Jenderal Pengendalian Penyakit dan
(2002) BIOLOGI hal 333-334. Jakarta: Penyehatan Lingkungan 2014
Erlangga
Nhu et al (2012) Association of streptomysin
Central TB Division (2009) Training Manual resistance mutations with level of drug
for Mycobacterium tuberculosis Culture and resistance and Mycobacterium tuberculosis
Drug susceptibility testing. Directorate genotypes. The International Journal of
General of Health Services. New Delhi Tuberculosis and Lung Disease 16(4):527-531
Departement of Health. National Tuberculosis Nofriyanda (2010) Analisis Molekuler Pada
Management Guideline 2014: Republic of Proses Resistensimikobakterium Tuberkulosis
south Africa 2014 Terhadap Terhadap Obat Obat
Antituberkulosis. Bagian Pulmonologi dan
Gauthier M., Bidault F., Berland J-L. (2014) Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas
Emerging Pathogens Laboratory, Fondation Kedokteran UNAND / RS.DR.M.Djamil.
Merieux, Lyon, France Padang

Jagielski T, Ignatowska H, Bakua Z, Dziewit PDPI (2006) Tuberkulosis: Pedoman


, Napio rkowska A, et al. (2014) Screening Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.
for Streptomysin Resistance-Conferring Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
Mutations in Mycobacterium tuberculosis http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
Clinical Isolates from Poland. PLoS ONE . Diakses pada tanggal 28 Juli 2015
9(6): e100078.
doi:10.1371/journal.pone.0100078 Perdiago J, Macedo R, Machado D, Silva C,
Jordao L, Couto I, Viveiros M and Portugal .
Joshi Mohini, J.D Deshpande (2010) (2013). GidB mutation as a phylogenetic
Polymerase Chain Reaction: Method, marker for QI clusterMycobacterium
Principle and Application. International tuberculosis isolates and intermediate-level
Journal of Biomedical Research streptomysin resistance determinant Lisbon,
Portugal. Clinical Microbiology and infection.

10 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung


Mycobacterium tuberculosis clinical isolates
Rahman MT, Uddin MS, Sultana R, Mone A, in the area of barcelona. Journal of
Setu M (2013) Polymerase Chain Reaction Antimicrobial Chemotherapy. 65: 2341-2346
(PCR): A Short Review. AKMMC J 2013: 4(1):
30-36 Vignal Alain, Milan Denis, San Cristobal
Magali, Eggen Andre (2002) A review on SNP
Soleha Umiana Tri (2015) Uji kepekaan and other types of molecular markers and
terhadap Antibiotik. Bagian Mikrobiologi, their use in animal genetics. Genet. Sel. Evol.
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 34 (2002) 275-305

Spies Fernanda S, RibeiroAndrezza W, Ramos Villellas Cristina et al. (2013) Analysis of


Daniela F, Ribeiro Marta O, Martin Anandi, Mutations in Streptomysin-Resistant Strains
Palomino Juan Carlos, Rossetti Maria Lucia R, Reveals a Simple and Reliable Genetic
da Silva Pedro Eduardo A, Zaha Arnaldo Marker for Identification of the
(2011) Streptomysin Resistance and Lineage- Mycobacterium tuberculosis Beijing
Specific Polymorphisms in Mycobacterium Genotype. Journal of Clinical Microbiology
tuberculosis gidB Gene. Journal Of Clinical p.2124-2130 volume 51
Microbiology.
WHO (2011) Guidelines for the programmatic
th
Spolygotyping users manual (2010) 6 Floor, management of drug-resistant tuberculosis,
Reliance Classis. Road No.1, Banjara Hills. update 2011. World Health Organization
Hyderabad, India, 500 032
Wong Sharon Y et al. (2011) Mutation in gidB
Stewart T. Cole. Kathleen Davis Eisenach, Confer Low-Level Streptomysin Resistance in
David N.McMurray and William R.Jacobs.Jr. Mycobacterium tuberculosis. Antimicrobial
(2005) Tuberculosis and Tubercle Bacillus. Agents and Chemotherapyvol 55, No.6
ASM Press, Washington, D.C.
World Health Organization. Global
Tudo Griselda et al. (2010) Characterization Tuberculosis Report 2014: World Health
of mutations in streptomysin-resistant Organization

11 Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Anda mungkin juga menyukai