Anda di halaman 1dari 24

DAMPAK INVESTASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

MATA KULIAH: MAKRO EKONOMI

Disusun Oleh Kelompok 2:

1. Dedi Riawan
2. Hendrawan
3. Regina
4. Sentiailela
5. Stevani Christy
6. Tria Mayasari
7. Vitri Juwono

STIM MANAJEMEN ADMINISTRASI PERKANTORAN

JAKARTA

2017

Hal. 1
DAMPAK INVESTASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH

Nilai tukar sangat berperan penting dalam perekonomian suatu negara


saat ini, nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang
yang terjadi di pasar. Nilai tukar dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu negara. Keadaan nilai mata uang yang stabil disuatu
negara, menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang
relatif baik. Pergerakan nilai tukar tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor
baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, diantaranya arus modal
atau investasi perdagangan internasional dan keadaan sosial politik pada
negara tersebut. Indonesia sebagai negara yang berada pada ditengah
perekonomian global, juga melakukan kegiatan ekonomi internasional seperti
impor, ekspor dan lain-lain. Sehingga jika Indonesia tidak dapat menjaga
kestabilan nilai tukar mata uang domestiknya, maka hal ini akan membawa
dampak buruk bagi pergerakan roda perekonomian.

Setiap negara selalu menjaga agar nilai tukar mata uang domestik
negaranya dalam keadaan yang stabil terhadap nilai tukar mata uang asing.
Nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata uang domestik
terhadap mata uang negara lain. Dengan keadaan nilai tukar yang stabil
diharapkan keadaan ekonomi suatu negara juga dalam keadaan yang baik.
Terdepresiasinya nilai tukar mata uang domestik menyebabkan kekacauan
pada berbagai bidang ekonomi.

Dampak krisis nilai tukar pada tahun 1997/1998 telah memberikan


dampak negatif terhadap seluruh sektor ekononomi di Indonesia.
Terdepresiasi nilai tukar yang sangat tinggi telah mengakibatkan harga
barang-barang impor membumbung tinggi dan inflasi meroket hingga
mencapai 77,6 persen pada tahun 1998. Depresiasi nilai tukar mengakibatkan
banyak industri dalam negeri mengalami kesulitan teruatama industri yang
bahan bakunya berasal dari impor. Kondisi tersebut ikut diperparah dengan
besarnya kewajiban hutang luar negeri perusahaan dan perbankan di
Indonesia serta kerusuhan sosia. Kesemua faktor tersebut berakumulasi dan
mengakibatkan kegiatan ekonomi mengalami kontraksi yang dalam hingga
mencapai -13,1% pada tahun 1998 (Simorangkir, 2005:45).

Setelah krisis ekonomi, kondisi perekonomian Indonesia mulai kembali


pulih dari masa keterpurukannya, tetapi dalam perjalanan tetap mengalami
berbagai tantangan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, nilai tukar rupiah
tetap mengalami pergerakan yang berfluktuatif. Tingkat nilai tukar mata uang
rupiah per dollar AS terus berfluktuatif dan pernah mengalami depresiasi yang
cukup tinggi pada tahun 2008. Hal ini disebabkan karena berbagai pengaruh
ekonomi dan non ekonomi baik dari dalam negeri maupun internasional.

Hal. 2
Berdasarkan tabel 1.1 di bawah ini dapat di lihat bahwa keadaan rupiah yang
relatif melemah sejak akhir Februari 2015 Rp12.863 per US$ terdepresi
2,38% dari nilai tukar akhir Januari 2015 yaitu Rp12.625 per US$. Pada akhir
Maret 2015 rupiah terdepresiasi dengan nilai tukar Rp13.084, namun pada
akhir April 2015 Bank Indonesia merilis nilai tukar rupiah menguat sebesar
147 poin menjadI Rp12.937 US$. Pada akhir Mei 2015 rupiah kembali anjlok
dengan nilai Rp 13.211 per US$ dan rupiah terus melemah sebesar Rp
13.332 per US$ pada akhir bulan Juni 2015. Rupiah semakin terpuruk pada
bulan Juli dengan nilai Rp 13.481 US$ dan pada akhir Agustus rupiah
menembus Rp 14.027 ditutup melemah. Pada akhir bulan September 2015
rupiah menembus rekor terburuk sejak krisis 1998. Angka yang sangat
fantastis seiring dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dan
tak lepas dari fenomena global dan evaluasi mata uang yuan. Devaluasi yuan
tersebut, menurut David Sumual selaku ekonom Bank Central Asia
mengakibatkan terjadinya perubahan struktural (tectonic shift) dalam pasar
finansial global rupiah pun terpengaruh oleh perubahan ini (bbc.com, 2015)

Tabel 1.1
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah/Dollar AS (Kurs) 2015

Hal. 3
I. Ditinjau Dari Sektor Domestik

Ditinjau dari sektor domestic, pelemahan rupiah ini juga di sebabkan oleh isu-
isu ekonomi, yaitu bagaimana pemerintah mempercepat belanja agar
infrastruktur mulai di bangun dan meyakinkan investor untuk melakukan
investasi langsung. Sayangnya, upaya melakukan investasi langsung ini
terhambat oleh sentiment pasar masih negative terhadap Indonesia.

Keadaan ini membuat masyarakat Indonesia mengharapkan nilai tukar rupiah


terhadap dollar kembali stabil di posisi kisaran Rp. 10.000 atau bahkan
mmencapai kisaran Rp 9.000 seperti pada tahun 2012 yang lalu. Sehingga
harga bahan-bahan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia tidak naik secara
drastic. Sifat pasar yang gemar menaikan harga-harga ketika dollar naik dan
tidak pernah menurunkan harga-harga ketika dollar turun membuat sebagian
masyarakat Indonesia merasa kehidupannya terancam. Hal ini di karenakan
ketika harga-harga kebutuhan naik, tidak di imbangi pula dengan naiknya
pendapatan.

Pelemahan rupiah terhadap dollar, dapat menyebabkan pelaku ekonomi


mengalami stress tinggi terutama para pengusaha yang membutuhkan impor,
ini sangat membebankan karena biaya produksi akan melambung tinggi
selain itu utang jangka pendek ke luar negri akan semakin membengkak.
Tidak hanya itu dampak pelamahan nilai rupiah juga akan berdampak pada
buruh yang terkena ancaman PHK karena naiknya biaya produksi. Saat ini,
secara fundamental, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memang sudah
dibawah negara berkembang lainnya. Sudah sedikit undervalue, tetapi ini
biasa. Efeknya juga bisa cukup baik untuk meningkatkan Ekspor nonmigas.

Selama tahun 2015 berjalan dengan relative melemahnya rupiah terhadap


dollar AS, Bank Indonesia sudah menerapkan peraturan yang mewajibkan
transaksi dalam negri menggunakan rupiah, namun peraturan itu belum
berjalan efektif. Bank Indonesia juga menurunkan pembatasan pembelian
dollar maksimal US$100 ribu per bulan menjadi maksimal US$25 ribu
perbulan dengan harapan bisa menekan permintaan terhadap dollar. Selain
itu pemerintah pun turun tangan yakni Presiden Jokowi dan jajaran Menteri
dengan membuat paket kebijakan ekonomi sebagai solusi dari melemahnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia, selain itu diharapkan dengan adanya
kebijakan ekonomi ini dapat membuat rupiah menguat. Isi dari beberapa
paket kebijakan ekonomi salah satunya memberikan kemudahan perizinan
penanaman modal, karena selama ini para investor mengeluhkan sistem
birokrasi dan tidak jelasnya sistem gajih di Indonesia.

Setelah dirilis pada 7 Oktober 2015 paket kebijakan ini di sambut positif oleh
para investor, khususnya investor asing sangat tertarik untuk menanamkan
modalnya dalam bentuk dollar AS di Indonesia. Paket kebijakan ekonomi ini
diharapkan pemerintah dapat mesntabilkan nilai tukar dengan masuknya nilai
investasi dari asing.

Pada 8 Oktober 2015 rupiah ditutup menguat signifikan sebesar 8,48% yaitu
Rp 13.809 per US$ dibandingkan akhir September 2015. Sehari berikutnya

Hal. 4
pada 8 Oktober 2015 rupiah kembali menguat Rp 13.521 per US$. Walaupun
bukan sepenuhnya disebabkan paket kebijakan ekonomi penguatan rupiah
disebabkan dari eksternal ataupun internal. Pelaku pasar memperhatikan
pengumuman neraca perdagangan. Bank Indonesia memprediksi neraca
perdagangan surplus, hal itu bisa jadi sentiment positif.

Dollar AS tidak hanya melemah terhadap Rupiah namun juga terhadap mata
uang negara-negara lain, setelah data ekonomi AS menunjukkan perlambatan
dan kemungkinan bank sentral AS menunda kenaikan suku bunga. Namun
demikian, faktor utamanya adalah data ketenagakerjaan di AS yang tidak
sesuai ekspektasi. Tak lama setelah itu hampir seluruh mata uang didunia
mengalami penguatan (apresiasi) terhadap dollarAS.Selain itu sisi domestik
sudah membaik, dampak deflasi di bulan September. Inflasi sampai akhir
tahun mungkin bisa 4,1 sampai 4,2 persen, Dengan melihat kondisi tersebut,
BI berharap, pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2015 mulai membaik. Selain
karena belanja pemerintah mulai berjalan efektif, hal ini diharapkan turut
membantu pemulihan kondisi nilai tukar rupiah.Namun pada 16 Oktober
rupiah melemah 246 poin yaitu Rp 13.534 dibanding dengan 15 Oktober
2015.Pelemahan ini dilanjutkan sampai 20 Oktober 2015 sebesar Rp 13.634
per US$.Angka ini masih jauh dari asumsi dasar Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2015 yaitu sebesar Rp 11.900 per
US$.

Pelemahan rupiah atas dollar ini seiring dengan menguatnya dollar terhadap
sebagai besar pasar mata uang utama dunia. Selain itu pertumbuhan
ekonomi China sebagai mitra dagang Indonesia cukup memberikan angin
positif.Namun data perdagangan China tersebut tidak cukup mampu ikut
mengangkat rupiah.

Nilai tukar sangat berperan penting dalam perekonomian suatu negara.Saat


ini, nilai tukar ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang yang
terjadi di pasar. Nilai tukar dapat dijadikan alat untuk mengukur kondisi
perekonomian suatu negara.Keadaan nilai mata uang yang stabil disuatu
negara, menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki kondisi ekonomi yang
relatif baik. Pergerakan nilai tukar tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktorbaik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, diataranya arus
modal atau investasi perdagangan internasional dan keadaan sosial politik
pada negara tersebut.Indonesia sebagai negara yang berada di tengah
perekonomian global, juga melakukan kegiatan ekonomi internasional seperti
impor, ekspor dan lain-lain. Sehingga jika Indonesia tidak dapat menjaga
kestabilan nilai tukar mata uang domestiknya, maka hal ini akan membawa
dampak buruk bagi pergerakan roda perekonomian.

Mengingat besarnya dampak dari fluktuasi kurs terhadap perekonomian,


maka diperlukan suatu manajemen kurs yang baik, yang menjadikan kurs
stabil, sehingga fluktuasi kurs dapat diprediksi dan perekonomian dapat
berjalan dengan stabil. Apabila terjadi kegagalan pada manajemenkurs, maka
hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap kestabilan
perekonomian.Oleh sebab itu, perlu diadakan penelitian untuk mengetahui
hubungan inflasi dan investasi terhadap nilai tukar rupiah di Indonesia.

Hal. 5
Inflasi mengambarkan tingkat kenaikan harga barang yang terdapat di
masyarakat.Tingkat harga mempengaruhi jumlah penawaran dan penawaran
uang.Meningkatnya harga barang-barang mendorong terjadinya inflasi. Inflasi
tersebut menyebabkan daya beli masyarakat terhadap suatu barang akan
menurun karena jumlah uang sama pada tahun lalu tidak dapat untuk
membeli barang yang sama tahun ini. Hal ini menyebabkan mata uang rupiah
terdepresiasi.

Selanjutnya, investasi di suatu negara juga ikut mempengaruhi nilai tukar.


Saat investasi meningkat maka nilai tukar akan mengalami apresiasi. Hal ini
disebabkan karena tingginya investasi akan mendorong tingkat pertumbuhan
ekonomi dan cadangan devisa suatu negara, sehingga dengan keadaan
ekonomi yang baik maka diharapakan keadaan nilai tukar juga dalam
keadaan stabil. Selain itu nilai Investasi yang meningkat akan menguatkan
nilai mata uang domestik. Hal ini karena permintaan mata uang domestik
akan meningkat, akibat banyak investor yang membutuhkan mata uang
domestik untuk berinvestasi di negara tujuan. Sehingga dampak yang
ditimbulkan ialah mata uang domestik akan terapresiasi.
Mengingat besarnya dampak dari fluktuasi kurs terhadap perekonomian,
maka diperlukan suatu manajemen kurs yang baik, yang menjadikan kurs
stabil, sehingga fluktuasi kurs dapat diprediksi dan perekonomian dapat
berjalan dengan stabil. Apabila terjadi kegagalan pada manajemen kurs,
maka hal tersebut mengakibatkan gangguan terhadap kestabilan
perekonomian.

Penelitian mengenai pengaruh inflasi dan investasi terhadap nilai tukar


rupiah per dollar AS sangat penting dilakukan, tujuannya ialah untuk
mengetahui bagaimana hubungan dan seberapa besar pengaruh inflasi dan
investasi dalam mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS. Pada akhirnya dapat diketahui kebijakan kebijakan yang dapat diambil
untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah yang berkaitan dengan variabel
inflasi dan investasi.

Nilai tukar di Indonesia juga berkaitan dengan tingkat investasi yang


terjadi pada negara tersebut, tingkat investasi yang tinggi akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa suatu negara. Sehingga dengan
perekonomian yang baik diharapkan menjaga nilai tukar rupiah dalam
keadaan srabil. Selain itu masuknya investasi asing ke dalam negeri juga
mempengaruhi pergerakan nilai tukar mata uang. Investasi asing yang
meningkatkan akan meningkatkan permintaan uang dalam negeri, sehingga
mata uang dalam negeri akan terapresiasi terhadap mata uang asing.

Hal. 6
I. Rumusan Masalah

Indonesia, seperti negara-negara lainnya berusaha menjaga kestabilan


nilai tukar mata uangnya. Dalam menjaga kestabilan nilai tukar mata uang
tersebut Indonesia membuat berbagai kebijakan, dengan tujuan membuat
nilai tukar mata uang rupiah dalam keadaan stabil. Hal ini dilakukan agar
Indonesia terus berada pada perekonomian yang baik. Naik turunnya nilai
tukar mata uang suatu negara di tentukan oleh berbagai faktor baik yang
bersifat ekonomi maupun non ekonomi.

Inflasi mengambarkan tingkat kenaikan harga barang yang terdapat di


masyarakat. Tingkat harga mempengaruhi jumlah penawaran dan penawaran
uang. Meningkatnya harga barang-barang mendorong terjadinya inflasi.
Inflasi tersebut menyebabkan daya beli masyarakat terhadap suatu barang
akan menurun masyarakat, karena jumlah uang sama pada tahun lalu tidak
dapat untuk membeli barang yang sama tahun ini. Hal ini menyebabkan mata
uang rupiah terus terdepresiasi.

Selanjunya, investasi di suatu negara juga ikut mempengaruhi nilai


tukar. Saat investasi meningkat maka nilai tukar akan mengalami apresiasi.
Hal ini disebabkan karena tingginya investasi akan mendorong tingkat
pertumbuhan ekonomi dan cadangan devisa suatu negara, sehingga dengan
keadaan ekonomi yang baik maka diharapakan keadaan nilai tukar juga
dalam keadaan stabil. Investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tingkat penanaman modal yang disetujui pemerintah, baik yang berasal dari
dalam negeri (PMDN), maupun luar negeri (PMA). Variabel tersebut
digunakan, karena keduanya menunjukkan nilai investasi yang secara nyata
dan telah disetujui oleh pemerintah Indonesia untuk diinvestasikan di
Indonesia. PMDN merupakan bentuk penanaman modal yang bersumber dari
dalam negeri. Meningkatnya penanaman modal tersebut akan mendorong
meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dengan pertumbuhan
ekonomi yang positif, maka akan mendorong nilai tukar mata uang dalam
negeri (rupiah) dalam keadaan yang stabil. Sedangkan PMA merupakan
bentuk penanaman modal dari pihak asing (luar negeri) yang masuk kedalam
negeri. Masuknya PMA kesuatu negara akan mendorong peningkatan
perekonomian negara tujuan, oleh karena itu negara-negara berkembang
termasuk Indonesia, yang masih membutuhkan modal besar dalam proses
pembangunan ekonomi, selalu berusaha meningkatkan nilai investasinya.
Selain itu nilai Investasi yang meningkat akan menguatkan nilai mata uang
domestik. Hal ini karena permintaan mata uang domestik akan meningkat,
akibat banyak investor yang membutuhkan mata uang domestik untuk
berinvestasi di negara tujuan. Sehingga dampak yang ditimbulkan ialah mata
uang domestik akan terapresiasi.

Hal. 7
Sementara itu, krisis ekonomi hebat yang telah melanda Indonesia
beberapa tahun lalu, juga ikut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS. Krisis ekonomi 1997/1998 mengakibatkan perekonomian
Indonesia memburuk disegala sektor, terutama posisi nilai tukar yang
terdepresiasi secara tajam pada saat itu. Depresiasi yang tinggi pada saat
krisis ekonomi disebabkan oleh ketidakstabilan sosial politik di Indonesia, hal
tersebut telah menurunkan tingkat kepercayaan pada perekonomian nasional.
Selain itu kegiatan spekulan yang meningkat tajam telah mengakibatkan nilai
tukar rupiah terus terdepresiasi secara tajam.

Hal. 8
PEMBAHASAN

A. Nilai Tukar (Kurs)

1. Pengertian Nilai Tukar

Nilai tukar menjadi sangat penting, apabila suatu negara harus


melakukan transaksi ekonomi dengan negara lain. Hal ini karena pada proses
tersebut digunakan dua mata uang berbeda misalnya, antara negara
Indonesia dan Amerika Serikat. Amerika harus membeli rupiah untuk membeli
barang atau melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia, dan juga sebaliknya.
Secara sederhana nilai tukar dapat diartikan sebagai harga dari suatu mata
uang domestik terhadap mata uang negara lain.

Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau
nilai tukar (exhange rate). Kurs merupakan salah satu hal yang terpenting
dalam perekonomian terbuka, karena memiliki pengaruh yang sangat besar
bagi neraca transaksi berjalan maupun variabel-variabel makroekonomi
lainnya. Kurs menggambarkan harga dari suatu mata uang terhadap mata
uang negara lainnya, juga merupakan harga dari suatu aktiva atau harga aset
(asset price) (Krugman, 2005:40).

Dalam ilmu ekonomi nilai tukar mata uang suatu negara dapat
dibedakan menjadi dua yaitu nilai tukar riil dan nilai tukar nominal (Mankiw,
2006:242). Nilai tukar nominal adalah nilai yang digunakan seseorang saat
menukar mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain. Jadi, nilai
tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata uang rupiah yang di tukarkan ke
dalam mata uang negara lain. Contohnya nilai tukar rupiah terhadap dollar
AS, nilai tukar rupiah terhadap Yen, nilai tukar rupiah terhadap Euro dan lain-
lain. Sedangkan nilai tukar riil ialah nilai yang digunakan seseorang saat
menukar barang dan jasa suatu negara dengan barang dan jasa negara lain,
nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana pelaku ekonomi dapat
memperdagangkan barang barang dari suatu negara dengan barang
barang dari negara lain.

Dalam pembayaran internasional diperlukan pertukaran mata uang,


pertukaran dari satu mata uang dengan mata uang lainnya merupakan bagian
dari proses valuta asing. Istilah valuta asing (valas) mengacu pada mata uang
asing aktual atau berbagai klaim atasnya, seperti deposito bank. Nilai tukar
adalah harga suatu mata uang dalam satuan mata uang asing yaitu jumlah
mata uang suatu negara asing yang harus dibayarkan untuk mendapatkan
satu unit mata uang domestik. Karena nilai tukar menyatakan nilai suatu mata

Hal. 9
uang terhadap mata uang lainya, bila satu mata uang mengalami apresiasi,
maka mata uang lain pasti mengalami depresiasi. (Richard, 1997:88).

Terdepresiasinya nilai tukar rupiah berarti nilai rupiah yang harus


ditukarkan untuk mendapatkan satu unit mata uang asing (dollar AS) akan
menjadi lebih banyak, misal dari Rp.8000/dollar AS menjadi Rp.9000/dollar
AS). Sedangkan apresiasi adalah nilai rupiah yang harus ditukarkan untuk
mendapat satu unit mata uang asing akan menjadi lebih sedikit, misalnya
Rp.9000/dollar AS menjadi Rp.8000/dollar AS (Richard,1997:189).

Nilai tukar mata uang erat kaitannya dengan dengan konsep


konvertibilitas (convertible currency). Mata uang konvertibel (convertible
currency) adalah mata uang yang bisa digunakan secara bebas dalam
berbagai transaksi internasional oleh penduduk dan negara dimana pun
(Krugman, 2005:292). Konsep ini menekankan pada pentingnya penggunaan
mata uang yang dapat dengan mudah ditukarkan dengan mata uang negara
lain. Tidak adanya konvertibel mata uang akan sangat menyulitkan bagi
transaksi atau perdagangan internasional.

2. Perubahan Nilai Tukar

Perubahan nilai tukar di pengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi secara


sederhana hal yang paling fundamental mempengaruhi perubahan nilai tukar
ialah permintaan dan penawaran di pasar valuta asing (Richard,1997:205).
Kenaikan permintaan rupiah atau penurunan penawaran rupiah akan
menyebabkan terapresiasinya rupiah, sedangkan penurunan permintaan
rupiah dan kenaikan penawaran rupiah menyebabkan rupiah terdepresiasi.
Pergeseran permintaan dan penawaran pada nilai ttukar tersebut di sebabkan
oleh beberapa faktor, baik yang bersifat sementara maupun yang bersifat
persisten. Faktor tersebut antara lain (Richard,1997:205) :

a. Kenaikan Harga Domestik Produk Ekspor

Kenaikan harga tersebut akan mendorong kenaikan atau penurunan


nilai tukar, karena keduanya bergantung pada elastisitas permintaan
produk dalam negeri. Apabila bersifat elastis, yang disebabkan
keseragaman produk dari negara lain, keniakan harga domestik
menyebabkan permintaan akan produk tersebut menurun. Hal ini
menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri akan menurun
sehingga mendorong nilai tukar rupiah terdepresiasi dengan mata uang
negara lain. Sedangkan jika permintaan bersifat inelastis yang disebabkan
keunikan produk dalam negeri dibandingkan produk negara lain
menyebabkan permintaan akan mata uang domestik (rupiah) akan
meningkat sehingga kurs rupiah akan mengalami apresiasi.

Hal. 10
Hal. 11
b. Kenaikan Harga Luar Negri Produk Impor

Sama hal nya dengan kenaikan harga produk ekspor dalam negeri,
kenaikan harga luar negeri juga bergantung pada elastisitas permintaan
produk impor. Jika permintaan akan barang impor bersifat elastis karena
kemudahan substitusi produk dengan produk negara lain atau produk dalam
negeri sendiri. Hal ini menyebabkan permintaan mata uang dalam negeri
akan meningkat, sehingga akan mengalami apresiasi. Sedangkan jika
permintaan akan produk impor bersifat inelastis, hal ini menyebabkan
permintaan akan mata uang dalam negeri menurun, sehingga akan
menyebabkan mata uang dalam negeri terdepresiasi.

c. Perubahan Tingkat Harga Keseluruhan

Perubahan harga terjadi tidak hanya dari produk ekspor atau impor
tetapi dari seluruh harga barang pada suatu negara, hal ini menyebabkan
inflasi. Jika terjadi perubahan tingkat harga pada suatu negara, maka inflasi
akan mendorong harga barang-barang di negara tersebut menjadi lebih
mahal di bandingkan harga barang di negara lain. Hal ini menyebabkan harga
akan barang-barang dalam negeri akan melonjak naik, sedangkan harga
barang-barang luar negeri yang masuk ke pasar domestik akan lebih murah
dan menjadi pilihan menarik bagi para konsumen. Hal ini menyebabkan
tingkat penurunan permintaan mata uang domestik dan kenaikan permintaan
akan mata uang asing sehingga nilai tukar mata uang domestik akan
melemah atau terdepresiasi.

d. Arus Modal

Peningkatan arus modal dapat dapat mempengaruhi nilai tukar, karena arus
dana investasi mengakibatkan apresiasi nilai mata uang negara pengimpor
modal dan mengakibatkan depresiasi nilai mata uang negara pengekspor
modal.

Hal diatas berlaku baik dalam modal jangka pendek maupun jangka panjang,
dan didorong oleh motif investor itu sendiri. Pada arus modal jangka pendek
motif investor biasanya di pengaruhi oleh tingkat suku bunga dan spekulasi
tentang nilai tukar mata uang suatu negara. Sedangkan untuk arus modal
jangka panjang motif investor lebih dipengaruhi oleh harapan jangka panjang
mengenai peluang keuntungan disuatu negara serta nilai jangka panjang
mata uangnya.

Hal. 12
e. Perubahan - perubahan struktural

Perubahan struktural sendiri merupakan perubahan pada struktur


biaya, penemuan produk baru, atau hal lain yang dapat mempengaruhi
keunggulan komparatif dari suatu Negara.

3. Sistem Nilai Tukar Mata Uang

Sistem nilai tukar dapat diartikan sebagai suatu kebijakan, institusi,


praktek, peraturan dan mekanisme yang menentukan tingkatan nilai suatu
mata uang saat ditukar dengan negara lain.

Terdapat beberapa sistem nilai tukar mata uang yang berlaku di


perekonomian internasional, yaitu (Kuncoro,1996:23):

a. Sistem Nilai Tukar Uang Mengambang (Floating Exchange Rate)

Sistem ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa


adanya upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Didalam sistem nilai tukar ini
terdapat dua macam sistem nilai tukar mengambang, yaitu :

1) Mengambang Bebas (Murni)

Yaitu nilai tukar mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar
tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut (clean floating
exchange rate), pada sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena
otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi nilai
tukar.

Penerapan sistem nilai tukar mengambang bebas dalam suatu negara


memiliki beberapa kelebihan diantarannya yaitu:

a) Terjadi koreksi otomatis terhadap ketimpangan neraca pembayaran


nasional sehingga seringkali disebut stabilisator otomatis (automatic
stabilizer).

b) Cadangan valuta asing disuatu negara relatif utuh, karena tidak


digunakan untuk melakukan intervensi di pasar valuta asing demi
stabilitas kurs.

c) Relatif lebih memiliki daya lindung terhadap fluktuasi perekonomian


dunia. Negara yang menerapkan sistem ini tidak akan terikat secara
langsung terhadap suatu kemungkinan munculnya gejolak inflasi dunia
yang tinggi.

Hal. 13
d) Pemerintah memiliki kebebasan yang besar dalam menentukan
kebijaksanaan ekonomi di dalam negerinya.

e) Kondisi asimetri dan ketidakadilan ala Bretton Wood dapat dihilangkan.

2) Mengambang Terkendali

Sistem ini disebut juga managed or dirty floating exchange rate,yaitu


saat otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan nilai tukar pada
tingkat tertentu. Maka cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas
moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan
nilai tukar.

b. Sistem Nilai Tukar Terlambat (Pegged Exchange Rate)

Pada sistem ini, suatu negara mengkaitkan sistem mata uang negaranya
dengan suatu mata uang negara lain, atau sekelompok mata uang, yang
bisanya merupakan mata uang negara mitra dagang yang utama.
Manambatkan ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut
mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi pada kenyataan
yang sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi
tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain yaitu mengikuti mata
uang yang menjadi tambatannya.

c. Sistem Nilai Tukar Terlambat Merangkak (Crawling Pegs)

Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam


nilai mata uangnya secara periodik, dengan tujuan untuk bergerak menuju
nilai tertentu pada rentan waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini
adalah, suatu negara dapat mengatur penyesuaian nilai tukarnya dalam
periode yang lebih lama dibandingkan sistem nilai tukar tertambat. Oleh
karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan- kejutan terhadap
perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

d. Sistem Sekeranjang Mata Uang ( Basket Of Currencies)

Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai


matau uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang
yang dimasukkan dalam keranjang umunya ditentukan oleh perananya
dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang
berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap

Hal. 14
negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat
terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang
berbeda.

e. Sistem Nilai Tukar Tetap (Fixed Changed Rate)

Pada sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu nilai tukar mata
uang tertentu atas nama uangnya. Kemudian menjaga nilai tukar ini dengan
menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas
pada nilai tukar tersebut. Nilai tukar biasanya tetap atau diperbolehkan
berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

4. Teori Nilai Tukar

a. Paritas Daya Beli (Purchasing- Power Parity)

Teori ini lahir dari tulisan tulisan para ekonom inggris pada abad ke-
19, antara lain ialah David Ricardo (penemu teori keuntungan komparatif) dan
Gustav Cassel, seorang ekonom asal Swedia yang aktif diawal abad ke-20,
dan aktif dalam mempopulerkan PPP dengan menjadikannya sebagai intisari
dari suatu teori ekonomi.

Pada intinya teori ini mencoba menjelaskan pergerakan nilai tukar


antara mata uang dua negara yang bersumber dari tingkat harga setiap
negara. (Krugman, 2005 :117)

Dalam teori ini dijelaskan bahwa nilai rata-rata jangka panjang nilai
tukar antara dua mata uang bergantung pada daya beli relatif mereka. Jadi
suatu mata uang akan memiliki nilai daya beli yang sama bila ia dibelanjakan
dinegerinya sendiri dan saat dibelanjakan di negara lain setelah mata uang
tersebut di konversi.

Jika suatu mata uang memiliki nilai daya beli yang lebih tinggi di
negerinya sendiri, disebut undervalued sehingga ada dorongan untuk menjual
mata uang asing dan membeli mata uang domestik ini dilakukan untuk
mendapatkan daya beli yang lebih tnggi di pasar domestik. Hal ini mendorong
menguatnya nilai mata uang domestik atau mata uang domestik terapresiasi.
Tetapi jika mata uang memiliki nilai daya beli yang lebih rendah di negerinya
sendiri, ini disebut overvalued. Ini menimbulkan keinginan untuk menjual mata
uang domestik dan membeli mata uang asing, jika hal ini terjadi maka mata
uang domesti akan terdepresiasi (Richard, 1997: 209).

Hal. 15
b. Teori Pendekatan Terhadap Kurs

Dalam teori ini kurs adalah harga relatif dari dua aset yaitu harga uang
domestik dan luar negeri. Kurs memungkinkan seseorang membandingkan
harga uang domestik dan luar negeri dengan cara memperhitungkan
keduanya dalam satuan (mata uang) yang sama. Nilai sekarang dari suatu
aset tergantung pada apakah aset tersebut lebih bernilai dimasa depan atau
tidak.

Seseorang memiliki banyak pilihan dalam menyimpan berbagai


kekayaannya dalam berbagai bentuk, dengan tujuan untuk menimbun
kekayaan atau menabung dalam artian mengalihkan daya beli sekarang ke
masa mendatang.

Ini berarti kurs saat ini bergantung dengan kurs dimasa depan yang
diharapkan. Sebaliknya kurs dimasa depan bergantung pada apa yang
diharapkan terjadi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
terhadap aset lain. Nilai suatu aset di masa depan selanjutnya di pengaruhi
lagi beberapa faktor, diantaranya yaitu suku bunga yang ditawarkan dan
peluang perubahan selisih kurs mata uang (depresiasi atau apresiasi) yang
diminati terhadap mata uang negara lain (Krugman, 2005:41).

B. Inflasi

1. Pengetian Inflasi

Inflasi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi disetiap negara.


Inflasi berperan terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada
dalam suatu negara. Hal ini terjadi saat kenaikan harga atau inflasi tetapi
tidak diiringi kenaikan pendapatan masyarakat sehingga pendapatan riil
mereka menurun. Setiap negara selalu berupaya dengan berbagai kebijakan
yang dikeluarkannya, agar inflasi yang terjadi di negara berada pada batas
normal yang telah ditetapkan. Inflasi yang selalu berfluktuasi menyebabkan
ketidakpastian bagi kesejahteraan masyarakat dan menurunkan daya beli
masyarakat akan barang dan jasa (Mankiw, 2006:216). Secara umum inflasi
dapat diartikan sebagai kenaikan atas seluruh tingkat harga barang dan jasa.

Menurut Pratama Rahardja (2008:359) inflasi adalah kenaikan harga


barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus. Maka dapat
disimpulkan ada tiga komponen yang harus di penuhi agar dapat dikatakan

Hal. 16
telah terjadi inflasi yaitu kenaikan harga, bersifat umum, dan berlangsung
terus menerus.

2. Golongan Inflasi

a. Berdasarkan Asalnya

Berdasarkan asalnya inflasi dapat digolongkan menjadi dua


(Boediono,1989:158), yaitu

1) Inflasi berasal dari dalam negri

3. Inflasi ini disebabkan karena terjadinya defisit anggaran yang hadapai


oleh pemerintah, cara yang dilakukan untuk mengatasi defisit
anggaran ini ialah dengan mencetak uang baru. Hal ini menyebabkan
harga barang-barang dipasar menjadi mahal karena uang yang ada di
masyarakat semakin banyak.

2) Inflasi berasal dari luar negri

Inflasi ini terjadi sebagai akibat naiknya harga barang-barang impor.


Hal ini dapat terjadi jika biaya produksi barang di luar negeri mengalami
kenaikan atau terdapat kenaikan tarif impor barang.

b. Berdasarkan Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya inflasi dapat digolongkan menjadi


beberapa golongan (Boediono, 1989:158), diantaranya yaitu :

1. Inflasi ringan (kurang dari 10%/tahun)

2. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30%/tahun)

3. Inflasi berat (anatar 30% samapi 100%/tahun)

4. Hiperinflasi (lebih dari 100%/tahun)

c. Inflasi Berdasarkan Cakupan Harga

Berdasarkan besarnya cakupan pengaruh inflasi terhadap harga, maka


inflasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

Hal. 17
1. Inflasi tertutup (closed inflation) Jika inflasi atau kenaikan harga yang
terjadi hanya berkaitan dengan satu arah atau dua arah tertentu saja.

2. Inflasi terbuka (Open Inflation) Jika kenaikan harga terjadi pada


seluruh barang secara umum.

3. Inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi) Jika kenaikan harga yang


terjadi sangat tinggi karena kenaikan harga

terus berubah dan meningkat setiap saat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang yang terus merosot.

4. Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu inflasi tarikan permintaan dan
desakan biaya produksi :

a. Inflasi Tarikan Permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi ini terjadi karena tingkat permintaan agregat yang terlalu


berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya
permintaan pada barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor
produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat.

b. Inflasi Dorongan Biaya (Cost-Push Inflation)

Inflasi ini terjadi karena kenaikan biaya produksi sehingga harga


produk-produk yang dihasilkan ikut naik. Meningkatnya biaya produksi dapat
disebabkan oleh dua hal, yaitu kenaikan harga bahan baku dan kenaikan
upah / gaji sehingga menyebabkan kenaikan produksi barang-barang ouput
sektor industri menjadi lebih mahal, sehingga mengurangi tingkat penawaran.

C. Investasi

1. Pengertian Investasi

Kata Investasi diambil dari bahasa latin investire, berarti membajui,


yang merupakan bayangan yang sesuai mengenai bagaimana investasi
bisnis berlangsung. Investasi memungkinkan suatu perusahaan, suatu
perekonomian nasional atau suatu wilayah, untuk memperoleh aset (nyata)
yang diperlukan untuk memproduksi barang dan jasa (Curry,2001:58).

Hal. 18
Investasi sering juga disebut sebagai penanaman modal atau
pembentukan modal dan merupakan komponen kedua yang menentukan
tingkat pengeluaran agregat. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran
penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sadono, 2003:121).

Investasi adalah pembelian (dan berarti produksi) dari kapital modal


barang barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang
akan datang (barang produksi). Investasi juga merupakan suatu komponen
dari PDB (http://id.wikipedia.org/wiki/Investasi).

Investasi juga dapat di katakan sebagai suatu bentuk pembiayaan


pembangunan yang merupakan langkah awal dalam kegiatan produksi.
Kegiatan produksi yang produktif tersebut dapat memacu pertumbuhan
ekonomi dan dengan posisi semacam ini maka hakikatnya investasi juga
merupakan langkah awal dari kegiatan pembangunan ekonomi.

Investasi ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya (Sadono, 2003,:122)


ialah

1. Tingkat keuntungan yang diramalkan dan di peroleh.

2. Suku bunga dan tingkat pengembalian modal atau prospek


keuntungan.

3. Ramalan keadaan ekonomi di masa depan.

4. Kemajuan teknologi.

5. Tingkat pendapatan nasional, dan

6. Keuntungan perusahaan

2. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaan masyarakat


Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimilki oleh Negara
maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia,
yang disediakan guna menjalankan sesuatu usaha sepanjang modal tersebut
tidak diatur oleh ketentuan Pasal 2 Undang-Undang No.1 Tahun 1967 tentang

Hal. 19
Penanaman Modal Asing (PMA) yang mengatur mengenai pengertian Modal
Asing.

Penanaman Modal Dalam Negeri adalah Pengunaan kekayaan seperti


diatas, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menjalankan
usaha menurut atau berdasarkan Undang-Undang Penanaman Modal. Pihak
swasta yang memiliki modal dalam negeri, dapat secara perorangan atau
merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di
Indonesia. Untuk membedakan antara perusahaan asing dengan perusahaan
nasional, maka hal tersebut dapat dilihat dar kepemilikan modalnya.
Perusahaan Nasional adalah perusahaan yang sekurang- kurangnya 51
persen dari modal dalam negeri yang ditanam di dalamnya dimiliki oleh
negara atau swasta nasional. Jika dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT),
maka sekurang-kuranggnya persentase 51 persen dari jumlah saham harus
saham atas nama. Berdasarkan ketentuan yang berlaku, persentase itu harus
selalu ditingkatkan menjadi sebesar 75 persen. Sedangkan perusahaan yang
tidak memenuhi ketentuan adalah termasuk perusahaan asing.

Pengembangan investasi-investasi daerah dalam memacu


pertumbuhan PMDN, sangat penting untuk di tingkatkan. Sebab PMDN
merupakan bentuk arus modal yang berasal dari dalam negeri sehingga
dengan meningkatnya PMDN di harapkan investor-investor dalam negeri
dapat bersaing dengan investor asing.

3. Penanaman Modal Asing (PMA)

Investasi asing merupakan suatu kegiatan untuk merubah sumber


daya potensial menjadi kekuatan ekonomi riil. Sumber daya potensial
tersebuat ialah sumber daya yang di miliki oleh suatu negara untuk di
manfaatkan guna mengingkatkan kesejahteraan masyarakat. Penanaman
modal asing ialah aliran modal yang berasal dari luar negeri yang mengalir ke
sektor swasta baik yang melalui investasi langsung (Direct Investment)
maupun investasi tidak langsung (Portofolio) (Suryatno, 2003:72).

Investasi langsung ialah investasi yang melibatkan pihak investor secara


langsung dalam menjalankan usahanya, sehingga pihak investor asing ikut
ambil bagian dalam usaha menetapkan tujuan dan kebijakan perusahaan.
Sedangkan investasi tidak langsung ialah investasi keuangan yang dilakukan
di luar negeri. Investor membeli uang atau ekuitas, dengan harapan
mendapat manfaat dari investasi tersebut. Contoh dari bentuk investasi ini
adalah pembelian obligasi.

Hal. 20
Penanaman modal asing adalah penanaman modal asing secara
langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang No. 1 tahun
1967 dan yang digunakan menjalankan perusahaan di Indonesia, dalam arti
pemilik modal secara langsung menanggung resiko dari penanam modal
tersebut (Widjaya, 2000:25).

Pengertian modal asing sendiri dapat diartikan menjadi beberapa,


diantaranya yaitu :

a. Alat pembayaran luar negeri yang tidak merupakan bagian dari


kekayaan devisa Indonesia, yang dengan persetujuan pemerintah
digunakan untuk pembiayaan perusahaan di Indonesia.

b. Alat-alat untuk perusahaan termasuk penemuan-penemuan baru milik


orang asing, dan bahan-bahan yang dimasukkan dari luar ke dalam
wilayah Indonesia, selama alat-alat tersebut tidak di biayai dari
kekayaan devisa Indonesia.

c. Bagian dari hasil perusahaan yang berdasarkan Undang-Undang No.1


Tahun 1967 diperkenankan ditransfer, tetapi dipergunakan untuk
membiayai perusahaan di Indonesia.

Investasi asing langsung sangat penting peranannya bagi


perekonomian Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber untuk
peningkatan devisa negara, investasi asing langsung juga berfungsi sebagai
transfer teknologi, keterampilan manajemen dan lapangan kerja baru.
Investasi asing langsung juga memberikan beberapa kelebihan, antara lain
ialah investasi asing lebih memberikan rasa aman bagi negera yang menjadi
tuan rumah dari resiko-resiko yang terjadi akibat perkembangan
perekonomian kotemporer yang seringkali dramatis, terutama akibat
perubahan apresiasi mata uang.

Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat membutuhkan


peranan penting dari arus modal asing, baik yang berbentuk pinjaman,
bantuan, dan investasi. Hal ini disebabkan karena sumber dana yang tersedia
dalam negeri sangat terbatas, sehingga peranan asing diperlukan. Selain
untuk meningkatan sumber dana, kegiatan investasi asing juga akan
membawa pengaruh positif di berbagai sektor. Pada sektor moneter dengan
meningkatnya invetasi maka akan mendorong peningkatan cadangan devisa
negara, dengan cadangan devisa yang cukup maka nilai kurs rupiah akan
dapat dijaga pada posisi yang stabil. Sedangkan pada sektor makroekonomi
kegiatan investasi akan mendorong kegiatan ekspor, menciptakan lapangan
kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan akan mendorong pada
peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Hal. 21
Hal. 22
KESIMPULAN

Inflasi berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah per dollar AS. Jadi
adanya kenaikan inflasi akan menyebabkan nilai tukar rupiah terdepresi
terhadap dollar AS. Jadi nilai rupiah yang dibutuhkan untuk mendapat satu
dollar AS akan meningkat.

Inflasi merupakan factor penting dalam perekonomian disuatu Negara.


Meningkatnya harga barang-barang menyebabkan terjadinya inflasi sehingga
daya beli masyarakat terhadap suatu barang akan menurun, karena jumlah
uang sama tahun lalu tidak dapat untuk membeli barang yang sama tahun ini.
Hal ini menyebakan mata uang rupiah terus terdepresi karena inflasi.

Hal. 23
SUMBER

1. http://www.kompasiana.com/agustn_classic/pengaruh-inflasi-dan
investasi-terhadap-nilai-tukar-rupiah_5653d3cd137f61680b9e3f61

2. http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=389435&val=338&title=PENGARUH%20INFLASI%20DAN
%20INVESTASI%20TERHADAP%20NILAI%20TUKAR%20RUPIAH

Hal. 24

Anda mungkin juga menyukai