Anda di halaman 1dari 7

1.

1 Latar Belakang
Berbicara tentang pendidikan dan pembelajaran adalah berbicara tentang sesuatu
yang tidak pernah berakhir sejak manusia ada dan berkembang di muka bumi sampai
akhir zaman nanti. Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan
dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari
anak-anak, remaja sehingga menjadi dewas, sampai keliang lahat, sesuai dengan prinsip
pembelajaran sepanjang hayat (Suryono dan Hariyanto, 2011).
Oleh sebab itu, jika konsep belajar dan pembelajaran yang dahulu lebih ditekankan
kepada istilah mengajar atau pelajaran, selalu berubah dan berkembang. Perubahan
pradigma dari pengajaran (teaching), atau instruksi yang berfokus kepada aktivitas guru
(teacher-centered) menuju pembelajaran, yang berfokus kepada aktivitas siswa (student-
centered) diawali dengan penelitian dan perbincangan yang cukup panjang, sesuai
dengan perkembangan konsep psikologi dan filsafat pendidikan yang sedang
berkembang.
Dalam pembelajaran yang baik, seorang guru mengajar sekaligus belajar, para siswa
belajar sekaligus mengajar baik itu mengajari sesama temannya atau bahkan juga
mengajari gurunya. Apalagi dalam era komunikasi global pada saat ini, para siswa sering
lebih mampu menguasai teknologi informasi daripada gurunya, misalnya dengan
browsing di internet.
Perkembangan global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu mengubah
konsep berpikirnya. Masa depan yang kian tidak menentu dengan berbagai tantangan
melekatnya yang akan dihadapi oleh umat manusia pada abad ke-21 memiliki implikasi
luas dan mendalam terhadap berbagai macam rancangan pembelajaran dan teknik
pembelajaran. Hal tersebut tidak hanya terkait dengan kewajiban moral seorang guru
untuk mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan dan keterampilan yang
signifikan, tetapi juga terkait dengan tugas guru untuk memicu dan mamacu siswa agar
bersikap inovatif, menjadi lebih kreatif, adaptif, dan fleksibel dalam menghadapi
kehidupannya sehari-hari. Hal ini membawa konsekuensi bagi guru, untuk mampu
menjadi model mental, suri teladan tentang bagaimana untuk menjadi inovatif, kreatif,
adaptif, dan fleksibel. Pada gilirannya tentu saja para guru akan menjadi semakin
menyadari bahwa model, metode, dan strategi pembelajaran konvensial tidak akan cukup
membantu siswa. Guru sendiri dituntut inovatif, adaptif, dan kreatif serta mampu
membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan ke dalam kelas dan lingkungan
pembelajaran, di mana terjadi interaksi belajar mengajar yang intensif dan berlangsung
dari banyak arah.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman
sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(experience).
Proses belajar mengajar meliputi setiap mata pelajaran salah satunya ialah pelajaran
Fisika, yang tergolong dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Fisika merupakan bagian dari
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir analisis
dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar (Depdiknas,
2002:7). Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah memberikan bekal
pengetahuan tentang fisika, kemampuan dalam keterampilan proses serta meningkatkan
kreativitas dan sikap ilmiah. Lebih jelasnya target akhir yang diinginkan oleh kurikulum
meliputi tiga ranah, yaitu: kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisa, sintesis, dan evaluasi; afektif meliputi pengembangan sikap ilmiah, psikomotorik
meliputi peningkatan ketrampilan proses baik dengan percobaan Fisika maupun tanpa
percobaan.
Dari tahun ke tahun sampai sekarang, masih banyak siswa yang beranggapan bahwa
fisika merupakan pelajaran yang sulit dan bahkan menakutkan, sehingga membuat minat
belajar sangat rendah seperti orang yang kalah sebelum bertanding. Penyebab dari
masalah ini adalah kurangnya variasi dalam metode pengajaran serta minimnya alat
bantu yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang dipelajari.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan dan keberhasilan peserta didik
dalam memahami suatu materi pelajaran dari hasil belajarnya, salah satunya adalah
model pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam kelas. Model pembelajaran yang
monoton akan mengurangi motivasi peserta didik untuk belajar. Hal ini disebabkan
karena peserta didik merasa jenuh dengan pola pembelajaran yang sama dan terus
menerus. Karena itu, guru diharapkan bersedia menggunakan model pembelajaran yang
lebih bervariasi yang dapat membangkitkan daya kreatifitas dan motivasi untuk belajar
secara mandiri dan bekerja sama dengan peserta didik yang lain dalam kelompok-
kelompok belajar peserta didik.
Pada kenyataannya berdasarkan observasi awal yang dilakukan dikatakan bahwa
dalam proses pembelajaran masih banyak guru yang menerapkan pengajaran
konvensional. Metode ini menempatkan guru sebagai inti dalam keberlangsungan proses
pembelajaran. Dalam metode ini, peran siswa dapat dikatakan pasif. Siswa kurang diberi
kesenmpatan untuk mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan siswa yang lain.
Untuk mengatasi masalah dalam proses pembelajaran fisika, maka guru harus dapat
menentukan model pembelajaran yang sesuai serta mudah dipahami oleh siswa.
Pemilihan model pengajaran yang tepat akan membantu siswa memahami materi
pelajaran fisika. Guru diberi kebebasan dalam memilih metode pengajaran yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan satu metode
saja, tetapi harus mampu menggunakan beberapa metode mengajar yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Salah satu model pembelajaran yang bisa memberi
pembeharuan dalam proses pembelajaran fisika adalah model kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dan
kooperatif tipe TPS (Think Pair Share). Model pembelajaran kooperatif tipe STAD
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal (Isjoni, 2011).
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS adalah model yang memberi
siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari TPS ini
adalah optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih
banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada orang
lain (Isjoni, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti melakukan penelitian dengan
tema : PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN KOOPERATIF TIPE
TPS PADA MATERI FLUIDA KELAS XI MAN MODEL PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2015/2016.
Penelitian ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada di sekolah
dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran mata pelajaran fisika.

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian


1.4 T
1.5 H
1.6 HJ
1.7 JIJ

Oleh sebab itu, jika konsep belajar dan pembelajaran yang dahulu lebih ditekankan
kepada istilah mengajar atau pelajaran, selalu berubah dan berkembang. Perubahan
pradigma dari pengajaran (teaching), atau instruksi yang berfokus kepada aktivitas guru
(teacher-centered) menuju pembelajaran, yang berfokus kepada aktivitas siswa (student-
centered) diawali dengan penelitian dan perbincangan yang cukup panjang, sesuai
dengan perkembangan konsep psikologi dan filsafat pendidikan yang sedang
berkembang.
Dalam pembelajaran yang baik, seorang guru mengajar sekaligus belajar, para
siswa belajar sekaligus mengajar baik itu mengajari sesama temannya atau bahkan juga
mengajari gurunya. Apalagi dalam era komunikasi global pada saat ini, para siswa sering
lebih mampu menguasai teknologi informasi daripada gurunya, misalnya dengan
browsing di internet.
Perkembangan global saat ini menuntut dunia pendidikan untuk selalu mengubah
konsep berpikirnya. Masa depan yang kian tidak menentu dengan berbagai tantangan
melekatnya yang akan dihadapi oleh umat manusia pada abad ke-21 memiliki implikasi
luas dan mendalam terhadap berbagai macam rancangan pembelajaran dan teknik
pembelajaran. Hal tersebut tidak hanya terkait dengan kewajiban moral seorang guru
untuk mendorong dan memotivasi siswa agar belajar pengetahuan dan keterampilan yang
signifikan, tetapi juga terkait dengan tugas guru untuk memicu dan mamacu siswa agar
bersikap inovatif, menjadi lebih kreatif, adaptif, dan fleksibel dalam menghadapi
kehidupannya sehari-hari. Hal ini membawa konsekuensi bagi guru, untuk mampu
menjadi model mental, suri teladan tentang bagaimana untuk menjadi inovatif, kreatif,
adaptif, dan fleksibel. Pada gilirannya tentu saja para guru akan menjadi semakin
menyadari bahwa model, metode, dan strategi pembelajaran konvensial tidak akan cukup
membantu siswa. Guru sendiri dituntut inovatif, adaptif, dan kreatif serta mampu
membawa suasana pembelajaran yang menyenangkan ke dalam kelas dan lingkungan
pembelajaran, di mana terjadi interaksi belajar mengajar yang intensif dan berlangsung
dari banyak arah.
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki prilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.
Dalam konteks menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman
sains konvensional, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman
(experience).
Metode pembalajaran adalah seluruh perencanaan dan prosedur maupun langkah-
langkah kegiatan pembelajaran termasuk pilihan cara penilaian yang akan dilaksanakan.
Metode pembelajaran dapat dianggap sebagai sesuatu prosedur atau proses yang teratur,
suatu jalan atau cara yang teratur untuk melakukan pembelajaran. Metode mengajar
sesuai perkembangannya, juga terjabarkan dalam struktur tertentu.
Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan disengaja,
serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh pendidik dan terdidik sehingga timbul
interaksi dari keduanya agar terdidik mencapai cita-citanya. Maka dari itu pendidikan
sangatlah penting. Tujuan pendidikan ialah untuk meningkatkan kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Untuk kemajuan suatu bangsa, pendidikan sangat berperan penting di dalamnya.
Sehingga manusia yang baik membutuhkan suatu pendidikan. Pendidikan juga berperan
untuk menjadikan manusia yang lebih baik dan berkarakter. Pada umumnya Pendidikan
adalah dasar dari budaya dan peradaban. Pendidikan membuat kita sebagai manusia
untuk berpikir, menganalisa, serta memutuskan. Menumbuhkan karakter pada diri sendiri
juga merupakan tujuan dengan adanya pendidikan, sehingga menciptakan Sumber Daya
Manusia yang lebih baik.
Sebuah efek langsung dari pendidikan adalah dengan adanya mendapatkan
pengetahuan yang luas. Pendidikan memberikan pelajaran yang begitu penting bagi
manusia mengenai dunia sekitar, mengembangkan perspektif dalam memandang
kehidupan.
Tujuan pendidikan menurut permendiknas No. 22 Tahun 2007 pada tingkat satuan
pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya.
Dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan
nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (Pasal 2), berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut pengembangan proses pendidikan haruslah
mendapatkan perhatian yang lebih. Hal ini dikarenakan bahwa dengan proses pendidikan
yang baik maka diharapkan akan memperoleh hasil yang baik pula yaitu salah satunya
adalah terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas. Ujung pangkal proses
pendidikan dapat dicermati dari sisi proses pembelajarannya. Kualitas proses
pembelajaran di dalam kelas, seperti kegiatan belajar mengajar dan system penilaian atau
evaluasi yang digunakan merupakan faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan.
Proses belajar mengajar meliputi setiap mata pelajaran salah satunya ialah
pelajaran Fisika, yang tergolong dalam Ilmu Pengetahuan Alam. Fisika merupakan
bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang dapat mengembangkan kemampuan
berfikir analisis dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
sekitar (Depdiknas, 2002:7). Tujuan pembelajaran fisika di SMA secara umum adalah
memberikan bekal pengetahuan tentang fisika, kemampuan dalam keterampilan proses
serta meningkatkan kreativitas dan sikap ilmiah. Lebih jelasnya target akhir yang
diinginkan oleh kurikulum meliputi tiga ranah, yaitu: kognitif yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisa, sintesis, dan evaluasi; afektif meliputi
pengembangan sikap ilmiah, psikomotorik meliputi peningkatan ketrampilan proses baik
dengan percobaan Fisika maupun tanpa percobaan.
Dari tahun ke tahun sampai sekarang, masih banyak siswa yang beranggapan
bahwa fisika merupakan pelajaran yang sulit dan bahkan menakutkan, sehingga
membuat minat belajar sangat rendah seperti orang yang kalah sebelum bertanding.
Penyebab dari masalah ini adalah kurangnya variasi dalam metode pengajaran serta
minimnya alat bantu yang dapat memperjelas gambaran siswa tentang materi yang
dipelajari.
Mutu pendidikan diperoleh berdasarkan mutu pembelajaran. Dalam pembelajaran
yang bermutu, siswa tidak lagi ditempatkan dalam posisi pasif sebagai penerima bahan
ajaran yang diberikan guru, tetapi sebagai subyek yang aktif melakukan proses berfikir,
mencari, mengolah, mengurai, menggabung, menyimpulkan dan menyelesaikan masalah.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan dan keberhasilan peserta didik
dalam memahami suatu materi pelajaran dari hasil belajarnya, salah satunya adalah
model pembelajaran yang digunakan oleh guru di dalam kelas. Model pembelajaran yang
monoton akan mengurangi motivasi peserta didik untuk belajar. Hal ini disebabkan
karena peserta didik merasa jenuh dengan pola pembelajaran yang sama dan terus
menerus. Karena itu, guru diharapkan bersedia menggunakan model pembelajaran yang
lebih bervariasi yang dapat membangkitkan daya kreatifitas dan motivasi untuk belajar
secara mandiri dan bekerja sama dengan peserta didik yang lain dalam kelompok-
kelompok belajar peserta didik.
Pemilihan metode pengajaran yang tepat akan membantu siswa memahami materi
pelajaran fisika. Guru diberi kebebasan dalam memilih metode pengajaran yang akan
diterapkan dalam proses pembelajaran sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan.
Guru tidak hanya menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan satu metode
saja, tetapi harus mampu menggunakan beberapa metode mengajar yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Kenyataan yang ada menunjukkan bahwa masih banyak
guru yang terjebak dalam corak pengajaran konvensional. Metode ini menempatkan guru
sebagai inti dalam keberlangsungan proses pembelajaran. Dalam metode ini, peran siswa
dapat dikatakan pasif. Siswa kurang diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
dan berdiskusi dengan siswa yang lain.
Model pembelajaran kooperatif terdiri dari berbagai macam, salah satunya adalah
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Model
pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu tipe kooperatif yang
menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi
dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal. (Isjoni: 2011)
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini memiliki arahan yang jelas dan tidak terlalu luas, maka perlu
ada pembatasan masalah yakni sebagai berikut :
1. Hasil Belajar, yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif
siswa yang dapat dilihat dari hasil post-test.

Anda mungkin juga menyukai