BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dislipidemia didefinisikan sebagai kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan peningkatan maupun penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi
lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total (Ktotal), kolesterol LDL
(K-LDL), trigliserida (TG), serta penurunan kolesterol HDL (K-HDL) (European
Heart Journal, 2011).
2.2 Patogenesis
Lipid di dalam plasma darah ialah kolesterol, trigliserida (TG), fosfolipid dan
asam lemak yang tidak larut dalam cairan plasma. Lipid lipid ini memerlukan
modifikasi dengan bantuan protein untuk dapat diangkut dalam sirkulasi darah
karena sifatnya yang tidak larut dalam air (Crook, 2012).
Lipoprotein merupakan molekul yang mengandung kolesterol dalam bentuk
bebas maupun ester, trigliserida, fosfolipid, yang berikatan dengan protein yang
disebut apoprotein. Dalam molekul lipoprotein inilah lipid dapat larut dalam
sirkulasi darah, sehingga bisa diangkut dari tempat sintesis menuju tempat
penggunaannya serta dapat didistribusikan ke jaringan tubuh. (Hughes, 2006)
Lipoprotein memiliki dua bagian yaitu inti yang terdiri dari trigliserida dan
ester kolesterol yang tidak larut air dan bagian luarnya terdiri dari kolesterol
bebas, fosfolipid, dan apo-protein yang lebih larut air. HDL, LDL, dan Lp (a)
dominan intinya mengandung ester kolesterol, sedangkan pada VLDL dan
kilomikron, TG merupakan komponen yang dominan. (Hughes, 2006)
Lipoprotein dibagi menjadi beberapa jenis, berdasarkan berat jenisnya,
yaitu, kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density
Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein
(HDL). Lipoprotein ini dapat berinteraksi dengan enzim tubuh seperti Lipoprotein
Lipase (LPL), Lechitin Cholesterol Acyl Transferase (LCAT), dan Hepatic
5
2.2.1. Kilomikron
Kilomikron ialah lipoprotein yang diproduksi oleh usus halus dan
merupakan transport lipid eksogen dari usus halus ke dalam jaringan. (Crook,
2012)
Protein (CETP) menukar kolesterol ester HDL dengan TG pada VLDL dan LDL
untuk kembali ke hepar melalui rLDL. (Crook, 2012)
2.2.5 Apolipoprotein
Apolipoprotein merupakan protein yang mempertahankan struktur
lipoprotein, metabolisme lipid, dan sebagai petanda jenis lipoprotein selain
menurut ukurannya. Ada beberapa jenis lipoprotein
1. Apo B
Apo B berbeda dengan Apo lainnya karena ia tidak berpindah
tempat dari lipoprotein satu ke partikel yang lainnya. Apo B mempunyai 2
asal yaitu dari hepar (Apo B100) dan usus (Apo B48). Apo B100 terdapat
dalam VLDL yang diproduksi oleh hepar, IDL dan LDL, Apo B 48 berada
di kilomikron. (Crook, 2012)
8
2. Apo A
Apo A berada di HDL dan kilomikron. Apo A terdiri dari Apo A-1,
Apo A II dan Apo AIV. Apo A-1 adalah Apo terbanyak pada serum, Apo
utama dalam HDL dan kilomikron, dan juga kofaktor dari LCAT. Apo A-
II merupakan bagian penting dari HDL dan bergabung dengan Apo E
melalui jembatan dimer disulfida. Apo A-IV hanya terdapat di kilomikron
namun tidak pada HDL. (Crook, 2012)
3. Apo C
Apo C ialah kofaktor dari LPL, dan merupakan Apo yang
berpindah di antara lipoprotein. Apo C memiliki 3 spesies yaitu C-1, C-II,
dan C-III.
4. Apo E
2.4 Diagnosis
Penegakan diagnosis dari dislipidemia berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan penunjang.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik terutama dilakukan pada :
Usia (laki-laki 45 tahun, wanita 55 tahun)
Riwayat keluarga dengan PJK dini (Infark miokard atau sudden death < 55
tahun pada ayah atau < 65 tahun pada ibu
Perokok aktif
Hipertensi (TD 140/90 mmHg atau dengan pengobatan antihipertensi)
Kadar kolesterol HDL yang rendah (< 40 mg/dl)
Secara umum, anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan untuk mencari
adanya faktor-faktor risiko kardiovaskular terutama yang berkaitan dengan
tingginya risiko penyakit jantung koroner. Sedangkan pemeriksaan laboratorium
yang direkomendasikan adalah : (IDI, 2014)
Total kolesterol
Kolesterol LDL
Trigliserida
Kolesterol HDL
Penghitungan K-LDL yang menggunakan Friedewald formula
membutuhkan data trigliserida, sehingga harus puasa 12 jam. Sedangkan
pemeriksaan total kolesterol, K-HDL dapat dilakukan dalam keadaan tidak puasa.
(European Heart Journal, 2011)
2.5 Penatalaksanaan
Dalam pengelolaan dislipidemia, diperlukan strategi yang komprehensif
untuk mengendalikan kadar lipid dan faktor-faktor metabolik lainnya seperti
hipertensi, diabetes dan obesitas. Selain itu faktor-faktor risiko penyakit
kardiovaskuler lainnya seperti merokok juga harus dikendalikan. Pengelolaan
dislipidemia meliputi pencegahan primer yang ditujukan untuk mencegah
timbulnya komplikasi penyakit-penyakit kardiovaskular pada pasien dislipidemia
seperti penyakit jantung koroner, stroke dan penyakit aterosklerosis vaskular
lainnya dan pencegahan sekunder yang ditujukan untuk mencegah komplikasi
kardiovaskuler lanjutan pada semua pasien yang telah menderita penyakit
aterosklerosis dan kardiovaskular yang jelas.
Penatalaksanaan dalam dislipidemia dapat dimulai dengan melakukan
penilaian jumlah faktor risiko penyakit jantung koroner pada pasien untuk
menentukan kolesterol- LDL yang harus dicapai. (Jacobson et al, 2015)
A. Terapi Non-Farmakologis
1. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik yang disarankan meliputi program latihan yang mencakup
setidaknya 30 menit aktivitas fisik dengan intensitas sedang (menurunkan 4-7
kkal/menit) 4 sampai 6 kali seminggu, dengan pengeluaran minimal 200 kkal/
hari. Kegiatan yang disarankan meliputi jalan cepat, bersepeda statis, ataupaun
berenang. Tujuan aktivitas fisik harian dapat dipenuhi dalam satu sesi atau
beberapa sesi sepanjang rangkaian dalam sehari (minimal 10 menit). Bagi
beberapa pasien, beristirahat selama beberapa saat di selasela aktivitas dapat
meningkatkan kepatuhan terhadap progran aktivitas fisik. Selain aerobik, aktivitas
penguatan otot dianjurkan dilakukan minimal 2 hari seminggu. (PERKENI, 2015)
17
Penurunan kolesterol LDL yang diakibatkan oleh diet PUFA lebih besar
dibandingkan dengan diet MUFA atau diet rendah karbohidrat. PUFA omega-3
tidak mempunyai efek hipokolesterolemik langsung, tetapi kebiasaan
mengonsumsi ikan (mengandung banyak PUFA omega-3) berhubungan dengan
reduksi risiko kardiovaskular independen terhadap efek pada lipid plasma.
Konsumsi PUFA omega-3 pada dosis farmakologis (>2 gram/hari) mempunyai
efek netral terhadap konsentrasi kolesterol LDL dan mengurangi konsentrasi TG.
Data dari penelitian klinis acak, kasus kelola dan kohor menunjukkan bahwa
konsumsi PUFA omega-6 setidaknya 5% hingga 10% dari total energi mereduksi
risiko PJK. Konsumsi PUFA omega-3, PUFA omega-6 dan MUFA berhubungan
dengan peningkatan konsentrasi kolesterol HDL sampai 5% dan penurunan TG
sebesar 10-15%.
Asam lemak trans diproduksi dari minyak nabati dengan cara hidrogenasi,
dan dapat ditemukan secara alami di dalam lemak hewani. Asam lemak trans
meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan kolesterol HDL. Sumber asam
lemak trans di dalam diet biasanya berasal dari produk yang terbuat dari minyak
terhidrogenasi parsial seperti biskuit asin (crackers), kue kering manis (cookies),
donat, roti dan makanan lain seperti kentang goreng atau ayam yang digoreng
memakai minyak nabati yang dihidrogenasi.
18
3. Berhenti merokok
Merokok merupakan faktor risiko kuat, terutama untuk penyakit jantung koroner,
penyakit vaskular perifer, dan stroke. Merokok mempercepat pembentukan plak
pada koroner dan dapat menyebabkan ruptur plak sehingga sangat berbahaya bagi
orang dengan aterosklerosis koroner yang luas. Sejumlah penelitian menunjukkan
bahwa merokok memiliki efek negatif yang besar pada kadar KHDL dan rasio K-
19
B. Terapi farmakologis
Prinsip dasar dalam terapi farmakologi untuk dislipidemia baik pada ATP III
maupun ACC/AHA 2013 adalah untuk menurunkan risiko terkena penyakit
kardiovaskular. Berbeda dengan ATP III yang menentukan kadar K-LDL tertentu
yang harus dicapai sesuai dengan klasifikasi faktor risiko, ACC/AHA 2013 tidak
secara spesifik menyebutkan angka target terapinya, tetapi ditekankan kepada
pemakaian statin dan persentase penurunan K-LDL dari nilai awal. Hal tersebut
merupakan hasil dari evaluasi beberapa studi besar yang hasilnya menunjukkan
bahwa penggunaan statin berhubungan dengan penurunan risiko ASCVD tanpa
melihat target absolut dari K-LDL. Namun demikian, jika mengacu kepada ATP
III, maka selain statin, beberapa kelompok obat hipolipidemik yang lain masih
dapat digunakan yaitu Bile acid sequestrant, Asam nikotinat, dan Fibrat.
Berikut ini akan dirinci lebih lanjut tentang jenis obat hipolipidemik mengenai
farmakokinetik dan farmakodinamiknya.
1. Statin
Mekanisme kerja statin bekerja dengan mengurangi pembentukan kolesterol di
liver dengan menghambat secara kompetitif kerja dari enzim HMG-CoA
reduktase. Pengurangan konsentrasi kolesterol intraseluler meningkatkan ekspresi
reseptor LDL pada permukaan hepatosit yang berakibat meningkatnya
pengeluaran LDL-C dari darah dan penurunan konsentrasi dari LDL-C dan
lipoprotein apo-B lainnya termasuk trigliserida.
Umumnya efek sampirng dari statin dapat ditoleransi oleh tubuh. Namun efek
samping yang berat pada stati dapat terjadi miopati yang dapat berprogresif
menjadi rhabdomiolisis dan juga dapat menyebabkan gagal ginjal hingga
kematian. (European Heart Journal, 2011)
Statin sebagai pencegahan primer:
20
2. Asam Fibrat
Terdapat empat jenis yaitu gemfibrozil, bezafibrat, ciprofibrat, dan fenofibrat.
Obat ini menurunkan trigliserid plasma, selain menurunkan sintesis trigliserid di
hati. Obat ini bekerja mengaktifkan enzim lipoprotein lipase yang kerjanya
memecahkan trigliserid. Selain menurunkan kadar trigliserid, obat ini juga
meningkatkan kadar kolesterol- HDL yang diduga melalui peningkatan apoprotein
A-I, dan A-II. Pada saat ini yang banyak dipasarkan di Indonesia adalah
gemfibrozil dan fenofibrat.
3. Asam Nikotinik
Obat ini diduga bekerja menghambat enzim hormone sensitive lipase di jaringan
adiposa, dengan demikian akan mengurangi jumlah asam lemak bebas. Diketahui
bahwa asam lemak bebas ada dalam darah sebagian akan ditangkap oleh hati dan
akan menjadi sumber pembentukkan VLDL. Dengan menurunnya sintesis VLDL
di hati, akan mengakibatkan penurunan kadar trigliserid, dan juga kolesterol-LDL
di plasma. Pemberian asam nikotinik temyata juga meningkatkan kadar
kolesterol- HDL. Efek samping yang paling sering terjadi adalah flushing yaitu
perasaan panas pada muka bahkan di badan. (European Heart Journal, 2011;
PERKENI, 2015)
4. Ezetimibe
Obat golongan ezetimibe ini bekerja dengan menghambat absorbsi kolesterol oleh
usus halus. Kemampuannya moderate didalam menurunkan kolesterol LDL (15-
22
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2013. Situasi Kesehatan Jantung. Info Datin Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI.
IDI, 2014. Panduan Praktik Klini Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta: Bakti Husada
Qi, Li., Ding, Xianbin., Tang, Wenge., et al., 2015. Prevalence and Risk Factors
Associated with Dyslipidemia in Chongqing, China. Int. J. Environ. Res.
Public Health 2015. 12: 13455-13465.