Anda di halaman 1dari 7

Penggolongan Mineral Logam dan Non Logam

POSTED BY AZHARY RAHIM ON 23:29

Persebaran mineral logam yang dibedakan menjadi logam besi, logam dasar, logam
radioaktif, logam mulia, dan logam ringan antara lain sebagai berikut.

1. Logam besi terdiri dari Khrom (Cr), Kobalt (Co), Besi (Fe), Mangan (Mn), Molibdenum
(Mo), Nikel (Ni), dan Wolfram (W). Persebaran jenis logam ini antara lain besi anyak
dijumpai di Aceh, Sumatra Barat, Lampung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur.
Nikel banyak dijumpai di Sulawesi Tenggara, mangan di P. Timor, Yogyakarta,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

2. Logam dasar terdiri dari Antinom (Sb), Bismut (B), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Seng
(Zn), Air raksa (Hg), Timah putih (Sn). Persebaran jenis logam ini antara lain Timbal
banyak ditemukan di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Air raksa
banyak ditemukan di Sumatra Barat, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan
Jawa Barat. Tembaga banyak ditemukan di Aceh, Sumatra Barat, Jawa Barat, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Maluku,
Papua, dan Nusa Tenggara Timur. Timah putih banyak ditemukan di P. Batam, PBintan,
Kep. Lingga, P. Bangka, Riau, dan Jambi.

3. Logam radioaktif hanya terdapat di Papua.

4. Logam mulia dibedakan menjadi Emas (Au), Perak (Ag), dan Platina (Pt). Emas banyak
ditemukan di P. Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Perak banyak
ditemukan di Aceh, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan
Papua. Platina hanya dapat ditemukan di Riau.

5. Logam ringan dibedakan menjadi Alumunium (Al) yang banyak ditemukan hanya di
Kalimantan Tengah dan Magnesium (Mg) yang banyak ditemukan hanya di Lampung.

Mineral bukan logam dikelompokkan menjadi empat golongan, yaitu bahan galian
bangunan, bahan galian mineral industri, bahan galian mineral keramik, dan bahan galian
batu permata.

1. Bahan galian bangunan meliputi andesit, granit, marmer, onik, batu apung, pasir dan
batu, batu bara, serta aspal. Andesit banyak ditemukan di Sumatra Barat, Jawa Barat,
dan Jawa Timur. Marmer banyak ditemukan di Sumatra Barat, Lampung, dan Jawa
Timur. Batu apung banyak ditemukan di Kalimantan Barat dan P. Lombok. Pasir banyak
ditemukan di Jawa Barat dan Jawa Tengah.

2. Bahan galian mineral industri meliputi bentonit, barit, diatome, dolomit, magnesit,
fosfat, belerang, batu gamping, talk, dan zeolit. Magnesit banyak ditemukan di Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Papua, dan P. Flores. Belerang banyak ditemukan Sumatra
Utara, Jawa Barat, Jawa timur, dan Sulawesi Utara. Batu gamping banyak ditemukan di
Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, P. Jawa, P. Sumba dan Sumbawa, P. Timor, dan
Papua.

3. Bahan galian mineral keramik meliputi pasir kuarsa, bond clay, perlif, dan kaolin. Pasir
kuarsa banyak ditemukan di Jawa Timur, Kalimantan Barat, Riau, P. Bangka, dan Papua.
Perlif banyak ditemukan di P. Sumbawa dan Lampung. Kaolin banyak ditemukan di
Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
4. Bahan galian batu permata meliputi intan yang banyak ditemukan di Riau, safir di
Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah, giok di Aceh, Jawa Tengah, Sulawesi

Penggolongan Bahan Galian


Menurut undang-undang No 11 Tahun 1967, tentang Ketentuan-Ketentuan
Pokok Pertambangan, pada Bab II pasal 3, mengenai Penggolongan Dan Pelaksanaan
Penguasaan Bahan Galian, dimana bahan galian dibagi atas tiga golongan, yaitu:
a. golongan bahan galian strategis
b. golongan bahan galian vital
c. golongan yang tidak termasuk golongan a atau b

Rincian tentang penggolongan bahan galian dijelaskan pada PP No. 27/1980,


dimana, :
a. golongan bahan galian strategis adalah:
- minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi dan gas alam;
- bitumen padat, aspal;
- antrasit, batubara, batubara muda;
- uraniuam, radium, thorium dan bahan galian radioaktif lainnya;
- nikel, kobalt ;
- timah;
b. golongan bahan galian vital adalah:
- besi, mangaan. Molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
- bauksit, tembaga, timbal, seng;
- emas, platina, perak, air raksa, intan ;
- arsen, antimon, bismut;
- ytrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;
- berilium, korondum, zirkon, kristal kuarsa;
- kriolit, flourspar, barit;
- yodium, brom, klor, belerang;
c. golongan bahan galian yang tidak termasuk a atau b adalah:
- nitrai-nitrat, posfat-posfat, garam batu (halit);
- asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
- yarosit, leusit, tawas (alum), oker;
- batu permata, batu setengah permata;
- pasir kuarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit;
- batuapung, tras, obsidian, perlit, tanah diatomae, tanah serap (fuller s earth);
- marmer, batu tulis;
- batu kapur, dolomit, kalsit;
- granit, andesit, basal, trakhit, tanah liat, dan pasir sepanjang tidak mengandung unsur-
unsur mineral golongan a maupun b dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi
pertambangan.

Maka sebagian besar bahan galian industri termasuk bahan galian tidak
termasuk a atau b atau lebih dikenal sebagai Golongan C yang juga sering disebut bahan
galian industri dan di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral termasuk
dalam Mineral Non Logam, yang di dalamnya termasuk batuan.
Definisi di atas sekarang ini sudah tidak tepat lagi, karena dengan semakin
berkembangnya teknologi industri manufaktur menuntut produk-produk bahan galian
industri sebagai bahan baku yang mempunyai spesifikasi tertentu (uniform berderajad
tinggi), yang untuk memperolehnya kadang-kadang memerlukan proses pengolahan yang
panjang dan komplek. Demikian pula dengan batas-batas bahan galian industri sangat
sukar ditetapkan, sebagai contoh, bahan galian kromit, zirkon, bauksit, mangan, dan
tanah jarang yang merupakan bahan galian logam, namun dapat pula diklasifikasikan
sebagai bahan galian industri bila produknya berbentuk mineral yang telah diolah dan
digunakan langsung sebagai bahan baku dalam industri manufaktur. Dalam industri
manufaktur dan konstruksi, peranan bahan galian industri sebagai bahan baku sangat
penting, yang pada umumnya berfungsi untuk memperbaiki mutu ataupun untuk
memperoleh produk akhir dengan spesifikasi tertentu.
Tidak sama halnya dengan bahan galian logam, dalam bahan galian industri
tidak dikenal adanya proses daur-ulang dari produk padat mineral (kecuali gelas), serta
tidak ada bahan substitusi selain di antara bahan galian itu sendiri.
Oleh karena itu pemerintah dalam hal ini Departemen Energi Dan Sumber
Daya Mineral sedang mengajukan Undang-Undang mengenai pengaturan Mineral dan
Batubara, yang masih berupa konsep dan sudah diajukan ke DPR, dengan terbitnya
undang-undang tersebut diharapkan penggolongan bahan galian akan sesuai dengan
perkembangan teknologi dan industri yang menggunakan bahan baku bahan galian non
logam.
Di Indonesia secara geologi mineral non logam (bahan galian industri) terdapat
dalam semua formasi batuan, mulai dari formasi batuan berumur Pra-Tersier sampai
Kuarter, baik yang berasosiasi dengan batuan beku dalam dan batuan volkanik maupun
berasosiasi dengan batuan sedimen dan batuan malihan.
Mineral non logam sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari,
bahkan dapat dikatakan bahwa manusia hidup tidak terlepas dari bahan galian itu.
Dengan kata lain bahwa mineral non logam sebenarnya sangat vital bagi kehidupan
manusia, hampir semua peralatan rumah tangga, gedung, bangunan air, obat, kosmetik,
alat tulis dan gambar, barang pecah belah dan lain-lain, dibuat langsung atau dari hasil
pengolahan bahan galian tersebut
Sebenarnya mineral non logam tersebar luas di Indonesia, namun
pengelolaannya belum berkembang sebagai mana mestinya. Meskipun demikian
pengelolaan bahan galian industri di Indonesia mengalami kemajuan cukup pesat. Hal ini
sejalan dengan kemudahan dan kebijaksanaan Pemerintah dalam menggalakkan
pemanfaatan mineral non logam, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun
untuk komoditi ekspor non-migas, sudah banyak pengusahaan mineral non logam yang
memberikan sumbangan besar bagi pembangunan nasional, seperti: industri semen,
walaupun industrinya masih banyak terkonsentrasi di Pulau Jawa, yaitu: PT Semen
Gresik, Indocement, Semen Kujang, Semen Cibinong (HOLCIM),dan Semen Nusantara;
di Pulau Kalimantan: Indo-Kodeco, patungan Indonesia Korea; di Pulau Sulawesi: Semen
Tonnasa dan Bosowa; di Pulau Sumatera: Semen Padang, Baturaja dan Semen Andalas
(kena bencana tsunami, Aceh) dan Pulau Timor: Semen Kupang. Industri lainnya yang
banyak membantu pembangunan nasional adalah dengan bahan baku mineral non logam
adalah: industri keramik, industri agregat batuan untuk kontruksi, dari skala kecil
sampai skala besar. Serta masih banyak lagi industri, yang mempergunakan
bahan baku mineral non logam.
Dengan terbitnya UU No.22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan Peraturan
Pemerintah No.25/1999 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan pemerintah
daerah sebagai daerah otonom, maka daerah memiliki kewenangan untuk mengelola
sumber daya alam agar dapat mempercepat pembangunan ekonomi daerah yang efektif
dan kuat dengan memberdayakan pelaku dan potensi ekonomi yang tentunya dalam
rangka memberikan manfaat yang lebih luas kepada masyarakat dan pemerintah daerah.
Dalam rangka nilai manfaat pertambangan secara keseluruhan dan
menghindari tumpang tindih lahan, lingkungan dan banyak hal lainnya, pemerintah
mengeluarkan UU No 4 tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, yang
merupakan penyempurnaan UU No 11 tahun 1967. Pada BAB VI Pasal 34, Usaha
pertambangan :
(1) dikelompokkan atas:
a. pertambangan mineral; dan
b. pertambangan batubara.
(2) Pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a digolongkan atas:
a. pertambangan mineral radioaktif;
b. pertambangan mineral logam;
c. pertambangan mineral bukan logam; dan
d. pertambangan batuan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan suatu komoditas tambang ke dalam suatu
golongan pertambangan mineral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
peraturan pemerintah.

Dalam PP No 23 Tahun 2010 dijelaskan mineral bukan logam meliputi intan,


korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang,
fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay, fire clay, zeolit,
kaolin, feldspar, bentonit, gipsum, dolomit, kalsit, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon,
wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay, dan batu gamping untuk semen,
dan batuan meliputi pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah
serap (fullers earth), slate, granit, granodiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, trakhit,
leusit, tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper,
krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar,
kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir
urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan
tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak
mengandung unsur mineral logam atau unsure mineral bukan logam dalam jumlah yang
berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Potensi bahan galian industri (mineral non logam) hampir dijumpai di semua
wilayah Indonesia, dari jenis komoditinya mungkin lebih dari 100 jenis, dengan waktu
kurang lebih 3-4 jam, baik itu berupa ceramah umum dan diskusi sangat sulit untuk dapat
memahami keseluruhan mengenai mineral non logam, untuk itu bahan diklat dibuat
secara ringkas, tanpa mengabaikan tujuan dari diklat ini, yaitu peserta (aparatur pemda)
memiliki kompetensi dalam evaluasi laporan eksplorasi untuk pelaksanaan tugas
fungsinya.

Acuan
Evaluasi Pemetaan bahan galian non logam ini mengacu pada :
1. SNI 13-4688-1998, Penyusunan peta sumber daya mineral, batubara dan Gambut
2. SNI 13-4691-1998, Penyusunan peta geologi
3. SNI 13-4726-1998, Klasifikasi sumber daya mineral dan cadangan
4. SNI 13-6606-2001, Tatacara penyusunan laporan eksplorasi bahan galian
5. SNI 13-6676-2002, Evaluasi laporan penyelidikan umum dan eksplorasi bahan galian
6. Pedoman umum tata laksana kegiatan lapangan di lingkungan Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral
7. Pedoman teknis inventarisasi sumber daya mineral, batubara dan bitumen padat
8. Pedoman teknis basis data sumber daya mineral non logam

Anda mungkin juga menyukai