Sebagai sebuah sistem manajemen, K3 tidak dapat dipisahkan dari
suatu sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan. Program K3 yang telah ditetapkan akan berjalan efektif jika didukung dan dilaksanakan oleh seluruh bagian atau departemen yang ada dalam suatu organisasi perusahaan. Oleh karena itu, dalam penyusunan program K3 harus mempertimbangkan semua aspek yang terkait dalam perusahaan seperti aspek produksi, finansial, sosial, psikologi, budaya kerja dan manajemen. Isu cross-cutting dalam K3 menjadi perhatian bagi para pakar, akademisi dan praktisi K3 dalam penyusunan dan pelaksanaan program K3 yang terarah dan terencana.
[if !supportLists]a. [endif]Prinsip-Prinsip Penyusunan Program K3
Sebuah organisasi perusahaan perlu mengembangkan strategi
perencanaan yang baik dalam menerapkan aspek K3 melalui program-program yang disusun berdasarkan prinsip yang terencana dan terarah. Dalam sebuah sistem manajemen, perencanaan sebuah program harus mempertimbangkan prinsip SMART (Specific, Measurable, Achievable, Realiable, Timetable). Sebuah program K3 harus bersifat spesifik yang berarti bahwa program-program yang dibuat sedapat mungkin tidak menimbulkan kebingunan bagi pihak yang diberi tugas untuk melaksanakannya, mudah terukur dalam hal pencapaian hasilnya dengan ditetapkannya target dan indikator keberhasilan pencapaiannya. Sebuah program K3 juga harus bersifat mudah untuk dilaksanakan sehingga dapat berjalan efektif dan efisien sesuai dengan kemampuan perusahaan serta realistis dalam hal pembiayaan dan kemampuan orang yang melaksanakannya dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
Dalam menetapkan program K3 terdapat beberapa referensi yang
dapat dijadikan acuan, salah satunya adalah OHSAS 18001:2007 klausul 4.8.3 tentang objektif dan program K3 Organisasi harus menetapkan, menjalankan dan memelihara dokumen objektif K3pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam organisasi. Menurut Ramli ( 2009), untuk mencapai objektif yang telah ditetapkan, organisasi harus menyusun program kerja yang merefleksikan kebijakan organisasi. Rencana kerja ini disusun untuk setiap tingkatan manajemen sebagai landasan operasional dengan mempertimbangkan: [if !supportLists] [endif]Penentuan tanggung jawab dan wewenang untuk pencapaiannya disetiap tingkatan, fungsi dan departemen. Program K3 sebaiknyadiintegrasikan dengan program organisasi secara keseluruhan sehingga menjadi salah satu aspek dalam pencapaian sasaran organisasi. [if !supportLists] [endif]Sarana dan sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai program kerja yang telah ditetapkan misalnya pendanaan, tenaga, peralatan dan lainnya. [if !supportLists] [endif]Jangka waktu atau jadwal pelaksanaan dan penyelesaian program kerja. [if !supportLists]b. [endif]Dasar Penyusunan Program K3
Dalam penyusunan program K3 dalam suatu perusahaan, terdapat
landasan atau dasar-dasar yang melatarbelakangi pembuatan suatu program diantaranya adalah hasil risk assessment dari suatu kegiatan produksi untuk mengetahui potensi-potensi bahaya dan resiko ditempat kerja. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian resiko yaitu, metode kualitatif, semi kuantitatif dan kuantitatif. Sebelum melakukan penilaian resiko perlu diketahui bisnis proses suatu kegiatan produksi suatu industri, dalam setiap tahapan proses produksi terdapat beberapa bahaya yang dapat menimpa pekerja sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan dan gangguan kesehatan. Adapun proses produksi suatu industri garmen dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Faktor-faktor penyebab yang dapat membahayakan tenaga kerja
sudah seharusnya dicegah, dikendalikan, diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Untuk mencegah berbagai gangguan yang muncul, maka terlebih dahulu perlu diketahui proses produksi dan identifikasi permasalahannya, cara pemantauan, dan standar- standar yang berlaku. Beberapa hal yang perlu diperhatikan berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja yang umum ditemukan di industri garmen adalah : [if !supportLists]1. [endif]Faktor Lingkungan Kerja memungkinkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja, sebagaimana terlihat pada penjelasan di bawah ini. Proses Produksi dan Faktor Lingkungan Kerja [if !supportLists] [endif]Gudang Bahan : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde [if !supportLists] [endif]Pola dan Pemotongan Bahan : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde [if !supportLists] [endif]Menjahit : penerangan, iklim kerja, getaran, debu, uap formaldehyde [if !supportLists] [endif]Pemotong Sisa Benang : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde [if !supportLists] [endif]Pengecekan Kualitas : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde [if !supportLists] [endif]Seterika : penerangan, iklim kerja, debu, uap, formaldehyde [if !supportLists] [endif]Finishing: penerangan, iklim kerja, debu, kapas, uap formaldehyde [if !supportLists] [endif]Pengemasan : penerangan, iklim kerja, debu karton, uap formaldehyde
yang menjadi permasalahan berkaitan dengan potensi bahaya kecelakaan kerja pada industri garmen adalah sebagai berikut : [if !supportLists] [endif]Gudang memiliki potensi bahaya kebakaran [if !supportLists] [endif]Bagian Pola/ potong memiliki potensi bahaya jari tangan terpotong, tersengat arus litrik [if !supportLists] [endif]Bagian Jahit memiliki potensi bahaya jari terkena jarum, tersengat arus listrik, kebakaran [if !supportLists] [endif]Bagian Pasang Kancing memiliki potensi bahayajari tergencet mesin kancing, tersengat arus listrik [if !supportLists] [endif]Bagian Seterika memiliki potensi bahaya tersengat arus listrik, kebakaran [if !supportLists] [endif]Bagian Pengemasan memiliki potensi bahaya tergores, barang terjatuh
[if !supportLists]3. [endif]Keserasian peralatan dan sarana kerja
dengan tenaga kerja. Keserasian peralatan dan sarana harus diperhatikan oleh pihak perusahaan dan disesuaikan dengan tenaga kerja yang dimilikinya agar kecelakaan kerja dapat diminimalisasi. Kesalahan yang disebabkan ketidakserasian antara peralatan dan sarana dengan tenaga kerja dapat menimbulkan berbagai masalah yang akhirnya dapat mengancam keselamatan dan kesehatan kerja. Beberapa permasalahan seperti ini yang ditemukan di industri garmen : [if !supportLists] [endif]Bagian pemotongan kain, jahit dan seterika, faktor ergonomi yang mempengaruhi adalah ukuran meja, kursi duduk, sikap dan sistem kerja [if !supportLists] [endif]Bagian pengemasan, faktor ergonomi yang mempengaruhi adalah kegiatan angkat junjung, sikap dan cara kerja, ruang gerak. Beberapa permasalahan di atas sangat umum ditemukan di industri garmen. Dan seperti kebanyakan yang terjadi di industri, terkadang penyelesaian permaslahan tersebut mendapatkan resistansi dari manajemen.
[if !supportLists]c. [endif]Identifikasi Masalah Industri Garmen di
Indonesia Berdasarkan Baseline Reports : Worker Perspectives from the Factory and Beyond yang disusun oleh ILO, ada beberapa masalah tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya di Industri Garmen Indonesia. Secara garis besar berikut beberapa permasalahan di Industri Garmen yang terkait Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Identifikasi Klasifikasi Hambatan dan Akar Solusi Permasalaha Permasalahan Penyelesaian n >80% Lulusan Faktor Industri garmen SMP/SMU Individu merupakan industri yang menyerap banyak tenaga kerja sehingga tidak mensyaratkan pekerja berpendidikan tinggi 39,9% tidak Faktor Pekerja yang tidak Memperbaiki memiliki Individu (Skill berpengalaman dapat sistem perekrutan pengalaman dan menghambat karyawan dengan kerja Pengalaman) kecepatan produksi mensyaratkan dikarenakan harus penglaman bekerja dilatih terlebih dahulu minimal 1 tahun >38% Faktor Konsentrasi pekerja Pihak manajemen berkeluarga Individu wanita yang memiliki perlu memberikan dan memiliki anak akan terbagi perhatian khusus anak untuk keluarga dan bagi pekerja pekerjaannya wanita yang sudah berkeluarga dan memiliki anan >53% Faktor Target produksi yang Penyediaan air mengeluhkan Kesehatan sangat tinggi serta minum yang cukup masalah kerja kondisi lingkungan bagi pekerja severe thirst kerja yang panas membuat pekerja selalu merasa kehausan, yang berakibat kesehatan pekerja menurun karena dehidrasi 42% severe Faktor Faktor kelelahan Pihak manajemen fatigue Kesehatan sangat berbahaya harus Kerja dapat berpotensi memperhatikan menimbulkan jam kerja gangguan kesehatan karyawan agar dan kecelakaan kerja tidak melampaui jam kerja yang telah ditentukan 30,6% Faktor Tidak ada waktu Manajemen harus stomach pain Kesehatan untuk makan karena memberikan waktu Kerja dikejar target kepada pekerja menyebabkan pekerja untuk istirahat dan telat makan sehingga makan berakibat pada gangguan kesehatan 41,5% Faktor Kondisi lingkungan Pneyediaan klinik dizziness Kesehatan kerja yang tidak baik untuk berobat (pusing) Kerja serta pola makan dan istirahat yang tidak teratur menyebabkan gangguan kesehatan pada pekerja 46% back and Faktor Tempatk kerja tidak Mengatur posisi neck ache Kesehatan ergonomis, terlalu dan tempat kerja Kerja, lama pada posisi yang Regonomi sama >59% concern Faktor >41% kurang concern Penyediaan terhadap Keselamatan terhadap bahaya informasi dan bahaya Kerja kerja, bisa pelatihan tentang ditempat kerja dikarenakan bahaya ditempat kurangnya kerja pengetahuan tentang bahaya ditempat kerja >40% Faktor Masalah aturan jam Manajemen mengeluhkan Psikologi kerja karyawan memberikan bekerja dihari dikarenakan dikejar kesempatan untuk weekend produksi libur Makan sambil Faktor Tidak ada jam Pengaturan waktu bekerja Kesehatan istirahat untuk makan untuk istirahat Kerja karena mengejar makan dan produksi disediakan tempat makan Bekerja dihari Faktor Target produksi yang Manajemen minggu Psikologi tinggi memberikan kesempatan untuk libur Tidak ada Faktor Sistem pengaturan Pihak manajemen pengaturan Manajemen jam kerja lembur harus jam kerja tidak jelas memperhatikan lembur jam kerja karyawan agar tidak melampaui jam kerja yang telah ditentukan Upah rendah, Faktor Sistem perjanjian Penyesuaian upah dibawah Manajemen kerja karyawan tidak sesuai aturan UMR standar, keluar memihak karyawan yang telah masuk ditetapkan karyawan Pemerintah tinggi Slip gaji tidak Faktor Sistem administrasi Memperbaiki lengkap info Manajemen pembayaran gaji tidak sistem tentang bonus jelas administrasi dan tidak jelas transparansi 65%tergabung Faktor - Manajemen harus dalam Trade Manajemen memberikan Union Member kebebasan kepada pekerja untuk bergabung dengan serikat pekerja >80% terikat Faktor Pekerja industri Manajemen harus kontrak Manajemen garmen biasanya memberi namun 67,7% merupakan karyawan kesempatan non permanent outsourcing kepada pekerja yang memiliki prestasi untuk diangkat jadi karyawan tetap 35,4% sudah Faktor Program pelatihan K3 Program pelatihan mendapatkan Keselamatan belum menyentuh K3 harus diberikan training K3 Kerja keseluran karyawan kepada seluruh pekerja <30% Faktor Program pelatihan K3 Program pelatihan mendapatkan Manajemen belum menyentuh K3 harus diberikan training keseluran karyawan kepada seluruh pekerja 85,2% Faktor Sangsi terhadap Harus dibentuk mendapatkan Psikologi pelaku kekerasan badan advokasi sexual tidak tegas bagi karyawan harrasment 79,4% verbal Faktor Sangsi terhadap Harus dibentuk abuse Psikologi pelaku kekerasan badan advokasi tidak tegas bagi karyawan 87,4% physical Faktor Sangsi terhadap Harus dibentuk abuse Psikologi pelaku kekerasan badan advokasi tidak tegas bagi karyawan >30% Faktor Rata-rata pekerja Harus dibentuk mendiskusikan Psikologi tidak berani badan advokasi masalah menyampaikan bagi karyawan dengan masalahnya supervisor/trad e union rep. >50% merasa Faktor Atasan tidak peduli Harus dibentuk supervisor Psikologi terhadap badan advokasi menyelesaikan permasalahan para bagi karyawan masalah pekerja dengan tidak respek Kurang Faktor Tingkat kesejahteraan Manajemen harus sejahtera, Psikologi karyawan pabrik memperhatikan sedih, dan masih rendah kesejahteraan tidak punya pekerja harapan untuk masa depan >80% sangat Faktor - Terus digalakan tertarik Keselamatan pelaksanaan mendapatkan Kerja program K3 informasi tentang K3 dan informasi
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa industri garmen di
Indonesia masih banyak permasalahan yang merugikan pekerja atau buruh pabrik. Masalah-masalah yang muncul berkaitan dengan aspek pendidikan, skill dan pengalaman kerja, upah buruh yang rendah, kesejahteraan pekerja belum diperhatikan, jam kerja yang tidak teratur dan sebagainya. Para pekerja industri garmen umumnya adalah wanita yang baru lulus SMP/SMA, sebagian dari pekerja wanita sudah berkeluarga dan memiliki anak sehingga konsentrasinya terbagi kedalam pekerjaan dan rumah tangga, hal ini disebabkan karena faktor ekonomi yang tidak mencukupi sehingga wanita yang sudah memiliki anak harus ikut mencari penghasilan. Tak jarang para pekerja wanita tersebut mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi dari rekan kerja maupun atasan seperti kekerasan seksual, perlakuan kasar berupa ucapan dan fisik. Dari permasalahan yang ada, dapat disederhanakan bahwa permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di industri garmen terkait dengan pekerja itu sendiri dan komitmen manajemen terhadap masalah K3. Untuk itu perlu dibangun program-program keselamatan dan kesehatan kerja yang dipayungi oleh komitmen dan kebijakan manajemen. [if gte vml 1]><v:shape id="Picture_x0020_2" o:spid="_x0000_s1026" type="#_x0000_t75" style='position:absolute; left:0;text-align:left;margin- left:43.55pt;margin-top:98.6pt;width:394.95pt; height:175.9pt;z- index:251659264;visibility:visible;mso-wrap-style:square; mso- wrap-distance-left:9pt;mso-wrap-distance-top:0;mso-wrap- distance-right:9pt; mso-wrap-distance-bottom:0;mso-position- horizontal:absolute; mso-position-horizontal-relative:text;mso- position-vertical:absolute; mso-position-vertical-relative:text' stroked="t" strokecolor="black [3213]"> <v:imagedata src="file:///C:\Users\ASUS\AppData\Local\Temp\OICE_37FD1705- A16F-4ECF-A656- A7AB913F8D6B.0\msohtmlclip1\01\clip_image003.png" o:title=""/> </v:shape><![endif][if !vml]Sesuai dengan skema yang disusun oeh James Reason dalam bukunya Managing the Risks of Organizational Accidents, bahwa penyebab dasar suatu insiden atau kecelakaan kerja adalah kesalahan pada organisasi/ manajemen. Berdasarkan model tersebut, maka perlu disusun Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang mencakup mulai dari komitmen dan kebijakan manajemen hingga penerapan K3 di tempat kerja dan pekerja.
Pelaksanaan program K3 tidak akan berjalan efektif jika persoalan-
persoalan tersebut belum diatasi oleh pihak-pihak terkait, sehingga dalam penyusunan program K3 diharapkan dapat mengakomodir aspek-aspek yang terkait. cross cutting issue dalam K3 dapat direfleksikan dalam suatu program K3 perusahaan seperti aspek psikologis sosial pekerja, budaya, kesadaran akan pentingnya kesehatan dan keselamatan kerja dalam meningkatkan kesejahteraan pekerja serta meningkatkan komitmen manajemen dalam melaksanakan program K3 untuk mendukung kelangsungan usaha yang kompetitif. Berikut ini program K3 yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan garmen berdasarkan isu-isu yang saling berkaitan. TUJUAN HASIL PROGRAM Kecelakaan Penerapan/Sertif Menyusun Sistem Manajemen K3 Nihil (Zero kat Standar SMK3 berdasar standar Sistem Manajemen Accident ) K3 Di Tempat Kerja Sarana Susunan Membentuk Panitia Pembina untuk kepanitian terdiri Keselamatan dan Kesehatan Kerja membahas dari perwakilan (P2K3) dan Unit isu-isu pekerja dan Tanggap Darurat dalam K3 manajemen serta masalah yang berkaitan dengan pekerja Mengendali Register bahaya Identifkasi Bahaya, Penilaian dan kan dan resiko Pengendalian Resiko bahaya- bahaya yang muncul ditempat kerja untuk menghinda ri kecelakaan kerja dan PAK Melindungi Semua pekerja Penyediaan peralatan K3 (APD, pekerja mendapatkan Rambu, Tanda Bahaya & Poster K3 dari bahaya APD yang sesuai dan Papan Informasi K3) dan resiko serta di tempat mendapatkan kerja informasi tentang K3 Mempersia Pekerja Penyediaan Aset Tanggap Darurat pkan dalam memahami (Alarm Bahaya, Detektor Kebakaran, menghada prosedur dalam Hidran, pi situasi menghadapi Tabung Pemadam/APAR, Kotak P3K, darurat situasi gawat Radio Komunikasi dan Sarana seperti darurat Berkumpul kecelakaan Darurat) kebakaran gempa bumi, dll. Mengatur Terdapat Pengendalian Operasional (Prosedur aktiftas prosedur- Keselamatan Kerja, Ijin Kerja Aman, pekerjaan prosedur yang Induksi sesuai berkaitan dengan K3) dengan keselamatan aturan dalam bekerja keselamata n Pekerja Seluruh pekerja Mengadakan Pelatihan untuk memahami mendapatkan menigkatkan skill dan pengetahuan dan tarining yang pekerja tentang K3 (Dasar K3, memiliki dibutuhkan Bahaya di tempat kerja, Cara Kerja skill dalam Aman, P3K dan hal bekerja Tanggap Darurat) yang aman dan selamat Memantau Pelaksanaan Melakukan Pemantauan K3 secara dan pemantauan berkala seperti suhu, kelembaban meminimali lingkungan kerja udara, debu, kebisingan sir bahaya- secara berkala bahaya ditempat kerja Melaporkan Meeting Meeting Berkala (Presentasi Kinerja hasil/kinerj dilakukan setiap K3) a bulan pelaksanaa n K3 Membuday Seluruh pekerja Safety talk, toolbox meeting dan akan K3 mengikuti safety briefng dalam kegiatan safety setiap talk, dll aktivitas pekerjaan Meningkatk Pekerja Program safety reward dan an peran mendapatkan punishment serta penghargaan pekerja bagi yang dalam melaksanakan kegiatan K3 program K3 dengan baik Memastika Hasil inspeksi Melakukan inspeksi K3 secara rutin n pelaksanaa n program K3 berjalan dengan baik Memantau Seluruh pekerja Melakukan pemeriksaan kesehatan kesehatan mendapatkan pekerja secara berkala pekerja dan pemeriksaan menghinda secara berkala ri paparan sumber bahaya Menghindar Prosedur jam Membuat prosedur tentang aturan i kerja aman jam kerja yang aman untuk kecelakaan menghindari fatigue, jam istirahat akibat yang cukup kelelahan dalam bekerja Mengatasi Setiap sudut Menyediakan air minum disetiap keluhan ruangan tersedia ruangan untuk pekerja pekerja air minum tentang kehausan selama bekerja Menyediak Klinik pengobatan Menyediakan klinik untuk pekerja an sarana tersedia pengobata n bagi pekerja Menciptaka Dibentuknya Memberikan advokasi dan n rasa sistem pelaporan perlindungan kepada pekerja aman bagi dan penyelesaian terhadap kekerasan yang menimpa pekerja masalah pekerja selama bekerja
Dari penyusunan program K3 tersebut dapat dirumuskan sebagai
berikut: [if !supportLists]a. [endif]Pelatihan kompetensi tertentu memberikan pengetahuan khusus kepada pekerja mengenai ilmu/ keterampilan spesifik di bidang/ bagian kerjanya. Diharapkan dengan mendapatkan pelatihan ini, minimal pekerja yang belum memiliki pengalaman kerja mengetahui prosedur yang benar dalam melaksanakan pekerjaannya. [if !supportLists]b. [endif]Penyusunan SOP memberikan aturan- aturan tentang bagaimana dan apa yang boleh serta tidak boleh dilakukan selama bekerja atau selama ada di tempat kerja. Dengan menaati batasan-batasan yang ada, prekondisi tindakan tidak selamat dapat dihindari. [if !supportLists]c. [endif]OHS Toolbox Meeting sebagai media 2 arah dari pihak HSE dan pekerja untuk menyampaikan informasi- informasi tentang keselamatan. Di samping itu sebagai sarana pelatihan kepada pekerja tentang keselamatan spesifik pada bidang/ bagian tertentu. [if !supportLists]d. [endif]OHS Inspection merupakan cara dari HSE untuk mengevaluasi kelayakan K3 yang ada di tempat kerja serta menemukan dan merekomendasikan perbaikan atas ketidaksesuaian yang ditemukan di tempat kerja. Di samping itu, sesekali diadakan inspeksi bersama jajaran manajemen dengan tujuan agar manajemen mengetahui kondisi terkini pekerja dan tempat kerja khususnya mengenai permasalahan K3. [if !supportLists]e. [endif]OHS Forum merupakan forum mediasi antara HSE dan jajaran manajemen (level supervisor ke atas) untuk membahas isu, permasalahan, dan ketidaksesuaian terkait K3 yang tidak dapat diselesaikan di level pekerja atau HSE, di dalamnya termasuk tentang pengaturan jam kerja, lembur, dan tata krama hubungan atasan dan bawahan. [if !supportLists]f. [endif]5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin) bermaksud menciptakan tempat kerja yang nyaman dan aman bagi pekerja itu sendiri. Dengan begitu diharapkan stres akibat kenyamanan ruang kerja dan permasalahan ergonomi di tempat kerja dapat dihindari. [if !supportLists]g. [endif]OHS Award sebagai wadah pemberian penghargaan bagi jajaran pekerja dan manajemen yang berprestasi dalam menerapkan K3, termasuk yang melaksanakan rekayasa administratif dan rekayasa teknis untuk tujuan menciptakan pekerjaan yang lebih selamat. [if !supportLists]h. [endif]Poster K3 berfungsi sebagai pengingat bagi seluruh pekerja tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja dalam menunjang produktivitas. [if !supportLists]i. [endif]Pemeriksaan kesehatan sebagai komitmen manajemen melindungi sumber daya manusianya dan sebagai usaha preventif kehilangan jam kerja orang.
[if !supportLists]j. [endif]Sertifikasi SMK3 yang dapat dicapai
memberikan nilai tambah bagi perusahaan sehingga memberikan motivasi bagi manajemen dan pekerja untuk tetap mempertahankan prestasi K3 yang telah dicapai. DAFTAR PUSTAKA Bab II,. http://www.repository.ipb.ac.id, diunduh 22 Desember 2013, Pukul 20.05 wib. Baseline Report: Worker Perspectives from the Factory and Beyond. 2012. ILO. Ramli, Soehatman. 2009. Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja, OHSAS 18001. Dian Rakyat.
Reason, James. 2006. Managing the Risks of Organizational