Anda di halaman 1dari 3

BUDAYA POLITIK (POLITICAL CULTURE)

Adalah sikap orientasi yang khas dari warga negara terhadap sistem politik dan aneka ragam
bagiannya, dan sikap terhadap peranan warga negara yg ada di dalam sistem itu (Almond dan Verba)
Adalah pola tingkahlaku individu dan orientasinya terhadap kehidupan politik yg dihayati oleh
anggota dlm satu sistem politik.
KLASIFIKASI BUDAYA POLITIK
Budaya politik parokial (parochial political culture);
Budaya politik kaula (subject political culture)
Budaya politik partisipan (participant political culture)
Budaya politik campuran (mixed political cultures).
BUDAYA POLITIK PAROKIAL
Budaya politik yg dimiliki oleh masyarakat yg masih sederhana dan tradisional, dengan diferensiasi
dan spesialisasi yg masih sangat kurang dan belum ada, dan masyarakat politiknya terbatas. Budaya
politik ini terkotak pada suatu wilayah yg ruang lingkupnya relatif sempit seperti propinsi, kabupaten,
dsb.
BUDAYA POLITIK KAULA
Merujuk pada suatu budaya politik di mana anggota masyarakat mempunyai kepedulian terhadap
output sistem politik dibandingkan peduli terhadap input sistem politik.
Dalam budaya politik semacam ini, anggota2 sistem politik lebih bersifat pasif.

BUDAYA POLITIK PARTISIPAN


Ditandai oleh partisipasi aktif anggota2 sistem politik. Mereka mempunyai kesadaran yg cukup
tinggi menyangkut hak dan kewajibannya, dan dg demikian menuntut untuk senantiasa terlibat dalam
kehidupan politik.

BUDAYA POLITIK CAMPURAN


Parochial-subject culture
Adl suatu tipe kebudayaan politik di mana sebagian besar penduduk menola tuntutan-tuntutan eksklusif
masyarakat kesukuan atau desa atau otoritas feodal dan telah mengembangkan kesetiaan thd sistem
politik yg lebih kompleks dg struktur2 pemerintahan pusat yg bersifat khusus.
Subject-participant culture
Ditandai oleh menguatnya partisipasi politik masyarakat dalam kehidupan politik terhadap input-input
politik, sementara pada waktu yg bersamaan berkembang rasa ketidakmampuan masyarakat untuk
mengubah kebijakan.
Parochial-participant culture (civic culture)
Di Indonesia ditandai dengan menguatnya wacana kedaerahan pasca diterapkannya otonomi daerah.

BUDAYA POLITIK INDONESIA


Menurut Budi Winarno, budaya politik Indonesia bergerak di antara subject-participant culture dan
parochial participant culture.
PARTISIPASI POLITIK
Adalah keikutsertaan warganegara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut dan
mempengaruhi hidupnya (keputusan politik).
CIRI-CIRI PARTISIPASI POLITIK
Berupa kegiatan atau perilaku warganegara biasa yg dapat diamati;
Diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik.
Misalnya kegiatan untuk mendukung atau menentang keputusan politik;
Kegiatan yg berhasil maupun yg gagal mempengaruhi pemerintah;
Kegiatan mempengaruhi pemerintah scr langsung maupun tdk langsung;
Kegiatan mempengaruhi pemerintah scr konvensional dan tdk konvensional.

TIPOLOGI PARTISIPASI POLITIK


Menurut Milbrath dan Goel:
1. Apatis, orang yg tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.
2. Spektator, setidaknya pernah ikut memilih dlm Pemilu;
3. Gladiator, mereka yg secara aktif terlibat dlm proses politik.
4. Pengritik, yakni dlm bentuk partisipasi tak konvensional.
Menurut Olsen
1. Pemimpin politik;
2. Aktivis politik;
3. Komunikator;
4. Warganegara;
5. Marginal;
6. Orang yg terisolasikan

MODEL PARTISIPASI POLITIK


Faktor2 yg diperkirakan mempengaruhi tinggi rendahnya patisipasi politik seseorang ialah kesadaran
politik dan kepercayaan kepada pemerintah. Oleh karenanya menurut Paige terdapat 4 tipe:
1. Aktif;
2. Apatis;
3. Militan-radikal;
4. pasif
Jenis-jenis Partisipasi Politik
Secara umum partisipasi politik sebagai kegiatan dibedakan menjadi (Rahman H.I, 2007:288):
1. Partisipasi aktif, yaitu partisipasi yang berorientasi pada proses input dan output.
2. Partisipasi pasif, yaitu partisipasi yang berorientasi hanya pada output, dalam arti hanya
menaati peraturan pemerintah, menerima dan melaksanakan saja setiap keputusan pemerintah.
3. Golongan putih (golput) atau kelompok apatis, karena menganggap sistem politik yang ada
menyimpang dari yang dicita-citakan.
Sedangkan menurut Milbrath dan Goel (Cholisin, 2007:152), membedakan partisipasi politik menjadi
beberapa jenis, yaitu:
1. Partisipasi politik apatis, orang yang tidak berpartisipasi dan menarik diri dari proses politik.
2. Partisipasi politik spector, orang yang setidak-tidaknya pernah ikut memilih dalam pemilihan
umum.
3. Partisipasi politik gladiator, mereka yang secara aktif terlibat dalam proses politik, yakni
komunikator, spesialis mengadakan kontak tatap muka, aktivis partai dan pekerja kampanye dan aktivis
masyarakat.
4. Partisipasi politik pengritik, orang-orang yang berpartisipasi dalam bentuk yang tidak
konvensional.

Anda mungkin juga menyukai